Anda di halaman 1dari 11

PEMBINAAN DAN PENANGANAN

AKSEPTOR BERMASALAH
PADA KB PROGESTIN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Pelayanan KB

Oleh :
Kelompok 3
Asriyani

P. 17324111024

Intan Sriwahyulianti D

P. 17324111064

Mercy Elisa Permana

P. 17324111010

Novi Andriani

P. 17324111027

Sinta Rahmawati

P. 17324111020

Jalum II-A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG
2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapakan kepada Allah SWT, karena atas
bimbingan dan petunjuk-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pelayanan Keluarga Berencana.
Pembuatan makalah ini juga diharapkan mampu memberikan ilmu
pengetahuan khususnya mengenai Pembinaan dan Penanganan Akseptor
bermasalah pada KB Progestin.
Tidak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah
ini.
Sebagaimana pepatah mengatakan bahwa tiada gading yang tak
retak, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak guna perbaikan dalam pembuatan karya
tulis berkutnya.
Bandung, April 2013

Penyusun,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................
I
DAFTAR ISI..............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
1
A. Latar Belakang
..............................................................................................................
1

B. Ruang
Lingkup
..................................................................................................................
1
C. Metode
Pendekatan
..................................................................................................................
1
D. Tujuan Penyusunan
..............................................................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................
3
A. Informasi yang Perlu Diperhatikan
.............................................................................................................
3
B. Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan Progestin
.............................................................................................................
4
C. Keadaan
Yang
memerlukan
Perhatian
Khusus
.............................................................................................................
4
D. Intruksi
Kepada
Klien
.............................................................................................................
4
E. Efek
samping
dan
penanganannya
.............................................................................................................
5

BAB III SIMPULAN..................................................................................................


7
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
8

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kontrasepsi

atau

yang

biasa

disebut dengan

Keluarga

Berencana merupakan salah satu program pemerintah dalam


mengatasi permasalahan jumlah penduduk Indonesia yang semakin
meningkat.

Beberapa

membatasi

jumlah

metode

kelahiran,

kontrasepsi
diantaranya

digunakan

adalah

untuk

metode

KB

hormonal.
Penggunaan metode KB hormonal baik kombinasi maupun
progestin sangat mempengaruhi kadar hormon dalam tubuh akseptor.
Banyak efek samping yang timbul setelah penggunaan metode KB ini
akibat dari perubahan hormon dalam tubuh akseptor. Efek samping ini

dapat menjadi ketidaknyamanan tertentu bagi beberapa akseptor


bahkan dapat membahayakan jika tidak ditangani denga baik.
Bidan sebagai petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
keluarga berencana harus mengetahui dan dapat menangani masalah
yang terjadi kepada akseptor KB hormonal (Progestin). Selain itu,
akseptor juga harus mengetahui perubahan hormonal yang terjadi
akibat metode KB yang digunaakannya serta mengetahui apa yang
harus mereka lakukan jika mengalami hal tersebut. Oleh karena itu,
disusunlah makalah mengenai Pembinaan dan Penangan Akseptor
Bermasalah pada KB Progestin.
B. Ruang Lingkup

Dalam penyusunan makalah ini ruang lingkup yang akan


dibahas adalah Pembinaan Dan Penanganan Akseptor Bermasalah
Pada Kb Progestin.
C. Metode Pendekatan
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menggunakan metode
kepustakaan ditunjang dengan teknik pengumpulan data. Dimana di dalam
penelitian ini penyusun mencari sumber dengan mengkaji beberapa
sumber buku di perpustakaan serta browsing melalui internet.

D. Tujuan Penyusunan

Tujuan Umum
Mahasiswa dapat membina dan menangani akseptor bermasalah pada
KB hormonal (Progestin)
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan apa saja efek samping dari
metode KB Hormonal (Progestin)
2. Mahasiswa mengetahui cara mengatasi atau menanggulangi efek
samping dari metode KB Hormonal (Progestin)

BAB II
PEMBAHASAN
A. Informasi yang Perlu Diperhatikan
Konseling sebelum terapi mengenai beragam kemungkinan perubahan
menstruasi, termasuk amenore dan bercak darah atau perdarahan yang
tidak teratur, sangat penting pada semua metode progestogen. Bukti yang
masih terbatas untuk memastikan bahwa pemberian KOK atau estrogen
saja (etinilestradiol 50 per hari) selama 3 minggu akan menghentikan
episode perdarahan berkepanjangan dan mungkin memperbaiki pola
menstruasi jangka panjang pada pemakai Norplant (Diaz et al.,1990).
Efek yang sama mungkin berlaku pada metode lain. Estrogen sebaiknya
tidak diberikan kepada wanita yang menggunakan metode dengan dosis
sangat rendah misalnya PP, karena obat tersebut dapat menetralkan efek
kontraseptif progestogen pada mukus serviks. Asam mefenamat (500 mg

tiga kali sehari) juga mungkin membantu.


Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid
(amenorea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit
sekali mengganggu kesehatan.

Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan , sakit


kepala, dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak

berbahaya, dan cepat hilang.


Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan
kepada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang

merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat.


Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang
kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut
dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3 6 bulan tidak juga haid,
klien harus kembali ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk

dicari penyebab tidak hait tersebut.


Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan
dapat diberikan 2 minggu sebelum jadual. Dapat juga suntikan diberikan
2 minggu setelah jadual yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi
kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7
hari, atau menggunakan metode kontrasepsi lainnyaselama 7 hari. Bila

perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi darurat.


Bila klien, misalnya, sedang menggunakan salah satu kontrasepsi
suntikan dan kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi
suntikan yang lain, sebaiknya jangan dilakukan. Andaikata terpaksa juga
dilakukan, kontrasepsi yang akan diberikan

tersebut diinjeksi sesuai

dengan jadual suntikan dari kontrasepsi hormonal yang sebelumnya.


Bila klien lupa jadual suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal saja
diyakini ibu tersebut tidak hamil.

B. Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan Progestin


Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan.
Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik

terganggu.
Timbulnya abses atau pendarahan tempat injeksi.
Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya

penglihatan.
Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali

lebih banyak dalam satu periodik masa haid.


Bila terjadi hal-hal yang disebutkan di atas, hubungi segera tenaga
kesehatan, atau klinik.
C. Keadaan Yang memerlukan Perhatian Khusus

Keadaan
Penyakit hati akut (Virus)
Penyakit jantung
Stroke

Anjuran
Sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi suntikan
Sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi suntikan
Sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi suntikan

D. Intruksi Kepada Klien


Klien harus kembali ke tempat pelayanan kesehatan atau klinik untuk
mendapatkan suntikan kembali setiap 12 minggu untuk DMPA atau setiap 8
minggu untuk Noristerat.
E. Efek samping dan penanganannya
1. Amenorea (tidak terjadi perdarahan/spotting)
Penanganan :
Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut, suntikan

jangan dilanjutkan. Anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi yang lain.


Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu. Jelaskan, bahwa
darah haid tidak terkumpul dalam rahim. Nasihat untuk kembali ke

klinik.
Bila terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan penyuntikan
Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera.
Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan
karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila terjadi
perdarahan juga, rujuk ke klinik.

2. Perdarahan/perdarahan bercak (spotting)


Penanganan :
Informasikan bahwa perdarahan
ringan atau

spotting sering

dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah serius, dan biasanya tidak

memerlukan pengobatan.
Bila pendarahan/spotting terus berlanjut atau setelah tidak haid,
namun kemudian terjadi pendarahan, maka perlu dicari penyebab
pendarahan tersebut. Obatilah penyebab terjadinya pendarahan,
tanyakan apakah klien masih ingin melanjutkan suntikan, dan bila
tidak, suntikan jangan dilanjutkan lagi, dan carilah kontrasepsi jenis

yang lain.
Bila ditemukan penyakit radang panggul atau penyakit akibat
hubungan seksual, klien perlu diberi pengobatan yang sesuai dan
suntikan dapat terus dilanjutkan.

Perdarahan banyak atau memanjang (lebih dari 8 hari) atau 2 kali


lebih banyak dari perdarahan yang biasanya dialami pada siklus haid
normal, jelaskan

bahwa hal tersebut biasa terjadi pada bulan

pertama suntikan.
Bila gangguan tersebut menetap, perlu dicari penyebabnya dan bila

ditemukan kelainan ginekologik, klien perlu diobati atau dirujuk.


Bila perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien atau klien
tidak dapat menerima hal tersebut, suntikan jangan dilanjutkan lagi.
Pilihlah jenis kontrasepsi yang lain. Untuk mencegah anemia perlu
diberi preparat

besi dan anjurkan mengonsumsi

makanan yang

banyak mengandung zat besi.


Siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 mg etinilestradiol), ibuprofen
(sampai 800 mg, 3X/hari untuk 5 hari), atau obat sejenis lain.
Jelaskan bahwa selesai pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat
terjadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan banyak selama pemberian
suntikan ditangani dengan pemberian

2 tablet pil kontrasepsi

kombinasi/hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil


kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 mg etinilestradiol atau 1,25 mg
estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.
3. Meningkatnya/menurunnya berat badan
Penanganan :
Informasikan bahwa kenaikan/penurunan berat badan sebanyak 1-2
kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat
badan

terlalu mencolok. Bila berat badan berlebihan, hentikan

suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain.

BAB III
SIMPULAN
Konseling

sebelum

terapi

mengenai

beragam

kemungkinan

perubahan menstruasi, termasuk amenore dan bercak darah atau


perdarahan yang tidak teratur, sangat penting pada semua metode
progestogen. Pemberian kontrasepsi suntikan

sering menimbulkan

gangguan haid (amenorea). Gangguan haid ini biasanya bersifat


sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan.
Peringatan bagi pemakai kontrasepsi suntikan progestin salah
satunya

adalah

setiap

terlambat

haid

harus

dipikirkan

adanya

kemungkinan kehamilan. Keadaan yang memerlukan perhatian khusus


adalah keadaan seseorang dengan penyakit hati akut (virus), penyakit
jantung, stroke sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi suntikan.
Klien harus kembali ke tempat pelayanan kesehatan atau klinik untuk
mendapatkan suntikan kembali setiap 12 minggu untuk DMPA atau setiap
8 minggu untuk Noristerat.
Efek samping

diantaranya

adalah

amenorea

(tidak

terjadi

perdarahan/spotting), perdarahan/perdarahan bercak (spotting), dan


meningkatnya/menurunnya berat badan.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber: Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi.

Jakarta:

Yayasan

Bina

Pustaka

Sarwono

Prawirohardjo
Glasier, Anna. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai