TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
2.1.1 Kolumna Vertebralis
Penentuan anatomi yang baik akan menentukan keberhasilan tekhnik anestesi
regional, Kolumna Vertebralis terdiri atas 33 vertebrae (7 servikal, 12 thorakal, 5 lumbal,
5 sakrum dan 4 koksigeal yang menyatu). Kolumna Vetebralis memiliki 4 kurva yaitu
berbentuk cembung ke anterior di servikal dan lumbal serta berbentuk cekung ke anterior
pada bagian Thorakal dan sakral.Terdapat juga beberapa ligamentum bersama-sama
mempertahankan kedudukan vertebra, yaitu ligamentum supraspinosum, ligamentum
interspinosum, ligamentum flavum, dan dua buah ligamentum longitudinal, anterior dan
posterior. Kanalis spinalis berbatasan dengan korpus vertebra di sisi anterior, sisi lateral
dengan pedikel, dan sisi posterior dengan lamina. Masing-masing korpus vertebrae
memiliki satu penonjolan di garis tengah yang disebut prosesus spinosus dan tumbuh
diantara lamina, dan dua prosesus transvesus yang tumbuh di lateral pada sambungan
lamina dan pedikel. prosesus ini menjadi tempat melekatnya ligament-ligamen dan
muskulus. Setiap korpus vertebrae memilik 4 prosesus artikularis, yaitu dua buah
tonjolan ke atas dan dua lagi tonjolan kebawah yang berfungsi sebagai sendi synovial
antar
vertebrae.Antara
tulang
vertebrae
dihubungkan
dengan
diskus
3.
ruang
subarachnoid.
Anestesi
spinal/subaraknoid
disebut
juga
sebagai
Indikasi(4):
1. Bedah ekstremitas bawah
2. Bedah panggul
3. Tindakan sekitar rektum perineum
4. Bedah obstetrik-ginekologi
5. Bedah urologi
6. Bedah abdomen bawah
7. Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan
Informed consent
Kita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anesthesia spinal
2.
Pemeriksaan fisik
Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung
3.
2.
Peralatan resusitasi
3.
Jarum spinal
Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcing/quinckebacock) atau
jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare)
4. Beri anastesi lokal pada tempat tusukan,misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3ml
5. Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G, 25G
dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G atau 29G dianjurkan
menggunakan penuntun jarum yaitu jarum suntik biasa semprit 10cc. Tusukkan
introduser sedalam kira-kira 2cm agak sedikit kearah sefal, kemudian masukkan
jarum spinal berikut mandrinnya ke lubang jarum tersebut. Jika menggunakan
jarum tajam (Quincke-Babcock) irisan jarum (bevel) harus sejajar dengan serat
duramater, yaitu pada posisi tidur miring bevel mengarah keatas atau kebawah,
untuk menghindari kebocoran likuor yang dapat berakibat timbulnya nyeri kepala
pasca spinal. Setelah resistensi menghilang, mandarin jarum spinal dicabut dan
keluar likuor, pasang semprit berisi obat dan obat dapat dimasukkan pelan-pelan
(0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap
baik. Kalau anda yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan likuor tidak
keluar, putar arah jarum 90 biasanya likuor keluar. Untuk analgesia spinal
kontinyu dapat dimasukan kateter.
6. Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah hemoroid
(wasir) dengan anestetik hiperbarik. Jarak kulit-ligamentum flavum dewasa 6cm
Prosedur Pembedahan
Abdomen bagian atas
Pembedahan
intenstinal(termasuk
terdapat
kelainan
pada
kelengkungan
kolumna
vertebralis.
1. Hipotensi berat
Akibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa dicegah dengan
memberikan infus cairan elektrolit 1000ml atau koloid 500ml sebelum tindakan.
2. Bradikardia
Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia,terjadi akibat blok sampai T-2
3. Hipoventilasi
Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafas
4. Trauma pembuluh saraf
5. Trauma saraf
6. Mual-muntah
7. Total spinal atau blok spinal tinggi.
Komplikasi pasca tindakan(4)
1. Transient Neurological Symptoms(TNS)
2. Postdural Puncture Headache(PdPH)
3. Retensio urine
4. Nyeri punggung
5. Meningitis
6. Pruritus
7. Post operative nausea and vomiting(PONV)
8. Menggigil pasca anestesi spinal.
2.3.2 Anestesia Epidural(4)
Anestesia atau analgesia epidural adalah blokade saraf dengan menempatkan obat
di ruang epidural. Ruang ini berada diantara
Kedalaman ruang ini rata-rata 5mm dan dibagian posterior kedalaman maksimal pada
daerah lumbal.
Obat anestetik di lokal diruang epidural bekerja langsung pada akar saraf spinal
yang terletak dilateral.Awal kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi
spinal, sedangkan kualitas blockade sensorik-motorik juga lebih lemah.
3.
Reaksi sistemis
2.
3.
4.
Mual muntah
Akibat dari blok simpatis , akan terjadi penurunan tekanan darah (hipotensi). Efek
simpatektomi tergantung dari tinggi blok. Pada spinal , 2-6 dermatom diatas level
blok sensoris, sedangkan pada epidural, terjadi block pada level yang sama.
Hipotensi dapat dicegah dengan pemberian cairan (pre-loading) untuk mengurangi
hipovolemia relatif akibat vasodilatasi sebelum dilakukan spinal/epidural anestesi,
dan apabila telah terjadi hipotensi, dapat diterapi dengan pemberian cairan dan
vasopressor seperti efedrin.
Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal (blok pada cardioaccelerator fiber di T1-T4),
dapat menyebabkan bardikardi sampai cardiac arrest.
2. Efek Respirasi:
-
Bisa juga terjadi blok pada nervus phrenicus sehingga menmyebabkan gangguan
gerakan diafragma dan otot perut yg dibutuhkan untuk inspirasi dan ekspirasi.
3. Efek Gastrointestinal:
-