Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA PENGOBATAN DASAR


DIABETES MELITUS (F6)

Pendamping:
dr. Riyono
NIP. 197110132010011001

Disusun oleh:
dr. Syifau Rakhmi

PUSKESMAS SALAMAN I
KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH
PERIODE OKTOBER 2015 - JANUARI 2016

Berita acara presentasi portofolio


Pada hari Jumat, tanggal 27 November 2015 telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama

: dr. Syifau Rakhmi.

Judul/ topik

: F 6. Upaya Pengobatan Dasar

(topik : Diabetes

Melitus).
Nama Pendamping

: dr. Riyono.

Nama Wahana

: Puskesmas Salaman I.

Nama Peserta Presentasi

Tanda tangan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

.
.
.
.
.
.

dr. Faridz Albam Wiseso


dr. Rezky Galuh Saputra
dr. Sofa
.
dr. Syifau Rakhmi
dr. Wiharesi Putri Sukaeksi
dr. Widya Devi Cita Inayani

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping

dr. Riyono
NIP.197110132010011001

No ID dan Nama Peserta : dr. Syifau Rakhmi


No ID dan Nama Wahana : Puskesmas Salaman I, Kabupaten Magelang

Topik
Tanggal (kasus)
Nama Pasien

: Diabetes Melitus
:
: Ny. S

Alamat
Pendamping
Tanggal Presentasi
Tempat Presentasi

: Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang


: dr. Riyono
: 27 November 2015
: Puskesmas Salaman I, Kabupaten Magelang
Obyektif Presentasi
o Keilmuan
o Ketrampilan
o Penyegaran
o Tinjauan Pustaka
o Diagnostik
o Manajemen
o Masalah
o Istimewa
o Neonatus o Bayi o Anak o Remaja o Dewasa o Lansia o Bumil
Deskripsi

Ny. S, 58 tahun, datang dengan keluhan kedua lutut terasa kesemutan sejak dua hari sebelum
masuk Puskesmas.
Tujuan
1. Menentukan diagnosis diabetes melitus
2. Penelusuran faktor risiko diabetes melitus
3. Melakukan pengobatan diabetes melitus
4. Melakukan edukasi mengenai promotif, preventif, dan kuratif
Bahan Bahasan
5. Tinjauan Pustaka
6. Riset
7. Kasus
Cara Membahas
9. Diskusi
10. Presentasi dan
11. E-mail
Diskusi

8. Audit
12. Pos

Data Pasien
Nama :Ny. S
No. Registrasi : 08416800 Terdaftar sejak : Nama Klinik : Puskesmas Salaman I
Data Utama untuk Bahan Diskusi
1. Diagnosis/
Kedua lutut terasa kesemutan sejak 2 hari sebelum
Gambaran Klinis masuk Puskesmas. Kesemutan dirasakan terus menerus,
disertai rasa pegal. Pasien juga mengeluhkan badan
terasa lemas, sering mengantuk dan sakit kepala. Ketika
digali lebih dalam pasien mengiyakan bahwa ia lebih
sering merasa haus, makan lebih banyak, dan lebih
sering kencing.
2. Riwayat
Pasien pernah menjalani pengobatan penyakit kencing
Pengobatan
manis, namun saat ini tidak teratur mengonsumsi obat.
3. Riwayat
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama
Kesehatan/
sebelumnya.
Penyakit
Pasien telah menderita penyakit kencing manis sejak 10
Sebelumnya
tahun yang lalu.
4. Riwayat
Kakek, bapak, dan adik pasien menderita penyakit yang
Keluarga
sama, yaitu kencing manis. Selain itu Nenek dan adik
perempuan pasien menderita penyakit tekanan darah
tinggi.
5. Riwayat Sosial
Pasien seorang ibu rumah tangga, tinggal di rumah
Ekonomi
bersama suami dan salah satu anaknya.
6. Lain Lain
Tanda Tanda Vital
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 37,0 C (Afebris)
TB : 154 cm
BB : 50 kg
IMT : 21 kg/m2 (Normal)
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis: dalam batas normal
Status Lokalis : Ekstremitas
Pemeriksaan
Extremitas
Extremitas
Superior
Inferior
Edema
Sianosis
Akral dingin

Dextra Sinistra Dextra Sinistra


-

Ref.
Fisiologis;
Bicep/Tricep
Patella

Ref.
Patologis
(Babinsky)
Sensoris

D=S

D=S

D=S

D=S

Pemeriksaan Laboratorium :
Gula Darah Sewaktu: 366 mg/ dL

1.
2.
3.

1.

Daftar Pustaka
American Diabetes Association. Classification and Diagnosis. Diagnosis
Care, 2013.
P.B. PERKENI . Konsensus Pengelolaan Diabetes di Indonesia, 2011.
Slamet Suyono. Diabetes Melitus Di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.
Hasil Pembelajaran
Menentukan diagnosis diabetes melitus

2. Penelusuran faktor risiko diabetes melitus


3. Melakukan pengobatan diabetes melitus
4. Melakukan edukasi mengenai promotif, preventif, dan kuratif

Rangkuman Hasil Pembelajaran


1. Subyektif
Pasien mengeluhkan kedua lututnya kesemutan sejak 2 hari sebelum ke
Puskesmas. Keluhan tersebut dirasakan terus menerus dan disertai rasa pegal dan
kebal. Selain itu pasien mengakui bahwa keinginan makan lebih banyak, lebih
sering haus, dan lebih sering kencing.
2. Obyektif
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang mendukung.
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan:
a. Berdasarkan anamnesis pasien mengeluhkan kedua lututnya kesemutan dan
kadang terasa kebal. Hal tersebut dicurigai sebagai suatu tanda komplikasi dari
penyakit diabetes melitus berupa neuropati.
b. Pasien mengaku keinginan makan banyak, lebih sering haus, dan lebih sering
kencing. Gejala tersebut merupakan gejala klasik dari sakit diabetes melitus.
c. Pasien mengaku telah menderita penyakit diabetes melitus sejak 10 tahun
yang lalu.
d. Pasien memaparkan bahwa terdapat anggota keluarganya yang juga menderita
diabetes melitus, yakni kakek, bapak, dan adiknya. Menunjukkan bahwa
pasien memiliki faktor risiko terhadap diabetes melitus dari keluarganya.
e. Pemeriksaan penunjang laboratorium menunjukkan kadar gula darah sewaktu
(GDS) yang tinggi, sebesar 366 g/dL. Kadar gula darah sewaktu tersebut
meningkat dua kali lipat dari kadar normal gula darah. Menunjukkan bahwa
pasien berada dalam keadaan hiperglikemik.
3. Assesment (Penalaran Klinis)
Diabetes Melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. Akibatnya glukosa tetap beredar dalam darah dan tidak
dapat sulit menembus dinding sel. Faktor risiko diabetes melitus bermacammacam, beberapa dimiliki oleh pasien. Faktor-faktor risiko tersebut adalah riwayat
keluarga dengan diabetes melitus, kurangnya aktivitas fisik sebelum sakit, dan diet
yang kurang baik. Selain itu keadaan hiperglikemik yang dialami pasien tidak
kunjung membaik atau terkendali. Hal tersebut tampak pada gejala yang dirasakan
oleh pasien, seperti polifagi, poliuri, dan polidipsi.
Keluhan yang dirasakan pasien kali ini merupakan salah satu tanda dari
komplikasi diabetes melitus, mengarah ke neuropati diabetik. Neuropati diabetik
adalah adanya gejala dan atau tanda dari disfungsi saraf penderita diabetes tanpa
ada penyebab lain selain diabetes melitus, (setelah dilakukan eksklusi penyebab
lainnya). Neuropati diabetik memiliki berbagai faktor risiko mencakup derajat
tingkat hiperglikemi, indeks lipid dan tekanan darah, lama dan beratnya menderita
diabetes. Studi epidemiologik menunjukkan bahwa tidak terkontrolnya kadar gula
maka akan mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadinya neuropati.
Kenaikan kadar HbA1c 2% mempunyai resiko komplikasi neuropati sebesar 1,6
kali lipat dalam waktu 4 tahun. Meningkatnya komplikasi neuropati diabetik tidak
diiringi dengan patofisiologi yang jelas. Hal ini disebabkan patofisiologi

neuropati diabetik yang belum dipahami sepenuhnya. Faktor-faktor yang


dipercaya menjadi etiologi neuropati diabetik adalah faktor vaskuler,
metabolisme, neurotrofik, dan imunologik.
4. Plan
Diagnosis

Penegakkan diagnosis sudah cukup optimal ditegakan


berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang menunjukan bahwa pasien mengalami diabetes
melitus.

Pengobatan

Terdapat empat pilar penanganan diabetes melitus. Empat pilar


tersebut terdiri atas edukasi, perencanaan makan, latihan
jasmani, dan intervensi farmakologis. Edukasi secara individual
disertai dengan pendekatan bertujuan agar pasien dapat
mengenal penyakit yang diderita, mengerti pentingnya
pengendalian dan pemantauan penyakitnya, mengenal
komplikasi penyakit, serta diharapkan terjadi perubahan
perilaku yang lebih baik untuk mengikuti pola makan yang
sehat, meningkatkan aktivitas fisik, mengonsumsi dan
menggunakan obat anti diabetes melitus ataupun obat lainnya
secara aman dan teratur. Setelah edukasi pasien atau keluarga
harus mengerti perencanaan makan yang baik bagi pasien.
Perlu diperhatikan pola makan, jenis-jenis bahan makanan yang
dikonsumsi, komposisi makanan, dan jumlah makanan yang
diperlukan. Kemudian aktivitas fisik dalam bentuk latihanlatihan jasmani teratur (3-4 kali dalam seminggu, selama
kurang lebih 30 menit). Aktivitas fisik tersebut juga harus
disesuaikan dengan umur dan status kesegsran jasmani pasien.
Pilar yang terakhir adalah dengan melakukan intervensi
farmakologik. Hal ini dilakukan jika kadar glukosa darah tidak
menurun dengan perencanaan makan dan aktivitas fisik.
Obat Hiperglikemik Oral (OHO) :
1. Metformin 2 x 500 mg tab setelah makan siang dan makan
malam.
2. Glibenclamide 1 x 5 mg tab setelah makan pagi.

Edukasi

Pasien dan pengantar (anaknya) diberikan penjelasan mengenai


diabetes melitus (definisi, faktor-faktor risiko, pencegahan
komplikasi, dan penanganannya).
Diabetes melitus berkaitan erat dengan faktor risiko yang
dimiliki pasien (riwayat keluarga dengan diabetes melitus,
kurang aktivitas fisik, tidak rutin memeriksakan diri dan
berobat).
Penjelasan kepada pasien dan anaknya mengenai diabetes
melitus yang dapat dikendalikan jika mengubah perilaku
menjadi lebih sehat dan rutin memeriksakan diri serta berobat.
Selain itu diedukasikan juga mengenai komplikasi diabetes

melitus berikut cara pencegahannya. Beberapa pencegahan


yang dapat dilakukan oleh pasien sendiri adalah dengan
mengoleskan pelembab kulit, karena kulit pasien dengan
diabetes melitus cenderung lebih mudah kering. Jika kulit
kering, maka akan mudah luka yang akan berlanjut menjadi
infeksi. Kemudian pasien disarankan untuk menggunakan alas
kaki bahkan kaus kaki di manapun berada. Hal ini untuk
menghindari terjadinya luka pada kaki yang akan berujung
pada infeksi. Ketika sudah terjadi infeksi akan sulit untuk
sembuh sebelum glukosa darah dapat dikendalikan.
Keluarga pasien, dalam kesempatan ini anaknya, diberikan
informasi mengenai tanda-tanda komplikasi yang mengancam
atau berbahaya, sehingga pasien harus segera dibawa ke
pelayanan kesehatan.
Konsultasi

Konsultasi bertujuan untuk mencegah tidak terkendalinya


penyakit diabetes melitus yang diderita pasien dan untuk
memberikan semangat kepada pasien bahwa penyakit yang
diderita dapat dikendalikan.

Rujukan

Direncanakan jika terjadi komplikasi yang cukup serius dan


tidak dapat ditangani di Puskesmas.

Kontrol

Pada pasien ini, kontrol diperlukan untuk melihat respon dari


terapi yang diberikan.

Magelang, 27 November 2015

Dokter Internsip

Dokter Pendamping

dr. Syifau Rakhmi

dr. Riyono
NIP. 197110132010011001

Anda mungkin juga menyukai