Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENUGASAN ELEKTIF

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA USIA 0-5
TAHUN DI DUSUN WONOSARI DAN DUSUN BENGAN KIDUL SAWANGAN MAGELANG

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Oleh :

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2015

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Salah satu program yang bertujuan untuk pembangunan nasional adalah


membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas untuk menuju masyarakat
yang sejahtera. Untuk mengaplikasikan program tersebut, maka salah satunya diawali
dengan pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi
yang paling alamiah, yang sesuai dengan kebutuhan gizi bayi dan mempunyai nilai
proteksi yang tidak bisa ditirukan oleh pabrik susu manapun.
Penularan diare dapat dengan cara fekal-oral melalui makanan atau minuman yang
tercemar oleh enteropatogen, yaitu melalui finger, flies, fluid, field atau yang dikenal
dengan istilah 4F. Faktor risiko diare salah satu diantaranya adalah tidak memberikan air
susu ibu (ASI) secara penuh pada bayi usia 4-6 bulan.
Menurut UNICEF, sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta
kematian anak balita di dunia pada setiap tahunnya bisa dicegah melalui program
pemberian ASI eksklusif, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan
kepada bayi dalam waktu 6 bulan.
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI (2010), pemberian ASI secara baik
dan benar tetap dianjurkan sampai bayi berusia 24 bulan (2 tahun), tujuannya untuk
membantu memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi
serta menjalin kasih sayang antara ibu dan anak. Seperti yang tercantum di dalam AlQuran, Syrat Al-Baqarah (223) :
dan ibu-ibu hendaklah menyusui anaknya selama 2 tahun penuh, bayi yang ingin
menyusui secara sempurna
Pada saat ini, angka kematian dan kejadian diare pada anak-anak di negara-negara
berkembang masih sangat tinggi. Terutama pada anak yang tidak mendapatkan ASI. Hal
ini disebabkan oleh adanya faktor-faktor nutrisi maupun non-nutrisi pada ASI yaitu selain
nilai gizi ASI yang tinggi juga di dalam ASI mengandung antibodi. Adapun kandungan
lainnya seperti sel-sel darah putih, enzim, hormon, dan sebagainya.
Berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2007
hanya 32% bayi dibawah 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif menurun sebanyak 6
point. Rata-rata bayi Indonesia hanya disusui selama 2 bulan 64% menjadi 48% pada
SDKI 2007. Sebaiknya sebanyak 65% bayi baru lahir mendapatkan makanan selain ASI
selama tiga hari pertama.

Dari penemuan kasus diare di fasilitas masyarakat pada tahun 2011 terdapat
35,5% kasus diare yang ditangani di Indonesia. Di Jawa Tengah ditemukan kasus diare
sebanyak 1.337.427, dan yang ditangani 225.332 kasus atau sekitar 16,8%. (3) Kejadian
diare di kota Surakarta pada tahun 2007 cukup tinggi yaitu sebanyak 7,06% dari total
jumlah penduduk.
Di bagian ilmu kesehatan anak FKUI/RSCM diare didefinisikan sebagai buang air
besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Hal ini banyak disebabkan oleh berbagai faktor yang diantaranya bakteri, virus,
faktor lingkungan, faktor penyapihan dan higienis perorangan. Tetapi, dari bermacammacam faktor itu yang paling banyak menyebabkan diare pada bayi adalah pada saat
penyapihan, karena pada saat ini bayi diberi susu formula atau makanan tambahan yang
kurang higienis, oleh karena itu air susu ibu (ASI) yang merupakan makanan terbaik bagi
bayi sangatlah perlu untuk diberikan pada bayi dengan diberikan ASI bayi akan banyak
mendapat keuntungan salah satunya adalah zat-zat kekebalan yang terkandung di
dalamnya, untuk melindungi diirinya dari penyakit-penyakit infeksi terutama penyakit
diare (FKUI, 1985).
Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti
malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem
gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan, tetapi sekarang lebih
dikenal dengan penyakit diare, karena dengan sebutan penyakit diare akan
mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi perlu
mendapat tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bila terlambat (Ngastiyah,
1997). Penyakit diare apabila tidak segera ditangani dapat menimbulkan beberapa
komplikasi diantaranya yaitu terjadi dehidrasi, renjatan hipovolemik, hipokalemia,
intoleransi laktosa sekunder, kejang dan kurang energi protein (FKUI, 1985)
Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak terutama di
negara berkembang, dengan prakiraan sekitar 1,5 milyar episode dan 1,5 - 2,5 juta
kematian tiap tahun. Sekitar 85% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2
tahun pertama kehidupan (Misnadiarly, 1995) Menurut laporan Dep.Kes RI, di Indonesia
setiap anak mengalami episode diare 1,6 2 kali setahun (Dwipoerwantoro, 2003). Di
bangsal gastroenterologi unit anak RSCM, FKUI angka kematian dengan penyakit diare
sebanyak 20,3%.

Menurut survey pemberantasan penyakit diare tahun 2000 bahwa angka kesakitan
atau insiden diare terdapat 301 per 1000 penduduk di Indonesia. 3Angka kesakitan diare
pada balita adalah 1,0 - 1,5 kali per tahun. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) Depkes RI tahun 2000, bahwa 10%penyebab kematian bayi adalah diare. Data
statistik menunjukkan bahwa setiap tahun diare menyerang 50 juta penduduk Indonesia
dan dua pertiganya adalah bayi dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa (Widjaja,
2002). Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan sangat
berpengaruh terhadap frekuensi kejadian diare. Berdasarkan hasil pengamatan praktik
lapangan, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama frekuensi
terkena diare sangat kecil bahkan mulai minggu ke 4 sampai bulan ke 6. Keadaan ini
menggambarkan seluruh produk ASI dapat terserap oleh sistem pencernaan bayi
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah tersebut maka penulis membuat rumusan masalah
Apakah ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi
usia 4 - 6 bulan?
C. TUJUAN
Umum Diketahuinya hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
diare pada bayi usia 4 - 6 Bulan. 2. Khusus a. Diketahuinya tindakan pemberian ASI
eksklusif oleh ibu kepada bayinya. b. Diketahuinya kejadian diare pada bayi usia 4 - 6
Bulan.
D. MANFAAT
Bagi penulis, 1. Epidemiologi ini menjadi pengalaman yang berguna dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan. 2. Bagi penulis lain,
hasil ini dapat digunakan sebagai landasan untuk merumuskan lebih lanjut. 3. Bagi
institusi kesehatan, hasil ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam peningkatan mutu
pelayanan maternitas terutama tentang P2D (Pemberantasan Penyakit Diare). 4. Bagi
masyarakat, hasil ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan tantang pentingnya
pemberian ASI eksklusif bagi bayi pada masyarakat.
II. LANDASAN TEORI
A. ASI eksklusif
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012, Air
Susu Ibu atau ASI merupakan cairan hasil ekskresi kelenjar payudara ibu. Sedangkan,

ASI Eksklusif adalah Asi yang diberikan kepada bayi mereka sejak dilahirkan selama
6 bulan, tanpa menambahkan dan/ atau menganti dengan makanan atau minuman lain.
ASI mengandung banyak komponen makro dan mikro nutrien. Makronutrien adalah
karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin & mineral. Air
susu ibu hampir 90% nya terdiri dari air. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda
untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi di
atas juga terlihat pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang dan ASI
pada saat penyapihan). Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang
menyusui juga berbeda. Kolostrum yang diproduksi antara hari 1-5 menyusui kaya
akan zat gizi terutama protein.
ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa). ASI yang
berasal dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (prematur) mengandung tinggi
lemak dan protein, serta rendah laktosa dibanding ASI yang berasal dari ibu yang
melahirkan bayi cukup bulan. Pada saat penyapihan kadar lemak dan protein
meningkat seiring bertambah banyaknya kelenjar payudara. Walapun kadar protein,
laktosa, dan nutrien yang larut dalam air sama pada setiap kali periode menyusui,
tetapi kadar lemak meningkat.
Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk setiap waktu
menyusui dengan jumlah berkisar antara 450 -1200 ml dengan rerata antara 750-850
ml per hari. Banyaknya ASI yang berasal dari ibu yang mempunyai status gizi buruk
dapat menurun sampai jumlah hanya 100-200 ml per hari (IDAI, 2013).
Komposisi diantaranya:
1.

Mengandung air
Sebanyak 87.5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu
lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu
udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu
formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan
terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula.

2. Mengandung Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu
sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali
lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu formula. Namun
demikian angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat mencerna
laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal
ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu
sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi,
tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah
melahirkan). Sesudah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.
3. Mengandung protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan
protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari
protein whey dan Casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey
yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak
mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein
Casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang mengandung
protein ini dalam jumlah tinggi (80%). Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu
fraksi dari protein whey yang banyak terdapat di protein susu sapi tidak terdapat
dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial
menyebabkan alergi.
Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang terlihat dari
profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI mempunyai jenis asam
amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu contohnya adalah
asam amino taurin; asam amino ini hanya ditemukan dalam jumlah sedikit di
dalam susu sapi. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak
karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak
yang sedang berkembang. Taurin ini sangat dibutuhkan oleh bayi prematur, karena
kemampuan bayi prematur untuk membentuk protein ini sangat rendah.
ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik
yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat) dibanding
dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping itu

kualitas nukleotida ASI juga lebih baik dibanding susu sapi. Nukleotida ini
mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus,
merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan
besi dan daya tahan tubuh.
4. Mengandung lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu
formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan
otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil
lemak yang ditemukan dalam ASI dan susu sapi atau susu formula. Lemak omega
3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan
dalam ASI. Disamping itu ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai
panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA)
yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata.
Susu sapi tidak mengadung kedua komponen ini, oleh karena itu hampir
terhadap semua susu formula ditambahkan DHA dan ARA ini. Tetapi perlu diingat
bahwa sumber DHA & ARA yang ditambahkan ke dalam susu formula tentunya
tidak sebaik yang terdapat dalam ASI. Jumlah lemak total di dalam kolostrum lebih
sedikit dibandingkan ASI matang, tetapi mempunyai persentasi asam lemak rantai
panjang yang tinggi.
ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang dibanding
susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Seperti kita ketahui
konsumsi asam lemah jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk
kesehatan jantung dan pembuluh darah.
5. Mengandung Karnitin
Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang
diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar
karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam
kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang
mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.

6. Mengandung Vitamin K
Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor
pembekuan. Kadar vitamin K ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu formula.
Bayi yang hanya mendapat ASI berisiko untuk terjadi perdarahan, walapun angka
kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan
vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan.

7. Mengandung Vitamin D
Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini
tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi
akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Sehingga
pemberian ASI eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar
matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan
vitamin D.
8. Mengandung Vitamin E
Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah
merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah
(anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya tinggi
terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal.
9. Mengandung Vitamin A
Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk
mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI mengandung
dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A dan tetapi juga bahan bakunya yaitu beta
karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI
mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik.
10. Mengandung Vitamin yang larut dalam air

Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat,
vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh
terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi
dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu
dengan gizi kurang. Karena vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal perkembangan
sistim syaraf maka pada ibu yang menyusui perlu ditambahkan vitamin ini.
Sedangkan untuk vitamin B12 cukup di dapat dari makanan sehari-hari, kecuali ibu
menyusui yang vegetarian.
11. Mengandung Mineral
Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai
fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan
pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium ASI lebih rendah dari susu sapi, tapi
tingkat penyerapannya lebih besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi oleh kadar
fosfor, magnesium, vitamin D dan lemak. Perbedaan kadar mineral dan jenis lemak
diatas yang menyebabkan perbedaan tingkat penyerapan. Kekurangan kadar
kalsium darah dan kejang otot lebih banyak ditemukan pada bayi yang mendapat
susu formula dibandingkan bayi yang mendapat ASI.
Kandungan zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula keduanya
rendah serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko yang
lebih kecil utnuk mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi yang
mendapat susu formula. Hal ini disebabkan karena zat besi yang berasal dari ASI
lebih mudah diserap, yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4 -7% pada susu formula.
Keadaan ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan pemberian makanan padat yang
mengandung zat besi mulai usia 6 bulan masalah kekurangan zat besi ini dapat
diatasi.
Asi merupakan hadiah terindah yang dapat diberikan seorang ibu kepada
bayi mereka sebagai hadiah kelak untuk masa depannya. Asi diberikan bukan
semata-mata hanya untuk kebutuhan, melainkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Asi banyak memberikan manfaat terhadap bayi, ibunya,
keluarga, serta negara. Adapun manfaat pemberian Asi Eksklusif, diantaranya:

a. Bagi bayi
- Memberikan makanan utama (nutrisi) bagi bayi dari usia 0-6 bulan, karena
-

mengandung lebih dari 60 % kebutuhan bayi.


Siap saji
Mudah diserap dan dicerna sehingga mencegah terjadinya konstipasi
Memberikan zat kekebalan tubuh (antibodi) terutama kolostrum membantu
tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit lainnya contohnya infeksi saluran

pernafasan dan infeksi salurna pencernaan


Menngandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak
sehingga bayi dengan pemberian asi eksklusif cenderung lebih cerdas. Lemak
yang terkandung adalah lemak tak jenuh yang dimana mengandung omega 3
untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi akan tumbuh
optimal dan terbebas dari rangsangan kejang hingga sel-sel saraf otak

(Kristiyansari, 2009).
Mengandung Laktobasillus bifidus yang dimana berfungsi untuk mengubah
laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini akan
menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat
pertumbuhan 9 Lactobasillus bifidus. Susu sapi tidak mengandung faktor ini

(Sunardi, 2008).
b. Bagi ibu
- Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh
kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah
terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya
perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi.
Kejadian karsinoma mammae pada ibu menyusui lebih rendah dibanding
-

yang tidak menyusui (Kristiyansari, 2009).


Menyusui secara murni Eksklusif dapat mengatur jarak kehamilan.
Ditemukan rata-rata ibu yang menyusui adalah 24 bulan sedangkan yang
tidak menyusui 11 bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja
untuk menekan hormon ovulasi sehingga dapat menunda kembalinya
kesuburan. Ibu yang sering hamil kecuali menjadi beban sendiri juga
merupakan risiko tersendiri bagi ibu untuk mendapatkan penyakit seperti
anemia, 13 risiko kesakitan dan kematian akibat persalinan (Suryoprajogo,
2009). Beberapa manfaat tersebut, sangat penting diberikan dalam usia bayi
selama 6 bulan.

B. Diare

Menurut WHO diare merupakan penyaki yang ditandai dengan perubahan


bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi
buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari
(Simatupang, 2004).
Menurut Depkes (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi 4 kelompok
yaitu:
1. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
2. Disentri adalah diare yang disertai darah dalam tinjanya
3. Diare persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terusmenerus
4. Diare yang disertai penyakit jenis lain (demam, gangguan gizi)
Diare terjadi karena disebabkan oleh bakteri seperti contoh shigella, salmonela,
E coli, staphylococus aureus. Juga dapat disebabkan oleh golongan virus seperti
rotavirus, adenovirus. Parasit seperti contoh

cacing perut, Ascaris, Trichiuris,

Strongyloides, Blastsistis huminis, protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia labila,


Belantudium coli dan Crypto juga dapat menyebabkan terjadinya diare. Selain dari
faktor-faktor tersebut, diare dapat disebabkan karena alergi, keracunan, malabsorbsi
dan imunodefisiensi.
Diare mengakibatkan terjadinya kehilangan air dan elektrolit serta gangguan
asam basa yang menyebabkan dehidrasi dan asidosis metabolik. sehingga terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan sebagai akibat
diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perpusi jaringan berkurang sehingga
hipoksia dan asidosis metabolik bertambah berat, kesadaran menurun dan bila tak
cepat diobati penderita dapat meninggal.
Gejala diare
Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit,
terutama natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidosis metabolik. Dehidrasi
dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan serum elektrolit.
Setiap kehilangan berat badan yang melampaui 1% dalam sehari merupakan
hilangnya air dari tubuh. Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan apabila defisit
melampaui 15% (Soegijanto, 2002).
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali
atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah, panas,
tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah
dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tibatiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau
kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-

gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala.
Gangguan bakteri dan parasit kadangkadang menyebabkan tinja mengandung darah
atau demam tinggi (Amiruddin, 2007).
Menurut Ngastisyah (2005) gejala diare yang sering ditemukan mula-mula
pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, tinja
mungkin disertai lendir atau darah, gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah
diare. Bila penderita benyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai
nampak, yaitu berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Dehidrasi
merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja yang berulangulang. Dehidrasi terjadi akibat kehilangan air dan elektrolit yang melebihi
pemasukannya (Suharyono, 1986). Kehilangan cairan akibat diare menyebabkan
dehidrasi yang dapat bersifat ringan, sedang atau berat.

C. Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare


Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan tubuh dari
ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahiran
bayi, padahal dari waktu bayi lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum
dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Sehingga kemampuan bayi
membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat selanjutnya akan terjadi
kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila

bayi diberi ASI (Roesli, 2005). Pemberian makanan berupa ASI sampai bayi mencapai
usia 4-6 bulan, akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam
penyakit.
Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare
pada balita, yaitu (Depkes RI, 2007):
1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada
balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita
yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran

oleh

kuman karena botol susah dibersihkan.


3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa
jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang
biak.
4. Menggunakan air minum yang tercemar.
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah

membuang

tinja

anak atau sebelum makan dan menyuapi anak


6. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak
berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah
besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

D. Kerangka teori

ASI Eksklusif

Peningkatan sistem
imun bayi

III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis analitik
observasional (non-eksperimental) dengan desain Cross Sectional. Desain ini dipilih untuk
mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita di desa
Mangunsari, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di desa Mangunsari, Sawangan, Magelang. Pengumpulan data
dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2015 di 2 Posyandu yang tersebar di desa Mangunsari.
3.3 Subyek Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun di
Desa Mangunsari Kecamatan Sawangan. Berdasarkan data yang kami peroleh, terdapat 98

anak usia 0-5 tahun di wilayah Desa Mangunsari Kecamatan Sawangan yang tersebar dalam
2 wilayah kerja posyandu di desa tersebut.
3.3.2 Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
a. Ibu yang menyetujui dijadikan responden dalam penelitian
b. Ibu yang memiliki balita di desaMangunsari
2. Kriteriaeksklusi
a. Ibu yang tidak datang ke posyandu
b. Balita yang diantar oleh selain ibu kandung ke posyandu
3.3.3 Besar Sampel
Pada penelitian ini kami menggunakan teknik total sampling dari populasi, yang
disesuaikan dengan kriteria inklusi. Kami dapatkan sampel sebanyak 50 subyek penelitian.

3.4 Variabel Penelitian


Variabel penelitian pada penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut:
1. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah pemberian ASI eksklusif
2. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan
Jumlah paritas
Dukungan keluarga
3.5 Definisi Operasional

1. ASI eksklusif pada penelitian ini didefinisikan sebagai pemberian ASI saja oleh ibu
kepada anaknya sejak bayi baru lahir hingga 6 bulan pertama kehidupannya tanpa
adanya makanan tambahan lain kecuali vitamin, mineral dan obat. Dalam penelitian
ini dikatagorikan kedalam 2 kelompok yaitu kelompok ASI eksklusif jika memenuhi
kriteria pemberian ASI eksklusif dan kelompok ASI tidak eksklusif jika tidak
memenuhi kriteria ASI eksklusif sesuai dengan definisi yang telah disebutkan
sebelumnya.
2. Usia adalah jumlah umur dalam tahun terhitung sejak tahun ibu lahir hingga tahun
saat penelitian ini dilakukan. Usia dalam penelitian ini dikategorikan kedalam 3
kategori yaitu kategori usia ibu kurang dari 20 tahun, usia ibu 20-35 tahun, dan usia
ibu lebih dari 35 tahun.
3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan teakhir yang telah dicapai oleh ibu selama
masa hidupnya. Pendidikan dalam penelitian ini terbagi menjadi jenjang pendidikan
SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi (PT) yang kemudian dipersempit dengan
pengelompokan ke dalam 2 kategori yaitu pendidikan rendah (SD, SMP) dan
pendidikan tinggi (SMA, PT).
4. Pengetahuan adalah hal-hal yang ibu ketahui mengenai ASI eksklusif meliputi
pengertian, kandungan atau komposisi ASI , manfaat, dan waktu pemberian ASI
eksklusif yang kemudian dilakukan skoring dan dikelompokkan menjadi ibu dengan
pengetahuan kurang (skor 0 hingga 6) dan pengetahuan cukup (skor 7 hingga 10).
5. Pekerjaan dalam penelitian ini terbagi menjadi pekerjaan sebagai PNS, Peg.Swasta,
Petani, Wiraswasta, dan tidak bekerja atau Ibu Rumah Tangga (IRT) yang kemudian
dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu kategori kelompok IRT dan kelompok nonIRT (pekerjaan lain selain IRT).
6. Jumlah paritas dalam penelitian ini didefinisikan sebagai jumlah anak yang pernah
dilahirkan dan masih hidup yang ibu miliki saat ini.
7. Dukungan Keluarga adalah dorongan keluarga kepada ibu untuk memberikan ASI
eksklusif terhadap anaknya baik berupa pemberian informasi, nasihat, anjuran dan
sikap dari anggota keluarga. Dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori yakni
kategori ada dukungan keluarga jika terdapat dukungan dari keluarga baik suami,
orangtua, maupun keduanya dan kategori tidak ada dukungan keluarga jika tidak
terdapat dukungan keluarga baik dari suami maupun orangtua ibu.
3.6 InstrumenPenelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah kuesioner.


Kuesioner kami dapatkan dari penelitian sebelumnya yang berjudul Hubungan
Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Diare Pada Usia 0-5 Tahun Di Desa
Mangunsari, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang yang sudah di validasi.
3.7 Tahapan Penelitian
Penelitian kali ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
1. Tahap persiapan
- Menyusun ide penelitian kemudian mengkonsultasikan dengan pembimbing
- Menyusun metode penelitian kemudian mengkonsultasikan dengan pembimbing
- Menyampaikan rencana penelitian kepada petugas puskesmas
2. Tahap pelaksanaan
- Meminta izin kepada kader kesehatan dan bidan Desa untuk melakukan penelitian
-

epidemiologi.
Pengambilan data langsung saat kegiatan posyandu rutin berlangsung
Pengolahan data dan memeriksa ulang data yang sudah didapatkan apakah sudah

sesuai atau belum, dan memasukkan data ke komputer.


Melakukan coding data, kemudian melalukan analisis data menggunakan software

statistik.
3. Tahap akhir
- Melakukan penyusunan laporan sesuai dengan format penelitian epidemiologi.
- Berdisuksi dengan pembimbing terkait dengan hasil penelitian.
3.8 Analisis Data
Pengolahan dan analisis data akan dilakukan dengan bantuan software IBM
SPSS 18. Data dari hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan persentase, tabel analisis univariat berupa karakteristik responden dan
analisis bivariat berupa tabulasi silang dan tabel korelasi serta keterangan akan diberikan
dalam bentuk narasi.
Jadi ada 2 macam analisis yang akan dilakukan yaitu :
a. Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melaporkan deskripsi hasil temuan baik variabel
terikat maupun bebas. Direncanakan dalam bentuk tabel distribusi.
b. Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan antar variabel, digunakan tehnik
analisis chi-square, dipilih CI 95% dengan = 0,05. Dikatakan berhubungan bila nilai
p < .
3.9 Etika Penilitian
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti meminta izin kepada kader kesehatan serta
bidan desa dan memberikan penjelasan penelitian apa yang akan dilakukan dan

mekanisme penelitian. Selanjutnya peneliti akan menjelaskan mengenai mekanisme


penelitian kepada subyek dan meminta subyek untuk mengisi dan menanda tangani form
informed concent. Peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada hasil penelitian
maupun laporan dan menjamin kerahasiaan informasi dari subyek yang telah diberikan.

Anda mungkin juga menyukai