General Anestesi 2
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Anestesi dan Reanimasi
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
RSUD dr. Soeroto Ngawi
Disusun oleh:
Putri Nurhayati (10711222)
Pembimbing :
dr. Bambang Triyono, Sp.An., Msi.Med
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
RSUD DR. SOEROTO NGAWI
2016
: Nn. H
Umur
: 17 tahun
Alamat
: Cangakan, Padas
Pekerjaan
: Pelajar
Agama
: Islam
No. RM
: 189581
Tgl Operasi
: 06 Januari 2016
ANAMNESIS
Autoanamnesis dan pengambilan data sekunder dari status pasien pada tanggal
06 Januari 2016.
a. Keluhan Utama
OS dikirim dari dr. Sp. THT dengan diagnosis tonsilitis.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 05 Januari pasien datang kerumah sakit karena sudah
direncanakan untuk di lakukan tindakan operasi karena keluhan pasien semakin
memberat. Kemudian pasien direncanakan untuk dilakukan operasi Tonsilektomi pada
tanggal 06 Januari 2016.
c. Anamnesis Sistem
- Cerebrospinal
- Kardiovaskular
- Respirasi
- Digesti
: BAK normal
- Integumentum
: (-)
: (-)
- Riwayat hipertensi
: (-)
- Riwayat alergi
: (-)
: (-)
: (-)
- Riwayat hipertensi
: (-)
- Riwayat alergi
: (-)
PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum
: baik
- Kesadaran
: compos mentis
- Berat badan
: 51 kg
- Tinggi badan
: 159 cm
- IMT
: 27,05 (Overweight)
- Vital sign
TD
: 110/80 mmHg
RR
: 20x/menit
HR
: 78 x/menit
Suhu : 36,3 C
- Kepala
- Mata
- Leher
- Thoraks
- Abdomen
- Ekstremitas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
DIAGNOSIS
Tonsilitis
TERAPI
Terapi non farmakologi
:-
Terapi farmakologi
:-
Terapi pembedahan
: Tonsilektomi
PENATALAKSANAAN ANESTESI
Pasien wanita usia 17 tahun dengan Tonsilitis. ASA 1. BB : 51 kg, TB : 159
cm, TD : 110/80 mmHg, HR : 78x/menit, RR : 20 x/menit.
- Anamnesis
Riwayat asma (-), diabetes mellitus (-), hipertensi (-), alergi obat (-), alergi
makanan (-), gigi palsu (-), gigi goyang (-).
- Konsul ke dokter Spesialis Anestesi jenis anestesi GA (General Anestesi), obat
Recofol 150 mg dan Ecron 4 mg
- Teknik
- Premedikasi
:-
- Induksi
: Recofol 150 mg
- Pelumpuh Otot
: Ecron 4 mg
- Obat lain
- Maintenance
- Monitoring
: 112/66 mmHg
- Nadi
: 66 x/menit
- Suhu
: 36 C
- SpO2
: 98 %
- BB
: 51 kg
Beberapa menit sebelum operasi selesai pemberian Isoflurane dihentikan dan pasien
diberikan bantuan nafas secara manual sampai pasien dapat bernafas dengan spontan.
Pukul 11.40 operasi selesai dan dilakukan tindakan suction pada orofaring serta
tindakan ekstubasi. Hasil pemantauan tanda-tanda vital seperti tekanan darah dan
frekuensi nadi, cairan masuk serta cairan keluar dilakukan selama proses anestesi
adalah sebagai berikut :
JAM
10.05
10.10
10.15
10.20
10.25
10.30
10.35
10.40
10.45
TD
110/
100/
92/ 58
91/58
120
122
117
119
120
(mmHg)
62
50
/73
/70
/82
/83
/62
HR
65
62
85
78
81
73
58
63
65
(x/menit)
Cairan masuk : RL 500cc
Cairan keluar :
Perdarahan 100 cc
Urine
Selama operasi berlangsung tidak terjadi hipotensi maupun kenaikan tekanan
darah yang berarti :
-
bila pasien sadar (+), mual/muntah (-), BU (+) coba minum sedikit-sedikit
PEMBAHASAN ANESTESI
Persiapan pra anestesi yang kurang memadai merupakan faktor penyumbang
sebab-sebab terjadinya kecelakaan anetesia. Sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan setidaknya harus melakukan kunjungan pasien yang dapat mengurangi
angka kesakitan operasi, mengurangi biaya operasi dan meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Persiapan pra bedah meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, serta klasifikasi status fisik yang biasa menggunakan
klasifikasi ASA (The American Society of Anaesthesiologists).
- ASA II
- ASA III
- ASA IV
- ASA V
- ASA VI
jalan
nafas.
Karena
pembedahan
ini
bersifat
emergency
perlu
dipertimbangkan intake makanan dan cairan pada pasien untuk mencegah terjadinya
regurgitasi lambung saat dilakukan operasi.
Anestesi adalah suatu keadaan dengan tidak adanya rasa nyeri. Anestesi umum
adalah suatu keadaan yang ditandai dengan hilangnya persepsi terhadap semua sensasi
akibat induksi obat. Menurut Kee et al (1996) anestesi seimbang yaitu suatu
kombinasi obat-obatan yang sering dipakai dalam anestesi umum. Anestesi seimbang
terdiri atas :
1. hipnotik diberikan semalam sebelumnya
2. premediaksi, seperti analgesik narkotik atau benzodiazepin (misalnya,
midazolam) dan antikolinergik (contoh, atropin) untuk mengurangi sekresi
diberikan kira-kira 1 jam sebelum pembedahan
3. barbiturat dengan masa kerja singkat, seperti natrium tiopental
(Penthothal)
4. gas inhalan, seperti nitrous oksida dan oksigen
5. pelemas otot jika diperlukan.
Tahapan anestesi dibagi dalam 4 stadium yaitu :
1. Stadium I (stadium induksi atau eksitasi volunter), dimulai dari pemberian
agen anestesi sampai menimbulkan hilangnya kesadaran. Rasa takut dapat
meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi
dan defekasi.
2. Stadium II (stadium eksitasi involunter), dimulai dari hilangnya kesadaran
sampai permulaan stadium pembedahan. Pada stadium ini terjadi eksitasi dan
gerakan yang tidak menurut kehendak, pernafasan tidak teratut, inkontinensia
urin, muntah, midriasis, hipertensi, dan takikardi.
3. Stadium III (pembedahan) terbagi menjadi 3 bagian yaitu Plane I yang
ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe
Pemberiananestesidimulaidengantahapinduksiyaitumemasukkanobatsehingga
pasientertidur.ObatyangdiberikandalamtahapiniadalahRecofol150mg.Propofol
adalah modulator selektif dari reseptor gamma amino butiric acid (GABAA) dan tidak
terlihat memodulasi saluran ion ligand lainnya pada konsentrasi yang relevan secara
klinis. Propofol memberikan efek sedatif hipnotik melalui interaksi reseptor GABA A.
GABA adalah neurotransmiter penghambat utama dalam susunan saraf pusat. Ketika
reseptor GABAA diaktifkan, maka konduksi klorida transmembran akan meningkat,
mengakibatkan hiperpolarisasi membran sel postsinap dan hambatan fungsional dari
neuron postsinap. Interaksi propofol dengan komponen spesifik reseptor GABA A
terlihat mampu meningkatkan laju disosiasi dari penghambat neurotransmiter, dan
juga mampu meningkatkan lama waktu dari pembukaan klorida yang diaktifkan oleh
GABA dengan menghasilkan hiperpolarisasi dari membran sel.
Dosis induksi dari propofol pada orang yang sehat adalah 1.5 hingga 2.5 mg/kgBB IV,
dengan kadar darah 2-6 g/ml yang menghasilkan ketidaksadaran tergantung pada
pengobatan dan pada usia pasien. Onset hipnosis propofol sangat cepat (one armbrain circulation) dengan durasi hipnosis 5-10 menit. Seperti halnya dengan
barbiturat, anak membutuhkan dosis induksi dari propofol yang lebih tinggi per
kilogram badan, kemungkinan berhubungan dengan volume distribusi sentral lebih
besar dan juga angka bersihan yang tinggi. Pasien lansia membutuhkan dosis induksi
yang rendah (25% hingga 50% terjadi penurunan) akibat penurunan volume distribusi
sentral dan juga penurunan laju bersihan. Pasien sadar biasanya
terjadi pada
dianjurkan adalah 0,08-0,12 mg/kgBB. Jika berat badan pasien adalah 51 kg maka
dosis Ecron dapat berkisar antara 0,32-6,12 mg.
Oksigen, Fentanyl dan Isoflurane digunakan sebagai maintenance saat anestesi
berlangsung. Fentanyl adalah opioid sintetik yang secara struktur mirip dengan
meperidin. Potensial analgesiknya 75-125 kali lebih besar daripada morfin.
Mempunyai onset dan durasi yang lebih cepat jika dibandingkan dengan morfin hal
ini dikarenakan kelarutan lemak fentanyl yang tinggi. Fentanyl dimetabolisme dengan
cara
metilasi
menjadi
norfentanyl,
hydroksipropionil-fentanyl
dan
cairan yang diberikan pada kasus ini adalah BB 51 kg, puasa 10 jam, jumlah
perdarahan (JP) 100 cc :
Maintenance (M)
= 2 cc/kgBB/jam
= 2 x 51
= 102 cc
= 6 cc/kgBB/jam
= 6 x 51
= 306 cc
= M x jam puasa
= 102 x 6
= 612 cc
EBV
= 70 cc/kgBB
= 70 x 51
= 3.570 cc
UBL
= EBV x 20%
Kebutuhan cairan
M + SO + PP + 3 (JP)
Berdasarkan perhitungan diatas maka cairan yang masuk dalam tubuh pasien
selama proses operasi berlangsung masih kurang sebanyak 514 cc. Namun
kekurangan cairan tersebut dapat diberikan setelah proses operasi selesai saat pasien
berada di recovery room (RR).
Pasien dengan anestesi umum (general anestesi), dapat dipindahkan ke ruang
recovery dengan ketentuan pasien memiliki Aldrete Score 8.
Modifikasi Aldrete Score
Kesadaran
Sadar penuh
Respirasi
0
2
Apnea
Sirkulasi (TD dengan Perbedaan 20%
0
2
preanestesi)
Perbedaan 50%
Aktivitas
0
2
2 ekstremitas
Tidak bergerak
SpO2> 92% dalam suhu ruang
0
2
Saturasi Oksigen
PEMBAHASAN TONSILEKTOMI
1.Definisi
Indikasi Absolut
Indikasi Relatif
a. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat
b. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis
c. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik dengan
pemberian antibiotik -laktamase resisten
d. Hipertrofi tonsil unilateral yang dicurigai merupakan suatu keganasan
Saat mempertimbangkan tonsilektomi untuk pasien dewasa harus dibedakan
apakah mereka mutlak memerlukan operasi tersebut atau hanya sebagai kandidat.
Dugaan keganasan dan obstruksi saluran nafas merupakan indikasi absolut untuk
tonsilektomi. Tetapi hanya sedikit tonsilektomi pada dewasa yang dilakukan atas
indikasi tersebut, kebanyakan karena infeksi kronik.
sebelumnya
dapat
diatasi,
operasi
dapat
dilaksanakan
dengan
tetap
4. Komplikasi
Tonsilektomi
KESIMPULAN
Langkah-langkah anestesi dan obat-obatan yang digunakan pada kasus ini sudah
sesuai dengan yang seharusnya.