Anda di halaman 1dari 21

Referat Ilmu Bedah Anak

Persentan
: dr. Terri Sandi Susyanto
Tanggal
: Desember 2015
Pembimbing
: dr. Dikki Drajat, SpB(K)BA

DIAGNOSIS DAN MANAJEMEN AWAL


HIPOTERMIA PADA ANAK
I.

Pendahuluan
Neonatus, bayi, dan anak-anak kecil cenderung lebih mudah terkena hipotermia
karena mereka memiliki luas permukaan tubuh yang lebih besar dibandingkan
dengan berat badan sehingga mereka dapat kehilangan panas tubuh lebih cepat
daripada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa.
WHO menyarankan nilai suhu yang sedikit berbeda untuk tingkat hipotermia pada
bayi:
Hipotermia ringan atau stres dingin: 36,0 C sampai 36,4 C
Hipotermia sedang: 32,0 C sampai 35,9 C
Hipotermia Berat: <32 C
Mungkin ada beberapa variasi dalam nilai-nilai suhu tersebut oleh beberapa
peneliti, tetapi tingkat suhu ini dapat menjadi pedoman dalam menilai tingkat
hipotermia pada bayi dan anak-anak.
Karena bayi dan anak-anak tidak dapat atau tidak akan berkomunikasi dengan
orang dewasa tentang hipotermia, orang tua, pengasuh, dan tenaga medis
mengandalkan petunjuk lain atau gejala hipotermia, yang meliputi:
Suhu axilla atau suhu rektal yang akurat di bawah 36,4 C
Menangis lemah
Lethargis
Kulit dingin dan kemerahan
Ekstremitas dan perut yang teraba dingin
Poor feeding
Hipoglikemia
Hipoksia atau periode apnea
Aritmia jantung
Beberapa bayi dan anak-anak mungkin mengalami hipotermia dan menunjukkan
gejala kronis:
penurunan berat badan,
1

tidak ada peningkatan berat badan, atau


gagal tumbuh kembang.
Anak-anak dan remaja yang dapat berkomunikasi memiliki gejala seperti yang
dijelaskan untuk orang dewasa, tapi kadang-kadang mungkin memiliki kombinasi
II.

gejala mereka dari anak atau orang dewasa.


Fisiologi
Anatomi dan Fisiologi
Suhu tubuh atau temperatur normal pada anak dan dewasa adalah :
Usia
3 bulan
6 bulan
1 tahun
3 tahun
5 tahun
7 tahun
9 tahun
11 tahun
13 tahun
Dewasa
>70 tahun

Suhu (oc)
37,5
37,5
37,7
37,2
37,0
36,8
36,7
36,7
36,6
36,4
36,0

1.0 Tabel suhu tubuh


Suhu normal pada neonatus berkisar antara 36 OC - 37,5 OC pada suhu
ketiak. Gejala awal hipotermia apabila suhu < 36 oC atau kedua kaki dan
tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah
mengalami hipotermia sedang (suhu 32oC - < 36oC). Disebut hipotermia berat
bila suhu tubuh < 32 oC. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia
diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 25
O

C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal

penyakit yang berakhir dengan kematian.

Yang menjadi prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah


meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik
asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan
glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan
turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake
kalori.
Suhu tubuh diatur oleh sistem saraf dan sistem endokrin, dimana :
1. Sistem Saraf : Merupakan pusat pengatur suhu tubuh, yaitu
hipotalamus preoptik hipotalamus anterior. Saat terjadi
pemanasan pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi dan
saat dingin pembuluh darah akan mengalami vasokonstriksi.
2. Sistem Endokrin : Dingin mengakibatkan sekresi tiroksin yang
mengakibatkan peningkatan metabolisme dan pembentukan
panas. Hormon kelamin pria dapat meningkatka kecepatan
metabolisme

basal

kira-kira

10-15%

kecepatan

normal,

menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan,


fluktuaso suhu lebih bervariasi daripada laki-laki karena
pengeluaran

hormon

progesterone

pada

masa

ovulasi

meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,6 oC di atas suhu basal.


Hormon pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan
peningkatan

kecepatan

metabolisme

sebesar

15-20%.

Akibatnya,produksi panas tubuh juga meningkat.


Fisiologi regulasi suhu, suhu tubuh adalah keadaan seimbang antara
produksi panas tubuh dan kehilangan panas dari tubuh. Diukur dengan
derajat.

Produksi panas

Pengeluaran panas

Metabolisme basal

Radiasi

Aktivitas otot dan


menggigil

Konduksi
evaporasi

Tiroksin dan
epineprin
Efek suhu terhadap
sel

2.1 keseimbangan produksi dan pengeluaran panas

Terdapat 2 jenis panas/suhu tubuh yaitu :


1. suhu inti (suhu dari organ/ jaringan tubuh bagian dalam : otak,
dada, perut, dll) suhu relatif konstan 37C/98,6F.
2. Suhu permukaan ( suhu kulit, jaringan subkutan dan lemak ).
Variasi suhu antara 20C (68F) 40C (104F).
Produksi panas/heat production terdiri dari 5 faktor penting, antara
lain :
a. BMR ( Basal Metabolisme Rate).
b. Aktifitas otot
c. Pengeluaran tiroxin
d. Stimulasi simpatis, epinephrin, dan nonepineptin
e. Demam.
Sedangkan

pengeluaran panas atau kehilangan panas/heat loss terdiri dari 4

mekanisme yang aktif dalam pengeluaran panas, yaitu :


a. Konduksi : perpindahan langsung dari badan ke objek tampak gerakan :
kompres.
b. Konveksi : perpindahan melalui sirkulasi : kipas angin.

c. Radiasi : perpindahan antara kulit dan lingkungan.


d. Evaporasi : melalui penguapan ( insensibel, water loss mis, pernapasan,
kulit).

2.2 Etiologi Hipotermi


Penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi disebabkan karena ;
Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badannya
rendah), relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas
tubuhnya

cepat

hilang.

Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun.Panas tubuh juga bisa
hilang melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir
dibanjiri oleh cairan ketuban.
Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :

Jaringan lemak subkutan tipis.

Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.

Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.

BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering


(menggigil) pada reaksi kedinginan.

Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang


beresiko tinggi mengalami hipotermi.
5

Neonatus mudah sekali terkena hipotermi, hal ini disebabkan oleh karena:

Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan


sempurna

Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas

Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas

Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya agar dia
tidak kedinginan

Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan,


seperti lingkungan dingin, basah, atau bayi yang telanjang,cold linen,
selama perjalanan dan beberapa keadaan seperti mandi, pengambilan
sampel darah, pemberian infus, serta pembedahan. Juga peningkatan
aliran udara dan penguapan.

Ketidaksanggupan menahan panas, seperti pada permukaan tubuh


yang relatif luas, kurang lemak, ketidaksanggupan mengurangi
permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh dan tonus otot
yang lemah yang mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar
pada BBLR.

Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti defisiensi


brown fat, misalnya bayi preterm, kecil masa kelahiran, kerusakan
sistem syaraf pusat sehubungan dengan anoksia, intra kranial
hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia.

Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekelilingi bayi rendah dan
upaya mempertahankan suhu tubuh tidak di terapkan secara tepat,terutama pada
masa stabilisasi yaitu:6-12 jam pertama setelah lahir.
Hipotermia juga bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang
rendah), asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian.Tubuh
dengan cepat menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat
kedinginan bayi memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa
menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.

jika suhu inti terancam menurun, sebagai upaya untuk mengatasinya adalah
dengan mengatur produksi panas (tremor otot dan gerak tubuh). Kedinginan yang
mengancam akan memicu perubahan sikap, tergantung penyebab yang
mendasarinya (misalnya dengan melindungi terhadap angin dengan penambahan
pakaian, meninggalkan kolam renang, berkemul, dll). Jika reaksi perubahan
sikap ini tidak muncul (tidak dilakukan) dapat terjadi hipotermia, yakni
penurunan suhu inti di bawah 35 drajatC. Hal ini dapat terjadi karena alasan fisik
yang tidak memungkinkan keluar dari situasi tersebut, atau bahaya hipotermia
yang tidak disadari, atau akibat ganggua neurologist, hormon, atau metabolic.
Membenamkan diri di dalam air bersuhu 5 10 drajatC selama 10 menit dapat
menimbulkan hipotermia (tergantung ketebalan lemak). Memakai pakaian basah
ditempat dengan hembusan angin yang kuat bersuhu lingkungan 0 drajatC dapat
menyebabkan hipotermia dalam waktu kurang dari 1 jam.
Risiko hipotermia terutama terdapat pada orang yang sudah tua (rentang
pengaturan suhunya mulai terbatas) dan bayi (terutama bayi baru lahir) karena
perbandingan luas permukaan dengan massa tubuh relatif besar, produksi panas
basal yang kurang, dan lapisan lemak subkutan yang masih tipis. Orang dewasa
muda yang tidak berpakaian tetap dapat mempertahankan suhu inti meskipun suhu
lingkungan turun menjadi 27 drajatC karena produksi panas basalnya cukup. Pada
neonatus, hipotermia dapat terjadi pada suhu lingkungan <34 oC.
2.3 Patofisologi Hipotermi
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral
pengatur panas di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu
mencapaib ro wn fat memacu pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida
dioksidasi menjadi gliserol dan asam lemak. Blood gliserol level meningkat,
tetapi asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas.
Daerah brown fat menjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian
tubuh melalui aliran darah.

Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan


glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat
selalu.

Methabolicther mogenesis yang

efektif

adalah

yang

memerlukan integritas dari sistem syaraf sentral, kecukupan dari brown fat, dan
tersedianya glukosa serta oksigen. Perubahan fisiologis akibat hipotermia yang
terjadi pada sistem syaraf pusat antara lain depresi linier dari metabolisme otak,
amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu adaptasi yang salah, EEG
yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan halusinasi.
Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran darah otak
menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan penurunanyangprogressif dari
aktivitas EEG.
Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang progressif,
kontriksi pembuluh darah, peningkatan cardiac output dan tekanan darah.
Selanjutnya, peningkatan aritmia atrium dan ventrikel, perubahan EKG dan
sistole yang memanjang; penurunan tekanan darah yang progressif, denyut
jantung, dan cardiac output, disritmia serta asistole. Pada pernapasan dapat terjadi
takipnea,bronkhorea, bronkhospasma, hipoventilasi konsumsi oksigen yang
menurun sampai 50%, kongesti paru dan edema, konsumsi oksigen yang
menurun sampai 75%, dan apneu. Pada ginjal dan sistem endokrin, dapat terjadi
cold diuresis, peningkatan katekolamin, steroid adrenal, T3 dan T4 dan menggigil;
peningkatan aliran darah ke ginjal sampai 50%, autoregulasi ginjal yang intak,
dan hilangnya aktivitas insulin. Pada keadaan berat, dapat terjadi oliguri yang
berat, poikilotermia, dan penurunan metabolisma basal sampai 80%. Pada otot
syaraf, dapat terjadi penurunan tonus otot sebelum menggigil, termogenesis,
ataksia, hiporefleksia, dan rigiditi. Pada keadaan berat, dapat terjadi arefleksia
daerah perifer14.
Akibat-akibat yang di timbulkan oleh hipotermi:
1. Hipoglikemi Asidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer
dengan metabolisme anaerob.
2. Kebutuhan oksigen yang meningkat.
8

3. Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.


4. Gangguan pembekuan darah sehingga mengakibatkan perdarahan
pulmonal yang menyertai hipotermi berat.
5. Shock.
6. Apneu.
7. Perdarahan Intra Ventricular
Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku, pembuluh
darah dapat mengerut dan memutus aliran darah ke telinga, hidung, jari dan kaki.
Dalam kondisi yang parah mungkin korban menderita ganggren (kemuyuh) dan
perlu diamputasi. Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di
seluruh tubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia),
koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila
suhu tubuh < 32 oC. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan
termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 25 oC. Di samping
sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir
dengan kematian
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu normal
pada bayi neonatus adalah adalah 36,5-37,5 derajat Celsius (suhu ketiak).
Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir,
terutama dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg Gejala awal hipotermi apabila
suhu kurang dari 36 derajat Celsius atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.
III.Diagnosis
2.4 Gejala Hipotermi
pada bayi yang baru lahir sangat perlu diperhatikan keadaan umum dari
bayi ( vital sign) berupa heart rate, respiratory rate dan temperaturenya. Keadaan
umum ini penting diobservasi agar jika terdapat kelainan, langsung dapat
diketahui dan diatasi. Kelainan yang sering terjadi pada bayi baru lahir adalah
hipotermi (penurunan suhu tubuh). Manifestasi klinis tergantung pada keparahan

dan pengaruh suhu terhadap tubuh. Transient respirasi distress bisa terlihat pada
waktu di kamar bersalin. Stern (1980) memperlihatkan adanya peningkatan risiko
Kern icterus pada bayi kecil yang preterm. Gejala-gejala hipotermi pada bayi
(neonatus) antara lain :

Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, tidak
kuat menghisap asi, dan menangis lemah.

Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna kemerahan terutama


dibagian punggung, tungkai dan tangan.

Muka bayi berwarna merah terang.

tampak mengantuk.

kulitnya pucat dan dingin.

lemah, lesu, menggigil.

kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian
dada.

ujung jari tangan dan kaki kebiruan (cyanosis).

Bayi tidak mau minum/menyusui.

Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.

Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi
mengeras (sklerema).

Kulitnya pucat dan dingin.

Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental dan fisik


menjadi lamban.
Bila tubuh korban basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat

dan hebat.
Menurut tanda klinisnya, gejala klinis hipotermi terbagi menjadi :
1. Hipotermia sedang :
Kaki teraba dingin.
Kemampuan menghisap lemah.
Tangisan lemah.
Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.
10

2. Hipotermia berat
Sama dengan hipotermia sedang.
Pernafasan lambat tidak teratur.
Bunyi jantung lambat.
Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolik.
3. Stadium lanjut hipotermia
Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.
Bagian tubuh lainnya pucat.
Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan.
(sklerema).
Menurut tingkat keparahannya, Gejala Klinis hipotermia dibagi menjadi
3, yaitu :
1. Mild atau ringan.
Sistem saraf pusat: amnesia, apatis, terganggunya persepsi
halusinasi.
Cardiovaskular: denyut nadi cepat lalu berangsur melambat,
meningkatnya tekanan darah,
Penafasan: nafas awalnya cepat lalu berangsur melambat,
Saraf dan otot: gemetar, menurunnya kemampuan koordinasi otot.
2. Moderate atau sedang.
Sistem saraf pusat: penurunan kesadaran secara berangsur,
pelebaran pupil.
Cardiovaskular: penurunan denyut nadi secara berangsur.
Pernafasan: hilangnya reflex jalan nafas(seperti batuk, bersin).
Saraf dan otot: menurunnya reflex, berkurangnya respon
menggigil, mulai munculnya kaku tubuh akibat udara dingin.
3. Severe atau parah.
Sistem saraf pusat: koma, menurunnya reflex mata ( seperti
mengedip ).

11

Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur,


menghilangnya atau menurunnya tekanan darah sistolik.
Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen.
Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer
2.5 Klasifikasi Hipotermi
Beberapa jenis hipotermia, yaitu :
Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga
(35c).
Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung
terhadap udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat.
Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan
sistemik (seluruh tubuh) yang serius. Kebanyakan terjadinya pada
musim dingin (salju) dan iklim dingin.

Sedangkan berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas:

Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 12 derajat Celsius


sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi
berumur 4-8 jam, bila suhu lingkungan diatur sebaik-baiknya. Biasanya
hal ini terdapat pada BBLR, hipoksia (suatu keadaan dimana suplai
oksigen tidak mencukupi untuk keperluan sel, jaringan atau organ),
ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera dibungkus
setelah lahir, terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah
lahir), dan pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin.

Hipotermia akut, terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin


selama 6-12 jam. Umumnya terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang
tempat bersalin yang dingin, inkubator yang tidak cukup panas,
kelalaian terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga mati dalam
kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya adalah
12

lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki
dingin. Terapi yang dilakukan adalah dengan segera memasukkan bayi
ke dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi
dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.

Hipotermia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan


oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis,
sindrom gangguan pernapasan dengan hipoksia atau hipoglikemia,
perdarahan intra-kranial tranfusi tukar, penyakit jantung bawaan yang
berat, dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia. Pengobatannya ialah
dengan mengobati penyebabnya, misalnya dengan pemberian antibiotik,
larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya.Pemeriksaan suhu tubuh pada
bayi yang sedang mendapat tranfusi tukar harus dilakukan beberapa kali
karena hipotermia harus diketahui secepatnya. Bila suhu tubuh bayi
sekitar 32 derajat Celsius, tranfusi tukar harus dihentikan untuk
sementara waktu sampai suhu tubuh menjadi normal kembali.

Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam
ruangan dingin (lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau
minum, badan dingin, suhu berkisar antara 29,535 derajat Celsius, tak
banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada tangan, kaki, dan muka
seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis. Bayi
seperti ini sering mengalami komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan
perdarahan. Pengobatannya ialah dengan memanaskan secara perlahanIV.

lahan, antibiotik, pemberian larutan glukosa 10 persen, dan kortikosteroid.


Manajemen
2.6 Penangan pada Hipotermi
Prinsip penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan
menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada, untuk mencegah
13

turunnya tekanan darah secara mendadak) atau menempatkan pasien di ruangan


yang hangat. Berikan juga minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).
Pencegahan dan Penanganan Hipotermi Pemberian panas yang mendadak,
berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga direkomendasikan penghangatan
0,5-1C tiap jam (pada bayi < 1000 gram penghangatan maksimal 0,6 C).
Untuk mencegah komplikasi hipotermia, pemanasan terhadap bayi harus segera
dilakukan. Penyebab hilangnya panas harus segera dihentikan, suhu harus terus
dimonitor, dan investigasi terhadap penyebab-penyebab patologi atau iatrogenik
harus diperiksa. Jika hipotermianya ringan, dilakukan pemanasan yang perlahanlahan. Panas yang diberikan lebih tinggi sedikit dari panas kulit dan perlahanlahan dinaikkan hingga dicapai suhu yang kira-kira sama dengan suhu ruangan
yang normal (tabel 2). Suhu kulit, aksila, dan ruangan harus diukur setiap 30
menit selama masa pemanasan.
Dianjurkan untuk menaikkan panas satu derajat tiap satu jam, kecuali jika
berat badan bayi yang kurang dari 1200 gram, usia kehamilan kurang dari 28
minggu, atau suhunya kurang dari 32oC, dan bayi dapat dipanaskan lebih
perlahan-lahan (rata-rata tidak lebih dari 0,6oC tiap jam).
Peralatan yang dipakai untuk mengatasi hipotermia:
1. Closed incubator.
Biasanya digunakan untuk bayi yang mempunyai berat kurang dari
1800 gram. Kerugian pemakaian alat ini adalah kita sulit untuk
mengamati dan melakukan tindakan terhadap bayi. Perubahan suhu
yang berhubungan dengan sepsis bisa kabur karena alat ini. Bayi
dikeluarkan dari inkubator bila suhu tubuh dapat bertahan pada suhu
lingkungan lebih dari 30oC (biasanya sewaktu tubuh telah mencapai
kira-kira 1800 gram). Inkubator ini biasanya memakai alat-alat
berikut: Pengatur suhu sendiri, yang ditaruh di atas perut bayi. Bila
suhu tubuh bayi turun, panas akan dihasilkan sesuai target dan alat

14

akan mati secara otomatis. Kerugiannya adalah bila sensornya lepas


atau rusak dapat terjadi panas yang berlebihan. Air temperatur control
device.
2. Radiant warmer
Khusus dipakai pada bayi yang tidak stabil atau yang sedang
mengalami pemeriksaan. Temperatur dapat diatur dengan memakai
skin probe atau manual mode. Pengaturan suhu tubuh pada bayi cukup
bulan yang normal (> 2500 gram) antara lain tempatkan bayi di bawah
pemanas segera setelah bayi lahir, keringkan seluruh tubuh untuk
mencegah kehilangan panas dengan cara penguapan, tutup kepala
dengan cap, bungkus bayi dengan selimut, masukkan dalam tempat
tidur bayi.
Pengaturan suhu tubuh bayi cukup bulan yang sakit, prosedurnya
sama dengan bayi cukup bulan yang sehat, kecuali radiant warmer-nya
dengan pengatur suhu sendiri.
Pengaturan panas pada bayi prematur (1000-2500 gr) yaitu untuk
berat bayi 1800-2500 gram, tanpa masalah medis, digunakan tempat
tidur bayi, cap, dan selimut biasanya sudah cukup. Juga dapat
digunakan cara skin-to-skin (kangaroo). Untuk bayi 1000-1800 gram,
bayi yang sehat seharusnya ditempatkan di inkubator tertutup dengan
pengatur suhu sendiri. Sedangkan untuk bayi yang sakit ditempatkan
di bawah radiant warmer dengan pengatur suhu sendiri.
Pengaturan panas terhadap bayi berat badan sangat rendah (<1000 gr)
1. Radiant warmer
-

Gunakan pengatur suhu sendiri dengan set temperatur kulit


perut 37oC.

15

Tutup kepala dengan cap.

Pergunakan pelindung panas. Humidity level di bawah


pelindung panas seharusnya 40--50%.

Tempatkan pembungkus yang terbuat dari plastik di atas bayi.

Pergunakan pembungkus kasur warna hitam untuk menyerap


panas.

Pertahankan suhu udara yang terhirup 34--35oC.

Tempatkan matras pemanas (K-pad) di bawah bayi yang


suhunya

telah

disesuaikan

sekitar

35--38oC.

Untuk

mempertahankan proteksi, panas diatur sekitar 35--38oC. Jika


bayi hipotermi, dapat dinaikkan menjadi 37--38oC. Jika bayi
tidak dapat distabilkan, pidahkan bayi ke inkubator tertutup.
2. Closed incubator
-

Gunakan servokontrol dengan set suhu pada kulit perut 36,5oC.

Pergunakan inkubator yang mempunyai dinding dua lapis jika


mungkin.

Tutup kepala dengan cap.

Pertahankan humidity level pada 40--50% atau lebih tinggi.

Pertahankan suhu ventilator pada 34--35oC atau lebih tinggi.

Lapisi inkubator dengan alumunium bila diperlukan.

16

Tempatkan matres pemanas (K-pad) di bawah bayi yang telah


disesuaikan suhunya 35-36 oC. Untuk proteksi, panas dapat
diatur antara 35-36 oC.

Untuk bayi hipotermi, dapat dibuat 37--38oC.

Letakkan pembungkus yang terbuat dari plastik di atas bayi.

Jika suhu tubuh sulit dipertahankan, coba dengan meningkatkan


humidity level.

Pada penanganan neonatal cold injury, di samping pemberian


kehangatan yang bertahap juga koreksi gangguan metabolisme,

terutama hipoglikemia.
4.0 closed incubator dan radiant warmer

2.7 Komplikasi Hipotermi


17

Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat hipotermia: hipoglikemia


karena kekurangan cadangan glikogen. Asidosis metabolik disebabkan
vasokonstriksi perifer dengan metabolisme anaerobik dan asidosis. Hipoksia
dengan kebutuhan oksigen yang meningkat, gangguan pembekuan, dan
perdarahan pulmonal dapat menyertai hipotermia berat. Schok dengan akibat
penurunan tekanan arteri sistemik, penurunan volume plasma, dan penurunan
cardiac output. Apnea dan perdarahan intra ventrikuler.

2.8 Pencegahan hipotermi


Melakukan tujuh rantai hangat, yaitu
1. menyiapkan

tempat

melahirkan

yang

hangat,

kering,

bersih,

penerangan cukup.
2. Mengeringkan tubuh bayi segera ssetelah lahir dengan handuk kering
dan bersih
3. Menjaga bayi tetap hangat dengan mendekap bayi di dada
ibunya dan keduanya di selimuti.
4. memberi ASI sedini mungkin dalam waktu 30 menit setelah
melahirkan agar bayi memperoleh kalori.
5. mempertahankan kehangatan pada bayi.
6. memberi perawatan bayi baru lahir yang memada
7. melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan /
perawatan bayi baru lahir
8. Menunda memandikan bayi baru lahir :
a.

pada bayi normal tunda memandikannya sampai 24 jam.

b.

pada bayi berat badan lahir rendah tunda memandikannya lebih

lama lagi.

18

Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah
metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan
keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat.
VI.

Prognosis
Hipotermi pada bayi baru lahir perlu mendapat perhatian dari para petugas
kesehatan dan khususnya calon ibu yang akan memiliki anak. Mereka perlu
memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara memperlakukan bayi pertama
kali ketika lahir.
Penanganan yang salah terhadap bayi bisa menyebabkan dampak
negatif bagi mereka. Sebagai contoh terjadinya hipotermi pada bayi
disebabkan oleh kebiasaan / perilaku yang salah seperti mengeringkan dan
membersihkan tubuh bayi menunggu setelah plasenta lahir, memandikan bayi
dilakukan segera setelah lahir, membersihkan lemak bayi segera setelah lahir,
memercikkan air hangat / air dingin / air kembang / minyak wangi pada bayi
baru lahir yang tidak menangis (untuk merangsang pernafasan) , mengosok
tubuh bayi dengan minyak kayu putih / obat gosok , bayi baru lahir tidak
segera didekapkan / dipisah /tidak segera disusui oleh ibunya. Semua
kebiasaan diatas justru mengakibatkan penurunan suhu tubuh pada bayi.
Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi
baru lahir. Oleh karena itu para petugas kesehatan harus melakukan tindakan
pencegahan terjadinya hipotermi di tingkat pelayanan dasar. Sebaiknya para
petugas kesehatan memiliki penguasaan dalam mencegah dan menangani
hipotermi pada bayi baru lahir untuk memberikan dampak positif yang sangat
berarti dalam mencegah terjadinya kematian. Begitu pula dengan ibu,
penolong persalinan, dan keluarga di rumah yang bisa dengan mudah
mencegah terjadinya hipotermi.
3.2 Saran

19

a.

Upaya pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir dilakukan dengan benar

bila bayi dikeringkan dan melakukan kontak kulit langsung dengan ibu.
b. Suhu lingkungan selama dan setelah kelahiran sangat besar pengaruhnya
pada bayi baru lahir. Semakin dingin ruangan semakin besar terjadinya
hipotermi.
c.

Cara terbaik mencegah hipotermi adalah mempertahankan tubuh bayi

tetap hangat melalui metode kanguru dan memenuhi kebutuhan kalorinya


dengan memberi ASI sedini mungkin (30 menit setelah bayi lahir).
d. Pencegahan hipotermi sangat mudah dan dapat dikerjakan dimana saja,
kapan saja, oleh siapa saja yang terlibat dalam persalinan dan perawatan bayi
e.

Penanganan hipotermi lebih sulit dibandingkan pencagahannya karena

bila bayi mengalami hipotermi berarti keadaannya sangat berbahaya dengan


risiko sakit dan mati meningkat
f. Bayi dengan berat lahir rendah mudah terkena hipotermi karena pusat
pengatur suhu belum berfungsi baik, kehilangan panas melalui permukaan
kepala lebih besar, karena permukaan kepala bayi lebih luas daripada bagian
tubuh lainnya dan lapisan lemak bawah kulit tipis

20

DAFTAR PUSTAKA

21

Anda mungkin juga menyukai