Persentan
: dr. Terri Sandi Susyanto
Tanggal
: Desember 2015
Pembimbing
: dr. Dikki Drajat, SpB(K)BA
Pendahuluan
Neonatus, bayi, dan anak-anak kecil cenderung lebih mudah terkena hipotermia
karena mereka memiliki luas permukaan tubuh yang lebih besar dibandingkan
dengan berat badan sehingga mereka dapat kehilangan panas tubuh lebih cepat
daripada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa.
WHO menyarankan nilai suhu yang sedikit berbeda untuk tingkat hipotermia pada
bayi:
Hipotermia ringan atau stres dingin: 36,0 C sampai 36,4 C
Hipotermia sedang: 32,0 C sampai 35,9 C
Hipotermia Berat: <32 C
Mungkin ada beberapa variasi dalam nilai-nilai suhu tersebut oleh beberapa
peneliti, tetapi tingkat suhu ini dapat menjadi pedoman dalam menilai tingkat
hipotermia pada bayi dan anak-anak.
Karena bayi dan anak-anak tidak dapat atau tidak akan berkomunikasi dengan
orang dewasa tentang hipotermia, orang tua, pengasuh, dan tenaga medis
mengandalkan petunjuk lain atau gejala hipotermia, yang meliputi:
Suhu axilla atau suhu rektal yang akurat di bawah 36,4 C
Menangis lemah
Lethargis
Kulit dingin dan kemerahan
Ekstremitas dan perut yang teraba dingin
Poor feeding
Hipoglikemia
Hipoksia atau periode apnea
Aritmia jantung
Beberapa bayi dan anak-anak mungkin mengalami hipotermia dan menunjukkan
gejala kronis:
penurunan berat badan,
1
Suhu (oc)
37,5
37,5
37,7
37,2
37,0
36,8
36,7
36,7
36,6
36,4
36,0
basal
kira-kira
10-15%
kecepatan
normal,
hormon
progesterone
pada
masa
ovulasi
kecepatan
metabolisme
sebesar
15-20%.
Produksi panas
Pengeluaran panas
Metabolisme basal
Radiasi
Konduksi
evaporasi
Tiroksin dan
epineprin
Efek suhu terhadap
sel
cepat
hilang.
Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun.Panas tubuh juga bisa
hilang melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir
dibanjiri oleh cairan ketuban.
Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
Neonatus mudah sekali terkena hipotermi, hal ini disebabkan oleh karena:
Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya agar dia
tidak kedinginan
Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekelilingi bayi rendah dan
upaya mempertahankan suhu tubuh tidak di terapkan secara tepat,terutama pada
masa stabilisasi yaitu:6-12 jam pertama setelah lahir.
Hipotermia juga bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang
rendah), asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian.Tubuh
dengan cepat menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat
kedinginan bayi memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa
menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.
jika suhu inti terancam menurun, sebagai upaya untuk mengatasinya adalah
dengan mengatur produksi panas (tremor otot dan gerak tubuh). Kedinginan yang
mengancam akan memicu perubahan sikap, tergantung penyebab yang
mendasarinya (misalnya dengan melindungi terhadap angin dengan penambahan
pakaian, meninggalkan kolam renang, berkemul, dll). Jika reaksi perubahan
sikap ini tidak muncul (tidak dilakukan) dapat terjadi hipotermia, yakni
penurunan suhu inti di bawah 35 drajatC. Hal ini dapat terjadi karena alasan fisik
yang tidak memungkinkan keluar dari situasi tersebut, atau bahaya hipotermia
yang tidak disadari, atau akibat ganggua neurologist, hormon, atau metabolic.
Membenamkan diri di dalam air bersuhu 5 10 drajatC selama 10 menit dapat
menimbulkan hipotermia (tergantung ketebalan lemak). Memakai pakaian basah
ditempat dengan hembusan angin yang kuat bersuhu lingkungan 0 drajatC dapat
menyebabkan hipotermia dalam waktu kurang dari 1 jam.
Risiko hipotermia terutama terdapat pada orang yang sudah tua (rentang
pengaturan suhunya mulai terbatas) dan bayi (terutama bayi baru lahir) karena
perbandingan luas permukaan dengan massa tubuh relatif besar, produksi panas
basal yang kurang, dan lapisan lemak subkutan yang masih tipis. Orang dewasa
muda yang tidak berpakaian tetap dapat mempertahankan suhu inti meskipun suhu
lingkungan turun menjadi 27 drajatC karena produksi panas basalnya cukup. Pada
neonatus, hipotermia dapat terjadi pada suhu lingkungan <34 oC.
2.3 Patofisologi Hipotermi
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral
pengatur panas di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu
mencapaib ro wn fat memacu pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida
dioksidasi menjadi gliserol dan asam lemak. Blood gliserol level meningkat,
tetapi asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas.
Daerah brown fat menjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian
tubuh melalui aliran darah.
efektif
adalah
yang
memerlukan integritas dari sistem syaraf sentral, kecukupan dari brown fat, dan
tersedianya glukosa serta oksigen. Perubahan fisiologis akibat hipotermia yang
terjadi pada sistem syaraf pusat antara lain depresi linier dari metabolisme otak,
amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu adaptasi yang salah, EEG
yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan halusinasi.
Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran darah otak
menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan penurunanyangprogressif dari
aktivitas EEG.
Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang progressif,
kontriksi pembuluh darah, peningkatan cardiac output dan tekanan darah.
Selanjutnya, peningkatan aritmia atrium dan ventrikel, perubahan EKG dan
sistole yang memanjang; penurunan tekanan darah yang progressif, denyut
jantung, dan cardiac output, disritmia serta asistole. Pada pernapasan dapat terjadi
takipnea,bronkhorea, bronkhospasma, hipoventilasi konsumsi oksigen yang
menurun sampai 50%, kongesti paru dan edema, konsumsi oksigen yang
menurun sampai 75%, dan apneu. Pada ginjal dan sistem endokrin, dapat terjadi
cold diuresis, peningkatan katekolamin, steroid adrenal, T3 dan T4 dan menggigil;
peningkatan aliran darah ke ginjal sampai 50%, autoregulasi ginjal yang intak,
dan hilangnya aktivitas insulin. Pada keadaan berat, dapat terjadi oliguri yang
berat, poikilotermia, dan penurunan metabolisma basal sampai 80%. Pada otot
syaraf, dapat terjadi penurunan tonus otot sebelum menggigil, termogenesis,
ataksia, hiporefleksia, dan rigiditi. Pada keadaan berat, dapat terjadi arefleksia
daerah perifer14.
Akibat-akibat yang di timbulkan oleh hipotermi:
1. Hipoglikemi Asidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer
dengan metabolisme anaerob.
2. Kebutuhan oksigen yang meningkat.
8
dan pengaruh suhu terhadap tubuh. Transient respirasi distress bisa terlihat pada
waktu di kamar bersalin. Stern (1980) memperlihatkan adanya peningkatan risiko
Kern icterus pada bayi kecil yang preterm. Gejala-gejala hipotermi pada bayi
(neonatus) antara lain :
Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, tidak
kuat menghisap asi, dan menangis lemah.
tampak mengantuk.
kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian
dada.
Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi
mengeras (sklerema).
dan hebat.
Menurut tanda klinisnya, gejala klinis hipotermi terbagi menjadi :
1. Hipotermia sedang :
Kaki teraba dingin.
Kemampuan menghisap lemah.
Tangisan lemah.
Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.
10
2. Hipotermia berat
Sama dengan hipotermia sedang.
Pernafasan lambat tidak teratur.
Bunyi jantung lambat.
Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolik.
3. Stadium lanjut hipotermia
Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.
Bagian tubuh lainnya pucat.
Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan.
(sklerema).
Menurut tingkat keparahannya, Gejala Klinis hipotermia dibagi menjadi
3, yaitu :
1. Mild atau ringan.
Sistem saraf pusat: amnesia, apatis, terganggunya persepsi
halusinasi.
Cardiovaskular: denyut nadi cepat lalu berangsur melambat,
meningkatnya tekanan darah,
Penafasan: nafas awalnya cepat lalu berangsur melambat,
Saraf dan otot: gemetar, menurunnya kemampuan koordinasi otot.
2. Moderate atau sedang.
Sistem saraf pusat: penurunan kesadaran secara berangsur,
pelebaran pupil.
Cardiovaskular: penurunan denyut nadi secara berangsur.
Pernafasan: hilangnya reflex jalan nafas(seperti batuk, bersin).
Saraf dan otot: menurunnya reflex, berkurangnya respon
menggigil, mulai munculnya kaku tubuh akibat udara dingin.
3. Severe atau parah.
Sistem saraf pusat: koma, menurunnya reflex mata ( seperti
mengedip ).
11
lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki
dingin. Terapi yang dilakukan adalah dengan segera memasukkan bayi
ke dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi
dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.
Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam
ruangan dingin (lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau
minum, badan dingin, suhu berkisar antara 29,535 derajat Celsius, tak
banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada tangan, kaki, dan muka
seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis. Bayi
seperti ini sering mengalami komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan
perdarahan. Pengobatannya ialah dengan memanaskan secara perlahanIV.
14
15
telah
disesuaikan
sekitar
35--38oC.
Untuk
16
terutama hipoglikemia.
4.0 closed incubator dan radiant warmer
tempat
melahirkan
yang
hangat,
kering,
bersih,
penerangan cukup.
2. Mengeringkan tubuh bayi segera ssetelah lahir dengan handuk kering
dan bersih
3. Menjaga bayi tetap hangat dengan mendekap bayi di dada
ibunya dan keduanya di selimuti.
4. memberi ASI sedini mungkin dalam waktu 30 menit setelah
melahirkan agar bayi memperoleh kalori.
5. mempertahankan kehangatan pada bayi.
6. memberi perawatan bayi baru lahir yang memada
7. melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan /
perawatan bayi baru lahir
8. Menunda memandikan bayi baru lahir :
a.
b.
lama lagi.
18
Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah
metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan
keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat.
VI.
Prognosis
Hipotermi pada bayi baru lahir perlu mendapat perhatian dari para petugas
kesehatan dan khususnya calon ibu yang akan memiliki anak. Mereka perlu
memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara memperlakukan bayi pertama
kali ketika lahir.
Penanganan yang salah terhadap bayi bisa menyebabkan dampak
negatif bagi mereka. Sebagai contoh terjadinya hipotermi pada bayi
disebabkan oleh kebiasaan / perilaku yang salah seperti mengeringkan dan
membersihkan tubuh bayi menunggu setelah plasenta lahir, memandikan bayi
dilakukan segera setelah lahir, membersihkan lemak bayi segera setelah lahir,
memercikkan air hangat / air dingin / air kembang / minyak wangi pada bayi
baru lahir yang tidak menangis (untuk merangsang pernafasan) , mengosok
tubuh bayi dengan minyak kayu putih / obat gosok , bayi baru lahir tidak
segera didekapkan / dipisah /tidak segera disusui oleh ibunya. Semua
kebiasaan diatas justru mengakibatkan penurunan suhu tubuh pada bayi.
Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi
baru lahir. Oleh karena itu para petugas kesehatan harus melakukan tindakan
pencegahan terjadinya hipotermi di tingkat pelayanan dasar. Sebaiknya para
petugas kesehatan memiliki penguasaan dalam mencegah dan menangani
hipotermi pada bayi baru lahir untuk memberikan dampak positif yang sangat
berarti dalam mencegah terjadinya kematian. Begitu pula dengan ibu,
penolong persalinan, dan keluarga di rumah yang bisa dengan mudah
mencegah terjadinya hipotermi.
3.2 Saran
19
a.
Upaya pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir dilakukan dengan benar
bila bayi dikeringkan dan melakukan kontak kulit langsung dengan ibu.
b. Suhu lingkungan selama dan setelah kelahiran sangat besar pengaruhnya
pada bayi baru lahir. Semakin dingin ruangan semakin besar terjadinya
hipotermi.
c.
20
DAFTAR PUSTAKA
21