Anda di halaman 1dari 7

Pena Justisia Volume VI No.

12 Tahun 2007
<

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) YANG


MENSEJAHTERAKAN RAKYAT
Oleh : Prof. DR. Esmi Warassih, SH.MS.
Abstrak :
APBD merupakan instrument policy dalam mengatur sumber-sumber daya seperti
ekonomi, sosial, kekuasaan dan lain-lain. sehingga peraturan harus benar-benar
adil agar APBD dapat memberikan dampak positif baik di masyarakat dan
lingkungannva. Dalam proses rancangan penyusunan hingga pelaksanaan APBD
yang dapat mewujudan tujuan kesejahteraan masyarakat harus dilihat dengan
menggunakan berbagai pendekatan yaitu filosofi, yuridis/kebijakan dan
sosiologis. APBD yang tidak mcncerminkan keadilan dan bersifat diskriminatif
akan terjadi kesenjangan sosial yang semakin besar. Munculnya kelompokkelompok rentan, marjinal, ketidak berdayaan masyarakat semakin luas dan
seterusnya. Diharapkan APBD merupakan cerminan aspirasi dan kebutuhan
semua penduduk yang ada di wilayah bukan kepentingan segelintir manusia.
Disamping itu upaya memperbaiki proses penganggaran di sektor publik yaitu
penerapan anggaran berbasis prestasi kerja benar-benar dapat dilakukan.
Kata Kunci : APBD, keadilan, diskriminatif dan kesenjangan sosial
A. PENDAHULUAN

Lahimya UU No.22 Tahun


1999 dan telah dirubah menjadi
UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah merupakan
suatu perubahan besar dan
mendasar. Hal ini telah sesuai
dengan amanat UUD Negara RI
Tahun 1945, Pemerintah Daerah
yang mengatur dan menyusun
sendiri
urusan
pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.
Hal
tersebut
dimaksudkan untuk mempercepat
kesejahteraan masyarakat dan
seterusnya.
Sehingga
dalam
menyelenggarakan
otonomi,
1

daerah mempunyai kewajiban


sebagaimana dalam Pasal 22 UU
Otonomi Daerah.
Untuk menjalankan tugas
dan
kewajiban
tersebut,
pemerintah
harus
menyusun
rencana
keuangan
tahunan
pemerintahan
daerah
yang
ditetapkan
dengan Peraturan
Daerah. Berdasarkan UU No.17
Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara telah diatur secara lengkap
hal-hal yang berkaitan dengan
APBN/D. Mengingat APBD
merupakan salah satu alat untuk

Pena Justisia Volume VI No.12 Tahun 2007


<

mewujudkan tujuan UU Otonomi


Daerah.
B. PERMASALAHAN
Sejak diundangkan UU
No. 32 tahun 2004, apakah
penyusunan
APBD
telah
rnenggunakan pendekatan proses
dan tujuan serta berlandaskan
asas-asas umum pengelolaan
Keuangan Negara? Pertimbangan
apakah yang melatar belakangi
rancangan APBD dapat disetujui
dan
ditolak
oleh
DPRD,
mengingat penuangan rancangan
APBD ke dalam Perda?
C. PEMBAHASAN
Aspek Filosofi
Bertolak rumusan pasal 1
angka 8 UU RI No.17 Tahun 2003
bahwa Anggaran Pendapatan dan
Belanja
Daerah,
selanjutnya
disebut APBD adalah rencana
tahunan pemerintahan daerah
yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan
Rakyat
Daerah
(DPRD).
Kata-kata
rencana
memiliki makna yang luas karena
terdapat suatu proses untuk
mempersiapkan secara sistematis
kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai suatu
tujuan
tertentu.
Bagaimana,

bilamana, oleh siapa, cara-cara


yang ditempuh agar tujuan
tercapai dengan sumber-sumber
yang tersedia secara lebih efektif
dan efisien. Sccara singkat
perencanaan
menyangkut
penentuan pilihan secara sadar
menganai tujuan-tujuan hendak
dicapai dan pilihan diantara caracara altematif yang efisien dan
rasional guna tercapainya tujuan
tersebut.
Kata-kata
pilihan
merupakan ranah filosofis karena
ada suatu nilai-nilai tertentu yang
menjadi landasan bagi scscorang
kelompok kecil untuk menentukan
pilihannya tersebut. Pilihan nilai
akan menentukan pola masyarakat
yang bagaimanakah yang hendak
dibangun. Penetapan atas berbagai
nilai dapat mengarah
pada
penetapan skala prioritas Contoh.
Membangun masyarakat sebagai
pusat perdangan maka nilai
ekonomi lebih mengedepankan.
Membangun masyrakat yang
cakap. Cerdas, kreatif, inovatif
dan bermoral berarti nilai moral,
sosial dan kesehatan mcrupakan
prioritas.
Pilihan nilai yang akan
dilakukan harus didasarkan sistem
nilai yang herlaku di Indonesia.
2

Pena Justisia Volume VI No.12 Tahun 2007


<

yang tcrcantum dalam pembukaan


UUD
1945.
persoalannya
sudahkah dan bagaimanakah kita
mcngejawantahkan sistem nilainilai tersebut secara konsisten
dengan memperhatikan otensinotensi yang ada baik sccara
materiil dan immaterial yang kita
miliki ? Untuk melakukan proses
tersebut perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Pemahanian yang jelas dan
benar terhadap permasalahan
yang ada di daerah/masyarakat
dan dikaitkan dengan sumbersumber daya ekonomi, sosial,
politik, budaya dan sumbersumber daya lainnva
2. Penetapan tujuan serta sasaran
rencana yang hendak dicapai.
3. Kebijaksanaan yang hendak
dipilih untuk mencapai tujuan
tersehut.
4. Penterjemahan
dalam
program-program
atau
kegiatan-Kegiatan usaha yang
konkrit.
5. Memperhatikan jangka waktu
pencapaian tujuan.
Jadi unsur nilai, program,
praktek-praktek
yang
harus
dilakukan dan tujuan yang hendak
dicapai merupakan langkah awal

yang menjadi dasar membuat


rencana anggaran daerah.
Aspek Hukum / Kebijakan
Apabila rencana keuangan
tahunan
pemerintah
daerah
hendak ditetapkan menjadi Perda
harus
mendapat
persetujuan
DPRD. ini berarti kita memasuki
ranah yang bersifat yuridisnormatif. Ada tiga nilai dasar
yang harus diperhatikan yaitu
keadilan, kepastian hukum dan
kesejahteraan
masyarakat.
Mengapa harus demikian?
Rencana APBD yang
disampaikan oleh Pemerintah
Daerah
harus
mendapat
persetujuan DPRD. karena APBD
merupakan instrument policy
dalam mengatur sumber-sumber
daya seperti ekonomi, sosial,
kekuasaan dan lain-lain. sehingga
peraturan harus benar-benar adil.
agar APBD dapat memberikan
dampak positif baik di masyarakat
dan lingkungannva. APBD yang
tidak mcncerminkan keadilan dan
bersifat diskriminatif akan terjadi
kesenjangan sosial yang semakin
besar. Munculnya kelompokkelompok
rentan,
marjinal,
ketidak berdayaan masyarakat
semakin luas dan seterusnya.

Pena Justisia Volume VI No.12 Tahun 2007


<

Pemahaman aspek filosofi


yang tertuang dalam menimbang
harus benar-benar mewujud dalam
bingkai
pasal-pasalnya
yang
.mencerminkan
pola-pola
tindakan atau perilaku lembaga
maupun manusianya. Sehingga
pelaksanaan
anggran
bidang
pendidikan, ekonorni, lapangan
kerja dan sebagainya benar-benar
berdasarkan
prinsip-prinsip
keadilan. Selaniutnya pelaksanaan
APBD untuk mencapai tujuannya
perlu dilenkapi dengan kebijakan
yang
lebih
konkrit
yaitu
keputusan
Gubernur/Bupati/Walikota Pasal
26 UU tentang Keuangan Negara
yang disusun secara konsisten dan
sistematis. Pilihan nilai tetap
mengalir secara berkelanjutan
dalam
pengaturan-pengaturan
secara
konkrit/teknis
agar
memiliki nilai kepastian hukum
bukan sekedar memenuhi asnek
formal-proosedural.
komponen
lain untuk pelaksanaan APBD dan
perspektif
policy
diperlukan
ketersediaan SDM baru secara
kualitas dan kuantitas maupun
sarana, prasarana, budget yang
tersedia dan kemampuan manusia
mengetahui pesan, makna, tujuan

yang tertuang dalam Perda


tersebut.
Aspek
monitoring,
evaluasi,
gabungan
rencana
tindakan, jadwal perlu dilakukan
dengan mengadakan koordinasi
antar
lembaga terkait dan
konsistensi berbagai variable
sosial, ekonomi. masyarakat serta
penetapan
skala
prioritas.
Persetujuan DPRD menjadikan
Rencana APBD dalam bentuk
Perda adalah untuk mewujudkan
tujuan bagi masyarakat luas bukan
untuk
memenuhi
hasrat
kepentingan
sekelompok/golongan masyarakat
apalagi yang kontra-produktif.
Selanjutnya Perda tersebut dapat
digunakan
sebagai
landasan
yuridis para pelaksana.
Aspek Sosiologis
APBD sebagai instrument
policy merupakan faktor yang
amat
menentukan
bagi
pembangunan suatu daerah. Oleh
karena itu kecermatan, ketelitian,
kesungguhan, tanggung jawab,
etika-moral harus mengalir dalam
pare perancang-perancang APBD
baik di lembaga eksekutif maupun
legislative
sampai
pada
pengaturan yang paling teknis.
4

Pena Justisia Volume VI No.12 Tahun 2007


<

Sebagaimana kewajiban daerah


yang tertuang dalam pasal 22 UU
No.32 Tahun 2004 yaitu sebab
APBD
merupakan
alat
akuntabilitas, manajemen dan
kebijakan ekonomi berfungsi
untuk mewujudkan pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian serta
pemerataan pendapatan dalam
rangka
pencapaian
tujuan
bemegara (lihat penjelasan angka
6 UU Keuangan Negara).
Selanjutnya dalam UU RI No.25
Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan
Pembangunan
Nasional dalam menimbang huruf
a. hahwa atas berkat rahmat Allah
yang Maha Kuasa. kemerdekaan
telah
mengantarkan
bangsa
Indonesia
menuju
cita-cita
berkehidupan.
berkebangsaan
yang bebas, bersatu, berdaulat.
adil dan makmur:huruf b. bahwa
pemerintahan Negara Indonesia
dibentuk
untuk
melindungi
segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia.
memajukan kesejahteraan umum.
Mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertihan
dunia
(lihat
pula
dalam
Pembukaan UUD 1945): hurut c.
bahwa tugas pokok manusia
selaniutnva
adalah
5

menyempurnakan dan menjaga


kemerdekaan itu serta mengisinya
dengan
pembangunan
yang
berkeadilan dan demokratis yang
dilaksanakan secara bertahapdan
berkeinambunga dan seterusnya.
Untuk
dapat
menterjemahkan hal-hal tersebut
diatas maka langkah-langkah yang
diperlulan adalah :
1. Gambaran struktur dan kultur
masyarakat yang hendak
diaturnya.
2. Potensi-potensi yang dimiliki
baik itu lingkungan fisik
maupun non fisik (ekonimi,
sosial, budaya, adat istiadat).
3. Peneggamabaran yang jelas
akan situasi dan permasalahan
yang dihadapi.
4. Pola
pengembangan
dan
pembangunan yang akan
dilakukan diberbagai sektor
dengan memperhatikan aspek
lokal, regional, nasional dan
global.
Dalam hal tersebut, maka
metode yang dipergunakan adalah
metode
partisipatif
dengan
menggunakan
model-model
permberdayaan.
Diharapkan
APBD
merupakan
cerminan
aspirasi dan kebutuhan semua
penduduk yang ada di wilayah

Pena Justisia Volume VI No.12 Tahun 2007


<

bukan kepentingan segelintir


manusia. Disamping itu upaya
memperbaiki
proses
penganggaran di sektor publik
yaitu
penerapan
anggaram
berbasis prestasi kerja benarbenar dapat dilakukan.
D. Kesimpulan
1. Dalam
proses
rancangan
penyusunan
hingga
pelaksanaan APBD yang
dapat
mewujudan
tujuan
kesejahteraan
masyarakat
harus
dilihat
dengan
menggunakan
berbagai
pendekatan yaitu filosofi,
yuridis/kebijakan
dan
sosiologis.
2. perancangan APBD dalam
Perda
mempunyai
konsekuensi
yang
amat
panjang
tidak
hanya
menyangkurt aspek fisik tetapi
juga non fisik yang meliputi
berbagai subsitem yang ada
yait ekonomi, politik, sosial,
dan budaya.
3. Perda yang diterbitkan tentang
APBD harus dilihat sebagai
suatu proses yang penjang
dimuai dari perencanaan awal
maupun dengan perencanaan
tindakan seluruhnya harus

dilihat dalam kerangka proses


manajerial
yang
berkesinambungan.
E. Rekomendasi
Dalam merancang APBD,
pemerintah
diharapkan
melibatkan semua stkeholer untuk
memaham,
menghayati
dan
memenuhi
kebutuhan
dan
problem-problem
masyarakat
secara luas.
Diperlukan
kerjasama
lembaga
perguruan
tinggi/lembaga
lain
yang
independent dan bertanggung
jawab ntuk melakukan penelitian
secara mendalam terhadap seluruh
potensi-potensi dan kendalakendala yang ada didaerahnya
masing-masing.
F. Referensi
1. Esmi
Warassih,
Pranata
Hukum : Sebuah Telaah
Sosiologis, Karolus Kopong
Medan dan Muhtarom (ed.),
seyandaru, Semarang, 2005.
2. Esmi
Warassih,
Pemberdayaan
Masyarakat
dalam Mewujudkan Tujuan
Hukum : Proses Penegakan
Hukum
dan
Persoalan
Keadilan, 2001.
3. Satjipto Raharjo, Hukum
Progresif : Hukum yang
Membebaskan Dalam Jurnal
Hukum Progresif, Program
6

Pena Justisia Volume VI No.12 Tahun 2007


<

4.
5.
6.

Doktor Ilmu Hukum Undip,


Vol.I/Nomor 1/April/2005.
Undang-Undang No. 32
Tahun
2004
tentang
Pemerintah Daerah.
Undang-Undang No. 17
Tahun 2003 tentang Keungan
Negara.
Undang-Undang No. 25
Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan.

Penulis adalah Guru Besar Fakultas


Hukum
Universitas
Diponegoro
Semarang dan Mantan Rektor
Universitas Pekalongan.

Anda mungkin juga menyukai