ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) YANG
MENSEJAHTERAKAN RAKYAT Oleh : Prof. DR. Esmi Warassih, SH.MS. Abstrak : APBD merupakan instrument policy dalam mengatur sumber-sumber daya seperti ekonomi, sosial, kekuasaan dan lain-lain. sehingga peraturan harus benar-benar adil agar APBD dapat memberikan dampak positif baik di masyarakat dan lingkungannva. Dalam proses rancangan penyusunan hingga pelaksanaan APBD yang dapat mewujudan tujuan kesejahteraan masyarakat harus dilihat dengan menggunakan berbagai pendekatan yaitu filosofi, yuridis/kebijakan dan sosiologis. APBD yang tidak mcncerminkan keadilan dan bersifat diskriminatif akan terjadi kesenjangan sosial yang semakin besar. Munculnya kelompokkelompok rentan, marjinal, ketidak berdayaan masyarakat semakin luas dan seterusnya. Diharapkan APBD merupakan cerminan aspirasi dan kebutuhan semua penduduk yang ada di wilayah bukan kepentingan segelintir manusia. Disamping itu upaya memperbaiki proses penganggaran di sektor publik yaitu penerapan anggaran berbasis prestasi kerja benar-benar dapat dilakukan. Kata Kunci : APBD, keadilan, diskriminatif dan kesenjangan sosial A. PENDAHULUAN
Lahimya UU No.22 Tahun
1999 dan telah dirubah menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah merupakan suatu perubahan besar dan mendasar. Hal ini telah sesuai dengan amanat UUD Negara RI Tahun 1945, Pemerintah Daerah yang mengatur dan menyusun sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempercepat kesejahteraan masyarakat dan seterusnya. Sehingga dalam menyelenggarakan otonomi, 1
daerah mempunyai kewajiban
sebagaimana dalam Pasal 22 UU Otonomi Daerah. Untuk menjalankan tugas dan kewajiban tersebut, pemerintah harus menyusun rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara telah diatur secara lengkap hal-hal yang berkaitan dengan APBN/D. Mengingat APBD merupakan salah satu alat untuk
Pena Justisia Volume VI No.12 Tahun 2007
<
mewujudkan tujuan UU Otonomi
Daerah. B. PERMASALAHAN Sejak diundangkan UU No. 32 tahun 2004, apakah penyusunan APBD telah rnenggunakan pendekatan proses dan tujuan serta berlandaskan asas-asas umum pengelolaan Keuangan Negara? Pertimbangan apakah yang melatar belakangi rancangan APBD dapat disetujui dan ditolak oleh DPRD, mengingat penuangan rancangan APBD ke dalam Perda? C. PEMBAHASAN Aspek Filosofi Bertolak rumusan pasal 1 angka 8 UU RI No.17 Tahun 2003 bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD adalah rencana tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Kata-kata rencana memiliki makna yang luas karena terdapat suatu proses untuk mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Bagaimana,
bilamana, oleh siapa, cara-cara
yang ditempuh agar tujuan tercapai dengan sumber-sumber yang tersedia secara lebih efektif dan efisien. Sccara singkat perencanaan menyangkut penentuan pilihan secara sadar menganai tujuan-tujuan hendak dicapai dan pilihan diantara caracara altematif yang efisien dan rasional guna tercapainya tujuan tersebut. Kata-kata pilihan merupakan ranah filosofis karena ada suatu nilai-nilai tertentu yang menjadi landasan bagi scscorang kelompok kecil untuk menentukan pilihannya tersebut. Pilihan nilai akan menentukan pola masyarakat yang bagaimanakah yang hendak dibangun. Penetapan atas berbagai nilai dapat mengarah pada penetapan skala prioritas Contoh. Membangun masyarakat sebagai pusat perdangan maka nilai ekonomi lebih mengedepankan. Membangun masyrakat yang cakap. Cerdas, kreatif, inovatif dan bermoral berarti nilai moral, sosial dan kesehatan mcrupakan prioritas. Pilihan nilai yang akan dilakukan harus didasarkan sistem nilai yang herlaku di Indonesia. 2
Pena Justisia Volume VI No.12 Tahun 2007
<
yang tcrcantum dalam pembukaan
UUD 1945. persoalannya sudahkah dan bagaimanakah kita mcngejawantahkan sistem nilainilai tersebut secara konsisten dengan memperhatikan otensinotensi yang ada baik sccara materiil dan immaterial yang kita miliki ? Untuk melakukan proses tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Pemahanian yang jelas dan benar terhadap permasalahan yang ada di daerah/masyarakat dan dikaitkan dengan sumbersumber daya ekonomi, sosial, politik, budaya dan sumbersumber daya lainnva 2. Penetapan tujuan serta sasaran rencana yang hendak dicapai. 3. Kebijaksanaan yang hendak dipilih untuk mencapai tujuan tersehut. 4. Penterjemahan dalam program-program atau kegiatan-Kegiatan usaha yang konkrit. 5. Memperhatikan jangka waktu pencapaian tujuan. Jadi unsur nilai, program, praktek-praktek yang harus dilakukan dan tujuan yang hendak dicapai merupakan langkah awal
yang menjadi dasar membuat
rencana anggaran daerah. Aspek Hukum / Kebijakan Apabila rencana keuangan tahunan pemerintah daerah hendak ditetapkan menjadi Perda harus mendapat persetujuan DPRD. ini berarti kita memasuki ranah yang bersifat yuridisnormatif. Ada tiga nilai dasar yang harus diperhatikan yaitu keadilan, kepastian hukum dan kesejahteraan masyarakat. Mengapa harus demikian? Rencana APBD yang disampaikan oleh Pemerintah Daerah harus mendapat persetujuan DPRD. karena APBD merupakan instrument policy dalam mengatur sumber-sumber daya seperti ekonomi, sosial, kekuasaan dan lain-lain. sehingga peraturan harus benar-benar adil. agar APBD dapat memberikan dampak positif baik di masyarakat dan lingkungannva. APBD yang tidak mcncerminkan keadilan dan bersifat diskriminatif akan terjadi kesenjangan sosial yang semakin besar. Munculnya kelompokkelompok rentan, marjinal, ketidak berdayaan masyarakat semakin luas dan seterusnya.
Pena Justisia Volume VI No.12 Tahun 2007
<
Pemahaman aspek filosofi
yang tertuang dalam menimbang harus benar-benar mewujud dalam bingkai pasal-pasalnya yang .mencerminkan pola-pola tindakan atau perilaku lembaga maupun manusianya. Sehingga pelaksanaan anggran bidang pendidikan, ekonorni, lapangan kerja dan sebagainya benar-benar berdasarkan prinsip-prinsip keadilan. Selaniutnya pelaksanaan APBD untuk mencapai tujuannya perlu dilenkapi dengan kebijakan yang lebih konkrit yaitu keputusan Gubernur/Bupati/Walikota Pasal 26 UU tentang Keuangan Negara yang disusun secara konsisten dan sistematis. Pilihan nilai tetap mengalir secara berkelanjutan dalam pengaturan-pengaturan secara konkrit/teknis agar memiliki nilai kepastian hukum bukan sekedar memenuhi asnek formal-proosedural. komponen lain untuk pelaksanaan APBD dan perspektif policy diperlukan ketersediaan SDM baru secara kualitas dan kuantitas maupun sarana, prasarana, budget yang tersedia dan kemampuan manusia mengetahui pesan, makna, tujuan
yang tertuang dalam Perda
tersebut. Aspek monitoring, evaluasi, gabungan rencana tindakan, jadwal perlu dilakukan dengan mengadakan koordinasi antar lembaga terkait dan konsistensi berbagai variable sosial, ekonomi. masyarakat serta penetapan skala prioritas. Persetujuan DPRD menjadikan Rencana APBD dalam bentuk Perda adalah untuk mewujudkan tujuan bagi masyarakat luas bukan untuk memenuhi hasrat kepentingan sekelompok/golongan masyarakat apalagi yang kontra-produktif. Selanjutnya Perda tersebut dapat digunakan sebagai landasan yuridis para pelaksana. Aspek Sosiologis APBD sebagai instrument policy merupakan faktor yang amat menentukan bagi pembangunan suatu daerah. Oleh karena itu kecermatan, ketelitian, kesungguhan, tanggung jawab, etika-moral harus mengalir dalam pare perancang-perancang APBD baik di lembaga eksekutif maupun legislative sampai pada pengaturan yang paling teknis. 4
Pena Justisia Volume VI No.12 Tahun 2007
<
Sebagaimana kewajiban daerah
yang tertuang dalam pasal 22 UU No.32 Tahun 2004 yaitu sebab APBD merupakan alat akuntabilitas, manajemen dan kebijakan ekonomi berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka pencapaian tujuan bemegara (lihat penjelasan angka 6 UU Keuangan Negara). Selanjutnya dalam UU RI No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dalam menimbang huruf a. hahwa atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa. kemerdekaan telah mengantarkan bangsa Indonesia menuju cita-cita berkehidupan. berkebangsaan yang bebas, bersatu, berdaulat. adil dan makmur:huruf b. bahwa pemerintahan Negara Indonesia dibentuk untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. memajukan kesejahteraan umum. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertihan dunia (lihat pula dalam Pembukaan UUD 1945): hurut c. bahwa tugas pokok manusia selaniutnva adalah 5
menyempurnakan dan menjaga
kemerdekaan itu serta mengisinya dengan pembangunan yang berkeadilan dan demokratis yang dilaksanakan secara bertahapdan berkeinambunga dan seterusnya. Untuk dapat menterjemahkan hal-hal tersebut diatas maka langkah-langkah yang diperlulan adalah : 1. Gambaran struktur dan kultur masyarakat yang hendak diaturnya. 2. Potensi-potensi yang dimiliki baik itu lingkungan fisik maupun non fisik (ekonimi, sosial, budaya, adat istiadat). 3. Peneggamabaran yang jelas akan situasi dan permasalahan yang dihadapi. 4. Pola pengembangan dan pembangunan yang akan dilakukan diberbagai sektor dengan memperhatikan aspek lokal, regional, nasional dan global. Dalam hal tersebut, maka metode yang dipergunakan adalah metode partisipatif dengan menggunakan model-model permberdayaan. Diharapkan APBD merupakan cerminan aspirasi dan kebutuhan semua penduduk yang ada di wilayah
Pena Justisia Volume VI No.12 Tahun 2007
<
bukan kepentingan segelintir
manusia. Disamping itu upaya memperbaiki proses penganggaran di sektor publik yaitu penerapan anggaram berbasis prestasi kerja benarbenar dapat dilakukan. D. Kesimpulan 1. Dalam proses rancangan penyusunan hingga pelaksanaan APBD yang dapat mewujudan tujuan kesejahteraan masyarakat harus dilihat dengan menggunakan berbagai pendekatan yaitu filosofi, yuridis/kebijakan dan sosiologis. 2. perancangan APBD dalam Perda mempunyai konsekuensi yang amat panjang tidak hanya menyangkurt aspek fisik tetapi juga non fisik yang meliputi berbagai subsitem yang ada yait ekonomi, politik, sosial, dan budaya. 3. Perda yang diterbitkan tentang APBD harus dilihat sebagai suatu proses yang penjang dimuai dari perencanaan awal maupun dengan perencanaan tindakan seluruhnya harus
dilihat dalam kerangka proses
manajerial yang berkesinambungan. E. Rekomendasi Dalam merancang APBD, pemerintah diharapkan melibatkan semua stkeholer untuk memaham, menghayati dan memenuhi kebutuhan dan problem-problem masyarakat secara luas. Diperlukan kerjasama lembaga perguruan tinggi/lembaga lain yang independent dan bertanggung jawab ntuk melakukan penelitian secara mendalam terhadap seluruh potensi-potensi dan kendalakendala yang ada didaerahnya masing-masing. F. Referensi 1. Esmi Warassih, Pranata Hukum : Sebuah Telaah Sosiologis, Karolus Kopong Medan dan Muhtarom (ed.), seyandaru, Semarang, 2005. 2. Esmi Warassih, Pemberdayaan Masyarakat dalam Mewujudkan Tujuan Hukum : Proses Penegakan Hukum dan Persoalan Keadilan, 2001. 3. Satjipto Raharjo, Hukum Progresif : Hukum yang Membebaskan Dalam Jurnal Hukum Progresif, Program 6
Pena Justisia Volume VI No.12 Tahun 2007
<
4. 5. 6.
Doktor Ilmu Hukum Undip,
Vol.I/Nomor 1/April/2005. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keungan Negara. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan.
Penulis adalah Guru Besar Fakultas
Hukum Universitas Diponegoro Semarang dan Mantan Rektor Universitas Pekalongan.