Anda di halaman 1dari 14

!"#$%!&'('%!)*+,#-$!(+./$/('%'!$+0!$+./$1/2&!$1!$+!"#$%!

$)'+
3456+78+++$468+++,95:+++8;7<+

PENGARUH JUMLAH PENDUDUK TERHADAP BELANJA MODAL MELALUI PAD,


DAU, DAN DAK SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
Pertamaya Sari
Universitas Muhammadiyah Palembang
pertamayasari@yahoo.com

Nurul Hutami Ningsih


Universitas Muhammadiyah Palembang
nurulfebump@gmail.com

ABSTRACT
This research is aimed at finding out the influence of total population toward capital
expenditure trough local revenues, general allocation fund as an intervening variable in
Regencies/Towns in South-Sumatera Provinces. This research used secondary data,
obtained from Central Bureau of Statistics and Directorate General of Financial
Considerations, 2014-2016. The population of this research was 11 regencies/town in
South-Sumatera Province. The techniqnue of analyzing the data was through descriptive
statistics, simple liner regression, hypothesis test (Ttest), determination analysis and
correlation as well as path analysis and sobel test. The result showed that total population
had positive significant influence toward capital expenditure, and had no significant
influence toward fund alloction through local revenues as an intervening variable. In
practice, total population had negative,not significant influence toward general fund
allocation, and total population had positive influence of capital expenditure toward
specific fund allocation as an intervening variable.

Keywords: Total Population, Capital Expenditure, Local Revenues, General and Specific
Fund Allocation

!"#$%&'('%#! Daerah diberikan kewenangan yang


lebih besar untuk mengurus dan mengatur
Pembangunan daerah merupakan
rumah tangganya sendiri. Tujuan
wujud upaya peningkatan kapasitas
kewenangan tersebut adalah untuk lebih
pemerintah daerah dalam menjalankan
mendekatkan pelayanan pemerintah
pemerintahannya. Pembangunan daerah
kepada masyarakat, memudahkan
tidak mungkin diwujudkan tanpa adanya
masyarakat untuk memantau dan
pembangunan fisik berupa sarana dan
mengontrol penggunaan dana yang
prasarana. Pembangunan fisik tersebut
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
dapat dilaksanakan jika perencanaannya
Belanja Daerah (APBD) dan untuk
dimasukkan dalam APBD pada pos
menciptakan persaingan yang sehat
belanja, khususnya belanja modal.
antardaerah, serta mendorong timbulnya
Menurut Permendagri No. 52 Tahun 2015
inovasi.
Pasal 1 ayat (1), menyatakan bahwa
Belanja modal merupakan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
pengeluaran anggaran untuk perolehan
(APBD) adalah rencana keuangan tahunan
aset tetap dan aset lainnya yang
pemerintahan daerah yang dibahas dan
memberikan manfaat lebih dari satu
disetujui bersama oleh pemerintah daerah
periode akuntansi (Halim, 2014: 107).
dan DPRD, dan ditetapkan dengan
Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah
peraturan daerah.
.=>?@A9B+ ,9C5@B+ .=>D9D9E+ %=AB@D@F+ &=5@>G@+ 24D@5+ 2=5@59:+ .!0H+ 0!#H+ 0@>+ 0!"+ )=I@?@:+
3@A:@I=5+!"#$%&$"'"(+ JJ+
!"#$%!&'('%!)*+,#-$!(+./$/('%'!$+0!$+./$1/2&!$1!$+!"#$%!$)'+
3456+78+++$468+++,95:+++8;7<+

Daerah diharapkan mampu menggali juta jiwa tahun 2014 dan memiliki 17
sumber-sumber keuangan khususnya kabupaten/kota. Artinya Provinsi
untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan Sumatera Selatan mempunyai anggaran
pemerintahan dan pembangunan belanja daerah yang cukup besar untuk
didaerahnya melalui Pendapatan Asli memenuhi kebutuhan sarana dan
Daerah (PAD). prasarana bagi kelancaran tugas
Pendapatan daerah terdiri atas pemerintah maupun untuk fasilitas publik.
pendapatan asli daerah, dana perimbangan Penelitian yang dilakukan oleh Aziz
dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. dan Ririn Wulandari (2013) yang
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah menyatakan bahwa kepadatan penduduk
penerimaan yang diperoleh Pemerintah secara statistik tidak berpengaruh
Daerah dari sumber-sumber dalam signifikan terhadap belanja modal karena
wilayahnya sendiri yang dipungut ketidakmerataan kepadatan penduduk
berdasarkan Peraturan Daerah (Siregar, dengan kapasitas fiskal daerahnya,
2015: 31). Sektor pendapatan daerah sehingga pemerintah Provinsi harus
memegang peran yang sangat penting, memprioritaskan program mereka
karena melalui sektor ini dapat dilihat berdasarkan karakteristik wilayah mereka.
sejauh mana suatu daerah dapat Hal ini berbeda dengan penelitian yang
membiayai kegiatan pemerintah dan dilakukan oleh Aditya Putra Widiagma
pembangunan daerah. (2015) yang menyatakan bahwa jumlah
Dana Alokasi Umum merupakan penduduk memiliki pengaruh positif
penyangga utama pembiayaan APBD terhadap belanja modal, sehingga semakin
yang sebagian besar terserap untuk tinggi jumlah penduduk pada suatu
belanja pegawai, sehingga belanja untuk daerah, maka belanja modal pada daerah
proyek-proyek pembangunan menjadi tersebut menjadi semakin tinggi. Hal ini
sangat berkurang. Dana Alokasi Khusus berarti terdapat perbedaan hasil penelitian
(DAK) adalah dana yang bersumber dari yang dilakukan oleh Aziz dan Ririn
pendapatan APBN yang dialokasikan Wulandari (2013) dengan penelitian yang
kepada daerah tertentu dengan tujuan dilakukan oleh Aditya Putra Widiagma
untuk membantu mendanai kegiatan (2015).
khusus yang merupakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan )*#+%'%#,!'-)%.%,
daerah (UU No. 23 Tahun 2014 Pasal 1 Teori Pemangku Kepentingan
ayat 48). (Stakeholder Theory)
Jumlah penduduk di suatu provinsi Menurut Mathius (2016: 2-4)
itu sangat berpengaruh terhadap pemangku kepentingan adalah terjemahan
peningkatan belanja daerah. Selain itu dari kata Stakeholder dapat diartikan
rasio belanja modal terhadap jumlah sebagai segenap pihak yang berkaitan
penduduk ini menurut Dirjen dengan isu dan permasalahan yang sedang
Perimbangan Keuangan dalam Deskripsi diangkat. Berdasarkan kekuatan, posisi
dan Analisis APBD 2011, rasio tersebut penting dan pengaruh stakeholder
menunjukkan kecenderungan pola belanja terhadap suatu isu stakeholder dapat
daerah, apakah suatu daerah cenderung dikategorikan kedalam beberapa
mengalokasikan dananya untuk belanja kelompok, yaitu :
yang terkait erat dengan upaya 1.! Stakeholder utama
peningkatan ekonomi, seperti belanja 2.! Stakeholder pendukung (sekundera)
modal. Provinsi Sumatera Selatan 3.! Stakeholder kunci
merupakan salah satu Provinsi yang
memiliki jumlah penduduk sekitar 8,03

.=>?@A9B+ ,9C5@B+ .=>D9D9E+ %=AB@D@F+ &=5@>G@+ 24D@5+ 2=5@59:+ .!0H+ 0!#H+ 0@>+ 0!"+ )=I@?@:+
3@A:@I=5+!"#$%&$"'"(+ 7;;+
!"#$%!&'('%!)*+,#-$!(+./$/('%'!$+0!$+./$1/2&!$1!$+!"#$%!$)'+
3456+78+++$468+++,95:+++8;7<+

Teori Kepentingan (Expectancy- secara simultan, dan internet menawarkan


Value Theory)adalah salah satu teori siri sebagai alat menyajikan informasi
tentang komunikasi massa yang meneliti kepada pengguna dalam areal yang lebih
pengaruh penggunaan media oleh luas dalam waktu yang sama. Menurut
pemirsanya dilihat dari kepentingan Lawrence dan Fogaty dalam Mathius
penggunaanya. Teori ini mengemukakan (2016: 5) teori entitas (Entity Theory),
bahwa sikap seseorang terhadap segmen- menyatakan bahwa setiap entitas bisnis
segmen media ditentukan oleh nilai yang dalam kantor Akuntansi Publik
mereka anut dan evaluasi mereka tentang menjalankan aktivitas usahanya untuk
media tersebut. memenuhi berbagai pihak yang
Menurut Paton dan Mathius (2016: berkepentingan.
4) Teori Pemangku Kepentingan
(Stakeholder Theory), mengemukakan Teori Keagenan (Agency Theory)
bahwa perusahaan dipandang merupakan Menurut Mathius (2016: 5) agency
suatu unit ekonomi terpisah yang theory merupakan implementasi dalam
beroperasi terutama untuk kepentingan organisasi modern. Teori agensi
pemegang saham. Teori entitas selalu menekankan pentingnya kewajiban pihak
dikaitkan partisipan dalam kegiatan pemegang amanah (agent) untuk
ekonomi. Partisipan tersebut merupakan memberikan pertanggungjawaban,
pihak yang akhirnya menerima manfaat menyajikan, melaporkan dan
dari nilai tambah (value added) yang mengungkapkan segala aktivitas dan
timbul akibat kegiatan ekonomi. Teori kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya
kesatuan juga mempunyai implikasi kepada pihak pemberi amanah (principal)
tentang tujuan pelaporan keuangan dan yang memiliki hak dan kewenangan untuk
bentuk atau susunan statement laba-rugi. meminta pertanggungjawaban tersebut.
Jansen dan Mecklimg dalam
Teori Entitas (Entity Theory) Mathius (2016: 6) memandang teori
Menurut Paton dalam Mathius keagenan sebagai suatu versi dari game
(2016: 4) teori entitas menekankan pada theory yang membuat suatu model
konseppengelolaan “stewardship” dan kontraktual antara dua atau lebih orang
pertanggungjawaban “accountability” (pihak) dimana salah satu pihak disebut
dimana tingkat keberlangsungan usaha agent dan pihak yang lain disebut
dari informasi keuangan usaha bagi principal. Principal mendelegasikan
pemilik ekuitas dalam rangka pemenuhan pertangungjawaban atas decision making
kebutuhan legal dan menjaga suatu kepada agent, hal ini dapat juga dikatakan
hubungan baik dengan pemegang ekuitas bahwa principal memberikan suatu
tersebut dengan memperoleh dana dimasa amanah kepada agent untuk melaksanakan
depan. tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja
Menurut Khan dalam Mathius yag telah disepakati.
(2016: 4-5) teori entitas dapat juga Kaitan agency theory dalam penelitian ini
dijelaskan pengungkapan informasi yang dapat dilihat melalui hubungan antara
ada di internet sehubungan dengan pemerintah pusat dengan pemerintah
tanggung jawab dan akuntabilitas daerah dalam penyaluran dana
perusahaan ke pemegang amanah (agent) perimbangan dan juga hubungan antara
dan dalam rangka upaya untuk mencapai masyarakat yang diproksikan oleh DPRD
kebutuhan informasi pengguna, dimana (prinsipal) dengan pemerintah daerah
kerangka peraturan yang ada telah (agen). Pemerintah pusat melakukan
mendorong perusahaan untuk memberikan pelimpahkan wewenang kepada
informasi yang dibutuhkan pengguna pemerintah daerah dalam mengatur secara

.=>?@A9B+ ,9C5@B+ .=>D9D9E+ %=AB@D@F+ &=5@>G@+ 24D@5+ 2=5@59:+ .!0H+ 0!#H+ 0@>+ 0!"+ )=I@?@:+
3@A:@I=5+!"#$%&$"'"(+ 7;7+
!"#$%!&'('%!)*+,#-$!(+./$/('%'!$+0!$+./$1/2&!$1!$+!"#$%!$)'+
3456+78+++$468+++,95:+++8;7<+

mandiri segala aktivitas pemerintahan di Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan


daerahnya. Oleh karena itu sebagai yang diperoleh Pemerintah Daerah dari
konsekuensi dari pelimpahan wewenang sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri
tersebut, pemerintah pusat menurunkan yang dipungut berdasarkan Peraturan
dana perimbangan yang tujuannya adalah Daerah.
membantu pemerintah daerah baik dalam
mendanai kebutuhan pemerintahan sehari- Dana Alokasi Umum (DAU)
hari maupun memberi pelayanan publik Dana Alokasi Umum (DAU) adalah
yang lebih baik kepada masyarakat. dana yang bersumber dari pendapatan
Teori keagenan tersirat dalam hubungan APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerintah daerah dengan masyarakat. pemerataan kemampuan keuangan antar-
Masyarakat sebagai prinsipal telah Daerah untuk menandai kebutuhan Daerah
memberikan sumber daya kepada daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi
berupa pembayaran pajak, retribusi dan (UU No. 23 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 35).
sebagainya untuk dapat meningkatkan Desentralisasi adalah penyerahaan urusan
pendapatan asli daerah. Pemerintah daerah pemerintahan oleh Pemerintah Pusat
selaku agen dalam hal ini, sudah kepada daerah otonom berdasarkan Asas
seharusnya memberikan timbal balik Otonomi (UU No. 23 Tahun 2014 Pasal 1
kepada masyarakat dalam bentuk ayat 8).
pelayanan publik yang memadai yang
didanai oleh pendapatan daerah itu Dana Alokasi Khusus (DAK)
sendiri. Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah
dana yang bersumber dari pendapatan
Belanja Modal APBN yang dialokasikan kepada daerah
Menurut Halim (2014: 107), belanja tertentu dengan tujuan untuk membantu
modal merupakan pengeluaran anggaran mendanai kegiatan khusus yang
untuk perolehan aset tetap dan aset merupakan urusan pemerintahan yang
lainnya yang memberikan manfaat lebih menjadi kewenangan daerah (UU No. 23
dari satu periode akuntansi. Menurut Tahun 2014 Pasal 1 ayat 48). Menurut
Siregar (2015: 167), belanja modal Siregar (2015: 144), DAK merupakan
merupakan pengeluaran untuk pengadaan dana yang bertujuan untuk memeratakan
aset tetap. kemampuan daerah dalam meyediakan
Belanja modal dapat layanan dasar. Pendapatan DAK meliputi
diklasifikasikan sesuai dengan kategori pendapatan untuk berbagai bidang DAK
aset tetap adalah sebagai berikut : seperti infrastruktur jalan, irigasi, air,
Belanja Modal Tanah sanitasi, kehutanan, perumahan,
1.! Belanja Modal Peralatan dan Mesin kesehatan, kelautan dan perikanan,
2.! Belanja Modal Gedung dan Bangunan prasarana pemerintahan, transportasi
3.! Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan pedesaan,perdagangan, lingkungan hidup,
Jaringan pertanian, energi pedesaan, sarana dan
4.! Belanja Modal Aset Tetap Lainnya prasarana kawasan perbatasan,
pendidikan, serta keselamatan transportasi
Pendapatan Asli Daerah darat.
Pendapatan daerah adalah semua Menurut Badan Pusat Statistik,
hak daerah yang diakui sebagai Penduduk Indonesia adalah semua orang
penambahan nilai kekayaan bersih dalam yang berdomisili di wilayah territorial
periode tahun anggaran yang besangkutan Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan
(UU No.23 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 35). atau mereka yang berdomisili kurang dari
Menurut Siregar (2015: 31), Pendapatan 6 bulan tetapi bertujuan menetap.

.=>?@A9B+ ,9C5@B+ .=>D9D9E+ %=AB@D@F+ &=5@>G@+ 24D@5+ 2=5@59:+ .!0H+ 0!#H+ 0@>+ 0!"+ )=I@?@:+
3@A:@I=5+!"#$%&$"'"(+ 7;8+
!"#$%!&'('%!)*+,#-$!(+./$/('%'!$+0!$+./$1/2&!$1!$+!"#$%!$)'+
3456+78+++$468+++,95:+++8;7<+

Penduduk juga turut berperan penting


dalam peningkatan belanja daerah. Dalam Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap
hal ini, berarti jumlah penduduk disuatu Alokasi Belanja Modal Melalui Dana
provinsi itu sangat berpengaruh terhadap Alokasi Umum Sebagai Variabel
peningkatan belanja daerah. Besarnya Intervening
jumlah penduduk akan berhadapan dengan DAU berasal dari transfer APBN
seberapa cepat kemampuan bertambahnya yang dialokasikan dengan tujuan
jumlah alat-alat pemuas kebutuhan serta pemerataan keuangan antar daerah untuk
sarana dan prasarana untuk memenuhi membiayai kebutuhan pengeluarannya
kebutuhan tersebut. dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Jadi, hipotesis yang dapat dikembangkan
Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap yaitu :
Alokasi Belanja Modal H3 : Jumlah Penduduk Berpengaruh
Undang-undang No. 33 Tahun Positif Terhadap Alokasi Belanja Modal
2004 menyatakan bahwa salah satu Melalui Dana Alokasi Umum Sebagai
indikator penentuan kebutuhan fiskal Variabel Intervening
adalah jumlah penduduk dan luas wilayah.
Daerah dengan luas wilayah yang lebih Pengaruh Jumlah Penduduk
padat penduduknya membutuhkan sarana Berpengaruh Terhadap Alokasi
dan prasarana yang lebih banyak sebagai Belanja Modal Melalui Dana Alokasi
syarat untuk pelayanan kepada publik bila Khusus Sebagai Variabel Intervening
dibandingkan dengan daerah yang DAK merupakan dana yang
kepadatan penduduknya yang lebih kecil. bersumber dari APBN yang dialokasikan
Jadi, hipotesis yang dapat dikembangkan kepada pemerintah daerah untuk
yaitu : membiayai kegiatan khusus yang
H1 : Jumlah Penduduk Berpengaruh merupakan urusan daerah dan prioritas
Positif Terhadap Belanja Modal nasional. Jadi, hipotesis yang dapat
dikembangkan yaitu :
Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap H4 : Jumlah Penduduk Berpengaruh
Alokasi Belanja Modal Melalui Terhadap Alokasi Belanja Modal Melalui
Pendapatan Asli Daerah Sebagai Dana Alokasi Khusus Sebagai Variabel
Variabel Intervening Intervening
Di negara sedang berkembang
yang mengalami ledakan jumlah Kerangka Pikiran
penduduk termasuk Indonesia akan selalu Gambar 1
mengkaitkan antara kependudukkan Kerangka Pemikiran Teoritis
dengan pembangunan ekonomi. Akan PAD (Y1.1)

tetapi hubungan antar keduanya


Jumlah DAU (Y1.2) Belanja
tergantung pada sifat dan masalah Penduduk Modal
(X) (Y2)
kependudukan yang idhadapi oleh
DAK (Y1.3)
setiapnegara, dengan demikian tiap negara
atau daerah akan mempunyai masalah
kependudukan yang khas dan potensi serta
tantangan yang khas pula. Jadi, hipotesis Penelitian Terdahulu
yang dapat dikembangkan yaitu : Arbie Gugus Wandira (2013)
H2 : Jumlah Penduduk Berpengaruh melakukan penelitian dengan judul
Positif Terhadap Alokasi Belanja Modal Pengaruh PAD, DAU, DAK, dan DBH
Melalui Pendapatan Asli Daerah Sebagai Terhadap Pengalokasian Belanja Modal
Variabel Intervening yang dilakukan oleh. Tujuan penelitian ini

.=>?@A9B+ ,9C5@B+ .=>D9D9E+ %=AB@D@F+ &=5@>G@+ 24D@5+ 2=5@59:+ .!0H+ 0!#H+ 0@>+ 0!"+ )=I@?@:+
3@A:@I=5+!"#$%&$"'"(+ 7;K+
!"#$%!&'('%!)*+,#-$!(+./$/('%'!$+0!$+./$1/2&!$1!$+!"#$%!$)'+
3456+78+++$468+++,95:+++8;7<+

adalah untuk mengetahui ada tidaknya Aditya Putra Widiagma (2015)


pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), melakukan penelitian berjudul Pengaruh
Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan
Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Jumlah Penduduk terhadap Belanja Modal
Hasil (DBH) terhadap Pengalokasian Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di
Belanja Modal pada pemerintah provinsi Provinsi Jawa Timur yang dilakukan oleh.
se-Indonesia baik secara simultan maupun Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
parsial. Jenis penelitian ini menggunakan pengaruh dari Indeks Pembangunan
metode penelitian kuantitatif, dimana data Manusia dan Jumlah Penduduk terhadap
yang diperoleh diwujudkan dalam bentuk Belanja Modal pada pemerintah daerah
angka, skor, dan analisisnya menggunakan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.
statistik. Hasil penelitian menunjukkan Metode analisis data menggunakan
bahwa DAU dengan arah negatif, DAK Statistik Deskriptif, Uji Asumsi Klasik,
dan DBH berpengaruh signifikan terhadap dan Pengujian Hipotesis yang terdiri dari
belanja modal. Sedangkan PAD tidak Metode Regresi Linier Berganda,
berpengaruh signifikan terhadap belanja Koefisien Determinasi, Uji F, serta Uji t.
modal. Secara simultan variabel PAD, Hasil penelitian menunjukkan bahwa
DAU, DAK, dan DBH berpengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Jumlah
signifikan terhadap belanja modal. Bagi Penduduk memiliki pengaruh positif
Pemerintah daerah diharapkan lebih terhadap Belanja Modal. Hal ini
memperhatikan proporsi DAU yang di menyebabkan semakin tinggi Indeks
alokasikan ke anggaran belanja modal. Pembangunan Manusia dan Jumlah
Meianto dkk (2014) melakukan Penduduk pada suatu daerah, maka
penelitian dengan judul Pengaruh Dana Belanja Modal pada daerah tersebut
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan menjadi semakin tinggi.
Pendapatan Asli Daerah dan Luas ,
Wilayah Terhadap Belanja Modal Pada /")0$",!"#"(*)*%#,
Kabupaten/Kota Di Sumatera Selatan. Desainpenelitian ini dirancang
Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk menguji pengaruh jumlah penduduk
mengetahui pengaruh ada tidaknya terhadap alokasi belanja modal melalui
pengaruh Dana alokasi Umum, Dana PAD, DAU dan DAK sebagai variabel
Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah, intervening pada Kabupaten/Kota di
dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Provinsi Sumatera Selatan.Pengumpulan
Modal Kabupaten/Kota di Sumatera data yang akan digunakan dalam
Selatan. Metode analisis yang digunakan penelitian ini adalah dokumetasi. Teknik
adalah metode analisis regresi linier analisis data yang akan digunakan dalam
berganda. Hasil penelitian ini bahwa penelitian ini adalah statistik deskriptif,
secara parsial PAD dan Luas Wilayah analisis regresi sederhana, uji hipotesis
berpengaruh secara positif dan signifikan (uji t), analisis jalur (analysis path) dan
terhadap belanja modal. Sedangkan DAU Uji Sobel Test.
tidak berpengaruh secara negative dan
tidak signifikan terhadap Belanja Modal &%-*(, !"#"(*)*%#, $%#,
dan DAK tidak berpengaruh secara positif !"/1%&%-%#,
dan tidak signifikan terhadap belanja Statistik Deskriptif
modal. Secara simultan Dana Alokasi Jumlah data (N) yang diuji sebanyak
Umum, Dana Alokasi Khusus, Pendapatan 33, diperoleh gambaran nilai mean serta
Asli Daerah, dan Luas Wilayah standar deviasi masing-masing variabel
berpengaruh terhadap Belanja Modal. yaitu Jumlah Penduduk, PAD, DAU,
DAK dan Belanja Modal.

.=>?@A9B+ ,9C5@B+ .=>D9D9E+ %=AB@D@F+ &=5@>G@+ 24D@5+ 2=5@59:+ .!0H+ 0!#H+ 0@>+ 0!"+ )=I@?@:+
3@A:@I=5+!"#$%&$"'"(+ 7;L+
!"#$%!&'('%!)*+,#-$!(+./$/('%'!$+0!$+./$1/2&!$1!$+!"#$%!$)'+
3456+78+++$468+++,95:+++8;7<+

koefisien untuk variabel Jumlah Penduduk


Analisis Regresi Sederhana adalah sebesar0,020 hal ini berarti bahwa
Jumlah Penduduk Terhadap Alokasi terjadi kenaikan jumlah penduduk maka
Belanja Modal dana alokasi khusus yang diterima juga
Y = 261840,810 + 0,237 akan naik sebesar 0,020.
Dari persamaan tersebut maka dapat
diketahui bahwa nilai regresi variabel PAD Terhadap Belanja Modal
terikat (Y) sebesar 261840,810 artinya Y = 343874,057 + 0,469
alokasi belanja modal mengalami Dari persamaan diatas maka dapat
kenaikan sebesar 261840,810 sedangkan diketahui bahwa nilai regresivariabel
variabel Jumlah Penduduk adalah sebesar terikat (Y) sebesar 343874,057. Artinya
0,237, hal ini berarti bahwa setiap alokasi belanja modal mengalami
kenaikan jumlah penduduk per jiwa maka kenaikan sebesar 343874,057sedangkan
alokasi belanja modal akan naik sebesar nilai koefisien untuk variabel Pendapatan
0,237. Asli Daerah adalah sebesar 0,469 hal ini
berarti bahwa terjadi kenaikan Pendapatan
Jumlah Penduduk Terhadap PAD Asli Daerah maka alokasi belanja modal
Y = -109950,345 + 0,393 yang dikeluarkan pemerintah daerah
Dari persamaan diatas maka dapat provinsi sumatera selatan juga akan naik
diketahui bahwa nilai regresivariabel sebesar 0,469.
terikat (Y) sebesar -109950,345. Artinya
pendapatan asli daerah mengalami DAU Terhadap Belanja Modal
penurunan sebesar -109950,345, Y = 122252,785 + 0,452
sedangkan variabel Jumlah Penduduk Dari persamaan tersebut maka dapat
adalah sebesar 0,393, hal ini berarti bahwa diketahui bahwa nilai regresivariabel
terjadi kenaikan jumlah penduduk maka terikat (Y) sebesar 122252,785 Artinya
pendapatan asli daerah juga akan kenaikan alokasi belanja modal mengalami
sebesar 0,393. kenaikan sebesar 122252,785 sedangkan
nilai koefisien untuk variabel Dana
Jumlah Penduduk Terhadap DAU Alokasi Umum adalah sebesar 0,452, hal
Y = 284942,686 + 0,566 ini berarti bahwa terjadi kenaikan dana
Dari persamaan diatas maka dapat alokasi umum yang diterima maka alokasi
diketahui bahwa nilai regresi variabel belanja modal pun akan meningkat.
terikat (Y) sebesar 284942,686. Artinya DAK Terhadap Belanja Modal
dana alokasi umum mengalami kenaikan Y = 259628,512 + 2,204
sebesar 284942,686sedangkan nilai Dari persamaan tersebut maka dapat
koefisien untuk variabel Jumlah Penduduk diketahui bahwa nilai regresi variabel
adalah sebesar 0,566 hal ini berarti bahwa terikat (Y) sebesar 259628,512. Artinya
terjadi kenaikan jumlah penduduk maka alokasi belanja modal mengalami
dana alokasi umum yang diterima juga kenaikan sebesar 259628,512 sedangkan
akan naik sebesar 0,566. nilai koefisien untuk variabel Dana
Alokasi Khusus adalah sebesar 2,204, hal
Jumlah Penduduk Terhadap DAK ini berarti bahwa terjadi kenaikan dana
Y = 51662,755 + 0,020 alokasi khusus yang diterima maka
Dari persamaan diatas maka dapat alokasi belanja modal pun akan
diketahui bahwa nilai regresi variabel meningkat.
terikat (Y) sebesar 51662,755. Artinya
dana alokasi khusus mengalami kenaikan
sebesar 51662,755,sedangkan nilai

.=>?@A9B+ ,9C5@B+ .=>D9D9E+ %=AB@D@F+ &=5@>G@+ 24D@5+ 2=5@59:+ .!0H+ 0!#H+ 0@>+ 0!"+ )=I@?@:+
3@A:@I=5+!"#$%&$"'"(+ 7;M+
!"#$%!&'('%!)*+,#-$!(+./$/('%'!$+0!$+./$1/2&!$1!$+!"#$%!$)'+
3456+78+++$468+++,95:+++8;7<+

Uji Hipotesis (Uji t) Tabel.1


Jumlah Penduduk Terhadap Alokasi Hasil Analisis Jalur (Path Analysis)
Belanja Modal Coefficientsa

Berdasarkan nilai koefisien regresi Model Unstandardized Standardized T Sig.


Coefficients Coefficients
(0,237) dan thitung> ttabel (3,398 > 2,039)
maka dapat disimpulkan bahwa jumlah B Std. Error Beta

penduduk (X) berpengaruh positif dan (Constant) 267224.425 59561.148 4.487 .000

signifikan terhadap belanja modal (Y). 1 Jumlah


.218 .144 .479 1.511 .141
Jumlah Penduduk Terhadap PAD Penduduk

PAD .049 .319 .049 .153 .879


Berdasarkan nilai koefisien regresi a. Dependent Variable: Belanja Modal

(0,393) dan thitung> ttabel (9,861 > 2,039)


Sumber : Data yang diolah, 2018
maka dapat disimpulkan bahwa jumlah
penduduk berpengaruh positif dan Hasil analisis jalur (analisis path)
signifikan terhadap PAD. menunjukkan bahwa jumlah penduduk
dapat berpengaruh langsung ke belanja
Jumlah Penduduk Terhadap DAU modal dan dapat juga berpengaruh tidak
Berdasarkan nilai koefisien regresi langsung yaitu dari jumlah penduduk ke
(0,566) dan thitung> ttabel (13,719 > 2,039) PAD (sebagai variabel intervening) lalu
maka dapat disimpulkan bahwa jumlah ke belanja modal. Besarnnya pengaruh
penduduk berpengaruh positif dan langsung adalah 0,479 sedangkan
signifikan terhadap DAU. besarnya pengaruh tidak langsung harus
dihitung dengan mengalikan koefisien
Jumlah Penduduk Terhadap DAK tidak langsungnya yaitu (0,871) x (0,049)
Berdasarkan nilai koefisien regresi = 0,043. Oleh karena koefisien hubungan
(0,020) dan thitung< ttabel (1,392 < 2,039) langsung lebih besar dari koefisien
maka dapat disimpulkan bahwa jumlah hubungan tidak langsung, maka dapat
penduduk tidak berpengaruh dan tidak dikatakan bahwa hubungan yang
signifikan terhadap DAK. sebenarnya adalah hubungan langsung.
Hasil UjiAnalisis Determinasi dan Total pengaruh jumlah pendudukke
Korelasi Jumlah Penduduk belanja modal = 0,479 + 0,043 = 0,522.
Nilai R sebesar 0,521 Karena nilai total pengaruh lebih besar
menggambarkan bahwa jumlah penduduk dari pengaruh langsung berarti variabel
memiliki hubungan yang cukup kuat PAD dapat menjadi variabel intervening
terhadap alokasi belanja modal. Nilai atau PAD dapat memediasi hubungan
koefisien determinasi (R Square) sebesar jumlah penduduk dengan belanja modal.
0,271 menunjukkan bahwa jumlah Pengaruh mediasi yang ditunjukkan
penduduk mempengaruhi alokasi belanja oleh perkalian koefisien (p2 x p3) sebesar
modal sebesar 27,1%, sedangkan sisanya 0,043 signifikan atau tidak, diuji dengan
72,9% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di Sobel test sebagai berikut :
luar penelitian ini. Hitung standar error dari koefisien
Hasil Uji Analisis Jalur (Path Analysis) indirect effect (Sp2p3)
Hasil Analisis Jalur (Path Analysis) variabel Jumlah
Penduduk Terhadap Belanja Modal Melalui PAD Sp2p3 = !"# $!%# & ' !%# $!"# & ' $!%# $!"#
sebagai Variabel Intervening Sp2p3 ( )*+*,-.# )*+*,*.# & ' *+"-" # *+"/- # & ' )*+*,*.# )*+"/-.#

Sp2p3 = *+*****"0,/1 & *+*/23/100, & *+***/1%0/31


Sp2p3= *+/%1*%--%-

Berdasarkan hasil Sp2sp3 ini kita


dapat menghitung nilai t statistik pengaruh
mediasi dengan rumus sebagai berikut :

.=>?@A9B+ ,9C5@B+ .=>D9D9E+ %=AB@D@F+ &=5@>G@+ 24D@5+ 2=5@59:+ .!0H+ 0!#H+ 0@>+ 0!"+ )=I@?@:+
3@A:@I=5+!"#$%&$"'"(+ 7;N+
!"#$%!&'('%!)*+,#-$!(+./$/('%'!$+0!$+./$1/2&!$1!$+!"#$%!$)'+
3456+78+++$468+++,95:+++8;7<+

4#45 7+785
hubungan jumlah penduduk dengan
t= ( ( *+",//003-0 belanja modal.
64#45 7+9#:7#;;#;
Pengaruh mediasi yang ditunjukkan
Oleh karena t hitung = 0,341188798 oleh perkalian koefisien (p2 x p3) sebesar
lebih kecil dari t tabel dengan tingkat 1,804 signifikan atau tidak, diuji dengan
signifikansi 0,05 sebesar 2,039, maka Sobel test sebagai berikut :
dapat disumpulkan bahwa koefisien Hitung standar error dari koefisien
mediasi 0,043 tidak signifikan yang indirect effect (Sp2p3)
berarti tidak ada pengaruh mediasi. Sp2p3 = !"# $!%# & ' !%# $!"# & ' $!%# $!"#

Sp2p3 ( )*+12".# )*+*,/.# & ' *+211 # *+%20 # & ' )*+*,/.# )*+%20.#

*+***3/13-"2%- & *+*%/"%,/31 & *+***///0-,*0,


Hasil Analisis Jalur (Path Analysis) Sp2p3 =
Sp2p3 = *+/,00"0"30

variabel Jumlah Penduduk Terhadap


Belanja Modal Melalui DAU sebagai Berdasarkan hasil Sp2sp3 ini kita dapat
Variabel Intervening menghitung nilai t statistik pengaruh mediasi
dengan rumus sebagai berikut :
Tabel 2
Hasil Analisis Jalur (Path Analysis) 4#45 9+<78
Coefficientsa t= ( ( /%+/%*2%-0"
64#45 7+98<<5<5=<
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients Oleh karena t hitung = 12,12052983
B Std. Error Beta
lebih besar dari t tabel dengan tingkat
(Constant) 75720.446 92430.709 .819 .419
signifikansi 0,05 sebesar 2,039, maka
1 Jumlah
dapat disumpulkan bahwa koefisien
-.133 .174 -.292 -.764 .451
Penduduk mediasi 1,804 signifikan yang berarti ada
DAU .653 .285 .877 2.296 .029
pengaruh mediasi.
a. Dependent Variable: Belanja Modal

Sumber : Data yang diolah, 2018 Hasil Analisis Jalur (Path Analysis)
variabel Jumlah Penduduk Terhadap
Hasil analisis jalur menunjukkan Belanja Modal Melalui DAK sebagai
bahwa jumlah penduduk dapat Variabel Intervening
berpengaruh langsung ke belanja modal Tabel 3
dan dapat juga berpengaruh tidak Hasil Analisis Jalur (Path Analysis)
langsung yaitu dari jumlah penduduk ke Coefficientsa

DAU (sebagai variabel intervening) lalu Model Unstandardized Standardized T Sig.

ke belanja modal. Besarnnya pengaruh Coefficients Coefficients

langsung adalah -0,292 sedangkan B Std. Error Beta

besarnya pengaruh tidak langsung harus (Constant) 179184.209 62759.341 2.855 .008

dihitung dengan mengalikan koefisien 1


Jumlah
.205 .069 .451 2.971 .006
Penduduk
tidak langsungnya yaitu (0,927) x (0,877) DAK 1.600 .838 .290 1.909 .066

= 1,804. Oleh karena koefisien hubungan a. Dependent Variable: Belanja Modal

langsung lebih kecil dari koefisien Sumber : Data yang diolah, 2018
hubungan tidak langsung, maka dapat
dikatakan bahwa hubungan yang Hasil analisis jalur menunjukkan
sebenarnya adalah hubungan tidak bahwa jumlah penduduk dapat
langsung. Total pengaruh jumlah berpengaruh langsung ke belanja modal
penduduk ke belanja modal = -0,292 + dan dapat juga berpengaruh tidak
1,804 = 1,512. Karena nilai total pengaruh langsung yaitu dari jumlah penduduk ke
lebih besar dari pengaruh langsung berarti DAK (sebagai variabel intervening) lalu
variabel DAU dapat menjadi variabel ke belanja modal. Besarnnya pengaruh
intervening atau DAU dapat memediasi langsung adalah 0,451 sedangkan

.=>?@A9B+ ,9C5@B+ .=>D9D9E+ %=AB@D@F+ &=5@>G@+ 24D@5+ 2=5@59:+ .!0H+ 0!#H+ 0@>+ 0!"+ )=I@?@:+
3@A:@I=5+!"#$%&$"'"(+ 7;O+
!"#$%!&'('%!)*+,#-$!(+./$/('%'!$+0!$+./$1/2&!$1!$+!"#$%!$)'+
3456+78+++$468+++,95:+++8;7<+

besarnya pengaruh tidak langsung harus ini berarti bahwa semakin tinggi Jumlah
dihitung dengan mengalihkan koefisien Penduduk suatu daerah, maka semakin
tidak langsungnya yaitu (0,243) x (0,290) tinggi pula Belanja Modal yang
= 0,070. Oleh karena koefisien hubungan dikeluarkan pemerintah daerah tersebut.
langsung lebih besar dari koefisien Mengingat bahwa besarnya jumlah
hubungan tidak langsung, maka dapat penduduk akan berhadapan dengan
dikatakan bahwa hubungan yang seberapa cepat kemampuan bertambahnya
sebenarnya adalah hubungan langsung. jumlah alat-alat pemuas kebutuhan serta
Total pengaruh jumlah penduduk ke sarana dan prasarana (infrastruktur) untuk
belanja modal = 0,451 + 0,070 = 0,521. memenuhi kebutuhan tersebut.
Karena nilai total pengaruh lebih besar Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa
dari pengaruh langsung berarti variabel pemerintah daerah provinsi Sumatera
DAK dapat menjadi variabel intervening selatan perlu mempertimbangkan Jumlah
atau DAK dapat memediasi hubungan Penduduk di daerahnya dalam mengambil
jumlah penduduk dengan belanja modal. keputusan untuk penggunaan belanja
Pengaruh mediasi yang ditunjukkan modalnya. Dengan diterimanya Ha, maka
oleh perkalian koefisien (p2 x p3) sebesar hasil penelitian ini diperkuat oleh
0,070 signifikan atau tidak, diuji dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiagma
Sobel test sebagai berikut : (2015) yang menyatakan bahwa jumlah
Hitung standar error dari koefisien penduduk memiliki pengaruh positif
indirect effect (Sp2p3) terhadap belanja modal.
Sp2p3 = !"# $!%# & ' !%# $!"# & ' $!%# $!"#

Sp2p3 ( )/+1**.# )*+*/,.# & ' *+*%* # *+0"0 # & ' )*+*/,.# )*+0"0.#
Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap
Sp2p3 = *+***2*/31 & *+***%0*0-31 & *+***/"31"-0%, Alokasi Belanja Modal Melalui PAD
Sp2p3 = *+*"*""1,*,
Sebagai Variabel Intervening
Dari hasil analisis jalur besarnnya
Berdasarkan hasil Sp2sp3 ini kita
pengaruh langsung adalah 0,479
dapat menghitung nilai t statistik pengaruh
sedangkan besarnya pengaruh tidak
mediasi dengan rumus sebagai berikut :
4#45 7+7=7 langsung harus dihitung dengan
t= ( ( %+"*3,203%%
64#45 7+75755:878 mengalikan koefisien tidak langsungnya
yaitu (0,871) x (0,049) = 0,043.Total
Oleh karena t hitung = 2,307458722 pengaruh jumlah penduduk ke belanja
lebih besar dari t tabel dengan tingkat modal = 0,479 + 0,043 = 0,522. Karena
signifikansi 0,05 sebesar 2,039, maka nilai total pengaruh lebih besar dari
dapat disumpulkan bahwa koefisien pengaruh langsung berarti variabel PAD
mediasi 0,070 signifikan yang berarti ada dapat menjadi variabel intervening atau
pengaruh mediasi. PAD dapat memediasi hubungan jumlah
penduduk dengan belanja modal. Selain
PEMBAHASAN itu dapat dilihat dari nilai uji sobel thitung
Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap 0,341188798 lebih kecil dari ttabel dengan
Alokasi Belanja Modal tingkat signifikansi 0,05 yaitu sebesar
2,039, maka dapat disimpulkan bahwa
Berdasarkan nilai koefisien regresi
koefisien mediasi 0,043 tidak signifikan
(0,237) dan thitung> ttabel (3,398 > 2,039) yang berarti tidak ada pengaruh mediasi.
maka dapat disimpulkan bahwa jumlah
Jika sarana dan prasarana memadai
penduduk (X) berpengaruh positif dan maka masyarakat dapat melakukan
signifikan terhadap alokasi belanja modal
aktivitas sehari-harinya secara aman dan
(Y). Berdasarkan hasil pengujian yang nyaman yang akan berpengaruh pada
menyatakan bahwa Jumlah Penduduk
tingkat produkivitasnya yang semakin
berpengaruh terhadap Belanja Modal, hal

.=>?@A9B+ ,9C5@B+ .=>D9D9E+ %=AB@D@F+ &=5@>G@+ 24D@5+ 2=5@59:+ .!0H+ 0!#H+ 0@>+ 0!"+ )=I@?@:+
3@A:@I=5+!"#$%&$"'"(+ 7;<+
!"#$%!&'('%!)*+,#-$!(+./$/('%'!$+0!$+./$1/2&!$1!$+!"#$%!$)'+
3456+78+++$468+++,95:+++8;7<+

meningkat, dengan adanya infrastruktur DAU dapat memediasi hubungan jumlah


yang memadai akan menarik investor penduduk dengan belanja modal. Selain
untuk membuka usaha di daerah tersebut. itu dapat dilihat dari hasil uji sobel test
Dengan bertambahnya belanja modal nilai thitung = 12,12052983 lebih besar dari
maka akan berdampak pada periode yang ttabel dengan tingkat signifikansi 0,05
akan datang yaitu produktifitas sebesar 2,039, maka dapat disumpulkan
masyarakat meningkat dan bertambahnya bahwa koefisien mediasi 1,804 signifikan
investor akan meningkatkan pendapatan yang berarti ada pengaruh mediasi.
asli daerah. Berdasarkan hasil pengujian analisis
Pembangunan infrastrutur itu juga jalur (analysis path) yang menyatakan
harus seimbang dengan pertambahan bahwa nilai total pengaruh lebih besar dari
penduduk. Adanya peningkatan pengaruh langsung berarti variabel DAU
pendapatan asli daerah ini akan dapat menjadi variabel intervening atau
memberikan dampak pada peningkatan DAU dapat memediasi hubungan jumlah
pengeluaran belanja modal. Karena penduduk dengan belanja modal. Dalam
semakin banyak jumlah penduduk disuatu hal ini nilai total pengaruh 1,512 >
daerah maka semakin banyak pula pengaruh langsung 0,292 artinya H0
kebutuhan masyarakat akan sarana dan diterima dan Ha ditolak. Dengan kata lain
prasarana yang harus dipenuhi oleh dapat disimpulkan bahwa jumlah
pemerintah daerah. Dengan kata lain penduduk berpengaruh negatif dan tidak
pembangunan berbagai fasilitas ini akan signifikan terhadap belanja modal melalui
berujung pada peningkatan kemandirian DAU sebagai variabel intervening.
daerah. Namun, pada penelitian ini PAD Artinya DAU yang diterima oleh
tidak dapat memediasi anatara jumlah Pemerintah daerah provinsi Sumatera
penduduk dengan belanja modal, artinya Selatan dari pemerintah pusat tidak selalu
pendapatan asli daerah provinsi Sumatera dilihat dari sisi jumlah penduduk suatu
Selatan tidak selalu dilihat dari sisi banyak daerah, akan tetapi dari sisi lain seperti
jumlah penduduk, akan tetapi dari sisi lain luas wilayah, keadaan geografis, struktur
diluar penelitian ini. Hasil penelitian ini ekonomi, dan lain sebagainya. Hal ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan mengindikasikan bahwa Dana Alokasi
oleh Halim (2014) yang menyatakan Umum yang selama ini diterima daerah
bahwa semakin besar Pendapatan Asli tidak digunakan untuk pembangunan
Daerah maka belanja daerah juga akan daerah yang yang terlihat dalam alokasi
semakin besar. belanja modal.
Pada 11 kabupaten/kota di Provinsi
Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Sumatera Selatan yang mendapatakan
Alokasi Belanja Modal Melalui DAU Dana Alokasi Umum tertinggi tahun
Sebagai Variabel Intervening 2012-2014 adalah Kota Palembang.
Dari hasil analisis jalur besarnnya Tingginya Dana Alokasi Umum
pengaruh langsung adalah -0,292 disebabkan oleh celah fiskal yang terjadi
sedangkan besarnya pengaruh tidak karena kebutuhan fiskal daerah melebihi
langsung harus dihitung dengan kemampuan fiskal sehingga pemerintah
mengalikan koefisien tidak langsungnya daerah membutuhkan bantuan lain berupa
yaitu (0,927) x (0,877) = 1,804. Total Dana Alokasi Umum yang diterima.
pengaruh jumlah penduduk ke belanja Sebenarnya pemerintah daerah dapat
modal = -0,292 + 1,804 = 1,512. Karena meminilmalisir celah tersebut apabila
nilai total pengaruh lebih besar dari pemerintah daerah dapat meningkatkan
pengaruh langsung berarti variabel DAU kemampuan fiskalnya salah satunya
dapat menjadi variabel intervening atau melalui pendapatan asli daerah.

.=>?@A9B+ ,9C5@B+ .=>D9D9E+ %=AB@D@F+ &=5@>G@+ 24D@5+ 2=5@59:+ .!0H+ 0!#H+ 0@>+ 0!"+ )=I@?@:+
3@A:@I=5+!"#$%&$"'"(+ 7;J+
!"#$%!&'('%!)*+,#-$!(+./$/('%'!$+0!$+./$1/2&!$1!$+!"#$%!$)'+
3456+78+++$468+++,95:+++8;7<+

Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap dan lingkungan. Salah satu contohnya


Alokasi Belanja Modal Melalui DAK yaitu untuk program kesehatan berupa
Sebagai Variabel Intervening pelayanan dasar di daerah, Pemerintah
Besarnnya pengaruh langsung Daerah diharapkan untuk meningkatkan
adalah 0,451 sedangkan besarnya pembangunan dan penyediaan sarana dan
pengaruh tidak langsung harus dihitung prasarana puskesmas di daerah-daerah
dengan mengalihkan koefisien tidak terpencil atau daerah plosok. Program
langsungnya yaitu (0,243) x (0,290) = nasional Pemerintah Daerah tersebut
0,070. Total pengaruh jumlah penduduk termasuk dalam anggaran Belanja Modal.
ke belanja modal = 0,451 + 0,070 = 0,521. Sehingga ada keterkaitan DAK yang
Karena nilai total pengaruh lebih besar diperoleh tersebut ditujukkan untuk
dari pengaruh langsung berarti variabel program nasional yang merupakan belanja
DAK dapat menjadi variabel intervening pegawai juga. Setiap daerah berhak
atau DAK dapat memediasi hubungan menggunakan seberapa banyak Dana
jumlah penduduk dengan belanja modal. Alokasi Khususnya digunakan sesuai
Selain itu dapat dilihat dari hasil uji sobel dengan porsi yang dialokasikan dari
test nilai thitung = 2,307458722 lebih besar Pemerintah Pusat untuk kebutuhan
dari ttabel dengan tingkat signifikansi 0,05 pembangunan dan peningkatan daerahnya
sebesar 2,039, maka dapat disumpulkan sendiri.
bahwa koefisien mediasi 0,070 signifikan
yang berarti ada pengaruh mediasi. -*/!'(%#,$%#,-%2%#,
Artinya banyaknya jumlah Simpulan
penduduk daerah provinsi Sumatera Berdasarkan hasil-hasil pengujian
Selatan dapat mempengaruhi pengeluaran dan analisis yang telah dilakukan
pemerintah daerah dalam hal belanja mengenai Pengaruh Jumlah Penduduk
modal. Pengeluaran tersebut dikeluarkan Terhadap Alokasi Belanja Modal Melalui
dengan diterimanya Dana Alokasi Khusus Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
dari pemerintah pusat. Selain DAU Umum, dan Dana Alokasi Khusus Sebagai
sebagai salah satu indikator dana transfer Variabel Intervening Pada Kabupaten/kota
yang mempengaruhi alokasi belanja di Provinsi Sumatera Selatan, maka
modal, Pemda juga mengandalkan DAK kesimpulan yang dapat diambil adalah
sebagai salah satu dana perimbangan yang sebagai berikut :
dapat digunakan untuk membantu 1.! Berdasarkan pengujian yang telah
meningkatkan pelayanan publik serta dilakukan, maka dapat disimpulkan
kesejahteraan masyarakat. Dana Alokasi bahwa jumlah penduduk berpengaruh
Khusus (DAK) merupakan salah satu positif dan signifikan terhadap belanja
transfer keuangan Pemerintah Pusat ke modal.
Daerah yang bertujuan antara lain untuk 2.! Berdasarkan pengujian yang telah
meningkatkan penyediaan sarana dan dilakukan, maka dapat disimpulkan
prasarana fisik daerah sesuai prioritas jumlah penduduk tidak berpengaruh
nasional serta mengurangi kesenjangan dan tidak signifikan terhadap alokasi
laju pertumbuhan antar daerah dan belanja modal melalui PAD sebagai
pelayanan antrarbidang. variabel intervening.
Hubungan antara DAK dengan 3.! Berdasarkan pengujian yang telah
Belanja Modal memang cukup erat, hal ini dilakukan maka dapat disimpulkan
dapat dijelaskan bahwa tujuan DAK jumlah penduduk berpengaruh negatif
diperuntukkan untuk program-program dan tidak signifikan terhadap alokasi
nasional di daerah, baik program belanja modal melalui DAU sebagai
pendidikan, kesehatan, pelayanan publik variabel intervening.

.=>?@A9B+ ,9C5@B+ .=>D9D9E+ %=AB@D@F+ &=5@>G@+ 24D@5+ 2=5@59:+ .!0H+ 0!#H+ 0@>+ 0!"+ )=I@?@:+
3@A:@I=5+!"#$%&$"'"(+ 77;+
!"#$%!&'('%!)*+,#-$!(+./$/('%'!$+0!$+./$1/2&!$1!$+!"#$%!$)'+
3456+78+++$468+++,95:+++8;7<+

4.! Berdasarkan pengujian yang telah Luas Wilayah Terhadap Belanja


dilakukan, maka dapat Modal Pada Kabupaten/Kota di
disimpulkanjumlah penduduk Sumatera Selatan.
berpengaruh positif dan tidak (diakses tanggal 20 November 2016)
signifikan terhadap alokasi belanja Siregar, Dr. Baldric. (2015). Akuntansi
modal melalui DAK sebagai variabel Sektor Publik. Cetakan Pertama.
intervening. Edisi Pertama. Yogyakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Saran Undang-Undang Republik Indonesia No.
Berdasarkan hasil simpulan di atas 32 Tahun 2004 Tentang
maka diberikan saran sebagai berikut: Pemerintahan Daerah. Jakarta.
1.! Dalam menetapkan alokasi belanja Presiden Republik Indonesia.
modal pemerintah Provinsi Sumatera Undang-Undang Republik Indonesia No.
Selatan harus mempertimbangkan 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
pendapatan asli daerah, dana alokasi Keuangan antar Pemerintah Pusat
umum, dana alokasi khusus dan dan Daerah. Jakarta. Presiden
jumlah penduduk. Republik Indonesia.
2.! Dalam penelitian selanjutnya, Undang-Undang Republik Indonesia No.
sebaiknya peneliti menambah variabel 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
yaitu indeks pembangunan manusia, Daerah. Jakarta. Presiden Republik
luas wilayah dan pertumbuhan Indonesia.
ekonomi agar hasilnya lebih baik dari Wandira, Arbie Gugus. (2013). Pengaruh
penelitian yang sekarang yang PAD, DAU, DAK dan DBH Terhadap
dilakukan penulis. Pengalokasian Belanja Modal.
(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/a
$%3)%2,!'-)%.%, aj diakses tanggal 20 November 2016)
Aziz dan Ririn Wulandari. (2013). Widiagma, Aditya Putra. (2015).
Analisis Pengaruh Equalization Pengaruh Indeks Pembangunan
Grant, Sumber Kemandirian Fiskal, Manusia (IPM) dan JumlahPenduduk
Sumber Pembiayaan Defisit, dan terhadap Belanja Modal Pemerintah
Faktor Penyerap Fasilitas Publik Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi
terhadap Belanja Modal Daerah. JawaTimur.(www.repository.unej.ac.i
(www.digilib.mecubuana.ac.id d diakses tanggal 27 November 2016)
diakses tanggal 27 November 2016)
Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik
Indonesia. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
Badan Pusat Statistik Kota Palembang.
(2010). Indikator Ekonomi Kota
Palembang Tahun 2010.
Halim, Abdul. (2014). Akuntansi
Keuangan Daerah. Edisi 4. Jakarta:
Salemba Empat.
Mathius Tandiotong. (2016). Kualitas
Audit dan Pengukurannya. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Meianto, dkk. (2014). Pengaruh Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus, Pendapatan Asli Daerah, dan

.=>?@A9B+ ,9C5@B+ .=>D9D9E+ %=AB@D@F+ &=5@>G@+ 24D@5+ 2=5@59:+ .!0H+ 0!#H+ 0@>+ 0!"+ )=I@?@:+
3@A:@I=5+!"#$%&$"'"(+ 777+
!"#$%!&'('%!)*+,#-$!(+./$/('%'!$+0!$+./$1/2&!$1!$+!"#$%!$)'+
3456+78+++$468+++,95:+++8;7<+

.=>?@A9B+ ,9C5@B+ .=>D9D9E+ %=AB@D@F+ &=5@>G@+ 24D@5+ 2=5@59:+ .!0H+ 0!#H+ 0@>+ 0!"+ )=I@?@:+
3@A:@I=5+!"#$%&$"'"(+ 778+

Anda mungkin juga menyukai