Abstrak
Biskuit merupakan produk pangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, sehingga perlu menjamin mutu
biskuit, melindungi konsumen atas keamanan, mutu dan gizi pangan serta menciptakan daya saing usaha yang
sehat dan adil. Berkaitan dengan hal tersebut, pada tahun 2015 Kementerian Perindustrian menetapkan
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 96/M-IND/PER/11/2015 tentang tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 60/M-IND/PER/7/2015 tentang Pemberlakuan
Standar Nasional Indonesia Biskuit Secara Wajib. Pemberlakuan suatu regulasi umumnya memiliki banyak
dampak yang sulit diramalkan tanpa dilakukan studi yang rinci dan konsultasi dengan pihak pihak yang terkena
dampak. Berkaitan dengan hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak pemberlakuan SNI
Biskuit secara wajib dengan menggunakan Regulatory Impact Analisys (RIA). Hasil penelitian ini menyimpulkan
terdapat kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi ideal sehingga perlu ditunda pemberlakuan
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 96/M-IND/PER/11/2015 dengan memperbaiki
kesenjangan tersebut.
Kata kunci: Regulatory Impact Analisys (RIA), Standar Nasional Indonesia (SNI), biskuit.
Abstract
Biscuit is a food product that is consumed by many people, so it is necessary to guarantee the quality of biscuits,
protecting consumers on the safety, quality and nutrition as well as creating a healthy business competitiveness
and fair competition. In this regard, in 2015 the Ministry of Industry have establish Regulation of Minister of
Industry of the Republic of Indonesia No.96/M-IND/PER/11/2015 concerning on Amendment to the Regulation of
the Minister of Industry of the Republic of Indonesia No.60/M-IND/PER/7/2015 concerning aplication of
mandatory Indonesian National Standard (SNI) of Biscuit. The enforcement of regulations generally have a lot of
impact which is difficult to predict without conducting a detailed study and consultation with the affected party. In
this regard, the purpose of this study was to analyze the impact of the aplication of mandatory SNI Biscuits using
the Regulatory Impact Analisys (RIA). The results of this study concluded there are gaps between the current
state with the ideal conditions that need to be postponed the enforcement of Regulation of the Minister of Industry
of the Republic of Indonesia Number: 96/M-IND/PER/11/2015 by resolve the gap.
Keywords: Regulatory Impact Analisys (RIA), Indonesian National Standard (SNI), biscuits.
217
Jurnal Standardisasi Volume 18 Nomor 3, November 2016: Hal 217 - 228
Makanan, 2015). Biskuit merupakan salah satu menguji dan mengukur kemungkinan manfaat,
makanan ringan atau snack yang banyak biaya dan dampak peraturan baru atau yang
dikonsumsi oleh masyarakat dengan kuantitas sudah ada (Organisation for Economic Co-
yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. operation and Development, 2008).
Hal ini dapat dilihat dari pasar biskuit di Pelaksanaan RIA mendukung proses
Indonesia yang tumbuh signifikan dalam enam pembuatan kebijakan dengan memperhatikan
tahun terakhir, mulai dari Rp 3 triliun pada 2009 data empiris yang berharga untuk sebuah
menjadi sekitar Rp 6,23 triliun pada 2015 (Dunia keputusan kebijakan, dan melalui pembangunan
Industri, 2015). kerangka keputusan yang rasional untuk
Dalam upaya menjamin mutu biskuit, memeriksa potensi implikasi dari pilihan
pada tahun 2015, Kementerian Perindustrian kebijakan peraturan. Fitur utama dari RIA adalah
menetapkan Peraturan Menteri 96/M- pertimbangan potensi dampak ekonomi dari
IND/PER/11/2015 tentang Perubahan Atas sebuah peraturan/regulasi. Berkaitan dengan hal
Peraturan Menteri Perindustrian Republik tersebut, tujuan penelitan ini adalah mengetahui
Indonesia Nomor 60/M-IND/PER/7/2015 tentang sejauh mana penerapan regulasi pemberlakuan
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia SNI Biskuit secara wajib dapat optimal dan
Biskuit Secara Wajib (Kementerian memberikan manfaat bagi semua pihak dengan
Perindustrian, 2015a). Sesuai dengan Peraturan menggunakan Regulatory Impact Analysis (RIA).
Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor
96/M-IND/PER/11/2015, dasar pertimbangan 2. TINJAUAN PUSTAKA
pemberlakuan SNI 2973:2011 secara wajib
adalah bahwa biskuit merupakan produk pangan
yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, 2.1 Standar Nasional Indonesia (SNI)
sehingga perlu menjamin mutu biskuit, 2973:2011 - BIskuit
melindungi konsumen atas keamanan, mutu dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 2973:2011 -
gizi pangan serta menciptakan daya saing usaha biskuit merupakan revisi dari SNI 01-2973-1992
yang sehat dan adil. Ruang lingkup produk Biskuit. Standar ini dirumuskan dengan tujuan
biskuit yang masuk dalam Peraturan Menteri ini untuk melindungi kesehatan konsumen,
meliputi biskuit, krekers, wafer dan pai. Biskuit menjamin perdagangan pangan yang jujur dan
hasil produksi dalam negeri dan asal impor yang bertanggung jawab, dan mendukung
tidak memenuhi ketentuan Peraturan Menteri ini perkembangan dan diversifikasi produk industri
dilarang beredar di wilayah Negara Kesatuan biskuit.
Republik Indonesia dan harus dimusnahkan. Dalam ruang lingkup SNI 2973:2011,
Perusahaan yang memproduksi atau mengimpor selain biskuit juga berlaku untuk produk krekers,
biskuit mengajukan permohonan penerbitan kukis, wafer dan pai. Biskuit adalah produk
SPPT-SNI biskuit kepada LSPro yang telah bakeri kering yang dibuat dengan cara
diakreditasi oleh KAN sesuai dengan ruang memanggang adonan yang terbuat dari tepung
lingkup SNI 2973:2011 dan ditunjuk oleh terigu dengan atau tanpa substitusinya,
Menteri. Ketentuan pemberlakuan SNI Biskuit minyak/lemak, dengan atau tanpa penambahan
secara wajib mulai berlaku pada tanggal 27 Juli bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan
2016 (Kementerian Perindustrian, 2015b). yang diizinkan (Badan Standardisasi Nasional,
Pemberlakuan suatu regulasi umumnya 2011). Krekers adalah jenis biskuit yang dalam
memiliki banyak dampak yang sulit diramalkan pembuatannya memerlukan proses fermentasi
tanpa dilakukan studi yang rinci dan konsultasi atau tidak, serta melalui proses laminasi
dengan pihak pihak yang terkena dampak. sehingga menghasilkan bentuk pipih dan bila
Pemberlakuan Peraturan Menteri Perindustrian dipatahkan penampangnya tampak berlapis-
Republik Indonesia Nomor 96/M- lapis. Wafer adalah jenis biskuit yang dibuat dari
IND/PER/11/2015 akan memberikan dampak adonan cair, berpori-pori kasar, renyah dan bila
bagi pihak-pihak terkait (stakeholder), antara lain dipatahkan penampangnya tampak berongga.
adalah industri biskuit, konsumen dan tentunya Sedangkan pai adalah jenis biskuit berserpih
pemerintah sendiri. Dampak ini tentunya dapat (flaky) yang dibuat dari adonan dilapis dengan
berupa dampak positif maupun negatif. lemak padat atau emulsi lemak, sehingga
Salah satu metode untuk menganalisis mengembang selama pemanggangan dan bila
dampak pemberlakuan suatu regulasi adalah dipatahkan penampangnya tampak berlapis-
Regulatory Impact Analysis (RIA). RIA lapis. Produk yang termasuk dalam kategori pai
merupakan suatu alat yang fundamental untuk adalah puff.
membantu pemerintah dalam menilai dampak
dari sebuah regulasi. RIA digunakan untuk
218
Regulatory Impact Analisys terhadap Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Biskuit secara Wajib
(Danar A. Susanto, Suprapto dan Juli Hadiyanto)
2.2 Regulasi Pemberlakuan SNI Biskuit yang baik, dan pembangunan ekonomi. Selain
Secara Wajib itu, partisipasi publik (stakeholder) dapat
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian meningkatkan transparansi, membangun
Republik Indonesia Nomor 96/M- kepercayaan dan mengurangi risiko regulasi.
IND/PER/11/2015, biskuit hasil produksi dalam Sehingga hal ini dapat dikatakan sebagai solusi
negeri dan asal impor yang tidak memenuhi biaya terendah dalam membantu mengurangi
ketentuan dilarang beredar di wilayah Negara biaya implementasi peraturan bagi regulator.
Kesatuan Republik Indonesia dan harus Dalam penyusunan produk hukum lebih bersifat
dimusnahkan. Perusahaan yang memproduksi legal drafting yaitu ditekankan kepada
atau mengimpor biskuit mengajukan kesesuaian dan kepatuhan terhadap peraturan
permohonan penerbitan SPPT-SNI biskuit perundang-undangan yang lebih tinggi namun
kepada LSPro yang telah diakreditasi oleh KAN tidak memandang peran serta pemangku
sesuai dengan ruang lingkup SNI 2973:2011 dan kebijakan serta partisipasi umum. Dalam hal ini,
ditunjuk oleh Menteri. Penerbitan SPPT-SNI diperlukannya suatu instrumen khusus untuk
biskuit dilakukan melalui sistem sertifikasi tipe 5 penyusunan kebijakan, terutama dalam
yaitu berdasarkan Pedoman Standardisasi penelitian kebijakan.
Nasional, SNI ISO IEC 17067:2013 Penilaian Regulatory Impact Analysis (RIA)
Kesesuaian – Fundamental Sertifikasi Produk merupakan suatu alat yang fundamental untuk
dan Panduan Skema Sertifikasi Produk yang membantu pemerintah dalam menilai dampak
meliputi pengujian kesesuaian mutu biskuit dari sebuah regulasi. RIA digunakan untuk
sesuai dengan ketentuan SNI 2973:2011 dan menguji dan mengukur kemungkinan manfaat,
audit penerapan SMM SNI ISO 9001:2008 atau biaya dan dampak peraturan baru atau yang
sistem manajemen terkait pangan lainya yang sudah ada. Tujuan dari RIA adalah untuk
diakui. menyediakan secara terperinci dan sistematis
Pengujian mutu biskuit dilakukan oleh penilaian potensi dampak dari peraturan baru
Laboratorium uji yang telah diakreditasi oleh untuk menilai apakah ada kemungkinan
Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan ditunjuk peraturan dapat mencapai tujuan yang
oleh Menteri atau laboratorium uji diluar negeri diinginkan. Kebutuhan untuk RIA muncul dari
yang telah diakreditasi oleh lembaga akreditasi fakta bahwa regulasi umumnya memiliki banyak
di tempat laboratorium uji berada dan dampak yang sulit untuk diramalkan tanpa
mempunyai perjanjian saling pengakuan (Mutual dilakukan studi yang rinci dan konsultasi dengan
Recognition Agreement/ MRA) dengan KAN dan pihak-pihak yang terkena dampak. Dari
negara tempat laboratorium uji berada memiliki perspektif ini, tujuan utama dari RIA adalah
perjanjian bilateral atau multilateral dibidang untuk memastikan bahwa peraturan akan
regulasi teknis dengan Pemerintah Republik meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari
Indonesia dan ditunjuk oleh Menteri. Dalam hal sudut pandang bahwa keuntungan akan
LSPro dan/atau Laboratorium uji yang telah melebihi biaya.
diakreditasi oleh KAN sesuai dengan ruang RIA memiliki 10 standar pertanyaan dasar
lingkup SNI 2973:2011 belum tersedia dan/atau yang merupakan standar baku yang ditetapkan
jumlahnya belum memenuhi kebutuhan proses oleh OECD untuk merumuskan dan
sertifikasi, Menteri dapat menunjuk LSPro melaksanakan peraturan yang lebih baik. Seperti
dan/atau laboratorium uji yang kompetensinya halnya standar dalam ISO 9001 yang digunakan
telah dievaluasi oleh BPPI. (Kementerian untuk menetapkan standar sistem manajemen
Perindustrian, 2015b). mutu, standar RIA tersebut berfokus untuk
Penunjukan LSPro dan/atau laboratorium memperbaiki proses pembuatan peraturan
uji oleh Menteri Peridustrian didasari dengan dalam mencapai tujuan peningkatan kualitas
ditetapkanya Peraturan Menteri Perindustrian peraturan (Organisation for Economic Co-
Republik Indonesia Nomor: 07/M- operation and Development, 1995). Perlu digaris
IND/PER/1/2016 tentang Lembaga Penilaian bawahi bahwa standar tersebut bukan untuk
Kesesuaian Dalam Rangka Pemberlakuan dan meningkatkan proses manajemen tetapi
Pengawasan Standar Nasional Indonesia Biskuit diharapkan sebagai sebuah instrumen kebijakan
Secara Wajib (Kementerian Perindustrian, dapat mencapai tingkat kualitas peraturan yang
2016b). mampu mengakomodasi semua pemangku
kepentingan. Kesepuluh daftar pertanyaan
2.3 Regulatory Impact Analysis (RIA) dalam methodologi RIA tersebut, sebagai
Analisis dampak peraturan merupakan berikut:
perangkat yang penting yang menghubungkan 1. Apakah masalahnya dengan benar telah
antara kualitas peraturan, tata pemerintahan didefinisikan?
219
Jurnal Standardisasi Volume 18 Nomor 3, November 2016: Hal 217 - 228
2. Apakah tindakan pemerintah sudah tepat? Komite Akreditasi Nasional (KAN), yaitu Balai
3. Apakah regulasi yang ada merupakan yang Besar Industri Agro (BBIA), Kementerian
terbaik untuk langkah pemerintah? Perindustrian. Sampel produk diambil dengan
4. Apakah ada dasar hukumnya untuk sebuah menggunakan metode proporsional random
peraturan? sampling. Menurut (Sugiyono, 2003), sampling
5. Berapa tingkatan birokrasi pemerintah yang adalah teknik pengambilan sampel.
dilibatkan untuk koordinasi regulasi ini? Pengambilan sampel harus mengandung dua
6. Apakah regulasi yang ada bermanfaat, kriteria yaitu cermat (accuracy) dan tepat
dibanding biayanya? (precission) (Hair, Black, Babin, Anderson, &
7. Apakah distribusi akan dampaknya Tatham, 2006; Ferdinand, 2006; Ghozali, 2004).
transparan di masyarakat? Metode analisa yang digunakan dalam
8. Apakah peraturan tersebut jelas, konsisten, penelitian ini adalah Regulatory Impact
dipahami dan diakses oleh pengguna? Assessment (RIA) untuk mereview Peraturan
9. Apakah semua pihak yang berkepentingan Menteri Perindustrian Republik Indonesia
memiliki kesempatan yang sama untuk Nomor: 96/M-IND/PER/11/2015. Kementerian
menyampaikan pandangan mereka? Perencanaan Pembangunan Nasional (2011)
10. Bagaimana kepatuhan akan regulasi itu menyatakan bahwa metode RIA merupakan
dapat dicapai? salah satu alat atau pendekatan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas suatu
Tahapan dalam proses perancangan RIA, kebijakan pemerintah. Metode RIA ini
secara sistematis dalam menganalisis serta merupakan proses analisis dan
mengkomunikasikan dampak yang ada dari pengkomunikasian secara sistematis berbagai
peraturan baru berdasarkan versi OECD (2008), aspek dalam penetapan dan pelaksanaan
yaitu : sebuah kebijakan, baik yang berbentuk
1. Merumuskan masalah. peraturan maupun nonperaturan, yang sudah
2. Mengidentifikasi tujuan. ada maupun kebijakan baru. (Nasokah, 2008)
juga menjelaskan bahwa RIA adalah sebuah
3. Menyusun alternatif.
metode yang secara sistematis dan konsisten
4. Analisis manfaat dan biaya. mengkaji pengaruh yang ditimbulkan oleh
5. Konsultasi publik. tindakan pemerintah dan mengkomunikasikan
6. Memilih alternatif terbaik. informasi kepada para pengambil keputusan.
7. Strategi implementasi.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode-metode analisis yang sering
dipakai dalam menganalisis dokumen RIA yaitu:
1. Soft benefit-cost analysis and integrated Analisis RIA dilakukan dengan menggunaakan
analysis tahap-tahap atau langkah-langkah yang umum
dan digunakan oleh OECD. Langkah-langkah ini
2. Cost-effectiveness analysis meliputi menjawab sepuluh pertanyaan dasar
3. Partial analysis RIA dan melakukan analisi RIA sesuai dengan
4. Risk Assessment and Uncertainty Analysis proses sistematis yang telah ditetapkan.
(Candy, 2015). 4.1 Sepuluh Pertanyaan RIA
Sepuluh standar pertanyaan dalam RIA
3. METODE PENELITIAN merupakan standar baku yang ditetapkan oleh
OECD untuk merumuskan dan melaksanakan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peraturan yang lebih baik. Pertanyaan ini bukan
data primer dan sekunder. Data primer meliputi untuk meningkatkan proses manajemen tetapi
data hasil pengujian produk biskuit dan data diharapkan sebagai sebuah instrumen kebijakan
hasil Focus Group Discussion (FGD). dapat mencapai tingkat kualitas peraturan yang
Sedangkan data sekunder meliputi data mampu mengakomodasi semua pemangku
perdagangan biskuit dari Badan Pusat Statistik, kepentingan. Sepuluh pertanyaan dan jawaban
Kementerian Perindustrian, Kementerian disajikan pada Tabel 1.
Perdagangan, International Trade Centre (ITC)
dan lain-lain.
Data primer pengujian produk biskuit
diperoleh dari mengujikan sampel produk biskuit
ke laboratorium yang sudah terakreditasi oleh
220
Regulatory Impact Analisys terhadap Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Biskuit secara Wajib
(Danar A. Susanto, Suprapto dan Juli Hadiyanto)
221
Jurnal Standardisasi Volume 18 Nomor 3, November 2016: Hal 217 - 228
222
Regulatory Impact Analisys terhadap Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Biskuit secara Wajib
(Danar A. Susanto, Suprapto dan Juli Hadiyanto)
Harapan dan
No Kelompok Kondisi Saat Ini +/- Biaya +/-
Manfaat
2016b).
Komite LPK mendukung ‐ Tersedia 33 laboratorium uji untuk ruang (-) Diperlukan Biaya (-)
Akreditasi pemberlakuan lingkup biskuit. Namun Laboratorium Uji infrastruktur untuk
Nasional dan Peraturan Menteri mempunyai kemampuan menguji menyiapkan LPK.
Badan Perindustrian Republik parameter dalam SNI biskuit full Sesuai dengan isi
Standardisasi Indonesia Nomor parameter cuma ada 1 Laboratorium Uji Pasal 3
Nasional 96/M- (Badan Standardisasi Nasional, 2016e). Permenprin RI
IND/PER/11/2015. ‐ Lembaga sertifikasi produk (LSpro) yang Nomor 07/M-
mempunyai ruang lingkup biskuit ada 7 IND/PER/1/2016
LSpro, namun yang mempunyai ruang menyatakan
lingkup SNI 2973:2011 cuma ada 3 bahwa Lab Uji dan
LSPro (Badan Standardisasi Nasaional, LSPro yang belum
2016). terakreditasi KAN
harus memproses
‐ Kemenperind telah mengeluarkan
akreditasi paling
Permenprin RI Nomor 07/M-
lambat 6 bulan
IND/PER/1/2016 Tentang Lembaga
stelah diberlakuan
Penilaian Kesesuaian Dalam Rangka
Permenprin RI
Pemberlakuan dan Pengawasan Standar
Nomor 07/M-
Nasional Indonesia Biskuit Secara Wajib,
IND/PER/1/2016
telah ditunjuk 16 lab uji dan 13 LSPro (1
dan harus
lab uji dan 3 LSPro telah diakreditasi
memenuhi
KAN).
persyartan
maksimal 2 tahun.
Kementerian Petugas Pengawas Jumlah Petugas Pengawas Standar (-) Perlu biaya dan (-)
Perindustrian Standar barang barang dan/jasa di Pabrik (PPSP) pada sumberdaya
dan/jasa di Pabrik tahun 2015 kurang lebih 600 orang, yang manuasia dalam
(PPSP) atau surveyor dinilai belum ideal dengan jumlah industri penyiapan PPSP
independen melakukan dan UKM yang ada (Badan Standardisasi dan surveyor
pengawasan barang Nasional, 2016d, Pikiran Rakyat, 2015)). independen
dan/jasa dilokasi
produksi dan luar
lokasi kegiatan
produksi yang SNI-nya
telah diberlakukan.
Badana BPOM melaksanakan Terdapat 19 Balai Besar POM dan 14 (+) Diperlukan biaya (-)
Pengawas tugas pemerintahan di Balai POM yang tersebar di seluruh dalam
Obat dan bidang pengawasan Indonesia yang dapat mendukung pembentukan tim
Makanan Obat dan Makanan Peraturan Menteri Perindustrian Republik pengawasan obat
(BPOM) sesuai dengan Indonesia Nomor 96/M-IND/PER/11/2015 dan makanan
ketentuan peraturan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, khusus untuk
Undang-Undang yang 2016). Namun perbandingan antara produk dengan
berlaku. ketersediaan tenaga pengawas dengan SNI wajib.
jumlah makanan dan obat yang beredar
perlu disesuaikan.
Pemerintah Pemerintah Daerah , Kurangnya anggaran dan sumber daya (-) Diperlukan biaya (-)
Daerah, Dirjen Bea Cukai, Polri manusia di Pemerintah Daerah dalam dalam
Dirjen Bea dan instansi pengawas tupoksi pengawasan barang beredar pembentukan tim
Cukai, Polri lain sesuai dengan (Saputra, 2015). pengawas barang
dll tupoksi masing-masing
mendukung
pemberlakuan
Peraturan Menteri
Perindustrian Republik
Indonesia Nomor
96/M-
IND/PER/11/2015
terkait dengan
pengawasan.
2. Industri/ Pelaku Usaha
Industri Industri Dalam Negeri ‐ Terdapat 76 industri biskuit yang (+) Untuk perusahaan (+)
Dalam (industri dan UKM) dan beroperasi di Indonesia (Kementerian besar, regulasi ini
Negeri dan importir menerapkan Perindustrian, 2016a), sedangkan data mungkin tidak
importir Peraturan Menteri UKM dan importir belum diketahui akan berpengaruh
Perindustrian Republik datanya secara pasti namun pastinya terhadap harga
Indonesia Nomor jauh lebih banyak. Dari 76 industri biskuit produk namun
96/M- yang ada, pangsa pasar dikuasai oleh 7 bagi industri kecil
223
Jurnal Standardisasi Volume 18 Nomor 3, November 2016: Hal 217 - 228
Harapan dan
No Kelompok Kondisi Saat Ini +/- Biaya +/-
Manfaat
IND/PER/11/2015 agar (tujuh) pemimpin pasar yaitu PT dan UKM dapat
tercipta daya saing Indofood CBP Sukses Makmur Tbk berpengaruh
usaha yang sehat dan (ICBP), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), terhadap harga,
adil. PT Kraft Food Indonesia, PT Arnott’s sehingga akan
Indonesia, Grup Orang Tua (GOT), berakibat terhadap
Group GarudaFood, dan Group Khong persaingan usaha.
Guan (Dunia Industri, 2015).
‐ Industri dalam negeri kuat dilihat dari
analisis perbandingan dan trend ekspor
impor biskuit dan Indeks Spesialisasi
Perdagangan (ISP) (Susanto, 2016).
‐ Pangsa pasar biskuit dalam negeri
dikuasai industri lokal dalam negeri
(Susanto, 2016).
‐ Berdasarkan data hasil pengujian
Puslitbang BSN, kesiapan industri
(Pelaku utama, non pelaku utama dan
UKM) dalam menerapkan SNI
2973:2011 sebesar 75% (Badan
Standardisasi Nasional, 2016d). Antara
Pelaku utama, non pelaku utama dan
UKM tidak mempunyai perbedaan yang
berarti dalam kualitas produk sesuai SNI
2973:2011. Kecuali produk “pai”, semua
sampel memenuhi (biskuit, wafer dan
krekers) memenuhi persyaratan SNI
2973:2011.
‐ Industri besar sudah menerapkan SNI
Biskuit secara sukarela, jadi tidak ada
masalah untuk industri besar (Badan
Standardisasi Nasional, 2016b).
‐ Tidak pernah ada kasus negatif dari
biskuit dalam 5 tahun terakhir
3. Konsumen Konsumen dapat Sesuai dengan tujuan Peraturan Menteri, (+) Kebijakan ini (+)
memperoleh biskuit bahwa tujuan pemberlakuan Permen ini kemungkinan
yang aman dan untuk menjamin mutu biskuit, melindungi besar tidak
kualitasnya terjamin. konsumen atas keamanan, mutu dan gizi berpengaruh
pangan serta menciptakan daya saing signifikan terhadap
usaha yang sehat dan adil. Saat ini, 75% harga produk dari
produk biskuit yang beredar di Indonedia industri besar
memenuhi persyaratan dalam SNI ditingkat
2973:2011. konsumen.
Sedangkan untuk
harga di industri
tingkat UKM
kemungkinan
besar akan
berpengaruh
terhadap harga
produk. Sehingga
untuk UKM
berdampak
negatif.
Penundaan pemberlakuan Peraturan diwilayah DKI Jakarta yang meliputi produk dari
Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor pelaku utama (produk kemasan), non pelaku
96/M-IND/PER/11/2015 dan memperbaiki utama (produk kemasan) dan UKM (produk
kesenjangan antara kondisi saat ini dengan curah) memenuhi SNI 2973:2011. Produk yang
kondisi ideal, diharapkan nantinya regulasi memenuhi parameter SNI 2973:2011 adalah
tersebut dapat mencapai tujuan yang biskuit, wafer dan krekers, sedangkan 25%
diharapkan. Untuk kondisi saat ini, penundaan produk yang tidak memenuhi adalah produk pai
tersebut tidak berpengaruh terhadap kualitas yaitu parameter kadar air. Penundaan ini
produk biskuit yang beredar karena berdasarkan memberi kesempatan kepada LPK yang ditunjuk
hasil uji petik yang dilakukan Puslitbang BSN dapat menyiapkan diri untuk diakreditasi oleh
menunjukkan bahwa 75% sampel yang diambil KAN, sehingga memenuhi persyaratan
224
Regulatory Impact Analisys terhadap Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Biskuit secara Wajib
(Danar A. Susanto, Suprapto dan Juli Hadiyanto)
internasional dan tidak melanggar UU Nomor 20 Sosialisasi tentang regulasi ini juga perlu
tahun 2014. Di samping itu, industri yang belum dilakukan kepada semua industri yang belum
mendapatkan sertifikat SNI 2973:2011 dapat mendapatkan sertifikat SNI 2973:2011 agar
mempersiapkan diri untuk memenuhi mempunyai cukup waktu untuk mempersiapkan
persyaratan regulasi ini. diri dalam memenuhi persyaratan regulasi ini
Pemenuhan kesenjangan yang diperlukan yang antara lain mencakup pemenuhan Sistem
untuk mendukung regulasi ini, sebagai berikut: Manajemen Mutu (SMM), proses sertifikasi SNI,
1. SNI 2973:2011 pendaftaran kemasan baru (tanda SNI),
pembuatan kemasan bertanda SNI dan
Perlu dilakukan kaji ulang SNI 2973:2011 terkait
pemasaran produk dengan kemasan bertanda
definisi biskuit, wafer, krekers dan pai, metode
SNI.
pengujian cemaran logam dan cemaran mikroba
serta perlu dilakukan persamaan persepsi antar 5. Pengawasan
laboratorium terhadap metode pengujian kadar Perlunya koordinasi dan sinkronisasi program
air dalam pai. Kaji ulang terhadap SNI pengawasan produk biskuit antara pembuat
2973:2011 juga perlu dilakukan terhadap kadar regulasi (Kementerian Perindustrian) dengan
air dalam pai. Berdasarkan hasil uji petik, semua instansi pengawas baik pusat maupun daerah
sampel produk pai mempunyai nilai kadar air untuk mendukung Peraturan Menteri
yang lebih tinggi daripada parameter SNI Perindustrian Republik Indonesia Nomor 96/M-
2973:2011 (maksimal 5%). IND/PER/11/2015. Hal ini merupakan salah satu
2. Lembaga Penilaian Kesesuain (LPK) hal yang sangat penting, khususnya
pengawasan untuk produk UKM seperti produk
Kementerian Perindustrian telah menunjuk 16
biskuit rumah tangga dengan skala produksi
laboratorium uji (hanya 1 laboratorium uji yang
kecil, jangan sampai UKM tidak bisa bersaing
telah diakreditasi KAN) dan 13 LSPro (hanya 3
dalam perdagangan.
LSPro yang telah diakreditasi KAN)
(Kementerian Perindustrian, 2016b). Penundaan pemberlakuan Peraturan
Laboratorium uji yang belum diakreditasi KAN Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor
memberikan hasil uji dengan mencantumkan 96/M-IND/PER/11/2015 tidak akan berpengaruh
logo KAN berpotensi melanggar UU Nomor 20 banyak terhadap perdagangan biskuit di
Tahun 2014. LSPro yang memberikan sertifikat Indonesia karena hal-hal sebagai berikut:
dan memberikan logo KAN namun belum a. Industri dalam negeri menguasai pangsa
mendapatkan akreditasi untuk ruang lingkup pasar biskuit dalam negeri dengan nilai
yang dimaksud, berpotensi melanggar UU persentase penguasaan pangsa pasar dalam
Nomor 20 Tahun 2014 pasal 70 yang dapat negeri sebesar 86% (Susanto, 2016).
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 b. Selisih nilai ekspor dan impor biskuit
(lima) tahun atau pidana denda paling banyak Indonesia mempunyai perbandingan 12 : 1.
Rp. 35.000.000.000,00 (tiga puluh lima miliar Pada tahun 2015, nilai ekspor biskuit sebesar
rupiah) (Sekretariat Negara, 2014). Lisensi SNI US$ 399.666.900, sedangkan nilai impor
diberikan oleh BSN kepada KAN, sehingga sub biskuit hanya sebesar US$ 31.460.700
lisensi pembubuhan tanda SNI hanya dapat (Susanto, 2016).
diberikan oleh LPK yang telah diakreditasi oleh
c. Tren ekspor produk biskuit meningkat
KAN.
sebesar 19,75%, sedangkan impor
Lembaga Penilaian Kesesuian (LPK) perlu meningkat sebesar 14,94% (Susanto, 2016).
dikareditasi oleh KAN, karena sesuai dengan
d. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
ketentuan internasional, LPK yang belum
biskuit asal Indonesia sebagian besar masuk
diakreditasi, tidak dapat menjamin validitas hasil
dalam tahap kematangan. Pada tahap ini
uji (lab pengujian) dan validitas sertifikat yang
produk biskuit sudah pada tahap
diterbitkan (LSPro).
standardisasi terkait teknologi yang
3. Peraturan Perundangan digunakan dan Indonesia mendekati negara
Perlu disiapkan Petunjuk Teknis sebagai net exportir (Susanto, 2016).
pedoman LSPro dalam membuat skema e. Kualitas biskuit yang beredar diIndonesia
sertifikasi. Perlakuan untuk produk impor tidak sudah sesuai dengan SNI 2973:2011, kecuali
dibedakan dengan produk dalam negeri dengan produk pai terkait dengan kadar air yang
menggunakan skema sertifikasi tipe 5. kemungkinan besar karena masih ada
4. Pelaku Usaha perbedaan interpretasi definisi pai.
Perlu dilakukan pendampingan kepada UKM f. Tidak ditemukan adanya kasus negatif terkait
dalam memenuhi persyaratan regulasi. biskuit di Indonesia dalam 5 tahun terakhir.
225
Jurnal Standardisasi Volume 18 Nomor 3, November 2016: Hal 217 - 228
226
Regulatory Impact Analisys terhadap Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Biskuit secara Wajib
(Danar A. Susanto, Suprapto dan Juli Hadiyanto)
blogspot.com/regulatory-impact-analysis- http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2015/0
dalam-penelitian- 3/19/-1426739213.pdf
kebijakan_552b69206ea834da3f8b4573 Nasokah. (2008). Implementasi Regulatory
Dunia Industri. (2015). Tujuh Perusahaan Impact Assessment (RIA) Sebagai Upaya
Pemimpin Pasar Biskuit Perebutkan Market Menjamin Partisipasi Masyarakat Dalam
Rp 6,23 Triliun. Retrieved February 15, Penyusunan Peraturan Daerah. Jurnal
2016, from http://duniaindustri.com/tujuh- Hukum Universitas Islam Indonesia, 15(3),
perusahaan-pemimpin-pasar-biskuit- 443–458.
perebutkan-market-rp-623-triliun/ Organisation for Economic Co-operation and
Ferdinand, A. (2006). Metode Penelitian Development. (1995). The 1995
Manajamen. Semarang: Badan Penerbit Recommendation of the Council of the
Universitas Diponegoro. OECD on Improving the Quality of
Ghozali, I. (2004). Model Persamaan Struktural: Government Regulation. Paris.
Konsep dan Aplikasi Dengan Program Organisation for Economic Co-operation and
AMOS Versi 5.0. Semarang: Badan Development. (2008). Building an
Penerbit Universitas Diponegoro. Institutional Framework for Regulatory
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., Anderson, Impact Analysis, Guidance for Policy
R. E., & R.L.Tatham. (2006). Multivariate Maker. Paris.
Data Analysis. 6 Ed. New Jersey : Prentice Pikiran Rakyat. (2015). Pakaian Bayi Wajib Ber-
Hall. SNI. Retrieved April 15, 2016, from
Kementerian Perencanaan Pembangunan http://www.kemenperin.go.id/artikel/12206/
Nasional. (2011). Pengembangan dan Pakaian-Bayi-Wajib-Ber-SNI
Implementasi Metode Regulatory Impact Ridwan, W., & Krisnadi, I. (2011). Regulatory
Analysis (RIA) Untuk Menilai Kebijakan Impact Analysis Terhadap Rancangan
(Peraturan dan Non Peraturan) di Undang-Undang Konvergensi Teknologi
Kementerian PPN/Bappenas. Jakarta. Informasi dan Komunikasi. Jurnal
Kementerian Perindustrian. (2015). Peraturan Telekomunikasi Dan Komputer, 2(2), 1–20.
Meteri Perindustrian Republik Indonesia Saputra, D. (2015). Pengawasan perdagangan
Nomor 60/M-IND/PER/7/2015 tentang perbatasan terkendala minimnya anggaran.
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Retrieved February 15, 2016, from
Biskuit Secara Wajib. Indonesia. http://www.antaranews.com/berita/494529/
Kementerian Perindustrian. (2015). Peraturan pengawasan-perdagangan-perbatasan-
Meteri Perindustrian Republik Indonesia terkendala-minimnya-anggaran
Nomor 96/M-IND/PER/11/2015 tentang Sekretariat Negara. (2014). Undang-Undang
Perubahan Atas Peraturan Meteri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2014
Perindustrian Republik Indonesia Nomor Tentang Standardisasi dan Penilaian
60/M-IND/PER/7/2015 tentang Kesesuaian. Indonesia.
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis.
Biskuit Secara Wajib. Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Kementerian Perindustrian. (2016a). Direktori Susanto, D. A. (2016). Daya Saing Biskuit
Perusahaan Industri. Retrieved February Indonesia Menghadapi Pemberlakuan
15, 2016, from Standar Nasional Indonesia Biskuit Secara
http://www.kemenperin.go.id/direktori- Wajib. Prosiding Pertemuan Dan
perusahaan Presentasi Ilmiah Standardisasi (PPIS).
Kementerian Perindustrian. (2016). Peraturan Wicaksena, B. (2014). Analisis Implementasi
Menteri Perindustrian Republik Indonesia Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
Nomor: 07/M-IND/PER/1/2016 tentang 44/M-Dag/Per/9/2009 Tentang Pengadaan,
Lembaga Penilaian Kesesuaian Dalam Distribusi dan Pengawasan Bahan
Rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Berbahaya (Studi Kasus: Kota Makassar).
Standar Nasional Indonesia Biskuit Secara Jurnal Borneo Administrator, 10(1), 109–
Wajib. Indonesia. 134.
Mahatama, E., & Wicaksena, B. (2015). Evaluasi
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor:
44/M-DAG/PER/9/2009 Tentang
Pengadaan, Distribusi, Dan Pengawasan
Bahan Berbahaya. Retrieved from
227
Jurnal Standardisasi Volume 18 Nomor 3, November 2016: Hal 217 - 228
228