Abstrak
Desentralisasi, baik yang asimetris dan simetris, di Indonesia akan terus menjadi
perhatian serius bagi studi politik dan pemerintahan. Indonesia memiliki karakteristik
khas yang membuat studi tentang pola hubungan pusat dan daerah selalu berusaha
mencari format yang lebih ideal. Karakteristik ketiga adalah distribusi geografis, distribusi
demografi dan distribusi ekonomi berpusat di Jawa (ekonomi bahkan berbasis di Jakarta).
Kesepakatan yang dibuat Indonesia bentuk kesatuan membuat hubungan tarik antara
pusat dan daerah diisi dengan pertimbangan politik dan ekonomi. Pemberian otonomi
khusus untuk Aceh dan Papua, yang menyertai pemisahan panjang dari Indonesia
menunjukkan kompleksitas masalah hubungan pusat dan daerah.
Absract
73 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 10 No 3 (2018): Desember 2018
sistem desentralisasi kekuasaan pusat sejak jatuhnya rezim Orde Baru dengan
ilmiah yang telah dihasilkan, maupun nyata. Produk reformasi dengan UU No.
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 74
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 10 No 3 (2018): Desember 2018
75 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 10 No 3 (2018): Desember 2018
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 76
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 10 No 3 (2018): Desember 2018
77 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 10 No 3 (2018): Desember 2018
disclaimer. Menurut BPK permasalahan nilai tambah dan pajak cukai. Dengan
pokok adalah rendahnya disiplin kata lain, kebijakan desentralisasi dan
anggaran, daya serap rendah, rendahnya otonomi daerah belum dapat
pertanggungjawaban atas kegiatan, mengurangi ketidakseimbangan fiskal
penyimpangan atas pengelolaan secara vertikal (vertical fiscal
pendapatan dan belanja daerah dan imbalances). Selain itu, sistem kebijakan
rendahnya akuntabilitas desentralisasi dan otonomi daerah yang
pertanggungjawaban keuangan (BPK, uniform atau simetris (symmetrical
2010). Data Indonesia Corruption Watch decentralization) di Indonesia juga telah
(ICW) menunjukkan bahwa keuangan menyebabkan ketidakseimbangan fiskal
daerah penyumbang kerugian keuangan secara horizontal (horizontal fiscal
negara akibat korupsi yang terjadi dalam imbalances), terutama Indonesia bagian
semester pertama tahun 2010 (ICW, barat dan timur, Jawa dan luar Jawa, kota
2010). Dari laporan ICW tersebut dan pedesaan (Jaya, 2000).
ternyata oknum di parlemen (DPRD) dan
Secara lebih makro, demokrasi,
kepala daerah masih rangking tertinggi
kesejahteraan dan sistem pelayanan
melakukan tindakan yang terkait dengan
yang lebih baik, gagal dipenuhi daerah-
korupsi di pemda.
daerah. Sebagian daerah justru
Selain itu, kebijakan desentralisasi dihinggapi sejumlah patologi yang
dan otonomi daerah seperti dalam UU kronis. Sejumlah riset terkini
No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah, mengungkapkan secara gamblang bahwa
UU No. 33/2004 tentang Perimbangan terus bertahan dan meluasnya fenomena
Keuangan Pusat dan Daerah, UU No. 29 patologis pengelolaan pemerintahan di
/2009 tentang Pajak dan Retribusi daerah-daerah di era otonomi ini.
Daerah belum meningkatkan kekuatan Robison dan Hadiz (2003) misalnya,
fiskal (fiscal power) bagi pemerintah menyimpulkan bahwa desentralisasi
kabupaten dan kota, hal ini telah menjadi lahan kekuasaan baru bagi
menyebabkan pemerintah daerah masih praktek-praktek politik kotor dan
tergantung dana perimbangan dari premanisme politik yang sudah
pemerintah pusat. Pemerintah pusat mengakar sejak lama. Sebuah fenomena
masih mempertahankan pajak-pajak anti-demokrasi yang sudah diidentifikasi
gemuk seperti pajak pendapatan, pajak oleh para penulis dalam buku yang diedit
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 78
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 10 No 3 (2018): Desember 2018
oleh Aspinall dan Faley (2002) yang dalam UU No 32 Tahun 2004 tersebut
mengungkapkan bahwa, sekalipun para sangat lemah. Ini merupakan sebuah
politisi dan birokrat lokal yang sedang kemunduran dalam perjalanan menuju
berkuasa harus melakukan berbagai pembentukan sebuah local autonomy and
penyesuaian yang radikal dalam era local community autonomy yang
desentraliasi, dalam kenyataannya demokratis, mandiri dan sejahtera dalam
merekalah yang paling diuntungkan. Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Salah satu hal yang perlu dikritisi Selain itu, dalam pelaksanaan
dari pelaksanaan UU No. 32 Tahun 2004 sehari-hari, sistem, prosedur, kebiasaan
yang banyak kalangan dinilai bernuansa yang sekian lama tertanam dan tebentuk
resentralisasi adalah apa yang disebut dalam birokrasi tidak serta merta dapat
dengan urusan, bukan kewenangan. diubah. Daya resistensi yang begitu
Urusan daerah yang tercantum dalam tinggi, terutama dari elit-elit birokrasi
undang-undang tersebut meliputi urusan yang telah menikmati keuntungan-
wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib keuntungan dari sistem yang telah ada,
adalah urusan pemerintah yang terkait menjadikannya ingin tetap
dengan pelayanan dasar seperti memprtahankan kekuasaan
pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan tersentralisasi ditangan pemimpin
kebutuhan hidup minimal, prasarana tertinggi organisasi. Ini disebabkan
lingkungan dasar. Sedangkan urusan karena birokrasi ditempatkan sebgai
pemerintah yang bersifat pilihan, terkait organisasi yang tertutup dan elitis
erat dengan potensi unggulan dan sehingga tidak semua orang bisa
kekhasan daerah. mengaksesnya. Kalaupun mencoba
memasukinya, akan dihadang oleh
Model pembagian kewenangan
serangkaian prosedur yang mengada-
menurut UU No. 32 Tahun 2004,
ada.Di banyak daerah sebagaimana
menempatkan kabupaten/kota dan
diargumentasikan Pradjna. R. (2002),
propinsi hanya sebagai unit-unit
mereka telah mereorganisasi ekonomi
pelayanan publik. Selain itu Undang-
politiknya melampui batas-batas regulasi
undang ini juga masih mempergunakan
formal dan memanfaatkan berbagai
pola-pola lama dengan pendekatan
‘kelemahan’ aturan untuk meningkatkan
sektoral dan administratif. Sehingga
kekuasaanya.
devolusi kekuasaan dari pusat ke daerah
79 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 10 No 3 (2018): Desember 2018
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 80
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 10 No 3 (2018): Desember 2018
81 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 10 No 3 (2018): Desember 2018
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 82
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 10 No 3 (2018): Desember 2018
83 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 10 No 3 (2018): Desember 2018
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 84
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 10 No 3 (2018): Desember 2018
85 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII