Makro Ekonomi Kotamobagu 2013
Makro Ekonomi Kotamobagu 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kondisi perekonomian secara makro baik sebuah Negara maupun daerah
sangat diperlukan untuk ditinjau dan dievaluasi karena berkaitan dengan arah
pembangunan ekonomi dan dalam menjaga stabilitas ekonomi. Pembangunan ekonomi
diarahkan dengan maksud untuk menjaga dan memelihara perkembangan serta
pertumbuhan sebagaimana yang diharapkan; di mana bagi setiap Negara maupun
daerah lasimnya dicantumkan dalam indicator utama pembangunan. Stabilitas
perekonomian secara makro penting untuk secara kontinyu dijaga dan dipelihara agar
tidak mengganggu perjalanan pembangunan ekonomi.
Perekonomian daerah secara makro biasanya diupayakan untuk dikondisikan
pada suatu tingkat perkembangan dalam rangka mencapai target pembangunan yang
ditetapkan. Sebagai contoh: dalam berbagai dokumen perencanaan baik Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan daerah maupun yang telah dikondisikan
pada rencana pembangunan jangka menengah nasional dan daerah beberapa indicator
ekonomi makro seperti antara lain: PDB/PDRB, pendapatan perkapita, distribusi
pendapatan, pengangguran vs kesempatan kerja, kemiskinan, target inflasi, dan
investasi.
factual sekarang adalah MP3EI, Target MDGs, dan lainnya. Khususnya Kota
Kotamobagu disamping keterkaitan dari tingkat nasional, juga harus dipadukan dengan
tingkat Provinsi. Secara global maka dokuemen penting lainnya adalah berkaitan
dengan BIMP-EAGA dan ASEAN Conectivity. Berkaitan dengan dokuemen-dokumen
tersebut maka semuanya menjadi acuan dalam penyusunan RKPD Kota Kotamobagu.
Berbagai dokumen tersebut memberi sumber gagasan sebagai lingkungan
strategis yang mendukung seluruh proses perencanaan; di mana seluruh proses
perencanaan pada akhirnya akan bermuara pada tujuan-tujuan pembangunan ekonomi
utama yang dapat dicerminkan pada indicator ekonomi makro.
Tahun 2013 menjadi momentum untuk evaluasi dan melakukan prediksi yang berkaitan
dengan target visi dan misi dari kepemimpinan baru Kota Kotamobagu.
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Untuk melakukan evaluasi terhadap makro ekonomi Kota Kotamobagu sepanjang
lima tahun terakhir.
1.2.2. Untuk melakukan prediksi beberapa indicator makro ekonomi pokok dalam lima
tahun ke depan.
1.2.3. Untuk memperoleh hasil kajian makro ekonomi yang berguna dalam menyusun
kebijakan
: Pendahuluan
Bab II
: Kerangka Teoritis
Bab III
: Metodologi
Bab IV
: Orientasi Wilayah
Bab V
Bab VI
BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1.
Pendapatan
(=PDB)
Pembelanjaan
(=PDB)
Barang
dan Jasa
dijual
PASAR
BARANG
DAN JASA
Barang
dan Jasa
dibeli
RUMAH
TANGGA
PERUSAHAAN
Faktor
Faktor
Produksi
Tenaga Kerja,
Lahan, dan
Modal (=PDB)
PASAR
FAKTOR
PRODUKSI
Upah,
Biaya
Sewa,
Keuntungan
Pendapatan
(=PDB)
KETERANGAN
Aliran Input dan Output
Aliran Uang
Ditambah
Dikurang
Dikurangi
= Penyusutan
= Produk Nasional Neto (PNN)
Dikurang
Ditambah
= Subsidi
= Pendapatan Nasional (PN)
Dikurang
= Laba ditahan
Dikurang
Ditambah
Ditambah
= Pendapatan Personal
Dikurang
pendapatan nasional. Untuk daerah konsepnya sama namun dalam lingkup daerah.
Ada penyesuaian tertentu mengenai perdagangan ekspor dan impor. Jika daerah harus
dilihat dalam konteks penjualan barang dan jasa ke luar daerah/ keluar negeri dan
pembelian barang dan jasa dari luar daerah/luar negeri. Di daerah akan dikenal
perhitungan dengan sebutan Pendapatan Domestik Regional Bruto.
2.2.
perkalian antara harga barang yang diproduksi dengan jumlah barang yang dihasilkan.
Perhitungan PDB/PDRB dengan menggunakan harga berlaku dapat memberikan hasil
yang menyesatkan; di mana hal ini disebabkan oleh pengaruh inflasi. Untuk
memperoleh gambaran yang lebih akurat, maka perhitungan PDB/PDRB sering
menggunakan perhitungan berdasarkan harga konstan. Hasil perhitungan tersebut
akan menghasilkan nilai PDB/PDRB atas harga konstan.
Harga konstan adalah harga yang dianggap tidak berubah sepanjang waktu
perhitungan yang dimaksud, di mana dapat menggunakan satu harga dasar tahun
tertentu untuk memperoleh PDB/PDRB dalam kurun waktu tertentu. Penentuan tahun
dasar (based year) adalah diambil dari tahun di mana perekonomian berada dalam
kondisi baik/stabil. Harga barang pada tahun tersebut digunakan sebagai harga
konstan.
PDB/PDRB berdasarkan harga berlaku diperlukan untuk melihat secara
nyata pada tahun yang berjalan dan dipergunakan untuk perbandingan dengan cara
perhitungan yang sama. PDB/PDRB harga konstan akan sangat bermanfaat untuk
dipergunakan dalam mengevaluasi perkembangan ekonomi secara riil.
bekerja dan telah berusaha mencari kerja, namun tidak mendapatkannya. Konsep
demografi oranjg yang mencari kerja masuk dalam kelompok penduduk yang disebut
angkatan kerja.
Berdasarkan kategori usia, usia angkatan kerja adalah 15-64 tahun; tetapi
tidak semua orang yang berusia 15-64 tahun dihitung sebagai angkatan kerja.
Angkatan kerja yang dihitung adalah penduduk berusia 15-64 tahun dan sedang
mkencari kerja, sedangkan yang tidak mencari kerja, entah karena harus mengurus
keluarga atau sekolah, tidak masuk angkatan kerja.
2.4. Kemiskinan
Kemiskinan absolut (absolute poverty) adalah sejumlah penduduk yang tidak
mampu mendapatkan sumberdaya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
(Todaro dan Smith; 2004). Mereka hidup dibawah tingkat pendapatan riil minimum
tertentu atau dibawah garis kemiskinan.
Ada tiga indikator mengukur kemiskinan yang diperkenalkan oleh Foster dkk
1984 (dalam Tambunan 2009) yang sering digunakan dalam banyak studi empiris.
Pertama, the incidence of poverty; persentase dari populasi yang hidup dengan
pengeluaran konsumsi perkapita dibawah garis kemiskinan. Kedua the depth of poverty
yang menggambarkan dalamnya kemiskinan di suatu wilayah yang diukur dengan
Indeks Jarak Kemiskinan (IJK), atau dikenal dengan sebutan Poverty Gap Index.
Ketiga, the severity of poverty yang diukur dengan Indeks Keparahan Kemiskinan.
2.5. Inflasi
Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan yang dijumpai di
hampir semua Negara di dunia adalah inflasi. Definisi singkat dari inflasi adalah
kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus
(Boediono; 2001). Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi,
kecuali jika kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian
besar dari harga barang-barang lain. Syarat adanya kecenderungan menaik yang terusmenerus juga perlu diingat. Kenaikan harga-harga karena, misalnya musiman,
menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja (dan tidak mempunyai pengaruh
lanjutan) tidak disebut inflasi.
BAB III
METODOLOGI
10
11
BAB IV
ORIENTASI WILAYAH KOTA KOTAMOBAGU
peradaban modern, religius serta berlandaskan pada kepribadian yang dinamis, kreatif,
inovatif, dan mampu menyesuaikan dengan perkembangan global tanpa mengabaikan
nilai-nilai dan jati diri dan warisan leluhur masyarakat Bolaang Mongondow.
Adapun misi Kota Kotamobagu adalah sebagai berikut:
1. Menjadikan Kota Kotamobagu
12
13
memiliki ketinggian yang bervariasi. Desa yang tertinggi adalah Desa Moyag Todulan
dengan ketinggian 650 M di atas permukaan laut (dpl), diikuti Desa Moyag Tampoan
dengan ketinggian 635 M (dpl).
Topografi bergunung-gunung dan berbukit-bukit. Bukit Tudu in Bakid yang
terletak di Desa Pontodonserta Bukit
kuburan Bogani, merupakan dua bukit yang sangat dikenal memiliki nilai sejarah yang
berhubungan dengan kultur i Bolaang Mongondow.
Iklim di Kota Kotamobagu memilik curah hujan yang cukup tinggi sepanjang
tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada Desember-Januari, dan terendah pada bulan
Agustus-September. Suhu udara berada di kisaran 18 C 28C. Sebagian besar
wilayah digunakan untuk kegiatan pertanian, diikuti pemukiman, perkantoran, dan
perdagangan.
Terdapat sejumlah aliran sungai yang melintasi Kota Kotamobagu diantaranya
yang terbesar adalah Ongkag Mongondow yang bermuara di Inobonto bergabung
dengan Ongkag Dumoga. Sungai-sungai lain adalah Sungai Kotobangon, sungai
Gogagoman, sungai Moayat (irigasi moayat di Desa Poyowa Besar) dan beberapa
sungai kecil lainnya. Oleh sebab itu memiliki sumberdaya air yang melimpah untuk
kebutuhan air baku, kolam dan berbagai usaha lainnya.
Struktur tanah Kota Kotamobagu tidak terdapat bebatuan yang menonjol, namun
terdapat sejumlah titik sumber air panas dan aliran panas bumi (geotermal) yang
bersumber dari Gunung Ambang di Kabupaten Boltim.
Secara regional, Kota Kotamobagu dikelilingi oleh Kabupaten Bolaang
Mongondow (Bolmong) dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), serta
berdekatan dengan Kabupaten Minahasa Selatan. Jarak antara Kotamobagu dengan
Manado 183,72 Km (melalui Inobonto) dan 207,26 Km (melalui Modoinding). Kota
Kotamobagu merupakan pusat kegiatan ekonomi terkemuka di bagian barat dan
selatan Sulawesi Utara.
14
dan
warisan
leluhur
tentang
kepemimpinan
dalam
masyarakat
133.9
120
101.48
100
101.33
101.03
101.21
103.22
101.47
80
60
40
20
0
2006
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
15
Dapat diikuti bahwa nilai tukar petani berada pada posisi diatas 100 dan tampaknya
fluktuasinya sangat kecil. Indikator nilai tukar petani menjadi penting mengingat
penduduk Kota Kotamobagu masih memiliki petani yang cukup besar. Lahan pertanian
mereka tidak terbatas di wilayah Kota Kotamobagu, tetapi juga di daerah sekitar.
4.5. Perkembangan Lama Sekolah
Perkembangan lama sekolah Kota Kotamobagu tampaknya meningkat sampai dengan
2010 dan pada 2011 angkanya tetap pada 9,25 tahun. Lebih jelasnya dapat diikuti pada
Gambar 4.2.
Gambar 4.2
Perkembangan Lama Sekolah Kota Kotamobagu Selang 2008-2011
2008
9.12
2009
9.25
9.25
2010
2011
16
Gambar 4.3.
Perkembangan Usia Harapan Hidup Kota Kotamobagu Selang 2008-2011
72.2
72
72.04
2010
2011
71.8
71.8
71.58
71.6
71.35
71.4
71.2
72.04
71.08
71
70.8
70.6
2006
2006
2007
2008
2009
Usia harapan hidup Kota Kotamobagu tampaknya terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Sebagaimana yang tampak dalam Gambar mengemukakan bahwa
pada tahun 2008 masih pada kisaran 71,08 tahun dan keadaan terus meningkat sampai
2011 berada pada posisi 72,04 tahun. Indikator ini juga menjadi salah satu yang penting
dalam perhitungan IPM.
4.7. Indeks Kemahalan Konstruksi
Indeks kemahalan konstruksi menjadi penting dalam pelaksanaan pembangunan
di daerah. Perkembangan indeks kemahalan konstruksi Kota Kotamobagu dapat diikuti
pada Gambar 4.4. Dari Gambar dapat dijelaskan bahwa indeks kemahalan konstruksi
pada tahun-tahun terakhir terus menurun dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa biaya pelaksanaan pembangunan fisik bangunan dan konstruksi jalan menjadi
lebih rendah. Dengan demikian pembangunan infrstruktur akan menjadi lebih efisien
sehingga penggunaan anggaran pemerintah dapat teralokasi lebih baik.
Gambar rmemperlihatkan kecenderungan yang menurun dikarenakan data yang
relative terus menurun. Pada tahun 2006 indeks kemahalan konstruksi masih berada
pada posisi 165,54 dan meningkat menjadi 195,6 pada 2007 serta naik lagi pada 2008
menjadi 216,19; nanti turun dastis pada 2009 menjadi 95,68 dan pada 2010 dan 2011
berada pada posisi 98,87.
17
Gambar 4.4
Perkembangan Indeks Kemahalan Konstruksi Kota Kotamobagu Selang 20082011
250
200
150
100
195.6
216.19
165.54
50
95.68
98.87
98.87
2009
2010
2011
0
2006
2006
2007
2008
membandingkan kesejahteraan antar Negara dan antar daerah baik provinsi maupun
kabupaten dan kota.
18
Lebih jelasnya perkembangan IPM Kota Kotamobagu dapat diikuti pada Gambar
4.5.
Gambar 4.5
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kota Kotamobagu
Selang 2006-2011
76.12
75.98
75.56
75.03
74.46
73.9
2006
2007
2008
2009
2010
2011
19
BAB V
ANALISIS DAN PREDIKSI MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU
2000
1788
1582
1500
1400
1000
639
500
379
740
408
859
440
994
473
1125
506
PDRB HB
1239
PDRB HK
537
580
627
677
731
789
0
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
20
Penduduk
Gambar 5.2
Proyeksi Perkembangan Penduduk Kota Kotamobagu 2007-2017
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Asumsi 2.14%
98166
99522
101574
107456
109756
112104
114503
116954
119457
122013
124624
Asumsi 3%
98166
99522
101574
107456
110680
114000
117420
120942
124570
128308
132157
Asumsi 5%
98166
99522
101574
107456
112829
118470
124394
130613
137144
144001
151201
21
orang. Pada 2017 diperkirakan penduduk Kota Kotamobagu dalam prediksi normal
menjadi 124.624 orang, dan asumsi pertumbuhan sedang menjadi 132.157 orang,
sedangkan asumsi pertumbuhan tinggi menjadi 151.201 orang.
Berdasarkan
data
dan
prediksi
sebelumnya,
maka
dapat
diperoleh
6.51
3.86
2007
11.05
12.23
13.53
14.96
16.56
8.46
9.25
10.25
4.10
4.34
4.40
4.61
4.79
5.07
5.36
5.66
5.99
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
7.44
PDRB HB/KAPITA
18.32
6.33
2017
PDRB HK/KAPITA
22
penting jika akan melihat actual berdasarkan harga factual di masa keadaan tahun yang
bersangkutan.
Berkaitan dengan ukuran internasional, maka menarik diikuti perkembangan
PDRB KSelanjutnya dapat
Gambar 5.4
Perkembangan PDRB Kota Kotamobagu Selang 2007-2013
Harga Berlaku (dalam US.$)
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Series2
Series1
685
783
890
974
1079
1163
1287
2014
2015
2016
2017
1462
1618
1790
1980
1424
1575
1743
1928
23
PDRB secara sektor ekonomi dan proporsinya (share) dari masing-masing dari secara
keseluruhan selang 2007-201.
Tabel 5.1
Perkembangan PDRB Kota Kotamobagu dan Proporsinya Masing-Masing Sektor
Menurut Harga Berlaku 2007- 2011(dalam jutaan Rupiah /%)
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
1.Pertanian
2.Pertambangan & Penggalian
3.Industri Pengolahan
4.Listrik, Gas, dan Air Bersih
5.Konstruksi dan Bangunan
6.Perdagangan, Hotel dan
Restoran
7.Tranportasi & Komunikasi
8.Keuangan Jasa Perusahaan
9.Jasa Jasa
PDRB Kota Kotamobagu (Total)
56.512.32
8.85
19.749.64
3.09
13.276.68
1.79
2.761.51
0.43
94.048.14
14.72
85.026.77
13.31
33.898.81
5.31
91.666.25
14.35
241.885.21
37.86
638.825.32
67.557.45
9.12
21.207.91
2.86
13.887.88
1.88
2.865.98
0.39
109.796.60
14.83
101.036.20
13.65
35.833.74
4.84
100.489.85
13.57
287.692.61
38.86
740.368.22
75.917.47
8.84
23.631.63
2.75
15.271.78
1.78
3.002.40
0.35
126.772.88
14.76
119.785.46
13.94
37.739.17
4.39
111.342.64
12.96
345.605.71
40.23
859.069.13
84.168.70
8.47
27.182.95
2.74
16.513.02
1.66
3.172.41
0.32
149.074.74
15.00
141.626.52
14.25
40.953.07
4.12
126.617.26
12.74
404.500.74
40.70
993.809.40
92.954.71
8.26
28.400.41
2.53
17.613.31
1.57
3.417.68
0.30
175.865.89
15.64
162.617.43
14.46
45.683.08
4.06
140.888.85
12.53
457.275.87
40.66
1.124.717.22
24
pertumbuhan
PDRB
sekitar 1,88
%/tahun;
pertambangan dan penggalian 1,87 %/tahun, industry pengolahan 3,21 %/tahun; listrik,
gas dan air bersih 2,88 %/tahun; transportasi dan komunikasi 4,37 %/tahun; dan
keuangan/jasa perusahaan 9,42 %/tahun.
25
Tabel 5.2
Perkembangan PDRB Kota Kotamobagu dan Pertumbuhannya
Selang Tahun 2007-2011 Menurut Harga Konstan (dalam jutaan Rupiah/%)
Tahun
1.Pertanian
2.Pertambangan dan
Penggalian
3.Industri Pengolahan
4.Listrik, Gas dan Air Bersih
5.Konstruksi dan bangunan
2007
2008
2009
2010
2011
36.439.63
37.924.76
4.08
14.418.32
-1.72
8.681.36
3.25
2.069.60
1.65
67.682.70
11.47
60.402.67
11.15
32.759.96
4.00
64.009.05
2.14
37.783.27
-0.37
14.810.50
2.72
8.876.69
2.25
2.124.47
2.65
74.769.07
10.47
67.191.34
11.24
33.970.33
3.69
66.338.39
3.64
38.558.61
2.05
15.285.92
3.21
9.092.39
2.43
2.190.20
3.09
82.717.03
10.63
73.724.64
9.72
35.263.03
3.81
69.047.86
4.08
39.262.41
1.83
15.804.59
3.39
9.540.81
4.93
2.285.11
4.33
91.532.33
10.66
82.243.77
11.56
37.383.51
6.01
72.703.16
5.29
120.268.08
134.510.17
147.181.15
155.632.87
10.77
11.84
9.42
5.74
408.216.49
440.374.24
473.060.83
506.388.57
7.61
7.88
7.42
7.05
14.670.66
8.408.10
2.035.99
60.718.31
54.340.94
7. Transportasi dan
Komunikasi
31.501.12
62.670.17
9.Jasa-Jasa
PDRB Kota Kotamobagu
(Total )
108.577.69
379.362.60
20072011
1.88
1.87
3.21
2.88
10.81
10.92
4.37
3.78
9.42
7.49
26
jika
dibandingkan 2011 dan 2008, maka kecenderungannya meningkat dari 4,00 % menjadi
6,01 %. Kedelapan, sektor keuangan dan jasa perusahaan mengalami kecenderungan
yang konsisten meningkat, yakni sebesar 2,14 % pada 2008 dan 5,29 % pada 2011.
Kesembilan, sektor jasa-jasa mengalami tingkat pertumbuhan yang fluktuatif yakni 2009
lebih besar dibanding 2008; di mana secara umum kecenderungannya menurun, jika
pada 2008 meningkat sebesar 10,77 %% dan 2011 hanya 5,74 %.
5.3. Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas tenaga kerja sektoral dapat diperoleh jika diketahui jumlah tenaga
kerja per sektor dan PDRB per sektor. Perkembangan jumlah tenaga kerja per sektor
dapat dilihat pada Tabel 5.3
Tabel 5.3
Perkembangan Jumlah dan Prosentase Tenaga Kerja yang Bekerja di Kota
Kotamobagu Menurut Sektor Ekonomi Selang 2008-2012
Sektor Ekonomi
2012
Jumlah
1. Pertanian
2. Pertambangan
dan Penggalian
3.Industri
Pengolahan
4.Listrik, Gas dan Air
Bersih
5. Konstruksi
6. Perdagangan, Hotel,
dan Restoran
7. Tranportasi,
Pegudangan, dan
Komunikasi
8. Keuangan dan
Jasa Perusahaan
9. Jasa Jasa
Total
2011
(%)
Jumlah
2010
2009
2008
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
8.309
17.05
7.951
17.05
14.773
33.45
17.392
35.06
20.207
41.02
1.380
2.83
1.321
2.83
2.341
5.30
2.210
4.46
1.020
2.07
2.783
5.71
2.663
5.71
1.394
3.16
2.242
4.52
1.034
2.10
79
0.16
76
0.16
124
0.28
116
0.23
54
0.11
2.` 640
5.42
2.526
5.42
2.926
6.63
3.145
6.34
3.209
6.51
14.457
29.67
13.834
29.67
7.080
16.03
5.933
11.96
8.478
17.21
5.070
10.41
4.852
10.41
3.265
7.39
5.754
11.60
5.142
10.44
1.459
2.99
1.396
2.99
518
1.17
534
1.08
737
1.50
12.543
25.75
12.003
25.75
11.745
26.59
12276
24.75
9384
19.05
48.720
100.00
46.622
100.00
44.166
100.00
49.602
100.00
49.265
100.00
27
tersebut data yang dapat menjadi rujukan untuk dibahas lebih lanjut adalah selang 2010
sampai dengan 2012. Hal ini dikarenakan memiliki perkembangan yang lebih logis.
Secara total jumlah tenaga kerja 2010 sebanyak 44.166 orang dan terus meningkat
menjadi 48.720 orang pada 2012. Pada 2010 proporsi terbesar tenaga kerja adalah di
sektor pertanian, namun sejak 2011 telah bergeser ke sektor perdagangan/hotel/
restoran. Sektor jasa-jasa adalah memiliki jumlah tenaga kerja yang juga menonjol
bahkan meningkat dengan perkembangan yang konsisten positif. Sesudah sektor jasajasa maka sektor transportasi dan komunikasi memiliki jumlah terbesar berikutnya,
diikuti sektor konstruksi. Adapun sektor terkecil adalah listrik/gas/air bersih.
Tabel 5.4
Perkembangan Produktivitas Nominal Tenaga Kerja
Kota Kotamobagu 2008-2012 (Tahunan dan Harian, Ribuan Rupiah)
Sektor Ekonomi
2008
2009
2010
2011
2012
1.Pertanian
2.Pertambangan &
Penggalian
3.Industri Pengolahan
4.Listrik, Gas, dan Air
Bersih
5.Konstruksi
6.Perdagangan, Hotel,
dan Restoran
7.Tranportasi
Pegudangan
Komunikasi
8.Keuangan Jasa
Perusahaan
9.Jasa Jasa
Total
3.343.27
13.37
20.792.07
4.365.08
17.46
10.693.05
5.697.47
22.79
11.611.68
11.690.95
46.76
21.499.17
12.660.90
50.64
23.282.88
83.17
13.431.22
53.72
53.073.79
42.77
6.811.67
27.25
25.882.78
46.45
11.845.78
47.38
25.583.97
86.00
6.614.08
26.46
44.969.46
93.13
7.162.83
28.65
48.700.42
212.30
34.215.21
136.86
11.917.46
103.53
40.309.34
161.24
20.189.69
102.34
50.948.31
203.79
20.003.75
179.88
69.622.29
278.49
11.754.91
194.80
75.398.60
301.59
12.730.17
47.67
6.968.83
80.76
6.558.77
80.01
12.543.05
47.02
9.415.31
50.92
10.196.46
27.88
136.349.86
26.24
208.506.82
50.17
244.434.87
37.66
100.923.24
40.79
109.296.49
545.40
30.657.78
122.63
15.028.28
60.11
834.03
28.152.96
112.61
17.319.24
69.28
977.74
34.440.25
137.76
22.501.68
90.01
403.69
38.096.80
152.39
24124.17
96.50
437.19
41.257.56
165.03
26125.67
104.50
28
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diamati perkembangan produktivitas nominal tenaga kerja
Kota Kotamobagu. Secara total dapat dikemukakan bahwa produktivitas tenaga kerja
mengalami kecenderungan meningkat konsisten. Pada 2008 masih sebesar 15.03 juta
Rupiah (60,11 ribu Rupiah/hari) menjadi 17.32 juta Rupiah (69,28 ribu Rupiah/hari) di
tahun 2009, seterusnya 22.50 juta Rupiah(90,01ribu Rupiah/ hari) di tahun 2010,
berikutnya 24.12 juta Rupiah (96,50 ribu Rupiah/hari) di tahun 2011, dan sebesar 26.13
juta Rupiah/tahun (104,50 ribu Rupiah/hari) di tahun 2012.
Secara sektoral dapat dikemukakan sebagai berikut: pertama, sektor pertanian
terjadi peningkatan yang berarti dan cenderung meningkat konsisten sejak 2008. Pada
2008 masih sekitar 3,34 juta Rupiah (13,37 ribu Rupiah/hari) dan terus bertambah
menjadi sekitar 12,66
juta
Rupiah
(50,64 ribu
Rupiah/hari). Kedua,
Sektor
pertambangan dan penggalian sempat mencapai 20,79 juta Rupiah (83,17 ribu/hari)
kemudian turun pada tahun selanjutnya dan seterusnya meningkat sampai pada 2012
menjadi sebesar 23,28 juta Rupiah (93,13 ribu Rupiah/hari). Ketiga, sektor industry
pengolahan tampaknya menurun terus sepanjang lima tahun tersebut; pada 2008
masih sekitar 13,43 juta Rupiah (53,72 ribu Rupiah/hari) dan menjadi hanya sekitar 7.16
juta Rupiah (28,65 ribu Rupiah/hari) di tahun 2012. Keempat,
sektor listrik/gas/air
bersih pada 2008 sempat mencapai 53,07 juta Rupiah (53,72 ribu Rupiah/hari)
kemudian menurun tajam di tahun 2009 dan terus menurun di tahun 2010, setelah itu
meningkat lagi di 2011 dan 2012; di mana posisi akhir 48,70 juta Rupiah (194,80 ribu
Rupiah/hari). Kelima, sektor konstruksi tampaknya memiliki kecenderungan meningkat
konsisten mulai dari sekitar 34,22 juta Rupiah (136 ribu Rupiah/hari) di tahun 2008 dan
mencapai 75,40 juta Rupiah (301,59 ribu Rupiah/hari) di tahun 2012. Keenam, sektor
perdagangan/hotel/restoran terjadi perkembangan fluktatif; tahun 2008 sekitar 11,92
juta Rupiah (47,67 ribu Rupiah/hari) dan meningkat tajam di tahun 2009 menjadi 20,19
juta Rupiah (80,76 ribu Rupiah/hari); di mana pada 2010 relatif sama dengan 2009,
seterusnya menurun kembali di 2011 menjadi hanya sekitar 11.65 juta Rupiah (47,02
ribu Rupiah/hari), selanjutnya di 2012 mencapai 12,73 juta Rupiah (50,92 ribu Rupiah).
Ketujuh, sektor transportasi dan komunikasi mengalami perkembangan yang fluktuatif;
berawal dari 2008 sebesar 6,97 juta Rupiah (27,88 ribu Rupiah/hari) kemudian turun
sedikit di 2009 dan naik drastic di 2010 menjadi 12,54 juta Rupiah (50,17 ribu Rupiah/
29
hari) berikutnya turun lagi pada 2011 menjadi sebesar 9,42 juta Rupiah (37,66 ribu
Rupiah/hari); di mana posisi akhir 2012 adalah 10,20 juta Rupiah (40,79 ribu Rupiah/
hari). Kedelapan, sektor keuangan dan jasa perusahaan memberikan kinerja dengan
produktivitas yang sangat tinggi; perkembangan selang 2008 sampai 2012 tampaknya
fluktuatif, yakni dari 136,35 juta Rupiah (545,40 ribu Rupiah/hari) pada 2008 terus
meningkat sampai 2010 yakni mencapai 244,43 juta Rupiah (977,74 ribu Rupiah/hari);
pada 2011 menurun dastis menjadi hanya 100,92 juta Rupiah (403,69 ribu Rupiah/ hari)
dan naik sedikit menjadi 109,30 juta Rupiah (437,19 ribu Rupiah) di tahun 2012.
Kesembilan, sektor jasa-jasa terlihat fluktuatif namun cenderung meningkat, hanya di
tahun 2009 terjadi penurunan kecil kemudian meningkat terus sampai 2012; pada 2008
memiliki produktivitas sebesar 30,66 juta Rupiah (122,63 ribu Rupiah/hari) menjadi
41,26 juta Rupiah (165,03 ribu Rupiah/hari) pada 2012.
Tiga sektor yang memiliki produktivitas tenaga kerja tertinggi adalah keuangan
dan jasa perusahaan, jasa-jasa dan konstruksi, dan jasa-jasa. Adapun tiga sektor yang
memiliki produktivitas terrendah adalah industry pengolahan, transportasi dan
komunikasi, dan pertanian.
Apabila memperhatikan perkembangan produktivitas riil tenaga kerja selang
2008-2012, maka dapat dikemukakan bahwa beberapa sektor mengalami pertumbuhan
rata-rata tahunan yang negative yakni: pertambangan dan penggalian sebesar (-)3,51
%; industry pengolahan sebesar (-) 18,69 %; listrik/gas/air bersih (-)5,32 %;
perdagangan/hotel/restoran (-)3,85 %; dan sektor keuangan/jasa perusahaan yakni (-)
11,47 %.
Secara total pertumbuhan produktivitas tenaga kerja memiliki perkembangan
yang berfluktuasi yakni berawal dari 7,14 % pada 2009, kemudian meningkat signifikan
sebesar 20,64 % pada 2010, berikutnya menurun negative pada 2011 (-)5,27 %, serta
naik lagi di 2012 sebesar 9,65 %. Adapun pertumbuhan rata-rata tahunan selang 20092012 adalah sebesar 7,65 %; sehingga dengan mudah dapat diamati bahwa tahun
2010 dan 2012 mengalami pertumbuhan tahunan yang melebihi tingkat pertumbuhan
rata-rata.
30
Tabel 5.5.
Perkembangan Produktivitas Riil Tenaga Kerja Kota Kotamobagu dan
Pertumbuhannya Selang 2008-2012 (Ribuan Rupiah, %)
2008Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2012
1.Pertanian
2.Pertambangan &
Penggalian
3.Industri
Pengolahan
3.LGA
4.Konstruksi
5.PHR
6.Tranportasi
Pegudangan
Komunikasi
7.Keuangan Jasa
Perusahaan
8.Jasa Jasa
Total
1.876.81
2.610.07
20.14
6.529.65
-2.57
6.522.52
64.74
17.662.91
-3.56
28.269.66
18.91
10.413.08
-8.05
10.800.32
4.849.53 5.058.31
85.80
4.31
11.571.47 12.255.48
77.21
5.91
3.414.34 3.669.98
-47.65
7.49
28.818.44 30.799.44
63.16
6.87
32.746.25 37.118.57
15.84
13.35
5.329.24 6.089.83
-48.82
14.27
7.267.73 7.892.41
-7.33
82.94
86.850.81 124.229.19 133.297.02
43.04
7.30
12.816.29 10.957.17 12.531.39
-14.51
14.37
8.286.14
8.878.15 10.710.97
7.14
20.64
-32.71
8.60
49.461.22 53.347.98
-62.89
7.86
12.262.03 13.281.94
-2.15
8.32
10.146.73 11.126.10
-5.27
9.65
14.135.61
8.395.90
38.325.92
21.091.52
7.124.64
6.371.05
2.172.45
15.75
6.701.58
-52.59
3.959.27
-52.84
18.314.39
-52.21
23.773.95
12.72
11.325.02
58.96
5.903.78
28.13
-3.51
-18,69
-5,32
15,18
-3.85
5.50
-11.47
0.90
7.65
31
kerja juga terjadi fluktuatif namun memiliki kecenderungan menurun; pada tahun 2009
tampaknya meningkat, kemudian pada tahun berikutnya tersu menurun. Pada 2008
tercatat 38.177 orang bukan angkatan kerja dan pada posisi 2011 sebanyak 25.502
orang.
Tabel 5.6
Perkembangan dan Pertumbuhan Ketenagakerjaan dan Pengangguran
di Kota Kotamobagu 2008-2011
Aspek Ketenagakerjaan
2008
2009
2010
A.Angkatan Kerja
1.Bekerja
2. Pengangguran Terbuka
a.Pernah Bekerja
b.Tidak Pernah Bekerja
B.Bukan Angkatan Kerja
1.Sekolah
2.Mengurus Rumah Tangga
3.Lainnya
Total Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja
% Orang Bekerja Terhadap Angkatan Kerja
Tingkat Pengangguran Terbuka
% Angkatan Kerja Terhadap Penduduk Usia Kerja
54.215
49.265
4.950
1.462
3.488
38.177
8.353
25.119
4.705
92.392
90.87
9.13
58.68
54.759
1.00
49.602
0.68
5.157
4.18
938
-35.84
4.219
20.96
39.018
2.20
8.538
2.21
25.989
3.46
4.491
-4.55
93.777
1.50
90.58
9.42
58.39
47.788
-12.73
44.166
-10.96
3.622
-29.77
442
-52.88
3.180
-24.63
29.212
-25.13
6.526
-23.57
18.377
-29.29
4.309
-4.05
77.000
-17.89
92.42
7.58
62.06
2011
51.833
8.46
46.622
5.56
5.211
43.87
1.217
175.34
3.994
25.60
25.502
-12.70
6.409
-1.79
15.752
-14.28
3.341
-22.46
77.335
0.44
89.95
10.05
67.02
32
Menelusuri jumlah bukan angkatan kerja yang secara total turun (-)12,70 % pada
2011; dapat dilihat bahwa yang masih bersekolah turun sebesar (-) 1,79 %, mengurus
rumah tangga turun (-) 14,28 %, dan lainnya turun (-)22,46 %. Total angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja naik sebesar 0,44 %.
Secara khusus dapat diikuti bahwa prosentasi orang bekerja terhadap angkatan
kerja berkembang fluktuatif pada posisi kisaran 89,95 % (2011) sampai 92,42 %(2010).
Tingkat pengangguran terbuka sebetulnya pada 2010 telah menurun sampai pada
posisi tinggal sekitar 7,58 % dari angka yang lebih besar sebelumnya; namun pada
2011 terjadi peningkatan yang sangat berarti serta mengkuatirkan yakni 10,05 %.
Prosentasi angkatan kerja terhadap
(2008), turun menjadi 58,39 % (2009), kemudian naik menjadi 62,06 % (2010), dan
terus naik menjadi 67,02 % pada 2011.
5.5. Inflasi
Inflasi yang diukur untuk mewakili Sulawesi Utara yang dipublikasikan diambil
dari pengukuran Kota Manado.
Gambar 5.5
Perkembangan Inflasi Nasional dan Sulawesi Utara 2005-2012 (%)
prosentase
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Nasional
17.11
6.6
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
Sulawesi Utara
18.73
5.09
10.13
9.71
2.31
6.28
0.96
2012
5.23
33
Tabel memperlihatkan bahwa inflasi nasional dan Sulawesi Utara, juga ditenggarai Kota
Kotamobagu saling berkorelasi. Dari 2005 sampai dengan 2012 baik nasional maupun
Sulawesi Utara walaupun fluktuatif namun memiliki kecenderungan menurun. Pada
tahun 2011 inflasi Sulawesi Utara bahkan pernah mencapai dibawah satu persen,
tepatnya hanya 0,96 %. Pada tahun 2012 nanti naik lagi pada kisaran 5,23 %.
Gambar 5.6
Perkembangan Inflasi di Kota Kotamobagu Selang 2007-2012
12
10.13
10
9.71
6.28
6.04
2.31
0.67
0
2007
2008
2009
2010
2011
2012
asumsi
asumsi.
Asumsi utama
yang
perlu
diletakkan
adalah
perkembangan ekonomi makro daerah Sulawesi Utara, Nasional, dan Global berjalan
normal. Realita sepanjang hampir sewindu ini perekonomian daerah Sulawesi Utara
berkembang dengan tingkat pertumbuhan rata-rata lebih tinggi dari nasional.
34
Jutaan Rupiah
Gambar 5.7
Perkiraan Perkembangan PDRB Kota Kotamobagu 2012-2017 Dengan Berbagai
Asumsi (dalam Jutaan Rupiah)
5000000
0
9% inf5
7% inf5
2012
2013
2014
2015
2016
2017
7% inf5
1238925
1387596.397
1567983.929
1771821.84
2002158.679
2262439.307
8% inf5
1238925.355
1399985.651
1581983.785
1787641.677
2020035.095
2282639.658
9% inf5
1238925
1412374.904
1595983.642
1803461.515
2037911.512
2302840.009
10% inf5
1238925
1424764.158
1609983.498
1819281.353
2055787.929
2323040.36
35
Jutaan Rupiah
Gambar 5.8
Perkiraan Kebutuhan Investasi Kota Kotamobagu 2013-2017 dalam Berbagai Asumsi
1000000
800000
600000
400000
200000
0
2013
2014
2015
2016
2017
2013
2014
2015
2016
2017
7% inf5
446013
499535
564474
637856
720777
8% inf5
483181
545994
616974
697180
787814
9% inf5
520349
593197
670313
757454
855923
10% inf5
557516
641144
724493
818677
925105
Sumber: Diolah
Melalui pengembangan asumsi ICOR sebagaimana normalnya daerah perkotaan yang
bertumbuh, maka diperoleh kebutuhan investasi dalam rangka mencapai target
pertumbuhan sebagaimana scenario yang dikembangkan pada Gambar 5.7. Total
investasi yang dibutuhkan pada 2013 untuk masing-masing scenario sebagai berikut:
optimis 2 sebesar 641,14 milyar Rupiah; optimis 1 sebesar 593,20 milyar Rupiah;
moderat sebesar 545,99 milyar Rupiah; dan pesimis sebesar 499,54 milyar Rupiah.
Pada tahun 2017 sesuai prediksi PDRB, maka total investasi yang dibutuhkan dalam
masing-masing scenario sebagai berikut: optimis 2 sebesar 925,11 milyar Rupiah,
optimis 1 sebesar 855,92 milyar Rupiah, moderat sebesar 787,81 milyar Rupiah, dan
pesimis sebesar 720,78 milyar Rupiah.
5.7. Kemiskinan
Kemiskinan menjadi salah satu indicator penting untuk mengamati kemajuan
pembangunan, karena masuk sebagai unsur penting dalam tujuan pembangunan. Kota
Kotamobagu selang 3 tahun terakhir memperlihatkan penurunan yang sangat berarti
terhadap jumlah orang miskin. Pada tahun 2009 jumlah orang miskin masih tercatat
36
sebanyak 11463 orang kemudian menurun pada 2010 dan 2011 menjadi 8.122 orang
dan 7.242 orang.
Gambar 5.9
Perkembangan Jumlah dan Prosentase Penduduk Miskin Kota Kotamobagu
Selang 2009-2011
14
12
11.463
10
8.122
7.242
7,57%
6,64%
4
2
0
2009
2010
2011
37
Tabel 5.7
Dana Pihak Ketiga yang Dihimpun Perbankan di Kotamobagu 2011-2012
(Rupiah)
Tahun
2011
2012
Pertumbuhan (yoy)
Triwulan I
Triwulan II Triwulan III
Triwulan IV
1.011
1.047
1.054
962
1.117
1.249
1.282
1.132
10.48
19.29
21.63
17.67
20.00
19.29
17.67
15.00
10.48
10.00
Pertumbuhan (yoy)
5.00
0.00
I
II
III
IV
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, 2013 (Diolah).
Pertumbuhan dana pihak ketiga year on year (yoy) 2011 ke 2012 dari triwulan I sampai
dengan triwulan IV menunjukan pertumbuhan yang berarti. Puncak peningkatan terjadi
pada triwulan III yakni sebesar
triwulan I yang sebesar 10,48 %. Dapat dipahami bahwa peningkatan yang sangat
pesat pada triwulan III ditengarai berkaitan dengan aktivitas budget pemerintah yang
sangat tinggi.
38
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN/REKOMENDASI
6.1 Kesimpulan
6.1.1.Perkembangan PDRB Kota Kotamobagu dalam prediksi normal akan berada
pada kisaran1,4 Triliun Rupiah di tahun 2013 untuk harga berlaku dan 580 milyar
Rupiah untuk harga konstan; sedangkan pada 2017 dapat mencapai 2,28 triliun
Rupiah untuk harga berlaku dan 789 milyar Rupiah untuk harga konstan.
6.1.2.Proyeksi penduduk Kota Kotamobagu dalam asumsi normal, maka akan
mencapai 124.624 jiwa pada 2017; dengan asumsi pertumbuhan meningkat
sedang (3%) menjadi 132.157 jiwa; dan dengan asumsi pertumbuhan tinggi (5%)
maka akan mencapai 151.201 jiwa. Kondisi pertumbuhan sedang dan tinggi
tersebut dapat saja terjadi apabila implementasi Kota Kotamobagu sebagai pusat
pertumbuharn dapat diwujudkan; disamping isue strategis menjadi Ibukota
provinsi pemekaran Bolaang Mongondow Raya.
6.1.3. Prediksi PDRB/Kapita dalam kondisi normal pada 2013 menjadi 5,07 juta Rupiah
berdasarkan harga konstan dan 12,23 juta Rupiah berdasarkan harga berlaku;
kemudian pada 2017 menjadi 6,33 juta Rupiah berdasarkan harga konstan dan
18,32 juta Rupiah berdasarkan harga berlaku.
6.1.4. Prediksi PDRB/Kapita harga berlaku berdasarkan nilai US.$ dengan asumsi 9500
Rupiah/US,$ maka pada 2013 berada dalam posisi 1287 US.$/Kapita dan 1928
US.$/Kapita pada 2017.
6.1.5.PDRB Kota Kotamobagu dalam share per sektor masih pada kondisi terkini masih
dinominasi oleh sektor jasa-jasa yakni sekitar 40 %; urutan kedua adalah sektor
konstruksi dan bangunan yakni 15,64 %; sedangkan urutan ketiga adalah sektor
perdagangan/hotel/restoran yang sebesar 14,46 %.
6.1.5. Secara sektoral maka yang bertumbuh diatas pertumbuhan total sepanjang lima
tahun terakhir adalah: sektor konstruksi dan bangunan sebesar 10,81 %,
perdagangan/hotel/restoran 10,92 %, dan jasa jasa sebesar 9,42 %.
39
6.1.6. Produktivitas tenaga kerja untuk tiga sektor tertinggi berada pada sektor
keuangan dan jasa perusahaan, jasa-jasa, dan listrik/gas/air minum; sedangkan
tiga sektor terendah berada pada sektor pertanian, industry pengolahan, dan
transportasi/komunikasi.
6.1.7. Perkembangan tingkat pengangguran terbuka Kota Kotamobagu berfluktuasi dan
cukup serius karena berada pada kisaran 10,05 % pada 2011.
6.1.8. Perkembangan inflasi Kota Kotamobagu mengikuti perkembangan inflasi daerah
Sulawesi Utara dan tingkat nasional.
6.1.9. Kebutuhan investasi Kota Kotamobagu berdasarkan asumsi optimis II, optimis I
moderat, dan pesimis dapat dikemukakan bahwa pada 2013 pada kisaran 446, 01
milyar Rupiah sampai dengan 557,52 milyar Rupiah; pada 2017 berada pada
kisaran 720,78 milyar Rupiah sampai dengan 925,11 milyar Rupiah.
6.1.10. Penduduk miskin Kota Kotamobagu cenderung menurun dalam tahun-tahun
terakhir dan dipastikan optimis dapat mencapai dibawah 5 % pada lima tahun
mendatang,
6.1.11.Perkembangan perbankan di Kota Kotamobagu menunjukkan peningkatan yang
cukup berarti dilihat dari indicator dana pihak ketiga yang
meningkat pada
6.2. Rekomendasi
6.2.1. Penyesuaian pada prediksi indicator makro perlu dilakukan dalam setiap
dokumen perencanaan seperti RKPD, RPJMD baru, dan lainnya.
6.2.2. Perlu kajian yang mendalam share investasi antara pemerintah dan dunia usaha
serta dilengkapi dengan kajian master plan investasi Kota Kotamobagu
6.2.3. Perlu kajian yang mendalam mengenai produkstivitas tenaga kerja sektoral,
kemiskinan, dan pengangguran.
40
DAFTAR PUSTAKA
Boediono (2001); Ekonomi Moneter (Seri synopsis PIE Nomor 5), BPFE, Yogyakarta
Badan Pusat Statistik (2012); Kota Kotramobagu Dalam Angka 2011
Badan Pusat Statistik (2012); Sulawesi Utara Dalam Angka dalam beberapa series
Bappeda Kota Kotamobagu (2008); Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota
Kotamobagu 2008-2013
Bappeda Kota Manado (2010); Prospek Ekonomi Makro Kota Manado
Bappeda Provinsi Sulawesi Utara (2011); Evaluasi Indikator Ekonomi Makro Sulawesi
Utara, Manado.
Case, K dan Ray Fair (2002), Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro, Edisi Ke-5, Penerbit
PT Perlindo, Jakarta.
ISEI Cabang Manado (2009); Laporan Evaluasi Perekonomian Sulawesi Utara 2009,
Manado
Jhingan, M L (1993), Ekonomi Pembangunan Dan Prencanaan, Penerbit PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta
Mankiw, Gregory N. (2004); Principles of Economics diterjemahkan menjadi
Pengantar Ekonomi Makro/Penterjemah Chriswan Sungkono/2006, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta
_______________ (2004), Makroekonomi Edisi ke-5, Penerbit Erlangga, Jakarta,
McEanchern William (2000) Economics: A Contemporary Introduction, SouthWesterm College Publishing, USA
Raharja, Prathama dan Mandala Manurung (2005); Teori Ekonomi Makro (Suatu
Pengantar), Lembaga Penerbit FEUI, Depok
Tambunan, Tulus T.H (2009); Perekonomian Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Todaro, Michael P and Stephen C. Smith (2003); Economic Development diterjemahkan menjadi Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Alih Bahasa
Haris Munandar dan Puji A.L. 2004. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Tri Widodo (2006), Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer, Penerbit UPP
STIM YKPN, Yogyakarta
41