Anda di halaman 1dari 41

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kondisi perekonomian secara makro baik sebuah Negara maupun daerah
sangat diperlukan untuk ditinjau dan dievaluasi karena berkaitan dengan arah
pembangunan ekonomi dan dalam menjaga stabilitas ekonomi. Pembangunan ekonomi
diarahkan dengan maksud untuk menjaga dan memelihara perkembangan serta
pertumbuhan sebagaimana yang diharapkan; di mana bagi setiap Negara maupun
daerah lasimnya dicantumkan dalam indicator utama pembangunan. Stabilitas
perekonomian secara makro penting untuk secara kontinyu dijaga dan dipelihara agar
tidak mengganggu perjalanan pembangunan ekonomi.
Perekonomian daerah secara makro biasanya diupayakan untuk dikondisikan
pada suatu tingkat perkembangan dalam rangka mencapai target pembangunan yang
ditetapkan. Sebagai contoh: dalam berbagai dokumen perencanaan baik Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan daerah maupun yang telah dikondisikan
pada rencana pembangunan jangka menengah nasional dan daerah beberapa indicator
ekonomi makro seperti antara lain: PDB/PDRB, pendapatan perkapita, distribusi
pendapatan, pengangguran vs kesempatan kerja, kemiskinan, target inflasi, dan
investasi.

Dokumen perencanaan lainnya yang terkait adalah RTRW dan kondisi

factual sekarang adalah MP3EI, Target MDGs, dan lainnya. Khususnya Kota
Kotamobagu disamping keterkaitan dari tingkat nasional, juga harus dipadukan dengan
tingkat Provinsi. Secara global maka dokuemen penting lainnya adalah berkaitan
dengan BIMP-EAGA dan ASEAN Conectivity. Berkaitan dengan dokuemen-dokumen
tersebut maka semuanya menjadi acuan dalam penyusunan RKPD Kota Kotamobagu.
Berbagai dokumen tersebut memberi sumber gagasan sebagai lingkungan
strategis yang mendukung seluruh proses perencanaan; di mana seluruh proses
perencanaan pada akhirnya akan bermuara pada tujuan-tujuan pembangunan ekonomi
utama yang dapat dicerminkan pada indicator ekonomi makro.

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Kerangka makro ekonomi Kota Kotamobagu menjadi suatu kebutuhan urgen


mengingat berbagai issue strategis ke depan jika dikaitkan dengan aspirasi yang
semakin berkembang dari rencana pembentukan Provinsi Bolaang Mongondow Raya
yang beribukota-kan Kota Kotamobagu. Aspirasi ini semakin relevan dengan visi Kota
Kotamobagu yang diemban di mana bertujuan untuk mengangkat sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi kawasan selatan Sulawesi utara, dan jika terwujud menjadi
ibukota provinsi sekaligus sebagai pusat ekonomi provinsi yang akan unggul dalam
sektor jasa perkotaan dan agroindustri.
Prediksi perkembangan perekonomian Kota Kotamobagu ke depan diperkirakan
akan mengalami peningkatan yang pesat dikarenakan dinamika sosial ekonomi yang
sangat aktif. Dapat dibayangkan saat ini Kota Kotamobagu telah menjadi simpul utama
bagi beberapa kabupaten sekitar yang berdekatan seperti: Bolaang Mongondow,
Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Timur, dan bahkan Minahasa
Selatan. Perkembangan daerah sekitar dalam jangka pendek dan jangka panjang akan
senatiasa terintegrasi dengan Kota Kotamobagu, mengingat aspek historis dari pusat
jasa perkotaan seperti tempat belanja, tempat bersekolah, dan pelayanan kesehatan.
Disamping itu agroindustri juga berpotensi dikembangkan seperti: pengolahan kopi,
makanan dan minuman, pengolahan bahan pangan, dan meubel.
Pada bagian lain Kota Kotamobagu telah berkembang jasa hotel dan restoran
yang sangat mendukung pengembangan pariwisata di daerah, baik di Kota
Kotamobagu sendiri maupun kabupaten-kabupaten sekitar serta provinsi dan nasional.
Setelah menjadi Kota otonom, maka berbagai event penting telah banyak dilaksanakan
di Kota Kotamobagu baik dalam skala nasional, regional, dan bahkan daerah provinsi.
Event tersebut aa yang diselenggarakan oleh dunia usaha, pemerintah, dan organisasiorganisasi sosial kemasyarakatan termasuk LSM.
Oleh sebab itu kajian perekonomian makro untuk Kota Kotamobagu menjadi
bagian penting dalam merumuskan kebijakan terutama dalam mengevaluasi kondisi
akhir RPJMD dan dalam mengawali pengerjaan RPJMD Kota Kotamobagu 2013-2018.

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Tahun 2013 menjadi momentum untuk evaluasi dan melakukan prediksi yang berkaitan
dengan target visi dan misi dari kepemimpinan baru Kota Kotamobagu.
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Untuk melakukan evaluasi terhadap makro ekonomi Kota Kotamobagu sepanjang
lima tahun terakhir.
1.2.2. Untuk melakukan prediksi beberapa indicator makro ekonomi pokok dalam lima
tahun ke depan.
1.2.3. Untuk memperoleh hasil kajian makro ekonomi yang berguna dalam menyusun
kebijakan

1.3. Sistimatika Laporan


Sistimatika Laporan dapat diuraikan sebagai berikut:
Bab I

: Pendahuluan

Bab II

: Kerangka Teoritis

Bab III

: Metodologi

Bab IV

: Orientasi Wilayah

Bab V

: Deskripsi dan Prediksi Ekonomi Makro Kota Kotamobagu

Bab VI

: Kesimpulan dan Saran

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

BAB II
KERANGKA TEORITIS

2.1.

Pendekatan dari Suatu Pendapatan Nasional/Daerah

Secara sederhana siklus ekonomi yang alirannya dipandang sebagai latar


belakang terciptanya pendapatan nasional dapat dijelaskan melalui circular flow di
bawah ini (Mankiw; 2006).

Pendapatan
(=PDB)

Pembelanjaan
(=PDB)

Barang
dan Jasa
dijual

PASAR
BARANG
DAN JASA

Barang
dan Jasa
dibeli

RUMAH
TANGGA

PERUSAHAAN

Faktor
Faktor

Produksi

Tenaga Kerja,
Lahan, dan
Modal (=PDB)

PASAR
FAKTOR
PRODUKSI

Upah,
Biaya
Sewa,
Keuntungan

Pendapatan
(=PDB)

KETERANGAN
Aliran Input dan Output
Aliran Uang

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Melalui circular flow tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Rumah


tangga membeli barang dan jasa dari perusahaan dan perusahaan menggunakan
pendapatannya melalui penjualan untuk membayar upah pekerja, sewa tanah, dan
keuntungan bagi pemilik perusahaan. PDB sama dengan jumlah total yang
dibelanjakan oleh rumah tangga di pasar barang dan jasa. PDB juga sama dengan
jumlah seluruh upah, sewa, dan keuntungan yang dibayar perusahaan di pasar faktor
produksi.
Melalui konseptual tersebut maka dapat dijelaskan mengenai cara
mengukurnya. Perdefinisi dalam pengukuran dapat disebutkan sebagai berikut: Product
Domestic Bruto (PDB) adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang
diproduksi dalam sebuah Negara pada suatu periode. Karena harga-harga pasar
mengukur jumlah yang rela dibayarkan orang untuk barang-barang yang berbeda,
maka harga-harga pasar mencerminkan nilai dari barang-barang tersebut. Kemudian
PDB mengecualikan banya barang yang diproduksi dan dijual secara gelap, juga tidak
mencakup barang-barang yang tidak pernah memasuki pasar karena diproduksi dan
dikonsumsi dalam rumah tangga.
Dari PDB sampai ke pendapatan personal disposable (Yd) dapat
diringkaskan berikut (Rahardja dan Manurung; 2005):
C + I + G + (X-M)

= Produk Domestik Bruto (PDB)

Ditambah

= Pendapatan faktor produksi domestik yang ada di luar negeri

Dikurang

= Pembayaran faktor produksi luar negeri yang ada di dalam negeri


= Produk Nasional Bruto (PNB)

Dikurangi

= Penyusutan
= Produk Nasional Neto (PNN)

Dikurang

= Pajak tidak langsung

Ditambah

= Subsidi
= Pendapatan Nasional (PN)

Dikurang

= Laba ditahan

Dikurang

= Pembayaran asuransi social

Ditambah

= Pendapatan bunga personal dari pemerintah dan konsumen

Ditambah

= Penerimaan bukan balas jasa

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

= Pendapatan Personal
Dikurang

= Pajak pendapatan personal


= Pendapatan Personal disposable (Yd).
Uraian mengenai pendapatan dan perhitungan di atas adalah menyangkut

pendapatan nasional. Untuk daerah konsepnya sama namun dalam lingkup daerah.
Ada penyesuaian tertentu mengenai perdagangan ekspor dan impor. Jika daerah harus
dilihat dalam konteks penjualan barang dan jasa ke luar daerah/ keluar negeri dan
pembelian barang dan jasa dari luar daerah/luar negeri. Di daerah akan dikenal
perhitungan dengan sebutan Pendapatan Domestik Regional Bruto.

2.2.

PDB/PDRB Harga Berlaku dan Harga Konstan


Nilai PDB/PDRB suatu periode tertentu sebenarnya merupakan hasil

perkalian antara harga barang yang diproduksi dengan jumlah barang yang dihasilkan.
Perhitungan PDB/PDRB dengan menggunakan harga berlaku dapat memberikan hasil
yang menyesatkan; di mana hal ini disebabkan oleh pengaruh inflasi. Untuk
memperoleh gambaran yang lebih akurat, maka perhitungan PDB/PDRB sering
menggunakan perhitungan berdasarkan harga konstan. Hasil perhitungan tersebut
akan menghasilkan nilai PDB/PDRB atas harga konstan.
Harga konstan adalah harga yang dianggap tidak berubah sepanjang waktu
perhitungan yang dimaksud, di mana dapat menggunakan satu harga dasar tahun
tertentu untuk memperoleh PDB/PDRB dalam kurun waktu tertentu. Penentuan tahun
dasar (based year) adalah diambil dari tahun di mana perekonomian berada dalam
kondisi baik/stabil. Harga barang pada tahun tersebut digunakan sebagai harga
konstan.
PDB/PDRB berdasarkan harga berlaku diperlukan untuk melihat secara
nyata pada tahun yang berjalan dan dipergunakan untuk perbandingan dengan cara
perhitungan yang sama. PDB/PDRB harga konstan akan sangat bermanfaat untuk
dipergunakan dalam mengevaluasi perkembangan ekonomi secara riil.

2.3. Angkatan Kerja dan Pengangguran

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Pengertian ekonomi tentang pengangguran (unemployment) tidak identik


dengan tidak (mau) bekerja. Seseorang baru dikatakan

menganggur bila ia ingin

bekerja dan telah berusaha mencari kerja, namun tidak mendapatkannya. Konsep
demografi oranjg yang mencari kerja masuk dalam kelompok penduduk yang disebut
angkatan kerja.
Berdasarkan kategori usia, usia angkatan kerja adalah 15-64 tahun; tetapi
tidak semua orang yang berusia 15-64 tahun dihitung sebagai angkatan kerja.
Angkatan kerja yang dihitung adalah penduduk berusia 15-64 tahun dan sedang
mkencari kerja, sedangkan yang tidak mencari kerja, entah karena harus mengurus
keluarga atau sekolah, tidak masuk angkatan kerja.

Tingkat pengangguran adalah

persentase angkatan kerja yang tidak/belum mendapatkan pekerjaan.


Besarnya angka pengangguran sangat tergantung dari definisi atau
pengklasifikasian pengangguran. Setidak-tidaknya ada dua dasar utama klasifikasi
pengangguran, yaitu pendekatan angkatan kerja (labor force approach) dan
pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labor utilization approach). Labor force
approach mendefinisikan penganggur sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja. Labor
utilization approach membedakan angkatan kerja menjadi tiga kelompok, yakni:
pertama, menganggur (unemployed), yaitu mereka yang sama sekali tidak bekerja atau
sedang mencari pekerjaan; di mana kelompok ini sering disebut juga pengangguran
terbuka (open unemployment). Kedua, setengah menganggur (underemployment), yaitu
mereka yang bekerja, tetapi belum dimanfaatkan secara penuh; artinya jam kerja
mereka dalam seminggu kurang dari 35 jam. Ketiga, bekerja penuh (employed) yaitu
orang-orang yang bekerja penuh atau waktu bekerjanya mencapai 35 jam per minggu.

2.4. Kemiskinan
Kemiskinan absolut (absolute poverty) adalah sejumlah penduduk yang tidak
mampu mendapatkan sumberdaya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
(Todaro dan Smith; 2004). Mereka hidup dibawah tingkat pendapatan riil minimum
tertentu atau dibawah garis kemiskinan.
Ada tiga indikator mengukur kemiskinan yang diperkenalkan oleh Foster dkk
1984 (dalam Tambunan 2009) yang sering digunakan dalam banyak studi empiris.

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Pertama, the incidence of poverty; persentase dari populasi yang hidup dengan
pengeluaran konsumsi perkapita dibawah garis kemiskinan. Kedua the depth of poverty
yang menggambarkan dalamnya kemiskinan di suatu wilayah yang diukur dengan
Indeks Jarak Kemiskinan (IJK), atau dikenal dengan sebutan Poverty Gap Index.
Ketiga, the severity of poverty yang diukur dengan Indeks Keparahan Kemiskinan.

2.5. Inflasi
Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan yang dijumpai di
hampir semua Negara di dunia adalah inflasi. Definisi singkat dari inflasi adalah
kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus
(Boediono; 2001). Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi,
kecuali jika kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian
besar dari harga barang-barang lain. Syarat adanya kecenderungan menaik yang terusmenerus juga perlu diingat. Kenaikan harga-harga karena, misalnya musiman,
menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja (dan tidak mempunyai pengaruh
lanjutan) tidak disebut inflasi.

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

BAB III
METODOLOGI

3.1. Data dan Sumber


Pada kajian ini dipergunakan data sekunder time series dengan jenis data
sebagai berikut:
3.1.1.Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Total Kota Kotamobagu selang
lima tahun terakhir Harga Berlaku dan Harga Konstan;
3.1.2.Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektoral Kota Kotamobagu selang
lima tahun terakhir Harga Berlaku dan Harga Konstan;
3.1.3.Data tenaga kerja secara total dan masing-masing sektor Kota Kotamobagu
selang lima tahun terakhir;
3.1.4.Data proyeksi penduduk Kota Kotamobagu selang lima tahun terakhir;
3.1.5.Data Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Kota Kotamobagu selang lima
tahun terakhir;
3.1.6.Data Kemiskinan di Kota Kotamobagu selang lima tahun terakhir;
3.1.7.Data pengangguran Kota kotamobagu selang lima tahun terakhir;
3.1.8.Data Perbankan Kota Kotamobagu selang lima tahun terakhir.
Sumber data adalah sebagai berikut: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara,
Badan Pusat Statistik Kota Kotamobagu, Bappeda Provinsi Sulawesi Utara; Bappeda
Kota Kotamobagu.

3.2. Definisi Operasional Variabel


3.2.1.PDRB Kota Kotamobagu adalah Produk Domestik Regional Bruto Kota
Kotamobagu sebagaimana perhitungan BPS yang dipublikasikan (Rupiah);

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

3.2.2.PDRB/Kapita Kota Kotamobagu adalah nilai PDRB dibahagi jumlah penduduk


Kota Kotamobagu yang diprediksikan (Rupiah);
3.2.3.PendudukKota Kotamobagu adalah jumlah penduduk sesuai prediksi BPS
(orang);
3.2.4.Penganggurandi Kota Kotamobagu adalah jumlah orang yang tidak bekerja yang
masuk angkatan kerja di mana mereka bukan yang bersekolah dan lainnya,
sesuai publikasi BPS, (orang dan persen)
3.2.5.Kemiskinandi Kota Kotamobagu adalah jumlah orang miskin sebagaimana
publikasi BPS (orang dan persen);
3.2.6.Inflasi adalah proses kenaikan harga secara umum dan berlaku terus-menerus,
sebagaiman publikasi oleh BPS dan Bank Indonesia, Inflasi yang di Kota
Kotamobagu diproxi dari inflasi Sulawesi Utara (persen);
3.2.7.InvestasiKota Kotamobagu adalah ketambahan modal yang dibutuhkan dalam
proses produksi tertentu, (Rupiah)
3.2.8.Produktivitas tenaga kerja total Kota Kotamobagu diperoleh dengan membahagi
nilai tambah dengan tenaga kerja total Kota Kotamobagu (Rupiah)
3.2.9.Produktivitas tenaga kerja sektoral Kota Kotamobagu diperoleh dengan
membahagi nilai tambah sektoral berdasarkan sektor ekonomi dengan tenaga
kerja menurut sektor ekonomi (Rupiah)

3.3. Metode Analisis


3.3.1.Metode Deskriptif; metode ini dipergunakan untuk menerangkan perkembangan
atau memberikan gambaran data atau indicator makro yang diperoleh serta
menjadi sasaran untuk dibahas; Pembahasan diperkaya dengan tabel-tabel,
gambar-gambar berupa histogram dan grafis dalam rangka memudahkan untuk
membaca dan membahasnya.

10

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

3.3.2.Metode proyeksi: diperlukan salam rangka melaksanakan prediksi indicator


makro yang penting seperti PDRB dan Kebutuhan Investasi. Pada metode
proyeksi ini dipergunakan model ICOR untuk menemukan kebutuhan investasi
sebagaimana target pertumbuhan yang telah ditentukan. Pada banyak variable
lebih banyak digunakan formula pertumbuhan sederhana.

11

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

BAB IV
ORIENTASI WILAYAH KOTA KOTAMOBAGU

4.1. Visi dan Misi Kota Kotamobagu


Visi dan Misi akan dijadikan kerangka acuan dalam penyusunan program
kebijakan pembangunan periode 2008-2013. Visinya adalah:
KOTA KOTAMOBAGU SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL
MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA, SEHAT, CERDAS, DAN BERBUDAYA.
Sasaran Operasional :
PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL, yakni terciptanya Kotamobagu
sebagai Kota Jasa yang menjadi pusat pengembangan kegiatan ekonomi khususnya
dalam wilayah Totabuan Bolaang Mongondow Raya dan Sulawesi Utara pada
umumnya.
SEJAHTERA, yakni tercapainya masyarakat Kota Kotamobagu yang berkemampuan
ekonomi untuk hidup secara layak, aman, nyaman, harmonis, untuk menuju kehidupan
yang damai dan makmur.
SEHAT - CERDAS, yakniterciptanya masyarakat Kota Kotamobagu yang memiliki kualitas
hidup yang layak, lingkungan hidup yang bermutu, menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta berdaya saing tinggi.
BERBUDAYA,

yakniterciptanya masyarakat Kota Kotamobagu yang memiliki etos

peradaban modern, religius serta berlandaskan pada kepribadian yang dinamis, kreatif,
inovatif, dan mampu menyesuaikan dengan perkembangan global tanpa mengabaikan
nilai-nilai dan jati diri dan warisan leluhur masyarakat Bolaang Mongondow.
Adapun misi Kota Kotamobagu adalah sebagai berikut:
1. Menjadikan Kota Kotamobagu

sebagai pusat pertumbuhan ekonomi regional di

kawasan Bolmong Raya berbasis jasa dengan dukungan infrastruktur, pelayanan


publik yang memadai, dan didukung oleh iklim usaha yang kondusif dan kompetitif.
(Aspek pertumbuhan)

12

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

2. Menjadikan Kota Kotamobagu sebagai pusat peningkatan nilai tambah produk


pertanian melalui program agroindustri, agrobisnis dan ekonomi kerakyatan. (Aspek
pemerataan)
3. Menjadikan Kota Kotamobagu sebagai pusat pengembangan dan pelayanan
pendidikan dan kesehatan yang berkualitas. (Aspek kesejahteraan)
4. Menjadikan Kotamobagu sebagai kota yang memiliki kualitas lingkungan yang sehat
dan bersih, tertata dan berkembang sebagai kota modern yang memiliki karakteristik
yang khas berbasis kultur setempat. (Aspek lingkungan)
5. Menjadikan Kotamobagu sebagai kota

dinamis dan kreatif yang didukung oleh

masyarakat egaliter, menghargai kesetaraan gender, menghormati supermasi


hukum, berkeadilan dan

demokratis bersendikan FalsafahDodandian Paloko-

Kinalang, serta didukung oleh pemerintahan yang menerapkan prinsip-prinsip Good


Governance dan Clean Government. (Aspek partisipasi, demokrasi, keadilan,
kepastian hukum dan pemerintahan yang baik)

4.2. Kondisi Geografi


Kota Kotamobagu merupakan salah satu dari empat kota di Sulawesi Utara, atau
satu dari 15 Kabupaten/Kota di daerah Nyiur Melambai; di mana sebagai satu-satunya
kota yang berada di kawasan selatan Provinsi Sulawesi Utara. Kota Kotamobagu
ditetapkan dengan Undang-undang RI No. 4 Tahun 2007 dan telah diresmikan pada
tanggal 23 Mei 2007 sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow.
Secara geografis, Kota Kotamobagu terletak antara 0 30' - 1 0' Lintang Utara dan
123 - 124 Bujur Timur, dengan batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah Utara dengan Kec. Passi Timur & Passi Barat
- Sebelah Timur dengan Kec. Modayag
- Sebelah Selatan dengan Kec. Lolayan
- Sebelah Barat dengan Kec. Passi Barat
Kota Kotamobagu secara administratif awalnya terbagi dalam 4 Kecamatan dan
32 Desa/Kelurahan yang luas keseluruhannya mencapai 184,33 KM.Kota Kotamobagu

13

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

memiliki ketinggian yang bervariasi. Desa yang tertinggi adalah Desa Moyag Todulan
dengan ketinggian 650 M di atas permukaan laut (dpl), diikuti Desa Moyag Tampoan
dengan ketinggian 635 M (dpl).
Topografi bergunung-gunung dan berbukit-bukit. Bukit Tudu in Bakid yang
terletak di Desa Pontodonserta Bukit

di sekitar Gogagoman yang menjadi lokasi

kuburan Bogani, merupakan dua bukit yang sangat dikenal memiliki nilai sejarah yang
berhubungan dengan kultur i Bolaang Mongondow.
Iklim di Kota Kotamobagu memilik curah hujan yang cukup tinggi sepanjang
tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada Desember-Januari, dan terendah pada bulan
Agustus-September. Suhu udara berada di kisaran 18 C 28C. Sebagian besar
wilayah digunakan untuk kegiatan pertanian, diikuti pemukiman, perkantoran, dan
perdagangan.
Terdapat sejumlah aliran sungai yang melintasi Kota Kotamobagu diantaranya
yang terbesar adalah Ongkag Mongondow yang bermuara di Inobonto bergabung
dengan Ongkag Dumoga. Sungai-sungai lain adalah Sungai Kotobangon, sungai
Gogagoman, sungai Moayat (irigasi moayat di Desa Poyowa Besar) dan beberapa
sungai kecil lainnya. Oleh sebab itu memiliki sumberdaya air yang melimpah untuk
kebutuhan air baku, kolam dan berbagai usaha lainnya.
Struktur tanah Kota Kotamobagu tidak terdapat bebatuan yang menonjol, namun
terdapat sejumlah titik sumber air panas dan aliran panas bumi (geotermal) yang
bersumber dari Gunung Ambang di Kabupaten Boltim.
Secara regional, Kota Kotamobagu dikelilingi oleh Kabupaten Bolaang
Mongondow (Bolmong) dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), serta
berdekatan dengan Kabupaten Minahasa Selatan. Jarak antara Kotamobagu dengan
Manado 183,72 Km (melalui Inobonto) dan 207,26 Km (melalui Modoinding). Kota
Kotamobagu merupakan pusat kegiatan ekonomi terkemuka di bagian barat dan
selatan Sulawesi Utara.

14

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

4.3. Kondisi Sosial Budaya


Kota Kotamobagu merupakan pusat rujukan kehidupan sosial budaya di Bolaang
Mongondow pada umumnya. Kebudayaan Bolmong merupakan entitas yang diakui dan
dipraktikkan sejak bangsa-bangsa barat belum tiba di Nusantara. Kekayaan budaya ini
mencakup berbagai aspek, mulai dari sistem nilai budaya, etos, orientasi hidup, hingga
pada hal-hal praktis dan kasat mata seperti bentuk pakaian, topi, keris, dan asesoris
dalam rumah tangga. Semua kekayaan itu kini tinggal dapat dilihat dalam upacara
perkawinan, tarian, atau upacara adat tertentu.
Pesan

dan

warisan

leluhur

tentang

kepemimpinan

dalam

masyarakat

Mongondow bersumber dari dodandian Paloko dan Kinalang serta kehidupan


pogogutat (persaudaraan) didsarkan pada sembuyan Mototompiaan, Mototabian,
Mototanoban, bo Mooaheran yangtetap terawat dan menjadi etik sosial budaya di
Bolmong pada umumnya, termasuk Kotamobagu. Nilai sosial budaya ini merupakan
modal sosial (social capital) yang sangat berharga bagi pembangunan Kota
Kotamobagu yang berjati diri dan punya karakter, namun harus dicegah pemanfaatan
dan pendangkalan nilai-nilai leluhur itu untuk kepentingan dan tujuan politik praktis.
4.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani
Perkembangan nilai tukar petani dapat diikuti pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1.
Perkembangan Nilai Tukar Petani Kota Kotamobagu Selang 2008-2012
160
140

133.9

120
101.48

100

101.33

101.03

101.21

103.22

101.47

80
60
40
20
0
2006

2006

2007

2008

2009

Sumber: Bappeda Kota Kotamobagu 2013 (Diolah)

2010

2011

2012

15

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Dapat diikuti bahwa nilai tukar petani berada pada posisi diatas 100 dan tampaknya
fluktuasinya sangat kecil. Indikator nilai tukar petani menjadi penting mengingat
penduduk Kota Kotamobagu masih memiliki petani yang cukup besar. Lahan pertanian
mereka tidak terbatas di wilayah Kota Kotamobagu, tetapi juga di daerah sekitar.
4.5. Perkembangan Lama Sekolah
Perkembangan lama sekolah Kota Kotamobagu tampaknya meningkat sampai dengan
2010 dan pada 2011 angkanya tetap pada 9,25 tahun. Lebih jelasnya dapat diikuti pada
Gambar 4.2.

TAHUN LAMA SEKOLAH

Gambar 4.2
Perkembangan Lama Sekolah Kota Kotamobagu Selang 2008-2011

2008

9.12

2009

9.25

9.25

2010

2011

Sumber: Bappeda Kota Kotamobagu 2013 (Diolah)


Lama sekolah merupakan salah satu indikator sosial penting dalam mengukur tingkat
kemajuan pembangunan di daerah; di mana indikator ini termasuk salah satu
komponen yang dihitung dalam human development index (HDI) atau indeks
pembangunan manusia (IPM). Sebagaimana diketahui bahwa dengan ukuran yang
sekarang, Sulawesi Utara masuk dalam ranking 2 nasional.
4.6. Perkembangan Lama Hidup
Perkembangan lama hidup dapat diikuti pada indicator usia harapan hidup
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.3.

16

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Gambar 4.3.
Perkembangan Usia Harapan Hidup Kota Kotamobagu Selang 2008-2011
72.2
72

72.04

2010

2011

71.8

71.8

71.58

71.6

71.35

71.4
71.2

72.04

71.08

71
70.8
70.6

2006
2006

2007

2008

2009

Usia harapan hidup Kota Kotamobagu tampaknya terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Sebagaimana yang tampak dalam Gambar mengemukakan bahwa
pada tahun 2008 masih pada kisaran 71,08 tahun dan keadaan terus meningkat sampai
2011 berada pada posisi 72,04 tahun. Indikator ini juga menjadi salah satu yang penting
dalam perhitungan IPM.
4.7. Indeks Kemahalan Konstruksi
Indeks kemahalan konstruksi menjadi penting dalam pelaksanaan pembangunan
di daerah. Perkembangan indeks kemahalan konstruksi Kota Kotamobagu dapat diikuti
pada Gambar 4.4. Dari Gambar dapat dijelaskan bahwa indeks kemahalan konstruksi
pada tahun-tahun terakhir terus menurun dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa biaya pelaksanaan pembangunan fisik bangunan dan konstruksi jalan menjadi
lebih rendah. Dengan demikian pembangunan infrstruktur akan menjadi lebih efisien
sehingga penggunaan anggaran pemerintah dapat teralokasi lebih baik.
Gambar rmemperlihatkan kecenderungan yang menurun dikarenakan data yang
relative terus menurun. Pada tahun 2006 indeks kemahalan konstruksi masih berada
pada posisi 165,54 dan meningkat menjadi 195,6 pada 2007 serta naik lagi pada 2008
menjadi 216,19; nanti turun dastis pada 2009 menjadi 95,68 dan pada 2010 dan 2011
berada pada posisi 98,87.

17

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Gambar 4.4
Perkembangan Indeks Kemahalan Konstruksi Kota Kotamobagu Selang 20082011
250

200

150

100

195.6

216.19

165.54
50

95.68

98.87

98.87

2009

2010

2011

0
2006
2006

2007

2008

Sumber: Bappeda Kota Kotamobagu 2013 (Diolah).

4.8. Indeks Pembangunan Manusia


Indeks pembangunan manusia Kota Kotamobagu tampaknya meningkat dari
tahun ke tahun. Pada 2006 IPM masih pada kisaran 73,90 dan meningkat menjadi
74,46 pada 2007, 75,03 pada 2008, 75,56 pada 2009, dan 76,12 pada 2010. Pada
2011 mengalami penurunan menjadi 75,98. Indeks pembangunan manusia dalam
perkembangannya tergantung dari tiga indicator utama yang mewakili pendapatan,
kesehatan dan pendidikan.

Indikator ini telah menjadi ukuran penting dalam

membandingkan kesejahteraan antar Negara dan antar daerah baik provinsi maupun
kabupaten dan kota.

18

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Lebih jelasnya perkembangan IPM Kota Kotamobagu dapat diikuti pada Gambar
4.5.
Gambar 4.5
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kota Kotamobagu
Selang 2006-2011
76.12

75.98

75.56
75.03
74.46
73.9

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Sumber: Bappeda Kota Kotamobagu 2013 (Diolah).

19

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

BAB V
ANALISIS DAN PREDIKSI MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU

5.1. Pendapatan Regional, Penduduk, dan PDRB/Kapita


Perkembangan pendapatan regional Kota Kotamobagu dilihat dari indikator
Product Domestic Regional Bruto (PDRB) selang 2007-2011 dan prediksi 2012-2017
dapat diikuti pada Gambar 5.1. Sampai triwulan I 2013, belum tersaji PDRB
Kotamobagu 2011, sehingga diprediksi 2012 memiliki pertumbuhan seiring 2007-2011.
Sesuai prediksi pada 2013 nilai PDRB Kotamobagu harga berlaku akan mencapai 1,4
triliun Rupiah dan pada 2017 sudah memiliki nilai 2,28 triliun Rupiah jika diasumsikan
pertumbuhan 8 %/tahun dengan inflasi rata-rata 5 %/tahun sebagaimana prediksi
nasioanl dan provinsi.
Gambar5.1
Perkembangan Product Domestic Regional Bruto (PDRB) Kota Kotamobagu 2007-2011
dan Prediksi 2012-2017 (Harga Berlaku dan Konstan-Jutaan Rupiah)
2500
2283
2020

2000
1788
1582

1500

1400

1000
639

500

379

740
408

859
440

994

473

1125

506

PDRB HB

1239

PDRB HK
537

580

627

677

731

789

0
2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara (2013-diolah).


Pada Gambar tampak bahwa semakin melebarnya antara perkembangan PDRB harga
konstan dan harga berlaku dikarenakan selisih nilai inflasi dan berkumulatif. PDRB
harga konstan dengan prediksi pertumbuhan 8 %/tahun, maka pada 2013 diperkirakan
mencapai 530 milyar Rupiah dan pada 2017 mencapai 789 milyar Rupiah.

20

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Selanjutnya untuk menghitung PDRB/Kapita, maka perlu diprediksikan dahulu


mengenai perkembangan penduduk selang 2007-2017. Hasil prediksi tampak pada
Gambar 5.2.

Penduduk

Gambar 5.2
Proyeksi Perkembangan Penduduk Kota Kotamobagu 2007-2017
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

Asumsi 2.14%

98166

99522

101574

107456

109756

112104

114503

116954

119457

122013

124624

Asumsi 3%

98166

99522

101574

107456

110680

114000

117420

120942

124570

128308

132157

Asumsi 5%

98166

99522

101574

107456

112829

118470

124394

130613

137144

144001

151201

Sumber: Badan Pusat Statistik 2013 (Diolah)


Ada 3 asumsi yang digunakan dalam prediksi pertumbuhan penduduk selang 20112017. Asumsi pertama 2,14 %/tahun berdasarkan pertumbuhan rata-rata penduduk
Kota Kotamobagu selang 5 tahun 2006-2010. Asumsi kedua 3 %/tahun didasarkan
pada perkiraan pertumbuhan KotaKotamobagu sedang dan asumsi ketiga 5 % dengan
asumsi pertumbuhan Kota Kotamobagu relative tinggi.
Peluang untuk Kota Kotamobagu bertumbuh tinggi adalah dimungkinkan oleh
terciptanya Kota Kotamobagu sebagai kawasan pusat pengembangan. Isue strategis
pemekaran provinsi yang menjadi komitmen untuk Kota Kotamobagu sebagai kandidat
ibukota Bolaang Mongondow Raya menjadi salah satu factor menarik atas percepatan
yang dapat terjadi terhadap perkembangan penduduk. Perkembangan penduduk
tersebut akan dinomonasi oleh migrasi masuk dari daerah lain, termasuk urbanisasi dari
perdesaan di kabupaten sekitar ke Kota Kotamobagu.
Sesuai data penduduk pada tahun 2007 dalam prediksi masih sekitar 98.166
orang meningkat menjadi 114.503 orang pada 2013 untuk prediksi asumsi normal,
asumsi sedang menjadi 117.420 orang, sedangkan prediksi tinggi menjadi 124.394

21

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

orang. Pada 2017 diperkirakan penduduk Kota Kotamobagu dalam prediksi normal
menjadi 124.624 orang, dan asumsi pertumbuhan sedang menjadi 132.157 orang,
sedangkan asumsi pertumbuhan tinggi menjadi 151.201 orang.
Berdasarkan

data

dan

prediksi

sebelumnya,

maka

dapat

diperoleh

perkembangan dan prediksi PDRB/Kapita harga berlaku dan harga konstan


sebagaimana Gambar 5.3. PDRB/Kapita yang dihitung tersebut berdasarkan prediksi
pertumbuhan penduduk yang normal.
Gambar 5.3
Perkembangan Prediksi PDRB/Kapita Kota Kotamobagu 2007-2017 Harga
Konstan dan Harga Berlaku (dalam jutaan Rupiah)

6.51

3.86
2007

11.05

12.23

13.53

14.96

16.56

8.46

9.25

10.25

4.10

4.34

4.40

4.61

4.79

5.07

5.36

5.66

5.99

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

7.44

PDRB HB/KAPITA

18.32

6.33
2017

PDRB HK/KAPITA

Sumber : Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara, 2013 (Diolah).


Pada 2007 dapat diikuti bahwa PDRB/Kapita berdasarkan harga konstan sekitar 3,86
juta Rupiah menjadi sekitar 4,61 juta Rupiah di tahun 2011, kemudian diprediksikan
pada tahun 2013 menjadi 5,07 juta Rupiah, dan dengan asumsi pertumbuhan PDRB
8%/tahun maka PDRB/Kapita pada 2017 akan menjadi 6,83 juta Rupiah. Jika
memperhatikan perkembangan PDRB/Kapita berdasarkan harga berlaku, maka pada
2007 masih sekitar 6,51 juta Rupiah, menjadi 10,25 juta Rupiah pada tahun 2011. Hasil
prediksi PDRB/Kapita berdasarkan harga berlaku pada 2013 menjadi 12,23 juta Rupiah
dan pada 2017 menjadi 18,32 juta Rupiah. Penting untuk memperhatikan nilai harga
konstan jika akan menghitung pertumbuhannya, sedangkan untuk harga berlaku

22

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

penting jika akan melihat actual berdasarkan harga factual di masa keadaan tahun yang
bersangkutan.
Berkaitan dengan ukuran internasional, maka menarik diikuti perkembangan
PDRB KSelanjutnya dapat
Gambar 5.4
Perkembangan PDRB Kota Kotamobagu Selang 2007-2013
Harga Berlaku (dalam US.$)

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Series2
Series1

685

783

890

974

1079

1163

1287

2014

2015

2016

2017

1462

1618

1790

1980

1424

1575

1743

1928

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara, 2013 (Diolah)


Keterangan : Series1=Asumsi US.1=9.500 Rupiah; Series2 Asumsi US.1=9.250 Rupiah
Berdasarkan asumsi harga US.$ sebesar 9.500 Rupiah, maka pada tahun 2013
diprediksikan PDRB/Kapita Kota Kotamobagu sekitar 1287 Dollar US dan menjadi 1928
Dollar US. Jika asumsi harga US.$ sebesar 9.250 Rupiah, maka diprediksikan
PDRB/Kapita Kota Kotamobagu sekitar 1462 Dollar US pada 2014 dan menjadi sekitar
1980 Dollar US pada 2017. Indikator PDRB/Kapita tersebut penting digunakan untuk
membandingkan dalam taraf internasional. Jika kurs US.$ menjadi lebih rendah lagi,
maka PDRB/Kapita dihitung berdasarkan US.$ menjadi lebih tinggi. Hal ini
memungkinkan karena perkembangan selama ini sempat dibawah 9.000 Rupiah/US.$.

5.2. Perkembangan PDRB Sektoral


Perkembangan PDRB Kota Kotamobagu secara sektoral memberikan informasi
yang lebih dalam serta lebih luas untuk mengamati dan menganalisis secara sektor
ekonomi. Tabel 5.1 memberikan informasi mengenai perkembangan nilai nominal

23

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

PDRB secara sektor ekonomi dan proporsinya (share) dari masing-masing dari secara
keseluruhan selang 2007-201.
Tabel 5.1
Perkembangan PDRB Kota Kotamobagu dan Proporsinya Masing-Masing Sektor
Menurut Harga Berlaku 2007- 2011(dalam jutaan Rupiah /%)
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
1.Pertanian
2.Pertambangan & Penggalian
3.Industri Pengolahan
4.Listrik, Gas, dan Air Bersih
5.Konstruksi dan Bangunan
6.Perdagangan, Hotel dan
Restoran
7.Tranportasi & Komunikasi
8.Keuangan Jasa Perusahaan
9.Jasa Jasa
PDRB Kota Kotamobagu (Total)

56.512.32
8.85
19.749.64
3.09
13.276.68
1.79
2.761.51
0.43
94.048.14
14.72
85.026.77
13.31
33.898.81
5.31
91.666.25
14.35
241.885.21
37.86
638.825.32

67.557.45
9.12
21.207.91
2.86
13.887.88
1.88
2.865.98
0.39
109.796.60
14.83
101.036.20
13.65
35.833.74
4.84
100.489.85
13.57
287.692.61
38.86
740.368.22

75.917.47
8.84
23.631.63
2.75
15.271.78
1.78
3.002.40
0.35
126.772.88
14.76
119.785.46
13.94
37.739.17
4.39
111.342.64
12.96
345.605.71
40.23
859.069.13

84.168.70
8.47
27.182.95
2.74
16.513.02
1.66
3.172.41
0.32
149.074.74
15.00
141.626.52
14.25
40.953.07
4.12
126.617.26
12.74
404.500.74
40.70
993.809.40

92.954.71
8.26
28.400.41
2.53
17.613.31
1.57
3.417.68
0.30
175.865.89
15.64
162.617.43
14.46
45.683.08
4.06
140.888.85
12.53
457.275.87
40.66
1.124.717.22

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara 2013 (Diolah)


Tampak pada Tabel bahwa bahwa sektor jasa-jasa masih mendominasi PDRB Kota
Kotamobagu yakni pada kisaran 40,66 % pada 2011, di mana tahun-tahun sebelumnya
memperlihatkan angka yang relative sama. Dari PDRB nominal Kota Kotamobagu yang
sebesar 1,12 triliun Rupiah, sektor jasa-jasa besarnya sekitar 457,28 milyar Rupiah.
Sektor kedua yang memegang peranan penting adalah sektor konstruksi dan bangunan
yang memiliki share sebesar 15,64 % pada 2011 yang hampir seiring dengan sektor
perdagangan/hotel/restoran yang sebesar 14,46 %. Sektor keuangan dan jasa
perusahaan juga yang memiliki share diatas 10 %, yakni tepatnya 12,53 %. Sektor
lainnya dapat dikemukakan yakni: pertanian pada kisaran 8,26 %, sektor transportasi
dan komunikasi pada kisaran 4,06 %, sektor pertambangan dan penggalian pada
kisaran 2,53 %, dan sektor industry (pengolahan) pada kisaran hanya 1,57 %.

24

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Jika diamati perkembangan proporsinya dapat dikemukakan sebagai berikut:


sektor yang memiliki kecenderungan meningkat adalah perdagangan/hotel/restoran dari
13,31 % pada 2007 terus konsisten meningkat menjadi 14,46 % pada 2011. Sektor
konstruksi dan bangunan, kecuali 2007 ke 2008, jika dilihat dari 2007 yang sebesar
14,72% memiliki kecenderungan meningkat menjadi 15,64 % pada 2011. Sektor jasajasa kecuali 2010 ke 2011, maka dari 2007 yang sebesar 37,86 % menjadi 40,66 %
pada 2011. Sektor lainnya walaupun fluktuatif namun memiliki kecenderungan menurun
yakni: sektor pertanian dari 8,85 % pada 2007 menjadi 8,26 % pada 2011; sektor
pertambangan dan penggalian dari 3,09 % pada 2007 menjadi 2,53 % pada 2011;
sektor industry pengolahan dari 1,79 % pada 2007 menjadi 1,57 % pada 2011; sektor
listrik/gas/air bersih dari 0,43 % pada 2007 menjadi 0,30 % pada 2011; sektor
transportasi dan komunikasi dari 5,31 % pada 2007 menjadi 4,06 % pada 2011; dan
sektor keuangan dan jasa perusahaan dari 14,35 % pada 2007 menjadi 12,53 % pada
2011.
Selanjutnya menarik untuk diamati perkembangan PDRB secara sektoral dilihat
dari pertumbuhannya tahun - ke tahun dan pertumbuhan rata-rata selang 2007-2011; di
mana lebih jelasnya dapat diikuti pada Tabel 5.2. Pada Tabel pertumbuhan tertinggi
terjadi pada 2009 yang sebesar 7,88 %, sedangkan terendah pada 2011 yakni 7,05 %.
Adapun pertumbuhan rata-rata selang 2007 sampai 2011 adalah sebesar 7,49 %; di
mana pertumbuhan tahunan yang diatas rata-rata tersebut terjadi pada 2008 dan 2009.
Secara kronologis dapat dikemukakan pertumbuhan masing-masing sektor
sebagai berikut: Sektor yang tumbuh lebih tinggi diatas PDRB total adalah
perdagangan/hotel/restoran dengan rata-rata sekitar 2,92 %/tahun selang 2007 sampai
dengan 2011, berikut sektor konstruksi dan bangunan dengan rata-rata 10,81 %/tahun,
kemudian sektor jasa-jasa yang tumbuh sekitar 9,42 %/tahun. Hanya ketiga sektor
tersebut yang tumbuh diatas pertumbuhan PDRB total. Sektor lainnya yang tumbuh
dibawah

pertumbuhan

PDRB

total meliputi: pertanian

sekitar 1,88

%/tahun;

pertambangan dan penggalian 1,87 %/tahun, industry pengolahan 3,21 %/tahun; listrik,
gas dan air bersih 2,88 %/tahun; transportasi dan komunikasi 4,37 %/tahun; dan
keuangan/jasa perusahaan 9,42 %/tahun.

25

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Tabel 5.2
Perkembangan PDRB Kota Kotamobagu dan Pertumbuhannya
Selang Tahun 2007-2011 Menurut Harga Konstan (dalam jutaan Rupiah/%)
Tahun
1.Pertanian
2.Pertambangan dan
Penggalian
3.Industri Pengolahan
4.Listrik, Gas dan Air Bersih
5.Konstruksi dan bangunan

2007

2008

2009

2010

2011

36.439.63

37.924.76
4.08
14.418.32
-1.72
8.681.36
3.25
2.069.60
1.65
67.682.70
11.47
60.402.67
11.15
32.759.96
4.00
64.009.05
2.14

37.783.27
-0.37
14.810.50
2.72
8.876.69
2.25
2.124.47
2.65
74.769.07
10.47
67.191.34
11.24
33.970.33
3.69
66.338.39
3.64

38.558.61
2.05
15.285.92
3.21
9.092.39
2.43
2.190.20
3.09
82.717.03
10.63
73.724.64
9.72
35.263.03
3.81
69.047.86
4.08

39.262.41
1.83
15.804.59
3.39
9.540.81
4.93
2.285.11
4.33
91.532.33
10.66
82.243.77
11.56
37.383.51
6.01
72.703.16
5.29

120.268.08

134.510.17

147.181.15

155.632.87

10.77

11.84

9.42

5.74

408.216.49

440.374.24

473.060.83

506.388.57

7.61

7.88

7.42

7.05

14.670.66
8.408.10
2.035.99
60.718.31

6.Perdagangan, Hotel dan


Restoran

54.340.94

7. Transportasi dan
Komunikasi

31.501.12

8. Keuangan dan Jasa


Perusahaan

62.670.17

9.Jasa-Jasa
PDRB Kota Kotamobagu
(Total )

108.577.69
379.362.60

20072011
1.88
1.87
3.21
2.88
10.81
10.92
4.37
3.78
9.42
7.49

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara 2013 (Diolah)


Pengamatan berdasarkan sektor secara tahunan selang 2008-2011 dapat dijelaskan
sebagai berikut: Pertama, sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang fluktuatif dan
memiliki kecenderungan yang menurun yakni pada 2008 sekitar 4,08 % kemudian
hanya sekitar 1,83 % pada 2011. Kedua, sektor pertambangan dan penggalian memiliki
kecenderungan yang meningkat pada 2008 minus (-) 1,72 %, kemudian 2009 menjadi
positif sampai 2011 yakni 3,39 %. Ketiga, sektor industry pengolahan mengalami
fluktuasi namun cenderung meningkat, yakni 2008 sebesar 3,25 % dan sempat turun
pada 2009, naik pada 2010 dan 2011 sebesar 4,93 %. Keempat, sektor listrik/gas/air
bersih cenderung meningkat konsisten yakni 2008 sebesar 1,65 % dan 2011 sebesar
4,33 %. Kelima, sektor konstruksi dan bangunan bertumbuh fluktuatif pada 2008
sebesar 11,47 % kemudian 2011 10,66 %. Keenam, sektor perdagangan/hotel/restoran
walaupun fluktuatif terutama pada 2010 lebih rendah dibanding 2009, namun 2011 lebih

26

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

besar dibandingkan 2008 yakni 11,56 % dibanding 11,15 %. Ketujuh, sektor


transportasi dan

komunikasi mengalami perkembangan fluktuatif, namun

jika

dibandingkan 2011 dan 2008, maka kecenderungannya meningkat dari 4,00 % menjadi
6,01 %. Kedelapan, sektor keuangan dan jasa perusahaan mengalami kecenderungan
yang konsisten meningkat, yakni sebesar 2,14 % pada 2008 dan 5,29 % pada 2011.
Kesembilan, sektor jasa-jasa mengalami tingkat pertumbuhan yang fluktuatif yakni 2009
lebih besar dibanding 2008; di mana secara umum kecenderungannya menurun, jika
pada 2008 meningkat sebesar 10,77 %% dan 2011 hanya 5,74 %.
5.3. Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas tenaga kerja sektoral dapat diperoleh jika diketahui jumlah tenaga
kerja per sektor dan PDRB per sektor. Perkembangan jumlah tenaga kerja per sektor
dapat dilihat pada Tabel 5.3
Tabel 5.3
Perkembangan Jumlah dan Prosentase Tenaga Kerja yang Bekerja di Kota
Kotamobagu Menurut Sektor Ekonomi Selang 2008-2012
Sektor Ekonomi

2012
Jumlah

1. Pertanian
2. Pertambangan
dan Penggalian
3.Industri
Pengolahan
4.Listrik, Gas dan Air
Bersih
5. Konstruksi
6. Perdagangan, Hotel,
dan Restoran

7. Tranportasi,
Pegudangan, dan
Komunikasi
8. Keuangan dan
Jasa Perusahaan
9. Jasa Jasa
Total

2011
(%)

Jumlah

2010

2009

2008

(%)

Jumlah

(%)

Jumlah

(%)

Jumlah

(%)

8.309

17.05

7.951

17.05

14.773

33.45

17.392

35.06

20.207

41.02

1.380

2.83

1.321

2.83

2.341

5.30

2.210

4.46

1.020

2.07

2.783

5.71

2.663

5.71

1.394

3.16

2.242

4.52

1.034

2.10

79

0.16

76

0.16

124

0.28

116

0.23

54

0.11

2.` 640

5.42

2.526

5.42

2.926

6.63

3.145

6.34

3.209

6.51

14.457

29.67

13.834

29.67

7.080

16.03

5.933

11.96

8.478

17.21

5.070

10.41

4.852

10.41

3.265

7.39

5.754

11.60

5.142

10.44

1.459

2.99

1.396

2.99

518

1.17

534

1.08

737

1.50

12.543

25.75

12.003

25.75

11.745

26.59

12276

24.75

9384

19.05

48.720

100.00

46.622

100.00

44.166

100.00

49.602

100.00

49.265

100.00

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara 2013 (Diolah)


Tabel memperlihatkan perkembangan jumlah dan prosentase tenaga kerja secara
sektor ekonomi selang 2008 sampai dengan 2012. Dari perkembangan lima tahunan

27

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

tersebut data yang dapat menjadi rujukan untuk dibahas lebih lanjut adalah selang 2010
sampai dengan 2012. Hal ini dikarenakan memiliki perkembangan yang lebih logis.
Secara total jumlah tenaga kerja 2010 sebanyak 44.166 orang dan terus meningkat
menjadi 48.720 orang pada 2012. Pada 2010 proporsi terbesar tenaga kerja adalah di
sektor pertanian, namun sejak 2011 telah bergeser ke sektor perdagangan/hotel/
restoran. Sektor jasa-jasa adalah memiliki jumlah tenaga kerja yang juga menonjol
bahkan meningkat dengan perkembangan yang konsisten positif. Sesudah sektor jasajasa maka sektor transportasi dan komunikasi memiliki jumlah terbesar berikutnya,
diikuti sektor konstruksi. Adapun sektor terkecil adalah listrik/gas/air bersih.
Tabel 5.4
Perkembangan Produktivitas Nominal Tenaga Kerja
Kota Kotamobagu 2008-2012 (Tahunan dan Harian, Ribuan Rupiah)
Sektor Ekonomi
2008
2009
2010
2011
2012

1.Pertanian
2.Pertambangan &
Penggalian
3.Industri Pengolahan
4.Listrik, Gas, dan Air
Bersih
5.Konstruksi
6.Perdagangan, Hotel,
dan Restoran
7.Tranportasi
Pegudangan
Komunikasi
8.Keuangan Jasa
Perusahaan
9.Jasa Jasa
Total

3.343.27
13.37
20.792.07

4.365.08
17.46
10.693.05

5.697.47
22.79
11.611.68

11.690.95
46.76
21.499.17

12.660.90
50.64
23.282.88

83.17
13.431.22
53.72
53.073.79

42.77
6.811.67
27.25
25.882.78

46.45
11.845.78
47.38
25.583.97

86.00
6.614.08
26.46
44.969.46

93.13
7.162.83
28.65
48.700.42

212.30
34.215.21
136.86
11.917.46

103.53
40.309.34
161.24
20.189.69

102.34
50.948.31
203.79
20.003.75

179.88
69.622.29
278.49
11.754.91

194.80
75.398.60
301.59
12.730.17

47.67
6.968.83

80.76
6.558.77

80.01
12.543.05

47.02
9.415.31

50.92
10.196.46

27.88
136.349.86

26.24
208.506.82

50.17
244.434.87

37.66
100.923.24

40.79
109.296.49

545.40
30.657.78
122.63
15.028.28
60.11

834.03
28.152.96
112.61
17.319.24
69.28

977.74
34.440.25
137.76
22.501.68
90.01

403.69
38.096.80
152.39
24124.17
96.50

437.19
41.257.56
165.03
26125.67
104.50

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara 2013 (Diolah).

28

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diamati perkembangan produktivitas nominal tenaga kerja
Kota Kotamobagu. Secara total dapat dikemukakan bahwa produktivitas tenaga kerja
mengalami kecenderungan meningkat konsisten. Pada 2008 masih sebesar 15.03 juta
Rupiah (60,11 ribu Rupiah/hari) menjadi 17.32 juta Rupiah (69,28 ribu Rupiah/hari) di
tahun 2009, seterusnya 22.50 juta Rupiah(90,01ribu Rupiah/ hari) di tahun 2010,
berikutnya 24.12 juta Rupiah (96,50 ribu Rupiah/hari) di tahun 2011, dan sebesar 26.13
juta Rupiah/tahun (104,50 ribu Rupiah/hari) di tahun 2012.
Secara sektoral dapat dikemukakan sebagai berikut: pertama, sektor pertanian
terjadi peningkatan yang berarti dan cenderung meningkat konsisten sejak 2008. Pada
2008 masih sekitar 3,34 juta Rupiah (13,37 ribu Rupiah/hari) dan terus bertambah
menjadi sekitar 12,66

juta

Rupiah

(50,64 ribu

Rupiah/hari). Kedua,

Sektor

pertambangan dan penggalian sempat mencapai 20,79 juta Rupiah (83,17 ribu/hari)
kemudian turun pada tahun selanjutnya dan seterusnya meningkat sampai pada 2012
menjadi sebesar 23,28 juta Rupiah (93,13 ribu Rupiah/hari). Ketiga, sektor industry
pengolahan tampaknya menurun terus sepanjang lima tahun tersebut; pada 2008
masih sekitar 13,43 juta Rupiah (53,72 ribu Rupiah/hari) dan menjadi hanya sekitar 7.16
juta Rupiah (28,65 ribu Rupiah/hari) di tahun 2012. Keempat,

sektor listrik/gas/air

bersih pada 2008 sempat mencapai 53,07 juta Rupiah (53,72 ribu Rupiah/hari)
kemudian menurun tajam di tahun 2009 dan terus menurun di tahun 2010, setelah itu
meningkat lagi di 2011 dan 2012; di mana posisi akhir 48,70 juta Rupiah (194,80 ribu
Rupiah/hari). Kelima, sektor konstruksi tampaknya memiliki kecenderungan meningkat
konsisten mulai dari sekitar 34,22 juta Rupiah (136 ribu Rupiah/hari) di tahun 2008 dan
mencapai 75,40 juta Rupiah (301,59 ribu Rupiah/hari) di tahun 2012. Keenam, sektor
perdagangan/hotel/restoran terjadi perkembangan fluktatif; tahun 2008 sekitar 11,92
juta Rupiah (47,67 ribu Rupiah/hari) dan meningkat tajam di tahun 2009 menjadi 20,19
juta Rupiah (80,76 ribu Rupiah/hari); di mana pada 2010 relatif sama dengan 2009,
seterusnya menurun kembali di 2011 menjadi hanya sekitar 11.65 juta Rupiah (47,02
ribu Rupiah/hari), selanjutnya di 2012 mencapai 12,73 juta Rupiah (50,92 ribu Rupiah).
Ketujuh, sektor transportasi dan komunikasi mengalami perkembangan yang fluktuatif;
berawal dari 2008 sebesar 6,97 juta Rupiah (27,88 ribu Rupiah/hari) kemudian turun
sedikit di 2009 dan naik drastic di 2010 menjadi 12,54 juta Rupiah (50,17 ribu Rupiah/

29

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

hari) berikutnya turun lagi pada 2011 menjadi sebesar 9,42 juta Rupiah (37,66 ribu
Rupiah/hari); di mana posisi akhir 2012 adalah 10,20 juta Rupiah (40,79 ribu Rupiah/
hari). Kedelapan, sektor keuangan dan jasa perusahaan memberikan kinerja dengan
produktivitas yang sangat tinggi; perkembangan selang 2008 sampai 2012 tampaknya
fluktuatif, yakni dari 136,35 juta Rupiah (545,40 ribu Rupiah/hari) pada 2008 terus
meningkat sampai 2010 yakni mencapai 244,43 juta Rupiah (977,74 ribu Rupiah/hari);
pada 2011 menurun dastis menjadi hanya 100,92 juta Rupiah (403,69 ribu Rupiah/ hari)
dan naik sedikit menjadi 109,30 juta Rupiah (437,19 ribu Rupiah) di tahun 2012.
Kesembilan, sektor jasa-jasa terlihat fluktuatif namun cenderung meningkat, hanya di
tahun 2009 terjadi penurunan kecil kemudian meningkat terus sampai 2012; pada 2008
memiliki produktivitas sebesar 30,66 juta Rupiah (122,63 ribu Rupiah/hari) menjadi
41,26 juta Rupiah (165,03 ribu Rupiah/hari) pada 2012.
Tiga sektor yang memiliki produktivitas tenaga kerja tertinggi adalah keuangan
dan jasa perusahaan, jasa-jasa dan konstruksi, dan jasa-jasa. Adapun tiga sektor yang
memiliki produktivitas terrendah adalah industry pengolahan, transportasi dan
komunikasi, dan pertanian.
Apabila memperhatikan perkembangan produktivitas riil tenaga kerja selang
2008-2012, maka dapat dikemukakan bahwa beberapa sektor mengalami pertumbuhan
rata-rata tahunan yang negative yakni: pertambangan dan penggalian sebesar (-)3,51
%; industry pengolahan sebesar (-) 18,69 %; listrik/gas/air bersih (-)5,32 %;
perdagangan/hotel/restoran (-)3,85 %; dan sektor keuangan/jasa perusahaan yakni (-)
11,47 %.
Secara total pertumbuhan produktivitas tenaga kerja memiliki perkembangan
yang berfluktuasi yakni berawal dari 7,14 % pada 2009, kemudian meningkat signifikan
sebesar 20,64 % pada 2010, berikutnya menurun negative pada 2011 (-)5,27 %, serta
naik lagi di 2012 sebesar 9,65 %. Adapun pertumbuhan rata-rata tahunan selang 20092012 adalah sebesar 7,65 %; sehingga dengan mudah dapat diamati bahwa tahun
2010 dan 2012 mengalami pertumbuhan tahunan yang melebihi tingkat pertumbuhan
rata-rata.

30

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Tabel 5.5.
Perkembangan Produktivitas Riil Tenaga Kerja Kota Kotamobagu dan
Pertumbuhannya Selang 2008-2012 (Ribuan Rupiah, %)
2008Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2012
1.Pertanian
2.Pertambangan &
Penggalian
3.Industri
Pengolahan
3.LGA
4.Konstruksi
5.PHR
6.Tranportasi
Pegudangan
Komunikasi
7.Keuangan Jasa
Perusahaan
8.Jasa Jasa
Total

1.876.81

2.610.07
20.14
6.529.65
-2.57
6.522.52
64.74
17.662.91
-3.56
28.269.66
18.91
10.413.08
-8.05
10.800.32

4.849.53 5.058.31
85.80
4.31
11.571.47 12.255.48
77.21
5.91
3.414.34 3.669.98
-47.65
7.49
28.818.44 30.799.44
63.16
6.87
32.746.25 37.118.57
15.84
13.35
5.329.24 6.089.83
-48.82
14.27
7.267.73 7.892.41

-7.33
82.94
86.850.81 124.229.19 133.297.02
43.04
7.30
12.816.29 10.957.17 12.531.39
-14.51
14.37
8.286.14
8.878.15 10.710.97
7.14
20.64

-32.71
8.60
49.461.22 53.347.98
-62.89
7.86
12.262.03 13.281.94
-2.15
8.32
10.146.73 11.126.10
-5.27
9.65

14.135.61
8.395.90
38.325.92
21.091.52
7.124.64
6.371.05

2.172.45
15.75
6.701.58
-52.59
3.959.27
-52.84
18.314.39
-52.21
23.773.95
12.72
11.325.02
58.96
5.903.78

28.13
-3.51
-18,69
-5,32
15,18
-3.85
5.50

-11.47
0.90
7.65

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara 2013 (Diolah).


5.4. Aspek Ketenagakerjaan
Aspek ketenagakerjaan yang menarik untuk dibahas meliputi: Perkembangan
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja meliputi orang yang bekerja
dan pengangguran terbuka; sedangkan bukan angkatan kerja terdiri dari orang yang
bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya. Adapun pengangguran terbuka
meliputi orang yang pernah bekerja dan orang yang tidak pernah bekerja.
Perkembangan angkatan kerja jika diamati dari 2008, maka tampaknya fluktuatif
yakni dari 2009 ke 2009 terjadi peningkatan, kemudian 2010 menurun drastic, dan
meningkat lagi di 2011. Pada 2008 tercatat sekitar 54.215 orang yang termasuk dalam
angkatan kerja, sedangkan pada 2011 tercatat 51.833 orang. Pada bukan angkatan

31

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

kerja juga terjadi fluktuatif namun memiliki kecenderungan menurun; pada tahun 2009
tampaknya meningkat, kemudian pada tahun berikutnya tersu menurun. Pada 2008
tercatat 38.177 orang bukan angkatan kerja dan pada posisi 2011 sebanyak 25.502
orang.
Tabel 5.6
Perkembangan dan Pertumbuhan Ketenagakerjaan dan Pengangguran
di Kota Kotamobagu 2008-2011
Aspek Ketenagakerjaan
2008
2009
2010
A.Angkatan Kerja
1.Bekerja
2. Pengangguran Terbuka
a.Pernah Bekerja
b.Tidak Pernah Bekerja
B.Bukan Angkatan Kerja
1.Sekolah
2.Mengurus Rumah Tangga
3.Lainnya
Total Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja
% Orang Bekerja Terhadap Angkatan Kerja
Tingkat Pengangguran Terbuka
% Angkatan Kerja Terhadap Penduduk Usia Kerja

54.215
49.265
4.950
1.462
3.488
38.177
8.353
25.119
4.705
92.392
90.87
9.13
58.68

54.759
1.00
49.602
0.68
5.157
4.18
938
-35.84
4.219
20.96
39.018
2.20
8.538
2.21
25.989
3.46
4.491
-4.55
93.777
1.50
90.58
9.42
58.39

47.788
-12.73
44.166
-10.96
3.622
-29.77
442
-52.88
3.180
-24.63
29.212
-25.13
6.526
-23.57
18.377
-29.29
4.309
-4.05
77.000
-17.89
92.42
7.58
62.06

2011
51.833
8.46
46.622
5.56
5.211
43.87
1.217
175.34
3.994
25.60
25.502
-12.70
6.409
-1.79
15.752
-14.28
3.341
-22.46
77.335
0.44
89.95
10.05
67.02

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara, 2013 (Diolah)


Jika diamati khusus mengenai angkatan kerja, maka pada orang bekerja untuk 2010 ke
2011 mengalami kenaikan sebesar 5,56 %, namun yang agak mengkuatirkan yakni
pengangguran terbuka terjadi peningkatan sebesar 43,87 %. Dari pengangguran
terbuka, maka yang pernah bekerja naik sekitar 175,34 % pada 2011, sedangkan yang
tidak pernah bekerja naik sekitar 25,60 %.

32

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Menelusuri jumlah bukan angkatan kerja yang secara total turun (-)12,70 % pada
2011; dapat dilihat bahwa yang masih bersekolah turun sebesar (-) 1,79 %, mengurus
rumah tangga turun (-) 14,28 %, dan lainnya turun (-)22,46 %. Total angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja naik sebesar 0,44 %.
Secara khusus dapat diikuti bahwa prosentasi orang bekerja terhadap angkatan
kerja berkembang fluktuatif pada posisi kisaran 89,95 % (2011) sampai 92,42 %(2010).
Tingkat pengangguran terbuka sebetulnya pada 2010 telah menurun sampai pada
posisi tinggal sekitar 7,58 % dari angka yang lebih besar sebelumnya; namun pada
2011 terjadi peningkatan yang sangat berarti serta mengkuatirkan yakni 10,05 %.
Prosentasi angkatan kerja terhadap

penduduk usia kerja berfluktuasi dari 58,68 %

(2008), turun menjadi 58,39 % (2009), kemudian naik menjadi 62,06 % (2010), dan
terus naik menjadi 67,02 % pada 2011.

5.5. Inflasi
Inflasi yang diukur untuk mewakili Sulawesi Utara yang dipublikasikan diambil
dari pengukuran Kota Manado.
Gambar 5.5
Perkembangan Inflasi Nasional dan Sulawesi Utara 2005-2012 (%)

prosentase

20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Nasional

17.11

6.6

6.59

11.06

2.78

6.96

3.79

Sulawesi Utara

18.73

5.09

10.13

9.71

2.31

6.28

0.96

2012
5.23

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara 2013

33

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Tabel memperlihatkan bahwa inflasi nasional dan Sulawesi Utara, juga ditenggarai Kota
Kotamobagu saling berkorelasi. Dari 2005 sampai dengan 2012 baik nasional maupun
Sulawesi Utara walaupun fluktuatif namun memiliki kecenderungan menurun. Pada
tahun 2011 inflasi Sulawesi Utara bahkan pernah mencapai dibawah satu persen,
tepatnya hanya 0,96 %. Pada tahun 2012 nanti naik lagi pada kisaran 5,23 %.
Gambar 5.6
Perkembangan Inflasi di Kota Kotamobagu Selang 2007-2012
12

10.13

10

9.71

6.28

6.04

2.31

0.67

0
2007

2008

2009

2010

2011

2012

Sumber: Bappeda Kota Kotamobagu 2013 (Diolah)


Secara khusus untuk perkembangan inflasi Kota Kotamobagu memiliki kemiripan dalam
fluktuasi Kota Manado dan Nasional. Pada 2011 tingkat inflasi menjadi titik terendah
yakni 0,67 %, dan pada 2012 naik menjadi 6,04 %. Memperhatikan gelombang tingkat
inflasi maka untuk Kota Kotamobagu dalam prediksi ke depan secara optimis dapat
berada pada kisaran 5 %.
5.6. Prediksi Pendapatan Regional dan Perkembangan Kebutuhan Investasi
Prediksi pendapatan regional, melalui indicator PDRB dapat dijelaskan dengan
menggunakan

asumsi

asumsi.

Asumsi utama

yang

perlu

diletakkan

adalah

perkembangan ekonomi makro daerah Sulawesi Utara, Nasional, dan Global berjalan
normal. Realita sepanjang hampir sewindu ini perekonomian daerah Sulawesi Utara
berkembang dengan tingkat pertumbuhan rata-rata lebih tinggi dari nasional.

34

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Jutaan Rupiah

Gambar 5.7
Perkiraan Perkembangan PDRB Kota Kotamobagu 2012-2017 Dengan Berbagai
Asumsi (dalam Jutaan Rupiah)
5000000
0

9% inf5
7% inf5

2012

2013

2014

2015

2016

2017

7% inf5

1238925

1387596.397

1567983.929

1771821.84

2002158.679

2262439.307

8% inf5

1238925.355

1399985.651

1581983.785

1787641.677

2020035.095

2282639.658

9% inf5

1238925

1412374.904

1595983.642

1803461.515

2037911.512

2302840.009

10% inf5

1238925

1424764.158

1609983.498

1819281.353

2055787.929

2323040.36

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara 2013 (Diolah)


Berikutnya walaupun secara global diketahui mengalami krisis yang berkepanjangan,
namun imbasnya pada perekonomian Indonesia tampaknya sampai dengan 2012
secara relative diperkirakan tidak memberikan dampak negative yang signifikan.
Perjalanan waktu ke depan di mana ramalan ekonomi dunia akan membaik terutama
2014 memberikan optimis bagi ekonomi Indonesia dan juga perekonomian daerah
Sulawesi Utara. Oleh sebab itu beberapa asumsi yang ditetapkan berdasarkan
informasi yang eleven adalah sebagai berikut:
Asumsi skenario pertumbuhan optimis 2, Optimis 1, moderat, dan pesimis; di mana
ketiga skneario tersebut dicerminkan oleh nilai pertumbuhan 9 %, 8 %, dan 7 %. Hasil
prediksi ketiga scenario pertumbuhan tersebut dapat diikuti pada Tabel 5.7. Hasil
prediksi sebagaimana Gambar 5.7 dikembangkan pertumbuhan nominalnya dengan
menambah asumsi tingkat inflasi rata-rata 5 %/tahun sepanjang 2013-2017. Hasil
prediksi menunjukkan bahwa pada 2013 skenario optimis 2 mencapai 1,43 Triliun
Rupiah, optimis 1 sebesar 1,41 triliun Rupiah, moderat sebesar 1,40 triliun Rupiah, dan
pesimis adalah 1,39 triliun Rupiah. Pada 2017 dapat dikemukakan sebagai berikut:
optimis 2 sebesar 2,32 triliun Rupiah, optimis 1 sebesar 2,30 triliun Rupiah, moderat
sebesar 2,28 triliun Rupiah, dan pesimis sebesar 2,26 triliun Rupiah.
Selanjutnya pada Gambar 5.8 dapat diikuti kebutuhan investasi Kota Kotamobagu
selang 2013-2017.

35

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Jutaan Rupiah

Gambar 5.8
Perkiraan Kebutuhan Investasi Kota Kotamobagu 2013-2017 dalam Berbagai Asumsi

1000000
800000
600000
400000
200000
0
2013

2014

2015

2016

2017

2013

2014

2015

2016

2017

7% inf5

446013

499535

564474

637856

720777

8% inf5

483181

545994

616974

697180

787814

9% inf5

520349

593197

670313

757454

855923

10% inf5

557516

641144

724493

818677

925105

Sumber: Diolah
Melalui pengembangan asumsi ICOR sebagaimana normalnya daerah perkotaan yang
bertumbuh, maka diperoleh kebutuhan investasi dalam rangka mencapai target
pertumbuhan sebagaimana scenario yang dikembangkan pada Gambar 5.7. Total
investasi yang dibutuhkan pada 2013 untuk masing-masing scenario sebagai berikut:
optimis 2 sebesar 641,14 milyar Rupiah; optimis 1 sebesar 593,20 milyar Rupiah;
moderat sebesar 545,99 milyar Rupiah; dan pesimis sebesar 499,54 milyar Rupiah.
Pada tahun 2017 sesuai prediksi PDRB, maka total investasi yang dibutuhkan dalam
masing-masing scenario sebagai berikut: optimis 2 sebesar 925,11 milyar Rupiah,
optimis 1 sebesar 855,92 milyar Rupiah, moderat sebesar 787,81 milyar Rupiah, dan
pesimis sebesar 720,78 milyar Rupiah.
5.7. Kemiskinan
Kemiskinan menjadi salah satu indicator penting untuk mengamati kemajuan
pembangunan, karena masuk sebagai unsur penting dalam tujuan pembangunan. Kota
Kotamobagu selang 3 tahun terakhir memperlihatkan penurunan yang sangat berarti
terhadap jumlah orang miskin. Pada tahun 2009 jumlah orang miskin masih tercatat

36

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

sebanyak 11463 orang kemudian menurun pada 2010 dan 2011 menjadi 8.122 orang
dan 7.242 orang.
Gambar 5.9
Perkembangan Jumlah dan Prosentase Penduduk Miskin Kota Kotamobagu
Selang 2009-2011
14
12

11.463

10

8.122

7.242

7,57%

6,64%

4
2
0
2009

2010

2011

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)


Jika kecenderungan tersebut berlangsung secara konsisten maka jumlah penduduk
miskin pertahun akan turunn lebih dari 500 orang dan diperkirakan pada 5 tahun yang
akan datang akan berada dibawah 5 %.
5.8. Indikator Perbankan
Indikator perbankan menjadi penting untuk mengamati dan membahas
keterkaitan dengan perkembangan perekonomian secara makro maupun mikro. Pada
Tabel 5.7. dapat diikuti perkembangan 2011 dan 2012 secara triwulan dari salah satu
indicator perbankan penting yakni dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan di
Kotamobagu. Cakupan dana pihak ketiga tersebut tidak hanya Kota Kotamobagu, tetapi
mencakup Bolaang Mongondow Raya.

37

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

Tabel 5.7
Dana Pihak Ketiga yang Dihimpun Perbankan di Kotamobagu 2011-2012
(Rupiah)
Tahun
2011
2012
Pertumbuhan (yoy)

Triwulan I
Triwulan II Triwulan III
Triwulan IV
1.011
1.047
1.054
962
1.117
1.249
1.282
1.132
10.48
19.29
21.63
17.67

Sumber : Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Sulawesi Utara, 2013


Perekonomian Kota Kotamobagu yang terus tumbuh tersebut juga seiring dengan
perkembangan dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan.
Gambar 5.10
Pertumbuhan (yoy) Triwulanan Dana Pihak Ketiga Kota Kotamobagu
2011-2012 (%)
25.00
21.63

20.00

19.29

17.67

15.00
10.48

10.00

Pertumbuhan (yoy)

5.00
0.00
I

II

III

IV

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, 2013 (Diolah).
Pertumbuhan dana pihak ketiga year on year (yoy) 2011 ke 2012 dari triwulan I sampai
dengan triwulan IV menunjukan pertumbuhan yang berarti. Puncak peningkatan terjadi
pada triwulan III yakni sebesar

21,63 %, sedangkan yang terendah berada pada

triwulan I yang sebesar 10,48 %. Dapat dipahami bahwa peningkatan yang sangat
pesat pada triwulan III ditengarai berkaitan dengan aktivitas budget pemerintah yang
sangat tinggi.

38

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN/REKOMENDASI
6.1 Kesimpulan
6.1.1.Perkembangan PDRB Kota Kotamobagu dalam prediksi normal akan berada
pada kisaran1,4 Triliun Rupiah di tahun 2013 untuk harga berlaku dan 580 milyar
Rupiah untuk harga konstan; sedangkan pada 2017 dapat mencapai 2,28 triliun
Rupiah untuk harga berlaku dan 789 milyar Rupiah untuk harga konstan.
6.1.2.Proyeksi penduduk Kota Kotamobagu dalam asumsi normal, maka akan
mencapai 124.624 jiwa pada 2017; dengan asumsi pertumbuhan meningkat
sedang (3%) menjadi 132.157 jiwa; dan dengan asumsi pertumbuhan tinggi (5%)
maka akan mencapai 151.201 jiwa. Kondisi pertumbuhan sedang dan tinggi
tersebut dapat saja terjadi apabila implementasi Kota Kotamobagu sebagai pusat
pertumbuharn dapat diwujudkan; disamping isue strategis menjadi Ibukota
provinsi pemekaran Bolaang Mongondow Raya.
6.1.3. Prediksi PDRB/Kapita dalam kondisi normal pada 2013 menjadi 5,07 juta Rupiah
berdasarkan harga konstan dan 12,23 juta Rupiah berdasarkan harga berlaku;
kemudian pada 2017 menjadi 6,33 juta Rupiah berdasarkan harga konstan dan
18,32 juta Rupiah berdasarkan harga berlaku.
6.1.4. Prediksi PDRB/Kapita harga berlaku berdasarkan nilai US.$ dengan asumsi 9500
Rupiah/US,$ maka pada 2013 berada dalam posisi 1287 US.$/Kapita dan 1928
US.$/Kapita pada 2017.
6.1.5.PDRB Kota Kotamobagu dalam share per sektor masih pada kondisi terkini masih
dinominasi oleh sektor jasa-jasa yakni sekitar 40 %; urutan kedua adalah sektor
konstruksi dan bangunan yakni 15,64 %; sedangkan urutan ketiga adalah sektor
perdagangan/hotel/restoran yang sebesar 14,46 %.
6.1.5. Secara sektoral maka yang bertumbuh diatas pertumbuhan total sepanjang lima
tahun terakhir adalah: sektor konstruksi dan bangunan sebesar 10,81 %,
perdagangan/hotel/restoran 10,92 %, dan jasa jasa sebesar 9,42 %.

39

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

6.1.6. Produktivitas tenaga kerja untuk tiga sektor tertinggi berada pada sektor
keuangan dan jasa perusahaan, jasa-jasa, dan listrik/gas/air minum; sedangkan
tiga sektor terendah berada pada sektor pertanian, industry pengolahan, dan
transportasi/komunikasi.
6.1.7. Perkembangan tingkat pengangguran terbuka Kota Kotamobagu berfluktuasi dan
cukup serius karena berada pada kisaran 10,05 % pada 2011.
6.1.8. Perkembangan inflasi Kota Kotamobagu mengikuti perkembangan inflasi daerah
Sulawesi Utara dan tingkat nasional.
6.1.9. Kebutuhan investasi Kota Kotamobagu berdasarkan asumsi optimis II, optimis I
moderat, dan pesimis dapat dikemukakan bahwa pada 2013 pada kisaran 446, 01
milyar Rupiah sampai dengan 557,52 milyar Rupiah; pada 2017 berada pada
kisaran 720,78 milyar Rupiah sampai dengan 925,11 milyar Rupiah.
6.1.10. Penduduk miskin Kota Kotamobagu cenderung menurun dalam tahun-tahun
terakhir dan dipastikan optimis dapat mencapai dibawah 5 % pada lima tahun
mendatang,
6.1.11.Perkembangan perbankan di Kota Kotamobagu menunjukkan peningkatan yang
cukup berarti dilihat dari indicator dana pihak ketiga yang

meningkat pada

kisaran 17,67 % triwulan keempat 2012 (yoy).

6.2. Rekomendasi
6.2.1. Penyesuaian pada prediksi indicator makro perlu dilakukan dalam setiap
dokumen perencanaan seperti RKPD, RPJMD baru, dan lainnya.
6.2.2. Perlu kajian yang mendalam share investasi antara pemerintah dan dunia usaha
serta dilengkapi dengan kajian master plan investasi Kota Kotamobagu
6.2.3. Perlu kajian yang mendalam mengenai produkstivitas tenaga kerja sektoral,
kemiskinan, dan pengangguran.

40

ANALISIS KERANGKA MAKRO EKONOMI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2012

DAFTAR PUSTAKA
Boediono (2001); Ekonomi Moneter (Seri synopsis PIE Nomor 5), BPFE, Yogyakarta
Badan Pusat Statistik (2012); Kota Kotramobagu Dalam Angka 2011
Badan Pusat Statistik (2012); Sulawesi Utara Dalam Angka dalam beberapa series
Bappeda Kota Kotamobagu (2008); Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota
Kotamobagu 2008-2013
Bappeda Kota Manado (2010); Prospek Ekonomi Makro Kota Manado
Bappeda Provinsi Sulawesi Utara (2011); Evaluasi Indikator Ekonomi Makro Sulawesi
Utara, Manado.
Case, K dan Ray Fair (2002), Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro, Edisi Ke-5, Penerbit
PT Perlindo, Jakarta.
ISEI Cabang Manado (2009); Laporan Evaluasi Perekonomian Sulawesi Utara 2009,
Manado
Jhingan, M L (1993), Ekonomi Pembangunan Dan Prencanaan, Penerbit PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta
Mankiw, Gregory N. (2004); Principles of Economics diterjemahkan menjadi
Pengantar Ekonomi Makro/Penterjemah Chriswan Sungkono/2006, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta
_______________ (2004), Makroekonomi Edisi ke-5, Penerbit Erlangga, Jakarta,
McEanchern William (2000) Economics: A Contemporary Introduction, SouthWesterm College Publishing, USA
Raharja, Prathama dan Mandala Manurung (2005); Teori Ekonomi Makro (Suatu
Pengantar), Lembaga Penerbit FEUI, Depok
Tambunan, Tulus T.H (2009); Perekonomian Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Todaro, Michael P and Stephen C. Smith (2003); Economic Development diterjemahkan menjadi Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Alih Bahasa
Haris Munandar dan Puji A.L. 2004. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Tri Widodo (2006), Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer, Penerbit UPP
STIM YKPN, Yogyakarta

41

Anda mungkin juga menyukai