Anda di halaman 1dari 24

H

Vol. VIII, No. 01/I/P3DI/Januari/2016

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

AMNESTI BAGI KELOMPOK


PEMBERONTAK DIN MINIMI
Monika Suhayati*)

Abstrak
Presiden Joko Widodo menyatakan akan memberikan amnesti kepada kelompok
pemberontak pimpinan Din Minimi. Berdasarkan Pasal 14 ayat (2) UUD Tahun
1945, pemberian amnesti harus memperhatikan pertimbangan DPR. Dalam
pertimbangannya, DPR perlu menegaskan bahwa pemberian amnesti harus
berdasarkan kajian mendalam apakah kegiatan kelompok tersebut merupakan bagian
dari separatisme kelompok GAM atau tidak, sehingga perlu diberikan amnesti sebagai
konsensus politik demi keberlangsungan pembangunan. Mengingat amnesti tidak
dapat diberikan bagi orang atau kelompok yang melakukan tindak pidana yang tidak
ada hubungan sebab akibat atau tidak terkait langsung dengan gerakan separatisme.

Pendahuluan

Ketua Kelompok Bersenjata Kombatan


GAM. Din Minimi bergabung dengan GAM
tahun 1997 dan sempat menjadi buron TNI
dan Polri selama beberapa tahun. GAM
merupakan sebuah organisasi separatis
yang memiliki tujuan agar Aceh lepas dari
NKRI. Konflik antara Pemerintah RI dan
GAM telah berlangsung sejak tahun 1976
dan menumbulkan korban hampir 15.000
jiwa. Gerakan ini juga dikenal dengan nama
Aceh Sumatra National Liberation Front
(ASNLF). GAM dipimpin oleh Hasan di Tiro
yang selama hampir tiga dekade bermukim
di
Swedia
dan
berkewarganegaraan
Swedia. Pada 2 Juni 2010, Hasan di Tiro
memperoleh
status
kewarganegaraan
Indonesia, tepat sehari sebelum meninggal
dunia di Banda Aceh. Nota kesepahaman

Presiden
Joko
Widodo
sedang
mempertimbangkan pemberian amnesti
kepada kelompok pemberontak pimpinan
Din Minimi yang merupakan anggota
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh.
Din Minimi beserta 120 anak buahnya
menyerahkan diri di pedalaman Peureulak,
Aceh Timur, setelah bernegosiasi dengan
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN)
Sutiyoso
pada
28
Desember
2015.
Pemberian amnesti menjadi salah satu
syarat yang diajukan oleh pimpinan
kelompok bersenjata paling diburu di Aceh
tersebut sebelum menyerahkan diri.
Din Minimi yang bernama lengkap
Nurdin Bin Ismail Amat alias Nurdin
Abu Minimi, lahir di Desa Keude Buloh,
Kecamatan Julok, Aceh Timur, merupakan

*) Peneliti Muda pada Bidang Hukum, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI. E-mail: monika.suhayati@dpr.go.id.
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

-1-

damai antara Pemerintah Indonesia dan


GAM berhasil ditandatangani pada 15
Agustus 2005 di Vantaa, Helsinki, Finlandia.
Pasca-penandatanganan
Nota
Kesepahaman Helsinki, Din Minimi bebas
dan kembali ke tengah masyarakat. Namun,
pada tahun 2014 mantan kombatan GAM
ini kembali angkat senjata untuk menuntut
keadilan. Din Minimi mulai dikenal
masyarakat saat tampil di media terbitan
lokal sambil menenteng senjata AK 47
pada 11 Oktober 2014. Berdasarkan catatan
kepolisian, Din Minimi terlibat dalam
sejumlah kasus kriminal di wilayah Aceh
Utara, Lhokseumawe, dan Aceh Timur.
Namanya sering dikaitkan dengan aksi
penculikan dan perampokan. Terakhir,
nama Din Minimi semakin terkenal setelah
peristiwa tewasnya dua intel Kodim 0103
Aceh Utara pada 24 Maret 2015. Din
Minimi membantah keterlibatan dirinya
dan kelompoknya. Din Minimi mengakui
bergerilya melawan Pemerintah Aceh
karena kecewa terhadap ketidakadilan di
provinsi tersebut. Din Minimi menganggap
pemerintah gagal memenuhi janji untuk
menyejahterakan masyarakat Aceh.
Kepala BIN Sutiyoso mengatakan,
bahwa kelompok bersenjata yang dipimpin
Din Minimi mengajukan enam syarat
sebelum menyerahkan diri, yaitu pertama
reintegrasi perjanjian Helsinski. Kedua,
perhatian nyata pemerintah kepada yatim
piatu pasukan GAM. Ketiga, inong bale,
atau janda-janda mereka (GAM) diberikan
kesejahteraan oleh pemerintah. Keempat,
kelompok Din Minimi meminta Komisi
Pemberantasan
Korupsi
menyelidiki
penggunaan APBD Provinsi Aceh. Kelima,
pemerintah diminta menerjunkan pengamat
atau peninjau independen saat digelarnya
pemilihan kepala daerah di Aceh pada
2017 nanti. Keenam, kelompok Din Minimi
meminta pemerintah memberikan amnesti.

memiliki
Undang-Undang
Nomor
15
Tahun 1954 tentang Amnesti dan Abolisi.
Pasal 2 undang-undang ini secara khusus
menyatakan amnesti dan abolisi diberikan
kepada semua orang yang sebelum tanggal
27 Desember 1949 telah melakukan
sesuatu tindak pidana yang nyata akibat
dari persengketaan politik antara Republik
Indonesia (Yogyakarta) dan Kerajaan
Belanda.
Amnesti (berasal dari istilah Yunani
amnestia
yang
berarti
kelupaan)
dipahami sebagai pengampunan secara
resmi yang diberikan oleh pemerintah
(biasanya kepala negara) kepada kelompok
tertentu yang telah melakukan tindak
pidana politik. Resultan penting amnesti
adalah semua akibat hukum pidana
yang menjadi konsekuensi kejahatan
ditiadakan, dilupakan. Amnesti, menurut
United
Nations
High
Commissioner
for Human Rights (OHCHR), meski
berbeda penerapannya antara satu sistem
pemerintahan dan yang lainnya, dianggap
merupakan privilese politik dari pihak
penguasa atau pimpinan pemerintahan.
Amnesti menjadi insentif untuk meredam
pemberontakan, kerusuhan, dan konflik
internal.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
amnesti merupakan pengampunan atau
penghapusan hukuman yang diberikan
kepala negara kepada seseorang atau
sekelompok orang yang telah melakukan
tindak pidana tertentu. Pemberian amnesti
yang pernah diberikan oleh suatu negara
diberikan terhadap delik yang bersifat
politik seperti pemberontakan atau suatu
pemogokan kaum buruh yang membawa
akibat luas terhadap kepentingan negara.
Amnesti merupakan hak prerogatif Presiden
dalam tataran yudikatif. Biasanya amnesti
diberikan tanpa syarat, oleh karena itu,
dalam pemberiannya, amnesti tidak bisa
diberikan secara sembarangan, tetapi harus
melalui pertimbangan yang panjang serta
adanya jaminan bahwa kelompok tersebut
tidak lagi melakukan perbuatan yang
merugikan negara.
Menurut Komisi untuk Orang Hilang
dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras),
meskipun amnesti sangat fungsional bagi
suatu transisi demokrasi, pemeliharaan
perdamaian, dan rekonsiliasi nasional,
penerapannya tetap harus memenuhi

Pengaturan Amnesti
Pemberian
amnesti
merupakan
kewenangan
Presiden
dengan
memperhatikan
pertimbangan
Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) berdasarkan Pasal
14 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun
1945 (UUD Tahun 1945) yang menyatakan
Presiden memberi amnesti dan abolisi
dengan
memperhatikan
pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat. Indonesia
-2-

prasyarat tertentu. Perspektif HAM dan


hukum internasional tidak membenarkan
pemberian amnesti yang bertentangan
dengan prinsip keadilan yang berujung pada
impunitas (keadaan tidak dapat dipidana).
Berbagai instrumen (hukum HAM dan
humaniter) internasional mensyaratkan
adanya kewajiban negara untuk melakukan
penegakan hukum (obligation to prosecute)
terhadap beberapa kejahatan serius.

dalam Gerakan Aceh Merdeka dengan


menggunakan senjata setelah tanggal
berlakunya Keputusan Presiden ini (Diktum
Keempat Keppres Nomor 22 Tahun 2005).
Keppres Nomor 22 Tahun 2005
ini dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam pemberian amnesti bagi Din Minimi
dan kelompoknya apabila kegiatan yang
dilakukan Din Minimi dan kelompoknya
merupakan kegiatan separatisme sebagai
bagian dari kelompok GAM. Lebih lanjut
juga perlu dilakukan penyelidikan apakah
kelompok tersebut telah melakukan tindak
kriminal yang tidak terkait langsung dengan
maksud separatisme sebagai bagian dari
GAM.
Pemerintah
juga
perlu
mempertimbangkan
dampak
yang
ditimbulkan
pasca-pemberian
amnesti.
Menurut A. Ahsin Thohari, amnesti juga
mengandung mudarat manakala dikaitkan
dengan rasa keadilan masyarakat yaitu
menyangkut hubungan yang setara antara
individu
dan
masyarakat
berkenaan
dengan distribusi hal-hal yang dapat
dirasakan, baik berwujud maupun tak
berwujud untuk aktivitas individu dalam
hubungannya dengan eksistensinya saat
mengarungi
kehidupan
bermasyarakat.
Menurut
Koordinator
Kontras
Aceh,
Hendra Saputra, status Din Minimi sebagai
anggota GAM sudah mendapatkan amnesti
dari Pemerintah Indonesia pada 2005,
sehingga pengampunan (saat ini) bagi Din
Minimi sangat tidak pantas. Din Minimi
harus diproses secara hukum terlebih dulu
karena sampai saat ini masih masuk dalam
daftar pencarian orang Kepolisian Daerah
Aceh karena teridentifikasi melakukan
serangkaian kejahatan di Aceh.
Presiden Joko Widodo menyatakan
proses pemberian amnesti akan diberikan,
dalam pemberian amnesti tersebut, perlu
dilakukan kajian kembali terhadap unsur
hak asasi manusia dan produk hukum yang
berkaitan dengan gerakan pemberontak
dan pemberian amnesti terhadap gerakan
tersebut. Lebih lanjut, Presiden Joko
Widodo menyatakan bahwa pada dasarnya,
amnesti akan diberikan pada gerakan
separatis yang menyatakan keinginannya
kembali bergabung dengan NKRI. Menurut
Presiden Joko Widodo, justru gerakan
pemberontak yang ingin kembali ke NKRI
harus dirangkul sebab pembangunan tidak

Pemberian Amnesti bagi Kelompok


Din Minimi
Salah satu persyaratan dari Din
Minimi pada saat menyerahkan diri adalah
pemberian amnesti bagi dirinya dan
kelompoknya.
Kelompok
pemberontak
pimpinan Din Minimi menyatakan diri
sebagai bagian dari gerakan separatisme
kelompok GAM. Pada tahun 2005,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
telah memberikan amnesti umum dan
abolisi terhadap kelompok GAM dengan
menggunakan Keputusan Presiden Nomor
22 Tahun 2005 tentang Pemberian
Amnesti Umum dan Abolisi Kepada Setiap
Orang yang Terlibat dalam Gerakan Aceh
Merdeka. Keppres ini dikeluarkan pascapenandatanganan nota kesepakatan damai
Helsinki antara Pemerintah Indonesia dan
GAM pada tahun 2005. Diktum Pertama
Keppres No 22 Tahun 2005 menyatakan
memberikan amnesti umum dan abolisi
kepada setiap orang yang terlibat dalam
Gerakan Aceh Merdeka, baik yang berada di
dalam negeri maupun di luar negeri, yang:
a. Belum atau telah menyerahkan diri
kepada yang berwajib;
b. Sedang atau telah selesai menjalani
pembinaan oleh yang berwajib;
c. Sedang diperiksa atau ditahan dalam
proses
penyelidikan,
penyidikan,
atau pemeriksaan di depan sidang
pengadilan;
d. Telah dijatuhi pidana, baik yang
belum maupun yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap; atau
e. Sedang atau telah selesai menjalani
pidana
di
dalam
Lembaga
Pemasyarakatan.
Adapun pemberian amnesti tidak
berlaku bagi setiap orang yang melakukan
tindak pidana yang tidak ada hubungan
sebab akibat atau tidak terkait langsung
dengan Gerakan Aceh Merdeka; atau terlibat
-3-

dapat terwujud tanpa persatuan dan kesatuan.


Menurut Sekretaris Kabinet Pramono
Anung,
pemberian
amnesti
kepada
kelompok bersenjata mana pun di tanah
air bisa diberlakukan kepada siapa saja
asalkan
memenuhi
persyaratan,
yaitu
setelah adanya kajian pihak-pihak terkait,
pertimbangan DPR, dan pemohon tidak
terlibat kasus pidana. Presiden Joko Widodo
akan memberikan selama pemohon tidak
tersangkut dengan masalah pidana. Hal ini
sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor
22 Tahun 2005 tentang Amnesti Umum dan
Abolisi untuk anggota Gerakan Aceh Merdeka
(GAM).
Wakil Ketua Komisi III DPR Trimedya
Pandjaitan
memberikan
sinyal
positif
bahwa pemberian amnesti terhadap Din
Minimi bisa dilakukan. Trimedya Pandjaitan
menyatakan kalau pertimbangan pemerintah
untuk meredakan kelompok separatis dan
menjaga stabilitas NKRI, amnesti sangat bisa
dilakukan. Pemberian amnesti kepada Din
Minimi akan dibahas seusai reses Masa Sidang
III dan langsung akan dibawa ke Sidang
Paripurna.

tersebut dapat diproses melalui peradilan


pidana umum sesuai dengan ketentuan
peratiuran perundang-undangan.
Dalam kaitannya dengan fungsi legislasi
DPR, maka kebutuhan akan pembentukan
undang-undang yang mengatur mengenai
pemberian amnesti mendesak dilakukan,
mengingat saat ini undang-undang yang
masih berlaku yaitu Undang-Undang Nomor
15 Tahun 1954 tentang Amnesti dan Abolisi
sudah tidak sesuai dengan perubahan politik
dan hukum. Undang-undang yang akan
dibentuk perlu memberikan kepastian hukum
khususnya menyangkut ukuran objektif
persyaratan pemberian amnesti.

Referensi:
Amnesti Berlaku Untuk Semua, Kompas, 6
Januari 2016.
Amnesti Din Minimi Tergantung Parlemen,
Media Indonesia, 7 Januari 2016.
Jokowi: Din Minimi Akan Diberi Amnesti,
http://news.detik.com/berita/3111305/
jokowi-din-minimi-akan-diberi-amnesti,
diakses tanggal 7 Januari 2016.
Kontras Aceh Anggap Jokowi Keliru
Beri
Amnesti
Din
Minimi,
http://nasional.tempo.co/read/
news/2016/01/07/078733813/kontrasaceh-anggap-jokowi-keliru-beri-amnestidin-minimi, diakses 12 Januari 2016.
Profile dan Sepak Terjang Din Minimi
Sebelum Meletakkan Senjata, http://
jateng.tribunnews.com/2016/01/05/
profile-dan-sepak-terjang-din-minimisebelum-meletakkan-senjata?page=2,
diakses tanggal 7 Januari 2016.
A. Ahsin Thohari, Meniti Amnesti, Kompas,
8 Januari 2016.
Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2005
tentang Pemberian Amnesti Umum dan
Abolisi Kepada Setiap Orang yang Terlibat
dalam Gerakan Aceh Merdeka.
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban
Tindak Kekerasan, Mempertimbangkan
Amnesti Bagi Tahanan Politik Papua,
http://kontras.org/data/Amnesti%20
Tapol%20Papua.pdf, diakses 8 Januari
2016.
Office of the United Nations High
Commissioner
for
Human
Rights
(OHCHR), Rule of Law Tools for Post
Conflict States: Amnesties, New York and
Geneva, 2009.

Penutup
DPR memiliki peran penting dalam
memberikan pertimbangan kepada Presiden
terhadap amnesti yang akan diberikan kepada
kelompok Din Minimi. Dalam pertimbangan
kepada Presiden ini, DPR perlu menegaskan
perlunya dilakukan kajian yang mendalam
apakah kegiatan yang dilakukan kelompok
tersebut merupakan kegiatan separatisme
sebagai bagian dari kelompok GAM atau
bukan, sehingga diperlukan pemberian
amnesti sebagai konsensus politik demi
keberlangsungan pembangunan. Lebih lanjut
juga perlu dilakukan penyelidikan apakah
kelompok tersebut telah melakukan tindak
kriminal yang tidak terkait langsung dengan
maksud separatisme sebagai bagian dari GAM.
Amnesti tidak dapat diberikan bagi
orang yang melakukan tindak pidana yang
tidak ada hubungan sebab akibat atau tidak
terkait langsung dengan gerakan separatisme
kelompok tersebut. Terhadap orang yang
melakukan tindak pidana tersebut tetap harus
dilakukan proses hukum pidana. Sehingga
jika gerakan pemberontak Din Minimi tidak
terbukti merupakan bagian dari GAM, maka
tindak pidana yang dilakukan oleh kelompok

-4-

HUBUNGAN INTERNASIONAL

Vol. VIII, No. 01/I/P3DI/Januari/2016

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

KRISIS HUBUNGAN
ARAB SAUDI-IRAN
Simela Victor Muhamad*)

Abstrak
Eksekusi mati terhadap tokoh ulama Syiah di Arab Saudi, Sheikh Nimr al-Nimr, telah
mengantarkan konflik antara Arab Saudi dan Iran ke permukaan yang lebih kasatmata.
Sebagaimana diberitakan, menyusul aksi penyerangan terhadap Kedutaan Besar Arab
Saudi di Teheran, Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran. Krisis
hubungan antardua negara yang saling berpengaruh di kawasan ini pun muncul
ke permukaan dan menjadi konfigurasi konflik utama di panggung Timur Tengah.
Timbul kekhawatiran di masyarakat internasional akan implikasi dari krisis hubungan
Arab Saudi-Iran tersebut terhadap stabilitas kawasan, mengingat konflik keduanya
telah menghasilkan perang tidak langsung (proxy war) di beberapa negara Timur
Tengah. Masyarakat internasional, termasuk Indonesia, sudah seharusnya membantu
terwujudnya perdamaian di kawasan Timur Tengah tersebut.

Pendahuluan

hubungan di antara kedua negara yang


selalu bersaing pengaruh di kawasan Timur
Tengah ini. Krisis hubungan Arab SaudiIran tersebut juga telah menimbulkan
kekhawatiran masyarakat internasional akan
implikasinya terhadap stabilitas kawasan.

Pada 3 Januari 2016 Pemerintah Arab


Saudi memutuskan hubungan diplomatik
dengan Iran. Langkah Saudi merupakan
respons atas penyerangan massa ke
kedutaan besar mereka di Teheran serta
konsulat di Mashhad. Menteri Luar Negeri
(Menlu) Arab Saudi Adel al-Jubeir menyebut
aksi massa itu sebagai tindakan agresi dan
melanggar konvensi internasional. Aksi
massa terjadi setelah Saudi mengeksekusi
mati Sheikh Nimr-al Nimr, seorang ulama
Syiah terkemuka di Saudi, bersama 46
orang lainnya pada 2 Januari 2016 dengan
dakwaan aksi terorisme. Eksekusi mati alNimr dan putusnya hubungan diplomatik
Arab Saudi-Iran telah menciptakan krisis

Silang Pernyataan Arab Saudi-Iran


Terlebih dahulu menarik untuk
diikuti silang pernyataan antara Arab
Saudi dan Iran dalam menyikapi situasi
hubungan mereka menyusul pemutusan
hubungan
diplomatik.
Arab
Saudi
menuding Pemerintah Iran mendukung
aksi massa warga Iran yang menyerang
kedutaannya di Teheran. Menlu Adel al-

*) Peneliti Madya pada Bidang Hubungan Internasional, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI. Email: victorsimela@yahoo.co.id.
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

-5-

Jubeir menyatakan, saat gedung kedubes


diserang, diplomat Saudi meminta bantuan
ke Kementerian Luar Negeri (Kemenlu)
Iran tetapi diabaikan. Karena itu, Adel alJubeir menuding Pemerintah Iran terlibat
dalam serangan tersebut. Pihak Saudi
pun menyatakan siap menghadapi semua
ancaman dari Iran dan komunitas Syiah
serta jaringan Tanzim Al Qaeda akibat
eksekusi Sheikh Nimr al-Nimr. Arab Saudi
menolak keras eksekusi mati al-Nimr
dikaitkan dengan sentimen sektarian. Pihak
Saudi menegaskan, hanya ada tiga warga
Syiah dari 47 orang yang dieksekusi mati
tersebut. Menurut Arab Saudi, eksekusi mati
itu bukan karena penganut Syiah atau Sunni,
tetapi karena mereka melakukan aktivitas
terorisme yang mengancam keamanan
nasional.
Sementara itu, Presiden Iran Hassan
Rouhani menolak tudingan Arab Saudi
yang menyatakan bahwa Pemerintah Iran
memberikan dukungan terhadap aksi massa
warga Iran yang menyerang kedutaan
Saudi di Teheran. Rouhani menyatakan,
Pemerintah Iran sudah mendesak aparat
keamanan untuk melindungi misi-misi
diplomatik asing dan meminta aparat
berwenang
menangkap
orang-orang
yang bertanggung jawab atas serangan
di Kedubes dan Konsulat Arab Saudi.
Rouhani menuding ekstremis individual
yang menarget kepentingan-kepentingan
Arab Saudi sebagai pihak yang bertanggung
jawab. Namun, Rouhani juga mengecam
keras Arab Saudi yang mengeksekusi mati
al-Nimr. Rouhani menuduh monarki Sunni
yang berkuasa di Arab Saudi hanya mengejar
ambisi sektarian dan mengakibatkan
destabilisasi wilayah Arab. Pemimpin
Spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei juga
mengecam keras eksekusi mati al-Nimr dan
menyebutnya sebagai tindakan kriminal
besar rezim Arab Saudi.

mendorong penyelesaian masalah ini


melalui jalur diplomatik. AS mendesak para
pemimpin di kawasan mengambil langkah
afirmatif untuk meredakan ketegangan.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni
Eropa Federica Mogherini melakukan
kontak melalui telepon dengan Menlu
Iran Javad Zarif dan Menlu Saudi Adel alJubeir. Ia mengingatkan Zarif, ketegangan
hubungan dua negara akan menghambat
usaha penyelesaian masalah Suriah. China
pun berharap persoalan Saudi-Iran bisa
segera terselesaikan. Juru bicara Kemenlu
China, Hua Chunying, mendorong kedua
belah pihak menuntaskannya melalui meja
perundingan.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal
PBB Ban Ki-moon mendesak Arab Saudi dan
Iran untuk menghindari tindakan-tindakan
yang dapat menambah parah ketegangan di
antara kedua negara tersebut. Menurut Juru
Bicara Kantor PBB, Ban telah mengadakan
percakapan telepon dengan Menlu Iran
dan Menlu Arab Saudi, dan menekankan
pentingnya keterlibatan konstruktif yang
berlanjut oleh kedua negara tersebut dalam
kepentingan wilayah itu dan dunia.
Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), yang
beranggotakan negara-negara Teluk Arab,
telah menggelar sidang darurat tingkat
menlu di Riyadh, Arab Saudi, Sabtu (9/1),
begitu juga organisasi Liga Arab di Kairo,
Mesir, Minggu (10/1), yang secara khusus
membahas krisis Saudi-Iran. Krisis SaudiIran dikhawatirkan berdampak buruk pada
perundingan damai konflik Suriah yang
berlangsung selama 5 tahun terakhir. Dalam
konflik Suriah, Saudi mendukung kelompok
pemberontak, sedangkan Iran mendukung
rezim Presiden Bashar al-Assad.
Pemerintah
Indonesia
melalui
Kemenlu
menyampaikan
keprihatinan
atas situasi yang terjadi di kawasan Timur
Tengah, termasuk situasi yang saat ini
sedang terjadi antara Iran dan Arab
Saudi. Pemerintah Indonesia menyerukan
kepada semua pihak untuk menahan diri
dan menghindari tindakan yang dapat
mengakibatkan terjadinya eskalasi keadaan
yang
membahayakan
stabilitas
dan
keamanan kawasan. Juru Bicara Kemenlu
RI Arrmanatha Nasir mengatakan, Menlu
Retno LP Marsudi telah menghubungi
Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama

Kekhawatiran Masyarakat
Internasional
Krisis hubungan Arab Saudi-Iran yang
cukup serius ini segera saja menimbulkan
kekhawatiran masyarakat internasional.
Konflik keduanya dikhawatirkan akan
memengaruhi proses pembicaraan damai di
Suriah dan Yaman yang tengah berlangsung.
Amerika Serikat (AS), sekutu dekat Saudi,

-6-

Islam (OKI) serta Menlu Arab Saudi dan


Menlu Iran guna membantu mencari solusi
terbaik secara damai.
Presiden
Joko
Widodo
sendiri
menyatakan akan mengirim utusan khusus,
dipimpin Menlu Retno LP Marsudi, ke Arab
Saudi dan Iran guna meredakan ketegangan
di antara kedua negara. Berbagai pihak,
diantaranya Wakil Ketua Komisi I DPR
RI Tantowi Yahya dan Direktur Program
Pascasarjana Bidang Diplomasi Universitas
Paramadina, Dinna Wisnu, menyambut baik
langkah Indonesia tersebut. Sesuai mandat
konstitusi, Indonesia memang memiliki
kewajiban untuk membantu mewujudkan
perdamaian dunia.

tidak langsung atau perang perwakilan


(proxy war) di Irak.
Irak
pascainvasi
AS
menuju
ekuilibrium baru dengan naiknya penganut
Syiah dalam panggung politik Negeri Seribu
Satu Malam itu. Iran memiliki amunisi baru
untuk membangun koalisi besar di Timur
Tengah. Komunitas Syiah yang sebelumnya
ditekan secara politik oleh Saddam Hussein
menemukan momentum untuk berperan
aktif di ranah politik. Bersamaan dengan
itu, Iran semakin gencar memperkuat
kekuatan militernya dan mengembangkan
nuklir. Tidak hanya Arab Saudi yang
khawatir, tetapi juga negara Barat,
khususnya AS. Bahkan, AS harus memaksa
Iran duduk dalam meja perundingan
perihal pengembangan nuklir dengan
imbalan mencabut embargo terhadap Iran.
Bagaimanapun, Arab Saudi sangat tidak
nyaman dengan kesepakatan nuklir antara
Iran dan negara-negara Barat, khususnya
AS.
Konflik Arab Saudi dan Iran meluas,
merambah ke Suriah pasca-meletusnya
revolusi rakyat Suriah tahun 2011 yang
menuntut tumbangnya rezim Presiden
Bashar al-Assad. Isu sektarian pun terjadi
dalam konflik di Suriah. Di negara itu,
Arab Saudi mendukung upaya untuk
menumbangkan Assad. Saudi dan negaranegara Arab lainnya terus mendukung
perjuangan kelompok oposisi yang ingin
menumbangkan rezim al-Assad sejak
dimulainya Arab Spring. Arab Saudi melatih
dan menyuplai senjata kepada milisi oposisi
Suriah. Sebaliknya, Iran membela Assad
yang menganut mazhab Syiah Alawite. Iran
mengirim satuan elite Garda Revolusi ke
Suriah dan mendorong Hezbollah yang pro
Iran untuk membela Assad.
Konflik Arab Saudi-Iran semakin tidak
terkendali saat Arab Saudi untuk pertama
kalinya pada Maret 2015 terlibat perang
langsung di Yaman. Militer Arab Saudi
menggempur kelompok Houthi yang pro
Iran di Yaman. Arab Saudi memandang Iran
telah melewati garis merah dengan mencoba
memperluas pengaruh di Yaman lewat
kelompok Houthi, terutama setelah milisi
itu sempat menguasai selat strategis Bab
El-Mandeb yang menghubungkan Samudra
India dan Laut Merah. Bab El-Mandeb, selat
dengan lebar 18 mil yang menghubungan

Implikasi Terhadap Kawasan


Kekhawatiran
masyarakat
internasional
secara
umum
mengggambarkan bahwa krisis hubungan
Arab Saudi-Iran dapat membahayakan
stabilitas dan keamanan kawasan jika terus
meningkat. Kekhawatiran tersebut bisa
dimaklumi jika melihat riwayat hubungan
Arab Saudi dan Iran yang terus memburuk,
terutama setelah Revolusi Iran 1979. Perang
Iran-Irak pada 1980-an merupakan fakta
memburuknya hubungan kedua negara
karena Arab Saudi menyuplai dana yang
cukup besar untuk mendukung Irak. Pada
1980-an, konfigurasi utama konflik di Timur
Tengah adalah perang Iran-Irak 1980-1988.
Namun pada saat itu hubungan Arab SaudiIran tidak berjalan dengan baik. Hubungan
Arab Saudi-Iran sempat membaik pada
masa kepemimpinan Presiden Khatami yang
dikenal reformis sekitar tahun 1999-2001.
Pertarungan kedua negara mulai
muncul di permukaan setelah rezim Saddam
Hussein jatuh. Jatuhnya Saddam Hussein
yang mengubah peta politik di Irak dan
musim semi Arab (Arab Spring) telah
memberi warna baru bagi hubungan Arab
Saudi-Iran. Sistem politik sektarian dengan
kemunculan poros politik Syiah, Sunni, dan
Kurdi yang diterapkan di Irak pasca-Saddam
Hussein berandil besar terhadap masuknya
Arab Saudi dan Iran dalam konflik di negara
itu. Arab Saudi dikenal pendukung milisi
dan kekuatan politik Sunni, sebaliknya
Iran adalah pendukung milisi dan kekuatan
politik Syiah di Irak. Arab Saudi dan Iran
sejak 2003 hingga sekarang terlibat perang

-7-

dua lautan itu, merupakan jalur pelayaran


minyak tersibuk di dunia. Hampir 40
persen suplai minyak ke Eropa dan AS
yang diangkut kapal tanker dari Teluk
melalui selat itu. Komoditas minyak yang
akan menuju kawasan Mediterania melalui
Terusan Suez akan menjadikan wilayah
Yaman sebagai jalur pelayaran. Sejauh ini
konflik di Yaman memang belum terlalu
berdampak signifikan terhadap kenaikan
harga minyak dunia.
Dengan
memerhatikan
rivalitas
Arab Saudi dan Iran tersebut, terlihat
betapa rivalitas kedua negara di kawasan
telah berlangsung lama. Rivalitas untuk
menjadi negara paling terkemuka di
kawasan membuat kedua negara tidak
sekadar bersaing, tetapi juga menyemai
benih permusuhan. Arab Saudi dan Iran
adalah dua negara yang memiliki pengaruh
besar, sehingga kestabilan kawasan (Timur
Tengah) akan sangat dipengaruhi oleh
keduanya. Konflik kedua negara telah
menghasilkan perang tidak langsung (proxy
war) di beberapa negara Timur Tengah.

berperang, kawasan yang masih menyimpan


konflik dengan Israel ini akan lebih mudah
berkobar. Indonesia, sebagai bagian dari
masyarakat internasional dan sesuai mandat
konstitusi, sudah seharusnya membantu
terwujudnya perdamaian di kawasan Timur
Tengah, termasuk antara Arab Saudi dan
Iran. Melalui fora internasional, termasuk
fora antarparlemen, Indonesia harus
menyuarakan hal tersebut.

Referensi:
Arab Saudi-Iran Diminta Berdamai,
Republika, 5 Januari 2016.
Dunia
Terus
Serukan
Iran-Saudi
Berdamai, Media Indonesia, 7 Januari
2016.
GCC to hold extraordinary meeting over
Saudi-Iran
tension,
http://www.
trtworld.com/mea/gcc-to-holdextraordinary-meeting-over-saudi-irantension-23142, diakses 6 Januari 2016.
In dispute over cleric, Iran faces a new
crisis, International New York Times, 6
Januari 2016.
Indonesia Kirim Menlu ke Saudi dan Iran,
Media Indonesia, 11 Januari 2016.
Puncak Konflik Iran-Arab Saudi, Kompas,
5 Januari 2016.
RI calls for peace in Middle East, The
Jakarta Post, 6 Januari 2016.
Saudi-Iran feud threatens Iraq ISIS fight,
International New York Times, 7
Januari 2016.
Utusan Khusus Didukung, Kompas, 11
Januari 2016.
Raymond
Hinnebusch,
Saudi-Iranian
Relations since the Fall of Saddam,
University of St. Andrews, Rand
Corporation, 2009, insightturkey.com
http://www.insightturkey.com/saudiiranian-relations-since-the-fall-ofsaddam/book-reviews/101, diakses 6
Januari 2016.
Saudi Arabia executes 47, including Shiite
cleric, The Jakarta Post, 3 Januari
2016.

Penutup
Ibarat gunung es, konflik yang
semakin kasatmata antara Arab Saudi dan
Iran pascaeksekusi Syeikh Nimr al-Nimr
hanyalah bagian atas dari fenomena gunung
es. Disebut sebagai bagian atas, karena
konflik ini berpotensi membawa kedua
negara pada perang terbuka. Konflik kedua
negara itu sekarang menjadi konfigurasi
konflik utama di panggung Timur Tengah.
Masyarakat
internasional,
termasuk
Indonesia, perlu mengingatkan agar Arab
Saudi dan Iran bisa menyadari betapa
serius konsekuensi yang bisa terjadi jika
krisis hubungan di antara mereka terus
dibiarkan. Peringatan ini perlu diperhatikan
dengan serius karena selama ini Arab
Saudi dan Iran selalu berseberangan dalam
memandang persoalan di Timur Tengah
dan keduanya selalu mendukung pihakpihak yang berlawanan. Jika kedua negara

-8-

KESEJAHTERAAN SOSIAL

Vol. VIII, No. 01/I/P3DI/Januari/2016

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

UPAYA MITIGASI DAN ADAPTASI


PERUBAHAN IKLIM
Sri Nurhayati Qodriyatun*)

Abstrak
Dampak perubahan iklim sudah terjadi di beberapa wilayah Indonesia, seperti
mundurnya awal musim hujan, musim kemarau terjadi dua kali dalam setahun,
ataupun curah hujan di atas normal. Kondisi ini menimbulkan masalah apabila tidak
diantisipasi, sehingga program pemerintah dalam upaya mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim menjadi penting. Namun upaya tersebut belum berjalan secara optimal
karena masalah perubahan iklim masih dipandang sebagai masalah lingkungan dan
hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. DPR
juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim. Tanggung jawab DPR tersebut dapat dilakukan melalui pelaksanaan tiga fungsi
DPR, yaitu melalui fungsi anggaran, fungsi pengawasan, dan fungsi legislasi.

Pendahuluan

Prakiraan Musim Hujan Tahun 2015-2016


yang dilakukan BMKG, curah hujan di atas
normal akan terjadi di wilayah:
a. Sumatera, antara lain di sebagian besar
Aceh, sebagian kecil Riau, Sumatera
Selatan, dan Lampung;
b. Jawa, antara lain di sebagian besar
wilayah Jawa Timur dan Madura, dan
sebagian kecil Jawa Tengah;
c. Nusa Tenggara, antara lain di Sumbawa
Barat, Dompu, Manggarai Barat,
Manggarai, dan Ngada;
d. Kalimantan, antara lain di Malinau,
Bulungan, Kutai Barat, Long Bawang,
sebagian Kalimantan Utara, dan Barito
Kuala;

Indonesia rentan terhadap perubahan


iklim/cuaca karena wilayahnya yang berada
di antara Benua Asia dan Australia dan
di antara Samudera Pasifik dan Hindia;
dilalui garis katulistiwa dan terdiri dari
pulau dan kepulauan; juga terdapat
banyak selat dan teluk. BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika)
memperkirakan bahwa intensitas El Nino
kuat masih akan bertahan sampai awal
2016, yang mengakibatkan mundurnya
awal musim hujan, dan akan berdampak
pada mundurnya awal musim tanam dan
lamanya musim paceklik. Di sisi lain,
beberapa wilayah Indonesia akan mengalami
curah hujan di atas normal. Berdasarkan

*) Peneliti Madya Kebijakan Lingkungan pada Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
E-mail: sri.qodriyatun@dpr.go.id.
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

-9-

e.

Sulawesi, antara lain di Donggala, Luwu,


Mamuju, dan Parigi Mountong; dan
f. Maluku dan Papua, antara lain di Pulau
Buru, Pulau Seram, Maluku Tenggara,
Kota Jayapura, dan sebagian Keerom
(BMKG, 2016).
Untuk wilayah yang mengalami curah
hujan di atas normal akan dihadapkan
pada terjadinya bencana banjir, tanah
longsor, krisis air bersih, gagal panen,
dan meningkatnya penyebaran penyakit
demam berdarah. Bahkan beberapa wilayah
yang sudah masuk musim hujan seperti di
Lampung, Bengkulu, juga Padang, saat ini
mengalami banjir dan tanah longsor akibat
curah hujan yang tinggi. Bagi daerah-daerah
pertanian seperti daerah sentra penghasil
beras di Jawa Tengah dan Jawa Barat,
mundurnya awal musim hujan berpengaruh
terhadap awal musim tanam dan lamanya
masa paceklik.
Selain itu, BMKG juga memperkirakan
wilayah Sumatera bagian utara dan
Kalimantan Utara akan mendapat 2 kali
musim kemarau di tahun 2016, yaitu di
bulan JanuariFebruari dan Agustus
September. Terjadinya musim kemarau
dua kali dalam tahun 2016 tersebut perlu
diwaspadai, terutama di wilayah Riau.
Berdasarkan pantauan BMKG Stasiun
Pekanbaru tanggal 6 Januari 2016
ditemukan 4 titik panas yang tersebar di
daerah Bengkalis, Meranti, dan Pelalawan.
Wilayah provinsi ini sangat berpotensi
terjadi kebakaran hutan dan lahan karena
lebih dari 50% wilayahnya merupakan
kawasan gambut yang mudah terbakar
ketika musim kemarau. Titik panas juga
ditemukan di wilayah Sumatera Selatan
dan Sumatera Utara. Potensi kebakaran
hutan dan lahan juga diperkirakan terjadi di
wilayah-wilayah lain seperti Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan sebagian di Sulawesi,
Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua
Barat. Potensi ini didasarkan pada hasil
analisa parameter cuaca yang dilakukan
BMKG per 7 Januari 2016.
Mundurnya awal musim hujan,
munculnya dua musim kemarau dalam
satu tahun, serta terjadinya curah hujan
di atas rata-rata normal di beberapa
wilayah Indonesia adalah gambaran telah
terjadi perubahan iklim di Indonesia
sebagai dampak dari pemanasan global.

Pemanasan global terjadi sebagai akibat dari


meningkatnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
di atmosfer bumi.
Perubahan
iklim
tidak
hanya
berdampak pada munculnya berbagai
kejadian
ekstrem
seperti
disebutkan
sebelumnya, tetapi juga dapat meningkatkan
jumlah penduduk miskin dan tidak
tercapainya sasaran pembangunan yang
telah ditargetkan. Oleh karena itu perlu ada
upaya untuk mengantisipasinya,

Mitigasi dan Adaptasi terhadap


Perubahan Iklim
Untuk
mengantisipasi
dampak
perubahan iklim perlu dilakukan upaya
mitigasi dan adaptasi. Menurut UNFCCC
(United Nations Framework Convention
on Climate Change), mitigasi adalah upaya
intervensi manusia dalam mengurangi
sumber atau penambah gas rumah kaca
(GRK) yang telah menimbulkan pemanasan
global. Sedangkan adaptasi adalah upaya
menghadapi perubahan iklim dengan
melakukan
penyesuaian
yang
tepat,
bertindak untuk mengurangi berbagai
pengaruh negatifnya, atau memanfaatkan
dampak positifnya (UNDP, 2007).
Pemerintah
Indonesia
sudah
memasukkan upaya mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim dalam perencanaan
pembangunan.
Dalam
RPJPN
20052025, perubahan iklim menjadi salah satu
tantangan yang harus dihadapi dalam
pembangunan. Kemudian diterjemahkan
dalam RPJMN 2004 -2009, RPJMN 20102014, RPJMN 2015-2019, dan dalam
kebijakan-kebijakan pembangunan untuk
mengantisipasi perubahan iklim. Upaya
antisipasi perubahan iklim lebih spesifik
dituangkan dalam dokumen Rencana
Aksi Nasional Perubahan Iklim (RAN-PI)
dan Indonesia Climate Change Sectoral
Roadmap (ICCSR).
Agenda mitigasi diarahkan untuk
mereduksi emisi gas rumah kaca pada
sektor-sektor ekonomi prioritas, yaitu sektor
energi, kehutanan, pertanian-perikanan,
dan infrastruktur yang didasarkan pada
penetapan sasaran-sasaran reduksi per
sektornya. Sedangkan agenda adaptasi
diarahkan untuk mengembangkan pola
pembangunan
yang
tahan
terhadap
dampak perubahan iklim dan gangguan

- 10 -

anomali cuaca yang terjadi saat ini, dan


antisipasi dampaknya ke depan. Tujuan
jangka panjangnya adalah terintegrasinya
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
ke dalam perencanaan pembangunan
nasional dengan mengintegrasikan aspek
ekonomi, sosial, dan ekologi. Selain itu,
harus berjalan bersamaan dengan usaha
pemberantasan kemiskinan dan kegiatan
pembangunan ekonomi karena masyarakat
miskin merupakan golongan yang paling
rentan terhadap dampak perubahan iklim
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2007).
Namun dalam praktiknya, berbagai
dokumen
perencanaan
mitigasi
dan
adaptasi perubahan iklim tersebut belum
dilaksanakan dengan baik. Dampak akibat
perubahan iklim masih saja dirasakan oleh
masyarakat. Banjir masih terjadi di manamana. Kebakaran hutan dan lahan masih
saja belum dapat teratasi dengan segera
seperti yang terjadi hampir setiap tahun,
dan lain sebagainya. Selama ini, perubahan
iklim hanya dilihat sebagai permasalahan
lingkungan hidup semata dan menjadi
tanggung jawab Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan. Padahal semua
kementerian dan lembaga, menurut UNDP
perlu terlibat, karena perubahan iklim
berdampak terhadap semua sektor dan sendi
kehidupan manusia.

terjadi pada tahun lalu. Banyak sektor akan


terdampak secara langsung ataupun tidak
langsung dengan terjadinya kebakaran hutan
dan lahan.
Oleh karena itu, mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim harus dilakukan oleh
berbagai sektor dan menjadi tanggung jawab
bersama. Tidak hanya menjadi tanggung
jawab Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, tetapi juga kementeriankementerian lain yang terkait. DPR juga ikut
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
upaya mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim.
Tanggung jawab DPR dalam upaya
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
dapat dilakukan melalui pelaksanaan
fungsi anggaran, pengawasan, dan legislasi.
Dalam pelaksanaan fungsi anggaran, DPR
dapat mengarahkan pembiayaan APBN
ditujukan untuk melaksanakan upaya
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
dalam berbagai sektor, seperti pembiayaan
dalam pengembangan energi yang ramah
lingkungan, mengantisipasi banjir, bencana
longsor, kebakaran hutan dan lahan,
pencegahan penyebaran penyakit akibat
perubahan iklim, sosialisasi upaya mitigasi
dan adaptasi perubahan iklim, dan masih
banyak hal lagi yang terkait.
Dalam
pelaksanaan
fungsi
pengawasan, melalui beberapa Komisi
yang terkait, DPR dapat melakukan
pengawasan terhadap kebijakan ataupun
program mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim. Seperti Komisi IV yang bermitra
dengan Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, Kementerian Pertanian,
Kementerian Perikanan dan Kelautan,
dan Bulog dapat melakukan pengawasan
terhadap kebijakan pemerintah dalam upaya
penurunan emisi GRK, mengatasi gagal
panen, kebijakan impor beras, dan kebijakan
mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan.
Komisi V yang bermitra dengan
Kementerian Perhubungan dan Kementerian
Pekerjaan
Umum
dan
Perumahan
Rakyat
dapat
mengawasi
kebijakan
pemerintah dalam pengurangan emisi
dari sektor transportasi, mengantisipasi
banjir, penyediaan air bersih, perbaikan
infrastruktur yang ada untuk mengurangi
dampak akibat perubahan iklim yang harus
ditanggung masyarakat.

Tanggung Jawab Bersama


Seperti
yang
telah
diuraikan
sebelumnya,
beberapa
sektor
akan
terdampak atas perubahan iklim. Sektor
pertanian akan dihadapkan pada masalah
menurunnya produksi pertanian (terutama
beras). Penurunan produksi pertanian
ini tentunya akan mengancam ketahanan
pangan. Menurunnya produksi bahan
pangan mengakibatkan harga pangan di
masyarakat perlahan mulai naik. Kemudian,
di sektor infrastruktur akan dihadapkan
dengan masalah banjir karena curah
hujan di atas normal. Kondisi banjir akan
mengakibatkan sulitnya masyarakat untuk
mendapatkan air bersih dan meningkatnya
penyebaran penyakit demam berdarah.
Sektor kehutanan dan lingkungan hidup
akan dihadapkan pada kemungkinan
terjadinya kebakaran hutan dan lahan, yang
jika tidak diantisipasi dengan cepat akan
menimbulkan bencana asap seperti yang

- 11 -

Referensi

Komisi VI yang bermitra dengan


Kementerian
Perdagangan
dapat
melakukan pengawasan terhadap kebijakan
pemerintah dalam impor bahan pangan
akibat menurunnya produksi pangan dalam
negeri. Komisi VII yang bermitra dengan
Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral melakukan pengawasan dalam
upaya pengembangan energi yang ramah
lingkungan. Komisi VIII yang bermitra
dengan Badan Nasional Penanggaulangan
Bencana (BNPB) dan Kementerian Sosial
dapat mengawasi upaya mitigasi dan
adaptasi
bencana
karena
perubahan
iklim. Komisi IX yang bermitra dengan
Kementerian Kesehatan dapat melakukan
pengawasan terhadap upaya antisipasi
berkembangnya penyakit akibat perubahan
iklim.
Sementara dalam pelaksanaan fungsi
legislasi, DPR dapat mulai membentuk
beberapa undang-undang yang memang
diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
upaya mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim, seperti RUU tentang Pencegahan
Kebakaran Hutan dan Lahan, RUU tentang
Perubahan atas UU Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan, RUU tentang Perubahan
atas UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi, dan RUU tentang
Pengelolaan Sumber Daya Alam.

BMKG. 2016. Prakiraan Musim Hujan 20152016, di http://dataweb.bmkg.go.id/


cews/pikam/pdf/PMH2015_2016.pdf.
diakses tanggal 7 Januari 2016.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2007.
Rencana
Aksi
Nasional
Dalam
Menghadapi Perubahan Iklim. Jakarta:
Kementerian Lingkungan Hidup.
UNDP. 2007. Sisi Lain Perubahan Iklim,
Mengapa Indonesia harus Beradaptasi
untuk Melindungi Rakyat Miskinnya.
Jakarta: UNDP Indonesia Country
Office,
276 Rumah Terendam, Ratusan Warga
Sempat Mengungsi, Kompas, Kamis, 7
Januari 2016.
BMKG Imbau Waspadai Kebakaran dan
Banjir, Media Indonesa, Selasa, 5
Januari 2016.
BMKG Masih Deteksi Titik Panas di Riau,
Suara Pembaruan, Rabu, 6 Januari
2016.
Empat Titik Panas Muncul Lagi di Riau,
Kompas, Kamis, 7 Januari 2016.
Dampak El Nino, Musim Tanam Padi
Mundur, Republika, Kamis, 7 Januari
2016.
Jalur Lampung-Bengkulu Terputus Lagi,
Kompas, Kamis, 7 Januari 2016.
Paceklik Lebih Lama, Republika, Kamis, 7
Januari 2016.
Sekilas tentang Perubahan Iklim Climate
Change at a Glance, di https://unfccc.
int/files/meetings/cop_13/press/
application/pdf/sekilas_tentang_
perubahan_iklim.pdf, diakses tanggal 8
Januari 2016.

Penutup
Wilayah Indonesia sangat rentan
terhadap
perubahan
iklim.
Dampak
perubahan iklim sudah dirasakan di banyak
wilayah. Untuk mengurangi dampak dari
perubahan iklim tersebut perlu dilakukan
upaya antisipasi. Upaya antisipasi dapat
dilakukan melalui mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim.
Upaya
mitigasi
dan
adaptasi
perubahan iklim tidak hanya menjadi
tanggung jawab Pemerintah, tetapi juga
merupakan tanggung jawab DPR. Upaya
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim DPR
dapat dilakukan melalui pelaksanaan ketiga
fungsinya, yaitu fungsi anggaran, fungsi
pengawasan, dan fungsi legislasi.

- 12 -

EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK

Vol. VIII, No. 01/I/P3DI/Januari/2016

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

KINERJA EKONOMI MAKRO INDONESIA 2015


DAN PROSPEK EKONOMI 2016
Sony Hendra Permana*)

Abstrak
Kondisi ekonomi global yang masih belum pulih membuat kinerja ekonomi makro di
tahun 2015 cenderung meleset dari target yang ditetapkan pada APBN-P 2015. Meskipun
demikian, pertumbuhan ekonomi masih cukup baik sebesar 4,73 persen dengan inflasi yang
rendah sebesar 3,35 persen. Kondisi fiskal relatif aman, dengan defisit anggaran dan utang
yang masih dalam kriteria yang sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Realisasi
penerimaan negara sebesar Rp1.491,5 triliun, sementara realisasi belanja negara sebesar
Rp1.810 triliun. Defisit anggaran lebih tinggi dari target, yakni sebesar 2,80 persen terhadap
PDB. Perekonomian di tahun 2016 diharapkan akan lebih baik mengingat lelang sejumlah
proyek infrastruktur sudah lebih dini dilaksanakan dan berlakunya MEA akan membuka
pasar yang lebih besar bagi pelaku ekonomi domestik.

Pendahuluan
Tahun 2015 merupakan tahun pertama
pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)
menjalankan tugasnya selama satu tahun
penuh. Selama periode tersebut, pemerintah
telah melakukan berbagai terobosan, yakni
pertama, pemerintah melakukan reformasi
struktur anggaran, melalui: (i) optimalisasi
penerimaan, (ii) belanja yang lebih produktif
dan berkualitas, dan (iii) pembiayaan yang
berkesinambungan. Reformasi fiskal tersebut
ditujukan untuk memberikan ruang fiskal
yang lebih besar untuk belanja produktif,
antara lain untuk membangun infrastruktur
dan meningkatkan program kesejahteraan
sosial. Kedua, pemerintah membuat kebijakankebijakan jangka pendek untuk mendorong
kinerja ekonomi melalui 8 (delapan) paket

kebijakan ekonomi sejak September hingga


Desember 2015.
Meskipun pemerintah telah berupaya
semaksimal mungkin dalam meningkatkan
perekonomian, namun tekanan eksternal
maupun internal membuat kerja pemerintah
belum maksimal. Perekonomian Indonesia
tahun lalu bergerak dalam ketidakpastian
ekonomi global yang tinggi. Terjadinya
perlambatan ekonomi China, rendahnya
harga komoditas dunia, terjadinya stagnasi
perdagangan dunia, dan kenaikan suku bunga
acuan Amerika Serikat memberikan tekanan
terhadap kinerja ekspor nasional, nilai tukar
rupiah dan potensi capital outflow. Ditambah
lagi permasalahan di dalam negeri seperti
ketersediaan infrastruktur yang belum optimal

*) Peneliti Muda pada Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, Pusat Penelitian, Badan Keahlian Dewan DPR RI.
Email: sony.hendra@dpr.go.id/sony_hendra@yahoo.com.
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

- 13 -

dan serapan anggaran yang rendah, khususnya


di awal tahun, menyebabkan stimulus bagi
pertumbuhan belum bekerja secara maksimal.

Kinerja Ekonomi Makro 2015


Berbagai tekanan baik eksternal maupun
internal tersebut cukup memberikan tekanan
bagi kinerja ekonomi makro Indonesia. Hal
ini tercermin dari realisasi indikator ekonomi
makro tahun 2015 yang cenderung meleset
dari target yang ditetapkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
(APBN-P) 2015.

Tabel 1. Realisasi Indikator Ekonomi Makro


Tahun 2015
Indikator

APBN-P

Realisasi
Des 2015

Pertumbuhan Ekonomi (% yoy)

5,7

4,73*

Inflasi (% yoy)

5,0

3,35

12.500

13.392

Suku Bunga SPN 3 Bulanan


rata-rata (%)

6,2

5,97

Harga
Minyak
Mentah
Indonesia (USD/barel)

60

50

Lifting Minyak (ribu barel per


hari)

825

779

Lifting Gas (ribu barel setara


minyak per hari)

1.221

1.195

Nilai Tukar Rupiah (Rp/US$)

* Angka Sementara
Sumber: Kementerian Keuangan, Badan Pusat Statistik,
2015

Pertumbuhan ekonomi tahun 2015


diperkirakan
mencapai
4,73
persen.
Pelemahan ini dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian global yang melambat sebagai
akibat rendahnya harga komoditas di pasar
internasional, ditambah menurunnya daya beli
masyarakat yang menekan sisi konsumsi. BPS
menyebutkan inflasi mencapai 3,35% (yoy)
atau lebih rendah dari target. Hal ini seiring
dengan terjaganya kecukupan pasokan bahan
pangan, yang didukung oleh semakin kuatnya
koordinasi Pemerintah dan Bank Indonesia,
dalam mendorong peningkatan produksi dan
memperbaiki distribusi serta meminimalkan
berbagai distorsi harga bahan pangan. Nilai
tukar Rupiah terhadap dolar AS mengalami
tekanan sepanjang tahun 2015 dengan ratarata sebesar Rp13.392/USD sebagai akibat
kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat
dan depresiasi Yuan.
Tingginya permintaan terhadap Surat
Berharga Negara cukup menekan realisasi
- 14 -

suku bunga Perbendaharaan Negara (SPN)


3 bulan menjadi sebesar 5,97 persen. Harga
minyak mentah Indonesia (ICP) USD50/barel
disebabkan karena lemahnya permintaan
global serta masih tingginya pasokan minyak
dunia. Rata-rata lifting minyak mentah dan
realisasi lifting gas Indonesia dibawah target
atau sebesar 779 ribu barel per hari dan 1.195
ribu barel setara minyak per hari disebabkan
karena penurunan kapasitas produksi sumur
dan adanya kendala produksi.
Meskipun capaian ekonomi makro
cenderung meleset dari target yang telah
ditetapkan pada APBN-P 2015, namun
secara umum capaian tersebut cukup baik
di tengah tekanan ekonomi global saat ini.
Pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan
4,73 persen masih lebih baik dibandingkan
dengan capaian pertumbuhan negara-negara
lain yang mengalami pelemahan lebih besar.
Keberhasilan pemerintah menekan inflasi jauh
di bawah target yang ditetapkan menunjukkan
bahwa koordinasi tim pengendalian inflasi
(TPI) dan tim pengendalian inflasi daerah
(TPID) sudah berjalan dengan baik.
Kinerja penerimaan dan belanja negara
tahun 2015 juga terbilang cukup baik meskipun
masih di bawah target yang ditetapkan APBN-P
2015.
Total penerimaan negara sepanjang
tahun 2015 mencapai Rp1.491,5 triliun (angka
sementara) atau sebesar 84,7 persen dari
target yang ditetapkan. Realisasi penerimaan
perpajakan mencapai Rp1.235,8 triliun atau 83
persen dari target. Penambahan target pajak
sebesar Rp400 triliun di tahun 2015 cukup
berat diwujudkan di tengah tren penurunan
pertumbuhan ekonomi, khususnya pada sektor
industri pengolahan dan sektor pertambangan.
Selain itu melemahnya impor dan hargaharga komoditas terutama CPO dan komoditas
pertambangan turut mempengaruhi tidak
tercapainya penerimaan perpajakan. Realisasi
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
mencapai Rp252,4 triliun atau capaian realisasi
sebesai 93,8 persen yang disebabkan turunnya
pendapatan SDA migas dan pertambangan
minerba karena turunnya harga komoditas
batubara di pasar internasional.
Sementara itu, realisasi belanja negara
tahun 2015 mencapai Rp1.810,0 triliun (angka
sementara), atau 91,2 persen dari pagu belanja
negara dalam APBN-P 2015. Realisasi belanja
Pemerintah Pusat mencapai Rp1.187,1 triliun,
atau 90,0 persen. Belanja Pemerintah Pusat

Tabel 2. Rincian Realisasi APBNP Tahun 2015 (Triliun Rupiah)


APBNP
2014

Realisasi
s/d 31 Des
(sementara)

% thd
APBNP

PENDAPATAN NEGARA

1.761,6

1.491,5

84,7

I. Pendapatan Dalam Negeri

1.758,3

1.488,2

84,6

1.489,3

1.235,8

83,0

269,1

252,4

93,8

II. Penerimaan Hibah

3,3

3,3

100

BELANJA NEGARA

1.894,1

1.810,0

91,2

I. Belanja Pemerintah Pusat

1.319,5

1.187,1

90,0

1. Belanja K/L

795,5

724,3

91,1

2. Belanja Non-K/L

524,1

462,7

88,3

664,6

623,0

93,7

643,8

602,2

93,5

Uraian (Triliun Rupiah)

1. Penerimaan Perpajakan
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

II. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa


1. Transfer ke Daerah
2. Dana Desa
SURPLUS/(DEFISIT) ANGGARAN

20,8

20,8

100

(222,5)

(318,5)

143,2

(1,9)

(2,8)

% Surplus/(Defisit) terhadap PDB


Sumber: Kemenkeu, 2015

terdiri dari belanja Kementerian/Lembaga


(K/L) dengan realisasi sebesar Rp724,3 triliun
atau mencapai 91,1 persen dan belanja nonK/L dengan realisasi sebesar Rp462,7 triliun
atau mencapai 88,3 persen. Menurunnya
tingkat penyerapan belanja K/L dipengaruhi
oleh terhambatnya penyerapan di awal tahun
akibat perubahan nomenklatur K/L. Sementara
itu pencapaian realisasi belanja non-K/L
diakibatkan adanya reformasi kebijakan subsidi
di tahun 2015 sehingga mampu menekan
konsumsi BBM bersubsidi menjadi lebih efisien
sehingga mampu mengurangi tekanan fiskal.
Realisasi anggaran transfer ke daerah dan dana
desa pada tahun 2015 lalu mencapai Rp623
triliun atau sebesar 93,7 persen. Anggaran
dana desa yang mulai dialokasikan pada tahun
2015 sebesar Rp20,8 triliun telah disalurkan
sepenuhnya.
Realisasi
defisit
anggaran
mencapai Rp318,5 triliun atau sebesar 2,80
persen terhadap PDB.
Secara umum kondisi fiskal tahun
2015 terbillang masih relatif aman, dengan
defisit anggaran dan utang yang masih
dalam kriteria yang sesuai dengan undangundang yang berlaku. Meskipun persentase
realisasi penerimaan dan belanja lebih kecil
dibandingkan tahun lalu, namun capaian
pada tahun ini sesungguhnya lebih baik. Di
sisi penerimaan, khususnya dari penerimaan
pajak, realisasi sebesar 83 persen ini sangat
baik mengingat target pajak pada tahun lalu
yang dinaikkan sebesar Rp400 triliun di tengah

ekonomi global yang melemah. Capaian pajak


sebesar Rp1.055 triliun perlu diapresiasi
mengingat baru tahun 2015 realisasi pajak bisa
melebihi Rp1.000 triliun. Di sisi pengeluaran,
capaian 91,2 persen, relatif cukup baik terlihat
dari belanja modal untuk infrastruktur
serapannya lebih tinggi jika dibandingkan
dengan tahun 2014. Belanja modal di APBN-P
2015 nilai belanja modal sebesar Rp213 triliun,
tumbuh Rp138 triliun dari 2014.

Prospek Ekonomi Tahun 2016


Tahun 2016 merupakan momentum
bagi perekonomian Indonesia untuk menjadi
lebih baik. Berbagai terobosan yang telah
dilaksanakan di tahun lalu seperti reformasi
struktur anggaran dan paket kebijakan ekonomi
diharapkan mampu memberikan stimulus yang
positif bagi perekonomian. Perekonomian juga
diperkirakan akan bergerak lebih awal menyusul
langkah pemerintah yang melelang proyek
infrastruktur 2016 sejak akhir tahun 2015
serta mempercepat penyerapan anggaran yang
diharapkan mampu membantu pertumbuhan
ekonomi yang lebih tinggi. Hingga akhir tahun
2015, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat telah melelang 4.964 paket
proyek senilai Rp41,1 triliun. Dari jumlah paket
yang sudah dilelang tersebut, kontrak untuk 714
paket proyek senilai Rp9,3 triliun sudah siap
untuk ditandatangani.
Mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) di awal tahun 2016 ini
- 15 -

merupakan suatu kesempatan yang dapat


dimanfaatkan pelaku ekonomi atas keterbukaan
dan integrasi pasar di Asia Tenggara. Dengan
demikian akan membuka kesempatan untuk
memperluas
pasar
bagi
produk-produk
dalam negeri. Selain itu juga akan membuka
kesempatan yang lebih besar bagi tenaga kerja
Indonesia untuk bersaing di pasar tenaga kerja
ASEAN. Salah satu sektor yang menunjukkan
perbaikan daya saing adalah produk makanan
minuman yang ditunjukkan dengan defisit
perdagangan sektor tersebut yang terus
menurun. Defisit perdagangan sektor makanan
dan minuman pada 2013 sebesar USD1,6 miliar
terus turun menjadi USD900 juta di tahun
2014 dan kembali turun menjadi USD250
juta sampai dengan September 2015. Selain
itu, sektor yang paling siap menghadapi MEA
dari segi kualitas dan kuantitas adalah sektor
pariwisata, mengingat standar kompetensi
sektor tersebut sudah sama dengan negaranegara lain.
Potensi
perluasan
pasar
dengan
berlakunya MEA di 2016 ini harus
dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah.
Selain pembangunan infrastruktur, pemerintah
juga perlu menciptakan pengusaha-pengusaha
baru, khususnya pelaku usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) dengan meningkatkan
kemudahan akses berusaha, antara lain
akses modal melalui perbankan dan akses
sumber daya manusia melalui pelatihan dan
pembinaan wirausaha, dan akses pemasaran
melalui kemudahan ekspor. Dengan hadirnya
pengusaha-pengusaha baru akan membuat
perekonomian berjalan lebih cepat dan
dapat menciptakan lapangan kerja baru yang
pada akhirnya dapat mengurangi tingkat
pengangguran.

Penutup
Meskipun kinerja ekonomi makro
Indonesia di tahun 2015 cenderung meleset
dari yang ditargetkan, namun secara umum
kondisi fiskal masih relatif aman dengan
defisit anggaran dan utang yang masih dalam
batas aman. Pertumbuhan yang masih cukup
baik dan inflasi yang rendah menunjukkan
bahwa kerja pemerintah dalam menggerakkan
pemerintahan sudah berjalan walaupun belum
maksimal. Realisasi penerimaan dan belanja
negara juga cukup baik ditengah lesunya
perekonomian global, penerimaan negara,
khususnya perpajakan, telah menembus lebih
dari Rp1.000 triliun dan pengeluaran pada

belanja modal untuk infrastruktur serapannya


lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun
2014.
Di
tahun
2016
ini
diharapkan
perekonomian akan lebih baik, dimana
pemerintah telah melakukan lelang sejumlah
proyek infrastruktur yang dapat mempercepat
pembangunan infrastruktur dan penyerapan
anggaran guna menggerakkan perekonomian.
Berlakunya
MEA
juga
akan
membuka
kesempatan yang besar bagi pelaku ekonomi
dalam negeri untuk mengembangkan jangkauan
pasarnya, khususnya di ASEAN. Dengan kondisi
ekonomi yang diperkirakan akan bergerak
lebih cepat dan lebih besar ini, maka DPR
RI perlu melakukan pengawasan yang ketat
terhadap kinerja pemerintah khususnya dalam
pengelolaan anggaran negara agar tetap berjalan
pada koridor yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Referensi
Defisit Melebar, Belanja Modal Didorong,
Media Indonesia, 5 Januari 2016.
Ekonomi Segera Bergerak, Kompas, 4 Januari
2016.
Inflasi 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank
Indonesia, http://www.bi.go.id/id/ruangmedia/siaran-pers/Pages/sp_180116.aspx,
diakses tanggal 7 Januari 2016.
Kementerian
Lingkungan
Hidup,
2007,
Rencana Aksi Nasional Dalam Menghadapi
Perubahan Iklim, Jakarta: Kementerian
Lingkungan Hidup.
Kondisi Fiskal Aman: Sejumlah Program Sulit
Diakomodasi di Dalam APBN, Kompas, 4
Januari 2016.
Lifting Minyak 2015: Produksi 27 Kontraktor di
Bawah Target, http://industri.bisnis.com/
read/20160105/44/507278/lifting-minyak2015-produksi-27-kontraktor-di-bawahtarget, diakses 7 Januari 2016.
Manfaatkan MEA, Tumbuhkan Semangan
Ekspor, Kompas, 4 Januari 2016.
Menaker: Sektor Pariwisata Paling Siap Hadapi
MEA,
http://www.antaranews.com/
berita/538746/menaker-sektor-pariwisatapaling-siap-hadapi-mea, diakses 7 Januari
2016.
Realisasi Pelaksanaan APBNP Tahun 2015
Belanja Yang Lebih Besar dan Produktif
Dengan Tetap Menjaga Kesinambungan
Fiskal, http://www.kemenkeu.go.id/sites/
default/files/SP-012016.pdf,
diakses
7
Januari 2016.
- 16 -

PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

Vol. VIII, No. 01/I/P3DI/Januari/2016

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

NILAI STRATEGIS PENGUATAN


LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK
Handrini Ardiyanti*)

Abstrak
Komisi I DPR RI saat ini sedang menyusun RUU tentang Radio Televisi Republik
Indonesia (RTRI). RUU RTRI itu diharapkan menjadi langkah awal bagi penguatan
Lembaga Penyiaran Publik (LPP) di Indonesia. Penguatan LPP memiliki nilai
strategis, yaitu untuk memenuhi kebutuhan publik akan kehadiran program-program
yang berkualitas dan media penyiaran non partisan serta sebagai agen perubahan
dan komunikasi internasional.

Pendahuluan

lima tahun (Tahun 2010-2014) dan


merupakan RUU usul dari Komisi I DPR
RI. Dasar pertimbangan Komisi I DPR
RI mengusulkan RUU RTRI antara lain
untuk penguatan LPP, karena selama ini
penyiaran publik di Indonesia mengalami
ketertinggalan dibanding negara-negara
lain, misalnya Jepang, Tiongkok, Korea
Selatan. Karenanya dalam draft RUU RTRI
yang diusulkan DPR RI periode 2009-2013
kelembagaan RTRI diusulkan berbentuk
lembaga negara.
Namun,
pemerintah
dalam
pembahasan RUU Penyiaran pada DPR RI
Periode 2009-2014 menyatukan pengaturan
LPP dalam RUU Penyiaran dan tidak
mengaturnya dalam RUU tersendiri. Selain
itu pemerintah mengatur kelembagaan RTRI
berbentuk Badan Layanan Umum (BLU) yang artinya berada dibawah kementerian.

Komisi I DPR RI saat ini sedang


menyusun Rancangan Undang-Undang
tentang Radio Televisi Republik Indonesia
(RTRI). RUU RTRI mengatur tentang
penyatuan antara Lembaga Penyiaran Publik
(LPP) Radio Republik Indonesia (RRI) dan
LPP Televisi Republik Indonesia (TVRI).
Berdasarkan Prolegnas RUU Prioritas Tahun
2015, RUU RTRI merupakan salah satu RUU
yang ditugaskan kepada Komisi I untuk
menyusun dan melakukan pembahasannya,
selain RUU tentang Penyiaran (usul DPR
RI) dan RUU tentang Perubahan UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
usul pemerintah.
Pada DPR RI Periode 2009-2014,
RUU RTRI merupakan RUU di luar daftar
Program Legislasi Nasional (Prolegnas)

*) Peneliti Madya Komunikasi pada Bidang Politik Dalam Negeri, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: handrini.ardiyanti@dpr.go.id.
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

- 17 -

Saat ini, LPP TVRI dan LPP RRI diatur


dalam UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran, Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 11 Tahun 2005 tentang Lembaga
Penyiaran Publik, PP Nomor 12 Tahun 2005
tentang LPP RRI, dan PP Nomor 13 Tahun
2005 Tentang LPP TVRI. Namun sejumlah
peraturan perundang-undangan tersebut
masih memiliki beberapa kekurangan
sehingga memberikan dampak diantaranya
ketidakpastian pendanaan LPP TVRI dan
RRI di dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dan mengakibatkan
sejumlah permasalahan dalam manajemen
kedua LPP tersebut. Karena itu, tulisan
ini bermaksud menjelaskan nilai strategis
penguatan LPP sehingga perlu diatur secara
cermat dalam UU tersendiri.

berfungsi menjadi regulator penyiaran, yaitu


Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Guna
mendorong terpenuhinya kebutuhan publik
akan adanya program-program siaran yang
berkualitas, KPI telah memberikan sanksi
maupun penghargaan.
Namun survei indek kualitas program
siaran televisi KPI pada September
s.d. Oktober 2015 menunjukkan masih
rendahnya kualitas program sinetron,
variety show dan infotaiment di televisi.
Selain itu hingga saat ini sanksi KPI masih
kepada lembaga penyiaran masih tinggi.
Tercatat sanksi KPI kepada lembaga
penyiaran sepanjang tahun 2015 meningkat
44% yaitu mencapai 266 sanksi yang terdiri
dari 227 teguran tertulis, 34 teguran tertulis
kedua dan 5 penghentian sementara.
Mayoritas sanksi KPI diberikan kepada
Lembaga Penyiaran Swasta (LPS). Hal ini
menunjukkan masih rendahnya kualitas
tayangan program penyiaran.
Untuk itu LPP diharapkan lebih
mampu menghadirkan program penyiaran
yang berkualitas dibandingkan dengan LPS,
karena secara filosofis LPP berbeda dengan
LPS. Perbedaan LPP dengan LPS secara
filosofis tersebut dilihat dari tabel berikut:

Kebutuhan Program Penyiaran


Berkualitas
Nilai strategis penguatan LPP yang
pertama adalah menghadirkan programprogram penyiaran yang sehat, bermanfaat
dan bermartabat sebagaimana diharapkan
publik. UU No. 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran, pada tanggal 28 Desember
2002 telah melahirkan sebuah badan yang

Tabel Perbedaan LPS dengan LPP


Aspek

LPS

LPP

Konsep

Market Model yaitu sebagai industri Public Sphere Model yaitu sebagai salah satu
yang menjual produk.
sumber daya yang dimiliki masyarakat yang
melayani masyarakat dengan menyajikan berbagai
program yang dibutuhkan masyarakat

Posisi audiens

Sebagai konsumen

Definisi

Mendasarkan operasinya atas prinsi- Memberikan pengakuan secara signifikan terhadap


prinsip
pencapaian
keun-tungan peran supervisi dan evaluasi publik melalui sebuah
ekonomi (komersial)
lembaga supervisi yang khusus didirikan untuk
tujuan tersebut.

Khalayak

Umum, terbuka lebar

Umum, lebih satu komunitas.

Visi

Memberikan hiburan, informasi dan


pendidikan. Implemen-tasinya untuk
produksi
dan
pemasaran
dengan
memper-hitungkan prinsip-prinsip capaian keuntungan ekonomi (komersial).

Meningkatkan kualitas hidup publik. Secara khusus


meningkatkan apresiasi terhadap keanekaragaman
yang ada ditengah masyarakat dengan harapan
menciptakan kehidupan yang harmonis diantara
berbagai komunitas yang berbeda.

Ukuran
Kesuksesan

Rating

Kepuasan Publik

Pemilik

Umumnya berbentuk perseroan terbatas

Negara, PT, Pemda, non pemerintah (swasta),


yayasan, LSM, Perguruan Tinggi, dll
namun tetap harus membentuk Lembaga Supervisi
yang independen.

Sumber
Pemasukan

Iklan

APBN,APBD, iuran, iklan dan sumber lain yang


dikembangkan

Sebagai masyarakat

*) diolah berdasarkan Diagram Penggolongan Lembaga Penyiaran (Effendi Ghazali, 2002) dan Tabel Market Model Versus Public
Sphere (Croteau & Hoynes, 2006).

- 18 -

karena diversity of ownership dan diversity


of content merupakan prasyarat terwujudnya
demokratisasi dalam penyiaran. Karena
itu penguatan LPP memiliki arti strategis
guna menghadirkan media penyiaran yang
nonpartisipan.

Berdasarkan tabel tersebut dapat


disimpulkan bahwa lembaga penyiaran
komersial berbeda dengan LPP. Lembaga
penyiaran
komersial
mengutamakan
economic determinism, semua aspek tingkah
laku institusi penyiaran ditentukan oleh
faktor-faktor ekonomi dengan logika neverending circuit of capital accumulation:
Money-Commodities-Moremoney (MCM).
Sementara LPP menitikberatkan perhatian
kepada kepentingan dan kepuasan publik
sebagai tolok ukur keberhasilan program.
Oleh karena itu, LPP diharapkan mampu
menghadirkan program-program penyiaran
berkualitas yang dibutuhkan publik.

Agen Perubahan
Nilai
strategis
penguatan
LPP
ketiga adalah peran LPP sebagai agen
perubahan. Di sejumlah negara, seperti di
India dan Republik Rakyat Tiongkok, LPP
menjadi sarana utama untuk menginisiasi,
menginformasikan
dan
mengerakkan
perubahan sosial untuk warga negara dan
bangsanya.
Indonesia yang terdiri dari berbagai
suku bangsa yang berbeda, memiliki
keragaman agama dan kepercayaan serta
bahasa
yang
berbeda
membutuhkan
keberadaan LPP yang berkualitas dan
mampu menjadi penggerak kehidupan
publik menjadi lebih baik. Karenanya,
penguatan LPP memiliki nilai strategis
untuk
menginisiasi,
menginformasikan
dan mengerakkan perubahan sosial dengan
tentunya
menyesuaikan
penyampaian
berbagai programnya sesuai dengan entitas
audiensnya.
Dengan adanya penguatan LPP,
sejumlah
agenda
pemerintah
untuk
melakukan perubahan seperti revolusi
mental misalnya, dapat terus dikawal secara
sistemis dan dapat diukur dampak dari
berbagai program yang ada di LPP terhadap
agenda perubahan sosial yang direncanakan
pemerintah. Demikian pula dengan berbagai
agenda perubahan dari kelembagaan lainnya
seperti perubahan mindset negatif publik
terhadap DPR sehingga berdampak pada
minimnya partisipasi masyarakat dalam
Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif. Untuk
itu DPR dapat memanfaatkan LPP untuk
menginisiasi perubahan mindset secara
terencana melalui serangkaian program
penyiaran yang ditayangkan LPP, dan
sebagai salah satu tools negara, LPP wajib
ikut serta dan berpartisipasi aktif dalam
upaya meningkatkan partisipasi publik
dalam pemilu.

Nonpartisan
Nilai strategis dari penguatan LPP
yang kedua adalah kebutuhan publik akan
adanya media penyiaran nonpartisan.
Setelah tahun 1998, banyak media yang
melakukan konsolidasi guna membentuk
konglomerasi media yang lebih besar.
Akibatnya terjadi konsentrasi kepemilikan
media. Saat ini setidaknya terdapat 4
(empat) konglomerasi media yaitu: Chairul
Tanjung dengan PT Trans Corpora (Grup
Para), Harry Tanoesoedibjo dengan PT
Media Nusantara Citra (MNC Grup),
Aburizal Bakrie dengan PT Bakrie Brothers
(VIVA Group) serta Surya Paloh dengan
Media Group. Selain 4 (empat) konglomerasi
media tersebut, terdapat dua kelompok
besar lainnya, yaitu Jacob Oetama dengan
Gramedia Group dan Dahlan Iskan dengan
Jawa Pos Group. Gramedia Group memiliki
media penyiaran diantaranya Kompas
TV sedangkan Jawa Pos Group memiliki
beberapa media penyiaran diantaranya
JTV di Jawa Timur dan Riau TV di Riau.
Konglomerasi media penyiaran tersebut
menyatu dengan kepemilikan berbagai
media, mulai dari koran, majalah, radio dan
media online.
Akibat yang paling nyata dari
konglomerasi media penyiaran adalah
terjadi penyeragaman informasi yang
disampaikan kepada publik. Penyeragaman
informasi
tersebut
berdampak
pada
penyeragaman opini atas suatu gambaran
yang disajikan media tentang berbagai hal
yang terjadi. Apalagi dengan keikutsertaan
para pemilik media dalam dunia politik.
Kondisi ini jelas berdampak negatif pada
upaya mewujudkan demokratisasi penyiaran

Komunikasi Internasional
Nilai strategis dari penguatan LPP
keempat adalah perlunya melakukan
komunikasi
internasional.
Komunikasi
- 19 -

Referensi:

internasional menurut Mohammad Shoelhi


dalam perspektif diplomatik merupakan
kegiatan atau upaya untuk memperteguh
ikatan antarnegara, memperteguh keyakinan
terhadap suatu gagasan, meningkatkan
komitmen dan solidaritas serta berbagai
peran penting lainnya dalam kehidupan
bernegara.
Lebih lanjut Shoelhi berpendapat,
komunikasi internasional dalam perspektif
diplomatik lazim digolongkan ke dalam
first track diplomacy yang dilakukan oleh
pemerintah dan second track diplomacy
yang dilakukan oleh parlemen. Bila
komunikasi dilakukan oleh pemerintah,
parlemen dan masyarakat maka disebut
multi-track diplomacy. Peran LPP dalam
melakukan
komunikasi
internasional
ini merupakan nilai strategis yang patut
dipikirkan dalam upaya penguatan LPP ke
depan sebagai bentuk pelaksanaan multitrack diplomacy.

Nugroho, Y., Putri, DA., Laksmi, S. 2012.


Memetakan Lansekap Industri Media
Kontemporer di Indonesia (Edisi Bahasa
Indonesia). Riset CIPG dan HIVOS.
Tidak dipublikasikan.
Laporan Singkat Rapat Koordinasi Badan
Legislasi DPR RI dengan Pimpinan
Komisi-Komisi Tanggal 28 Mei 2015.
Anurradha Prasad, "Role of Public Service
Broadcasting in India", http:www.
boradcastandcablesat.co.in,
diakses
Jumat, 8 Januari 2016.
Survei KPI ke-IV: Masyarakat Apresiasi
Program Budaya dan Religi di Televisi,
http://www.kpi.go.id/index.php/lihatterkini/38-dalam-negeri/ 33109-surveykpi-ke-iv-masyarakat-apresiasiprogram-budaya-dan-religi-di-televisi,
diakses Jumat, 8 Januari 2016.
"Sanksi KPI Meningkat 44%", http://www.
kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38dalam-negeri/33126-sanksi-kpimeningkat-44, diakses Jumat, 8 Januari
2016 pukul 14.00 WIB.
Effendi Gazali. 2002, Penyiaran Alternatif
tapi Mutlak, Sebuah Acuan tentang
penyiaran Publik dan Komunitas.
Jakarta:
Penerbit
Jurusan
Ilmu
Komunikasi FISIP UI.
Mohammad Shoelhi. 2012, Propaganda
dalam
Komunikasi
Internasional.
Bandung: Penerbit Simbiosa Rekatama
Media.

Penutup
Penguatan LPP dengan melakukan
penggabungan TVRI dan RRI menjadi
RTRI memiliki berbagai nilai strategis
yang perlu diatur secara cermat baik diatur
dalam UU Penyiaran maupun dalam UU
tersendiri. Mengingat arti penting dari nilai
strategis keberadaan LPP yang kuat dalam
keberlangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara tersebut, maka pelaksanaan dari
kegiatan penyiaran publik harus diawasi oleh
DPR RI sebagai perwujudan dari kontrol
rakyat.
Selain itu keberadaan masyarakat
dalam melakukan perencanaan, pengawasan
terhadap penyelenggaraan penyiaran publik
yang sebelumnya dilakukan oleh Dewan
Pengawas yang ada dalam RRI maupun
TVRI perlu dikaji ulang. Keberadaan Dewan
khusus yang mewakili publik hendaknya
sejalan dengan tujuan dari penguatan LPP
yang diharapkan. Selain itu keberadaan
Dewan khusus yang mewakili publik
seyogyanya mampu mendukung upaya
terpenuhinya berbagai nilai strategis dari
upaya penguatan LPP tersebut.

- 20 -

PANDUAN PENULISAN INFO SINGKAT 2016


1.

Artikel yang dimuat dalam INFO SINGKAT meliputi hasil analisa terkait masalah aktual dan strategis yang terkait
fungsi-fungsi DPR-RI.
2. Naskah dikirimkan kepada redaksi lokal pada Kamis minggu pertama dan Kamis minggu ketiga jam 16.00 WIB.
3. Jika penulis tidak mengirimkan naskah Info Singkat sampai pada batas waktu yang ditentukan, maka penulis
dianggap mengundurkan diri dari penulisan edisi tersebut.
4. Naskah ditulis dengan huruf ARIAL ukuran 12, 1 spasi, dicetak pada kertas A4 dengan margin: atas 2,54 cm;
bawah 2,54 cm; kiri 3,17 cm; kanan 3,17 cm
5. Jumlah halaman naskah yang dikirimkan kepada redaksi lokal adalah minimal 6 halaman dan maksimal 7,5
halaman.
6. Jika terdapat tabel, penulis harus menyertakan data asli dan jumlah halaman tidak boleh lebih dari 6,5 halaman.
7. Artikel ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
8. Judul ditulis dengan huruf kapital.
9. Mencantumkan nama penulis, jabatan, dan alamat e-mail pada bagian halaman pertama.
10. Sistematika penulisan: Judul, Nama Penulis, Abstrak; Pendahuluan; Isi (informasi/isu aktual, data, analisis
penulis, alternatif kebijakan); Penutup (simpulan dan rekomendasi), dan Referensi
11. Abstrak dituliskan di bawah judul dan nama penulis dengan huruf Arial ukuran 11, 1 spasi sebanyak maksimal 150
kata.
12. Sumber kutipan dari buku ditulis dalam bentuk catatan perut.
Contoh:
(Mulyadi, 2015; 15)

13. Kutipan dari sumber lain seperti surat kabar, situs, dll, sumber dituliskan langsung di referensi.
14. Penulisan referensi diurutkan sesuai urutan alfabet dengan tata cara seperti contoh berikut:
Masa Tanggap Darurat Diperpanjang, Media Indonesia, 24 September 2013.
Warga Miskin Ngawi Kesal Ikut Program BPJS Diharuskan Bayar Iuran, http://www.
tribunnews.com/regional/2014/01/13/warga-miskin, diakses 15 Januari 2014.
Juha I. Uitto dan Asit K. Biswas. 2000. Water for Urban Areas: Challenges and
Perspectives. Tokyo: United Nations University Press.
Moon, M. & Kim, K. S. (2001). A Case of Korean Higher Education Reform: The Brain
Korea 21 Project. Journal of Asia Pacific Education Review, Vol. 2, No. 2, 96105.
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan.
United Nations Development Programme (UNDP). 2010. Pengarusutamaan Gender dalam
Parlemen. UNDP.

15. Redaksi melakukan rapat pada hari Jumat Minggu Pertama dan Minggu Ketiga untuk memberikan masukan atas
naskah info singkat yang masuk ke Redaksi.
a. Untuk naskah yang dinyatakan oleh Redaksi Info Singkat memerlukan revisi mayor, penulis dapat
dibantu oleh penulis lain (peneliti bidang yang bersangkutan atau redaksi bidang) dengan konsekuensi
mencantumkan nama penulis yang membantu revisinya.
Revisi harus diserahkan ke Redaksi Lokal paling lambat Senin berikutnya jam 16.00.
Jika penulis tidak melakukan revisi sebagaimana masukan Redaksi info Singkat, Redaksi memutuskan
tidakmenerbitkannya.
Naskah yang dianggap membutuhkan revisi mayor berdasarkan kriteria sebagai berikut:
(1) Tidak memuat isu aktual yang disampaikan dalam latar belakang masalah
(2) Tidak memasukkan analisa penulis terhadap permasalahan yang dimunculkan dalam latar belakang;
(3) Tidak terdapat kesimpulan dan rekomendasi yang bermanfaat bagi tugas dan fungsi DPR.
b. Untuk naskah yang dinyatakan oleh Redaksi Info Singkat memerlukan revisi minor, revisi naskah diserahkan
penulis ke Redaksi masing-masing bidang paling lambat Rabu jam 12.00.
c. Redaksi masing-masing bidang mengoreksi naskah hasil revisi penulis dan menyerahkan pada editor Info
Singkat paling lambat pada hari Rabu minggu pertama dan minggu ketiga jam 16.00.

Anda mungkin juga menyukai