Anda di halaman 1dari 9

PERCOBAAN MODUL IV

PENGUKURAN VISKOSITAS DENGAN OSTWALD


VISCOMETER

LAPORAN PRATIKUM

Nama

: Wingky Suganda

NIM

: 12214094

Kelompok

:6

Tanggal Pratikum

: 26 & 29 Oktober 2015

Tanggal Penyerahan : 5 November 2015


Dosen

: Zuher Syihab, S.T, Ph.D.

Asisten Modul

: Muhammad Syarifudin (12212016)


Indah Cita Cahyani (12212033)

LABORATORIUM ANALISIS FLUIDA RESERVOIR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015

BAB I
I.

Tujuan Pratikum
Mengetahui pemakaian Ostwald Viscometer untuk:
1. Menentukan konstanta (C) alat Ostwald Viscometer.
2. Menentukan viskositas fluida yang mengalir melalui pipa kapiler.
3. Menentukan hubungan viskositas dan temperatur.

BAB II
II.

Alat dan Bahan


Alat

1. Ostwald Viscometer
2. Stopwatch
3. Picnometer
4. Constant Temperature Bath
5. Termometer
6. Gelas ukur
7. Neraca analitis
8. Rubber penjepit
9. Bola karet

Bahan :
1. Crude oil ( MJ-122)
2. Akuades

BAB III
III.

Dasar Teori

Viskositas adalah sifat fluida yang mendasari diberikannya tekanan terhadap tekanan
geser yang diberikan oleh fluida tersebut. Viskositas gas akan bertambah besar dengan
naiknya suhu namun apabila sudah melewati suatu tekanan tertentu, naiknya suhu akan
mengakibatkan viskositas gas berkurang, sedangkan viskositas cairan akan berkurang dengan
naiknya suhu.
Viskositas kinematik adalah pengukuran viskositas yang didapatkan dari viskositas
dinamik dibagi dengan densitasnya. Viskositas kinematik dipengaruhi suhu karena densitas
akan berubah sedikit karena perubahan suhu, sedangkan viskositas dinamik tidak. Viskositas
kinematik (v) dinyatakan dalam centistoke dan dapat ditentukan berdasarkan dimensi
viscometer dengan persamaan berikut:
= 21282
Di mana:
v = viskositas kinematik (cSt)
d = Diameter pipa kapiler (cm)
l = Panjang pipa kapiler (cm)
h = Jarak vertikal antara atas dan bawah meniskus (cm)
V = Volume cairan yang melalui pipa kapiler (cm2)
E = Koreksi energy kinetic (cSt/sec2)
t = Waktu alir (sec)
Persamaan tersebut dapat disederhanakan dengan mengabaikan koreksi energy kinetic
sehingga menjadi:
=
Koreksi energi kinetik terhadap waktu dapat diabaikan jika waktu aliran lebih dari
200 detik dengan pengecualian pada ukuran yang umum untuk pengukuran viskositas cairan
yang rendah (seperti dikatakan di dalam tabel dimensi viscometer yang konstantanya sama
atau kurang dari 0,05 cSt/sec maka koreksi energi akan berpengaruh tetapi jika waktu aliran
minimumnya 200 detik maka diabaikan).

Konstanta (C) dapat ditentukan dari vsicometer standar dengan persamaan sebagai
berikut:
12= 21
Di mana:
C1 = Konstanta C dari viscometer yang dikalibrasi
t1 = Flowtime dari viscometer yang dikalibrasi
C2 = Konstanta C dari viscometer standar
t2 = Flowtime dari viscometer standar
Seperti telah dikemukakan sebelumnya sebelumnya, konstanta alat (C, cp/sec) dapat
ditentukan dari hubungan v = C x t. Sedangkan viskositas dinamik dapat ditentukan dari
hubungan:
=
Di mana:
= Densistas pada temperatur yang sama dengan temperatur pengukuran (g/cc)
= Viskositas Kinematik (cSt)

BAB IV
IV.

Pengolahan Data

Menentukan Konstanta Alat


Ostwald yang digunakan adalah ukuran 200
Pada penentuan konstanta ostwald viscometer digunakan aquades pada suhu 40oC.
Didapat laju alir aquades sebesar 6,21 detik.
=

v = viskositas kinematik (cSt)


C = konstanta alat (cSt/s)
t = waktu alir fluida (s)

C=

v
t

C=

0,658
6,21

C=0,105958

cSt
s

Menentukan Densitas Cairan


Langkah awal yaitu kalibrasi volume picnometer degan menggunakan aquades.
Massa picnometer kosong

= 20,14 gram

Massa picnometer + aquades = 47,433 gram3


Volume dalam picnometer

massa aquades
aquades

47,433 gram20,14 gram


gram
1
cm 3

27,293 gram
= 1 gram/cm 3
Massa crude oil (MJ-122)

= 27,293 cm3

= 25,01 gram

Densitas crude oil (MJ-122) =

massa crude oil


volume picnometer
25,01 gram
27,293 cm3

gram
= 0,91635 cm3
Menentukan Viskositas Cairan
Crude oil yang diuji adalah MJ-122.
Laju alir crude oil pada suhu (32 oC ) : 351,2 detik
Laju alir crude oil pada suhu (43 oC ) : 283,5 detik
Laju alir crude oil pada suhu (54 oC ) : 206,3 detik

BAB V
V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Asumsi

Beberapa asumsi yang digunakan pada percobaan ini adalah :

Suhu dan tekanan ruangan berada pada kondisi standard dan konstan
Kondisi seluruh alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik
Tidak terdapat zat atau senyawa lain yang masuk ke dalam campuran/sampel
Proses agitasi berlangsung baik dan campuran teraduk dan tersebar merata
Tidak terdapat kesalahan paralaks

5.2 Prinsip Percobaan

Penentuan pengaruh agitasi terhadap kestabilan emulsi

Pada awalnya, dilakukan pengadukan pada sampel crude oil 60 ml yang pada proses
pengadukan selama 3 menit menggunakan mixer, ditambahkan air formasi sebanyak 40 ml.
Pada percobaan ini, dilakukan agitasi dengan kecepatan putar mixer 260 RPM, 500 RPM, dan
800 RPM. Hal ini berbeda dengan yang tertera di modul. Di modul diminta kecepatan putar
mixer 250 RPM, 500 RPM, 750 RPM. Namun di mixer tidak ada skala sebesar itu. Dan
skalanya diskrit. Sehingga dilakukan percobaan dengan kecepatan putar mixer 260 RPM, 500
RPM, 800 RPM. Dan yang mau dicari pengaruh kecepatan terhadap lama pemecahan emulsi.
Setelah dilakukan pengadukan, sampel dipindahkan gelas ukur dan diamati pemisahan antara
minyak dan air. Percobaan ini menggunakan prinsip emulsi water in oil. Dilakukan

pencatatan waktu pemisahan yang terjadi antara minyak dan air setiap 2 menit selama 40
menit., yaitu dengan variasi kecepatan putar mixer adalah 260, 500, dan 800 RPM
Pada percobaan ini, digunakan metode settling time, yaitu dengan mengamati
pemisahan yang terjadi pada sampel dengan masing-masing kecepatan putar mixer yang
berbeda. Selain itu, pada proses pemecahan emulsi, digunakan prinsip gravitasi, yaitu fluida
yang memiliki densitas lebih besar (air) akan berada pada bagian bawah gelas ukur,
sedangkan fluida yang memiliki densitas lebih kecil (minyak) akan berada di bagian atas.

Pemecahan emulsi dengan cara kimia

Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah dengan penambahan demulsifier
sebanyak 30 tetes ke dalam sampel yang telah diaduk dengan mixer 800 RPM, serta kembali
diaduk dengan kecepatan yang sama. Prinsip kerjanya adalah demulsifier berperan sebagai
senyawa kimia yang merusak lapisan film dan mendorong terbentuknya droplet-droplet yang
membentuk coalescence. Interaksi antara droplet air dengan minyak menjadi berkurang
sedangkan interaksi aantara droplet yang sama semakin meningkat. Hal ini menyebabkan
terjadinya pemisahan antara molekul air dan minyak.

Pemecahan emulsi dengan cara pemanasan

Pada metode ini, dilakukan pemanasan pada gelas ukur ke dalam air yang dipanaskan
dengan heater. Prinsip yang digunakan adalah akibat adanya panas yang dihasilkan dari
heater kepada air, panas tersebut merambat ke gelas ukur dan meningkatkan energi kinetic
molekul-molekul yang terdapat pada gelas ukur berisi emulsi. Molekul-molekul yang
terdapat pada sampel ini semakin bergerak dan bertumbukan satu sama lain. Tumbukan antar
partikel yang berbeda ini menyebabkan rusaknya lapisan yang mengakibatkan terpisahnya
molekul air dan minyak, sehingga akan teramati pemisahan antara minyak dan air.
5.3 Analisis Alat dan Bahan

Pengaruh agitasi terhadap kestabilan emulsi.

Alat utama yang digunakan pada percobaan ini adalah mixer. Mixer merupakan alat
yang digunakan untuk melakukan agitasi (pengadukan) pada sampel crude oil. Pada mixer,
terdapat tiga katup di bagian samping, yaitu satu katup pada bagian atas dan dua lainnya di
bagian bawahnya. Masing-masing katub ini memiliki range tertentu, yaitu range 1-2 untuk
katup atas, dan range 1-10 pada katup bawah kanan. Katup bagian bawah kiri berfungsi
sebagai power, yaitu untuk menyalakan mixer. Awalnya, dilakukan pengadukan pada sampel
crude oil. Dilakukan agitasi sebanyak tiga kali, dengan kecepatan putar mixer 260 RPM, 500
RPM, dan 800 RPM. Setelah dilakukan pengadukan, sampel dipindahkan gelas ukur dan
diamati pemisahan antara minyak dan air.

Pemecahan emulsi dengan menggunakan senyawa kimia


Metode ini menggunakan alat yang sama untuk pembuatan emulsi, yaitu dengan

mixer berkecepatan 800 RPM. Sampel yang telah diaduk tersebut didiamkan selama 1 menit
untuk mendiamkan atau menstabilkan emulsi setelah dilakukan agitasi. Setelah didiamkan 1
menit, ditetesi demulsifier, yaitu senyawa kimia yang berperan melawan kerja emulsifier,
yaitu dengan merusak lapisan film dan mendorong terbentuknya droplet-droplet yang
nantinya mendukung pemisahan emulsi antara minyak dan air.
Pemecahan emulsi dengan metode pemanasan

Alat yang digunakan pada metode ini adalah air pada wadah berukuran 2000 ml yang
merupakan pengganti toples yang seharusnya digunakan pada percobaan ini. Wadah ini diisi
air dan dilakukan pemanasan dengan heater hingga air dalam wadah mendidih. Setelahnya,
dimasukkan gelas ukur berisi sampel emulsi yang akan diamati pemisahan antara air dan
minyak.

5.4 Analisis hasil

Menentukan Konstanta Alat

Menentukan Densitas Cairan


Langkah awal yaitu kalibrasi volume picnometer degan menggunakan aquades.
Massa picnometer kosong

= 19,86 gram

Massa picnometer + aquades = 44,73 gram3


Volume dalam picnometer

massa aquades
aquades

44,73 gram19,86 gram


gram
1
3
cm

24,87 gram
= 1 gram/cm3

= 24,87 cm3

Massa picnometer+crude oil = 41,84 gram


Densitas crude oil

massa crude oil


volume picnometer

41,84 gram19,86 gram


3
24,87 cm

21,98 gram
3
24,87 cm

gram
0,8837
=
cm3
Menentukan Viskositas Cairan

Anda mungkin juga menyukai