Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki seismisitas tinggi, dengan k
ata lain daerah yang sangat sering terjadi gempa. Gempa terjadi karena terjadin
ya tumbukan (tabrakan) antara dua lempeng tektonik baik itu oceanic crust (lempen
g samudera) dengan continet crust (lempeng benua) maupun antara crust yang sama.
Di samping itu
Untuk dapat memahami mengapa dan bagaimana salinitas samudera dapat terjadi kita
perlu paling tidak sedikit mengerti tentang konsep tektonik . Mempelajari kons
ep tektonik atau istilah yang sering dipakai para geologist yaitu Teori Tektonik
Lempeng yang berarti mempelajari mekanisme bumi itu sendiri.
2.Perumusan Masalah
Keberlangsungan hidup suatu ekosistem tidak bisa lepas dari perngaruh lingkungan
atau habitat yang mengelilinginya. Pengaruh tersebut antara lain dikarenakan ol
eh adanya gejala alam seperti terjadinya pergerakan tektonik divergen yang nanti
nya dari gejala alam ini akan terbentuk perbedaan sebaran salinitas lingkungan (
samudera). Dalam makalah ini sorotan masalah utama kami adalah mempelajari penga
ruh akibat terjadinya kedaan tektonik divergen lempeng terhadap sebaran salinita
s samudra.
3.Maksud dan Tujuan
Dengan disusunya makalah yang berjudul PENGARUH KONDISI TEKTONIK LEMPENG DIVERGEN
TERHADAP SEBARAN SALINITAS SAMUDERA diharapkan menjadi salah satu sumber referen
si pada kegiatan belajar-mengajar mata kuliah Oseanografi Geololgi bagi sarjana
S1 Ilmu Kelautan.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Pergerakan Lempeng (Plate Movement)
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu den
gan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen,
dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yait
u pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu.
2.1.1. Batas Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). K
etika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, memb
entuk batas divergen.
Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spre
ading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah
retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menj
auh tersebut.
Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergens
i yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atla
ntik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika. (Gambar 1)
2.1.2. Batas Konvergen
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yan
g mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneat
h another).
Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempe
ng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjama
n inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit s
amudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini. (gambar 2)
Batas konvergen ada 3 macam, yaitu
1)antara lempeng benua dengan lempeng samudra,
2)antara dua lempeng samudra, dan
3) antara dua lempeng benua.

Konvergen lempeng benua samudra (Oceanic Continental)


(gambar 3)
Ketika suatu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua, lempeng ini masuk
ke lapisan astenosfer yang suhunya lebih tinggi, kemudian meleleh. Pada lapisan
litosfer tepat di atasnya, terbentuklah deretan gunung berapi (volcanic mountain
range). Sementara di dasar laut tepat di bagian terjadi penunjaman, terbentukla
h parit samudra (oceanic trench).
Pegunungan Andes di Amerika Selatan adalah salah satu pegunungan yang terbentuk
dari proses ini. Pegunungan ini terbentuk dari konvergensi antara Lempeng Nazka
dan Lempeng Amerika Selatan.
Konvergen lempeng samudra samudra (Oceanic Oceanic)
(Gambar 4)
Salah satu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng samudra lainnya, menyebabka
n terbentuknya parit di dasar laut, dan deretan gunung berapi yang pararel terha
dap parit tersebut, juga di dasar laut. Puncak sebagian gunung berapi ini ada ya
ng timbul sampai ke permukaan, membentuk gugusan pulau vulkanik (volcanic island
chain).
Pulau Aleutian di Alaska adalah salah satu contoh pulau vulkanik dari proses ini
. Pulau ini terbentuk dari konvergensi antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Amerik
a Utara.
Konvergen lempeng benua benua (Continental Continental)
(gambar 5)
Salah satu lempeng benua menunjam ke bawah lempeng benua lainnya. Karena keduany
a adalah lempeng benua, materialnya tidak terlalu padat dan tidak cukup berat un
tuk tenggelam masuk ke astenosfer dan meleleh. Wilayah di bagian yang bertumbuka
n mengeras dan menebal, membentuk deretan pegunungan non vulkanik (mountain rang
e).
Pegunungan Himalaya dan Plato Tibet adalah salah satu contoh pegunungan yang ter
bentuk dari proses ini. Pegunungan ini terbentuk dari konvergensi antara Lempeng
India dan Lempeng Eurasia.
Negeri kita tercinta berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Aus
tralia. Jenis batas antara kedua lempeng ini adalah konvergen. Lempeng Indo-Aust
ralia adalah lempeng yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Selain itu di bagia
n timur, bertemu 3 lempeng tektonik sekaligus, yaitu lempeng Philipina, Pasifik,
dan Indo-Australia.
2.1.3. Batas Transform
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each othe
r), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai
maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-be
ntuk (transform fault). (gambar 6)
Batas transform umumnya berada di dasar laut, namun ada juga yang berada di dara
tan, salah satunya adalah Sesar San Andreas (San Andreas Fault) di California, U
SA. Sesar ini merupakan pertemuan antara Lempeng Amerika Utara yang bergerak ke
arah tenggara, dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat laut. (gambar
7)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, subduksi antara dua lempeng menyebabkan ter
bentuknya deretan gunung berapi dan parit samudra. Demikian pula subduksi antara
Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gun
ung berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatra dan deretan gunun
g berapi di sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit samudra yang tak
lain adalah Parit Jawa (Sunda).
Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau be
nturan yang cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa dan tsunami, dan meni
ngkatnya kenaikan magma ke permukaan. Jadi, tidak heran bila terjadi gempa yang
bersumber dari dasar Samudra Hindia, yang seringkali diikuti dengan tsunami, akt
ivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga turut meningkat

2.1.4. Jenis-jenis Batas Lempeng


Tiga jenis batas lempeng (plate boundary). (gambar 8)
Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak
relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan
fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:
1.Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan menga
lami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (tran
sform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang
berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan
dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.
2.Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika
dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan
(rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen
3.Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika du
a lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi j
ika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (contine
ntal collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua. Palung laut yang dala
m biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam meng
andung banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini dilep
askan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan pencairan s
ehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita lihat di Peg
unungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).
2.1.5. Kekuatan Penggerak Pergerakan Lempeng
Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samud
era dan karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel tela
h didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan tektonik lempeng. P
andangan yang disetujui sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah bah
wa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zo
na subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempeng. Pada waktu pembentukannya
di mid ocean ridge, litosfer samudera pada mulanya memiliki kepadatan yang lebih
rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring de
ngan penuaan karena terjadinya pendinginan dan penebalan. Besarnya kepadatan lit
osfer yang lama relatif terhadap astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya
penyusupan ke mantel yang dalam di zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagia
n besar kekuatan penggerak pergerakan lempeng. Kelemahan astenosfer memungkinkan
lempeng untuk bergerak secara mudah menuju ke arah zona subduksi [19] Meskipun
subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat penggerak pergerakan lempeng, masih
ada gaya penggerak lain yang dibuktikan dengan adanya lempeng seperti lempeng Am
erika Utara, juga lempeng Eurasia yang bergerak tetapi tidak mengalami subduksi
di manapun. Sumber penggerak ini masih menjadi topik penelitian intensif dan dis
kusi di kalangan ilmuwan ilmu bumi. Pencitraan dua dan tiga dimensi interior bum
i (tomografi seismik) menunjukkan adanya distribusi kepadatan yang heterogen sec
ara lateral di seluruh mantel. Variasi dalam kepadatan ini bisa bersifat materia
l (dari kimia batuan), mineral (dari variasi struktur mineral), atau termal (mel
alui ekspansi dan kontraksi termal dari energi panas). Manifestasi dari kehetero
genan kepadatan secara lateral adalah konveksi mantel dari gaya apung (buoyancy
forces) [20] Bagaimana konveksi mantel berhubungan secara langsung dan tidak den
gan pergerakan planet masih menjadi bidang yang sedang dipelajari dan dibincangk
an dalam geodinamika. Dengan satu atau lain cara, energi ini harus dipindahkan k
e litosfer supaya lempeng tektonik bisa bergerak. Ada dua jenis gaya yang utama
dalam pengaruhnya ke pergerakan planet, yaitu friksi dan gravitasi.

2.1.6. Gaya Gesek

Basal drag
Arus konveksi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui astenosfer, sehin
gga pergerakan didorong oleh gesekan antara astenosfer dan litosfer.
Slab suction
Arus konveksi lokal memberikan tarikan ke bawah pada lempeng di zona subduksi di
palung samudera. Penyerotan lempengan (slab suction) ini bisa terjadi dalam kon
disi geodinamik di mana tarikan basal terus bekerja pada lempeng ini pada saat i
a masuk ke dalam mantel, meskipun sebetulnya tarikan lebih banyak bekerja pada k
edua sisi lempengan, atas dan bawah
2.1.7. Gravitasi
Runtuhan gravitasi: Pergerakan lempeng terjadi karena lebih tingginya lempeng di
oceanic ridge. Litosfer samudera yang dingin menjadi lebih padat daripada mante
l panas yang merupakan sumbernya, maka dengan ketebalan yang semakin meningkat l
empeng ini tenggelam ke dalam mantel untuk mengkompensasikan beratnya, menghasil
kan sedikit inklinasi lateral proporsional dengan jarak dari sumbu ini. :Dalam t
eks-teks geologi pada pendidikan dasar, proses ini sering disebut sebagai sebuah
doronga. Namun, sebenarnya sebutan yang lebih tepat adalah runtuhan karena topo
grafi sebuah lempeng bisa jadi sangat berbeda-beda dan topografi pematang (ridge
) yang melakukan pemekaran hanyalah fitur yang paling dominan. Sebagai contoh, p
embengkakan litosfer sebelum ia turun ke bawah lempeng yang bersebelahan menghas
ilkan kenampakan yang bisa mempengaruhi topografi. Lalu, mantel plume yang menek
an sisi bawah lempeng tektonik bisa juga mengubah topografi dasar samudera.
Slab-pull (tarikan lempengan)
Pergerakan lempeng sebagian disebabkan juga oleh berat lempeng yang dingin dan p
adat yang turun ke mantel di palung samudera.[21] Ada bukti yang cukup banyak ba
hwa konveksi juga terjadi di mantel dengan skala cukup besar. Pergerakan ke atas
materi di mid-oceanic ridge mungkin sekali adalah bagian dari konveksi ini. Beb
erapa model awal Tektonik Lempeng menggambarkan bahwa lempeng-lempeng ini menump
ang di atas sel-sel seperti ban berjalan. Namun, kebanyakan ilmuwan sekarang per
caya bahwa astenosfer tidaklah cukup kuat untuk secara langsung menyebabkan perg
erakan oleh gesekan gaya-gaya itu. Slab pull sendiri sangat mungkin menjadi gaya
terbesar yang bekerja pada lempeng. Model yang lebih baru juga memberi peranan
yang penting pada penyerotan (suction) di palung, tetapi lempeng seperti Lempeng
Amerika Utara tidak mengalami subduksi di manapun juga, tetapi juga mengalami p
ergerakan seperti juga Lempeng Afrika, Eurasia, dan Antarktika. Kekuatan pengger
ak utama untuk pergerakan lempeng dan sumber energinya itu sendiri masih menjadi
bahan riset yang sedang berlangsung
2.1.8. Gaya dari luar
Dalam studi yang dipublikasikan pada edisi Januari-Februari 2006 dari buletin Ge
ological Society of America Bulletin, sebuah tim ilmuwan dari Italia dan Amerika
Serikat berpendapat bahwa komponen lempeng yang mengarah ke barat berasal dari
rotasi Bumi dan gesekan pasang bulan yang mengikutinya. Mereka berkata karena Bu
mi berputar ke timur di bawah bulan, gravitasi bulan meskipun sangat kecil menar
ik lapisan permuikaan bumi kembali ke barat. Beberapa juga mengemukakan ide kont
roversial bahwa hasil ini mungkin juga menjelaskan mengapa Venus dan Mars tidak
memiliki lempeng tektonik, yaitu karena ketiadaan bulan di Venus dan kecilnya uk
uran bulan Mars untuk memberi efek seperti pasang di bumi.[22] Pemikiran ini sen
diri sebetulnya tidaklah baru. Hal ini sendiri aslinya dikemukakan oleh bapak da
ri hipotesis ini sendiri, Alfred Wegener, dan kemudian ditentang fisikawan Harol
d Jeffreys yang menghitung bahwa besarnya gaya gesek oasang yang diperlukan akan
dengan cepat membawa rotasi bumi untuk berhenti sejak waktu lama. Banyak lempen
g juga bergerak ke utara dan barat, bahkan banyaknya pergerakan ke barat dasar S
amudera Pasifik adalah jika dilihat dari sudut pandang pusat pemekaran (spreadin
g) di Samudera Pasifik yang mengarah ke timur. Dikatakan juga bahwa relatif deng
an mantel bawah, ada sedikit komponen yang mengarah ke barat pada pergerakan sem
ua lempeng
2.1.9. Signifikansi relatif masing-masing mekanisme
Pergerakan lempeng berdasar pada data satelit GPS NASA JPL. Vektor di sini menun
jukkan arah dan magnitudo gerakan. (gambar 9)
Vektor yang sebenarnya pada pergerakan sebuah planet harusnya menjadi fungsi sem

ua gaya yang bekerja pada lempeng itu. Namun, masalahnya adalah seberapa besar s
etiap proses ambil bagian dalam pergerakan setiap lempeng Keragaman kondisi geod
inamik dan sifat setiap lempeng seharusnya menghasilkan perbedaan dalam seberapa
proses-proses tersebut secara aktif menggerakkan lempeng. satu cara untuk menga
tasi masalah ini adalah dengan melihat laju di mana setiap lempeng bergerak dan
mempertimbangkan bukti yang ada untuk setiap kekuatan penggerak dari lempeng ini
sejauh mungkin. Salah satu hubungan terpenting yang ditemukan adalah bahwa lemp
eng litosferik yang lengket pada lempeng yang tersubduksi bergerak jauh lebih ce
pat daripada lempeng yang tidak. Misalnya, Lempeng Pasifik dikelilingi zona subd
uksi (Ring of Fire) sehingga bergerak jauh lebih cepat daripada lempeng di Atlan
tik yang lengket pada benua yang berdekatan dan bukan lempeng tersubduksi. Maka,
gaya yang berhubungkan dengan lempeng yang bergerak ke bawah (slab pull dan sla
b suction) adalah kekuatan penggerak yang menentukan pergerakan lempeng kecuali
untuk lempeng yang tidak disubduksikan. Walau bagaimanapun juga, kekuatan pengge
rak pergerakan lempeng itu sendiri masih menjadi bahan perdebatan dan riset para
ilmuwan

Anda mungkin juga menyukai