Pelaporan Korporat - Transaksi Berbasis Syariah
Pelaporan Korporat - Transaksi Berbasis Syariah
A. AKAD MUDHARABAH
Mudharabah berasal dari kata adhdharby fil ardhi yaitu bepergian untuk urusan
dagang. Qardh yang berasal dari kata alqardhu berarti potongan, karena pemilik
memotong
sebagian
hartanya
untuk
diperdagangkan
dan
memperoleh
sebagian
keuntungan. Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara pemilik dana
dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi
hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan
ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence, atau
volation oleh pengelola dana.
Jenis Akad Mudharabah
a. Mudharabah Muthlaqah, yaitu dimana pemilik dananya memberikan kebebasan
kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Dan pengelola dana memiliki
kewenangan untuk melakukan apa saja dalam pelaksanaan bisnis bagi keberhasilan
tujuan mudharabah itu.
b. Mudharabah Muqayyadah, yaitu dimana pemilik dana memberikan batasan kepada
pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara, dan/atau objek investasi atau
sector usaha. Misal: tidak mencampurkan dana yang dimiliki oleh pemilik dana
dengan dana lainnya; tidak mengiventasikan dananya pada transaksi penjualan
cicilan, tanpa penjamin, atau tanpa jaminan; mengharuskan pengelola dana untuk
melakukan
investasi
sendiri
tanpa
melalui
pihak
ketiga.
c. Mudharabah Musytarakah, merupakan perpaduan antara akad mudharabah dan
musyarakah yaitu dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam
kerja sama investasi. Di awal kerjasama, akad yang disepakati adalah akad
mudharabah dengan modal 100% dari pemilik dana, setelah berjalannya operasi
usaha
dengan
pertimbangan
tertentu
dan
kesepakatan
dengan
pemilik
dana,
pengelola dana ikut menanamkan modalnya dalam usaha tersebut.
Rukun dan Ketentuan Syariah Mudharabah
a. Pelaku
b. Objek Mudharabah
c. Ijab Kabul
d. Nisbah Keuntungan
Prinsip Pembagian Hasil Usaha
a. Menurut PSAK 105 par 11
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi
dan prinsip bagi hasil. Dasar pembagian hasil usaha berdasarkan prinsip bagi
(profit sharing) adalah laba netto/laba bersih yaitu laba kotor dikurangi beban
berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah. Dan dasar pembagian hasil
berdasarkan prinsip bagi hasil adalah laba bruto/laba kotor bukan pendapatan
dengan nisbah pemilik dana.
laba
laba
yang
usaha
usaha
b.
Bagi
hasil
untuk
akad
mudharabah
musytarakah
(PSAK
105
par
34)
- Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai nisbah yang
disepakati, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola
dana tersebut dibagi antara pengelola dana dengan pemilik dana sesuai dengan
porsi modal masing-masing; atau
- Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai dengan porsi
modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk
pengelola dana tersebut dibagi antara pengelola dana dengan pemilik dana sesuai
dengan nisbah yang disepakati.
Penyajian Akad Mudharabah
a. Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dala laporan keuangan sebesar nilai
tercatat;
b. Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:
- Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk
setiap jenis mudharabah;
- Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah
diserahkan kepada pemilik dana dan disajikan sebagai
dibagikan sebagai kewajiban.
diperhitungkan tetapi
pos bagi hasil yang
belum
belum
hal-hal
yang
terkait
dengan
transaksi
mudharabah,
c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
AKAD MUSYARAKAH
Musyarakah
adalah
akad
kerjasama
antara
dua
pihak
atau
lebih
untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian
berdasarkan porsi kontribusi dana.
Jenis Akad Musyarakah
Jenis akad musyarakah dibedakan menjadi dua, yaitu Syirkah Al Milk dan Syirkah Al
uqud (kontrak).
dimana masing-masing
menjalankan
usahanya
menyumbangkan nama
- Syirkah Inan, merupakan sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi pihakpihak yang terlibat
didalamnya adalah tidak sama, baik dalam hal modal maupun pekerjaan. Setiap mitra bertindak
sebagai agen untuk kepentingan pihak lain (mutual agency), karena tindakan yang dilakukan atas
nama mitra lain harus berdasarkan pengakuan hukum.
Syirkah
Mufawwadhah,
merupakan
sebuah
persekutuan
dimana
posisi
dan
komposisi pihak-pihak yang terlibat didalamnya harus sama, baik dalam hal
modal, pekerjaan, agama, keuntungan maupun resiko kerugian. Bentuk syirkah ini
seperti firma, namun dalam firma jumlah modal yang disetorkan tidak harus
sama.
Rukun dan Ketentuan Syariah Mudharabah
a. Pelaku
b. Objek Musyarakah
c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab Kabul)
d. Nisbah
Penyajian Akad
a. Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha musyarakah
dalam laporan keuangan:
- Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai investasi
musyarakah;
- Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan pada
nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi musyarakah.
b. Pengelola menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha musyarakah
dalam laporan keuangan:
- Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima dari mitra
pasif disajikan sebagai investasi musyarakah;
- Aset musyarakah
syirkah temporer;
yang
diterima
dari
mitra
pasif
disajikan
sebagai
unsur
dana
PSAK
No.
C. AKAD MURABAHAH
Murabahah
adalah
transaksi
penjualan
barang
dengan
menyatakan
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati antara penjual dan pembeli.
harga
b. Murabahah tanpa pesanan, murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat dan pembeli
dapat membatalkan akad pembelian.
dapat
diserahkan
tanpa
tergantung
dengan
kejadian
tertentu
dimasa
13
b. Beban murabahah
murabahah.
tangguhan
disajikan
sebagai
pengurang
(contra
account)
utang
murabahah,
tetapi
hal-hal
yang
terkait
dengan
transaksi
pemesanan
dalam
murabahah
berdasarkanpesanan
sebagai
kewajiban
atau
b. Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas
pada:
- nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah;
- jangka waktu murabahah tangguh;
c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan
Nomor 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Standar
Akuntansi
Keuangan
D. AKAD SALAM
Salam berasal dari kata As salaf yaitu pendahuluan karena pemesan barang
menyerahkan uangnya di muka. Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan
pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli
(al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Karakteristik Akad Salam
a. Harga, spesifikasi, karakteristik, kualitas, kuantitas dan waktu penyerahan aset yang
dipesan
sudah
ditentukan
dan
disepakati
ketika
akad
terjadi;
b. Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak dapat berubah
selama jangka waktu akad. Apabila barang yang dikirim tidak sesuai dengan ketentuan
yang telah disepakati sebelumnya, maka pembeli boleh melakukan khiar yaitu
memilih apakah transaksi dilanjutkan atau dibatalkan.
usaha
usaha
usaha
- Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan barang kepada
pembeli.
- Dalam transaksi salam paralel, selisih antara jumlah yang dibayar oleh pembeli dan
biaya
perolehan
barang
pesanan
diakui
keuntungan/kerugian
pada
saat
penyerahan barang pesanan oleh penjual.
- Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui
transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih
yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari
biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
b. Akuntansi Untuk pembeli
- Pengakuan piutang salam
dialihkan kepada penjual.
diakui
pada
saat
modal
usaha
salam
dibayarkan
atau
- Modal salam dalam bentuk kas (sejumlah yg dibayarkan). Jika modal salam dalam
bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai wajar dan nilai
tercatat aset nonkas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian
pada saat penyerahan modal usaha tersebut.
- Dalam penerimaan barang pesanan: jika barang pesanan sesuai dengan akad,
maka dinilai sesuai nilai yang disepakati;jika barang pesanan berbeda kualitasnya:
(a) Nilai wajarbarang pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari
nilai yang tercantum dalam akad;maka barang pesanan yang diterima diukur
dengan nilai akad;
(b) Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari nilai yang
tercantum
dalam
akad;
maka
barang
pesanan
yang
diterima
diukurdengan
nilai
wajar
pada
saat
diterima
dan
selisihnya
diakui
sebagai
kerugian.
- Jika pembeli menolak sebagian atau seluruh barang pesanan:
(c) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai
jaminan
atas
barang
pesanan
serta
hasil
penjualan
jaminan
tersebut
lebih
kecil dari nilai piutang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam
dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang kepada penjual.
- Jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang salam
maka selisihnya menjadi hak penjual.
- Denda yang diterima dan diberlakukan oleh pembeli diakui sebagai bagian dana
kebajikan.Denda
hanya
boleh
dikenakan
kepada
penjual
yang
mampu
menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya. Hal ini tidak
berlaku bagi penjual yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena force
majeur.
Pengungkapan Akad Salam
a. Penjual dalam transaksi salam:
- Piutang salam kepada produsen
istimewa;
- Jenis dan kuantitas barang pesanan;
(dalam
salam
paralel)
yang
memiliki
hubungan
yang
dibiayai
sendiri
maupun
yang
dibiayai
secara
AKAD ISTISHNA
Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual
(pembuat/shani). Shani akan menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi
yang telah disepakati dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (istishna
paralel).
Karakteristik Akad Istishna
Barang pesanan harus memenuhi kriteria:
a. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;
b.Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk massal;
c. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis,
kualitas, dan kuantitasnya.
Jenis Akad Istishna
a. Istishna adalah akad jual beli dalam bentukpemesanan pembuatan barang tertentu
dengan
kriteria
dan
persyaratan
tertentu
yang
disepakati
antara
pemesan
(pembeli/mustashni)
dan
penjual
(pembuat/shani).
b. Istishna Paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan,
dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad
istishna dengan pihak lain (sub kontraktor) yang dapat memenuhi aset yang dipesan
pembeli.
Rukun dan Ketentuan Akad Istishna
a. Pelaku terdiri dari pemesan
Harus cakap hukum dan baligh;
(pembeli/
mustashni)
dan
penjual
(pembuat,
shani).
b. Obyek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna yang berbentuk
harga;
c. Ijab kabul/serah terima.
Ketentuan
syariah
untuk
akad
salam
juga
berlaku
untuk
a. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau
akad
istisna:
hal-hal
sebagai
berikut:
sebesar jumlah yang belum
- Termin istishna' yang berasal dari transaksi istishna' sebesar jumlah tagihan termin penjual kepada
pembeli akhir.
b. Pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:
- Hutang
dilunasi;
ishtisna'
sebesar
tagihan
dari
produsen
atau
kontraktor
yang
belum
Aset
istishna'
dalam
kontrak penjualan kepada
biaya perolehan, jika istishna'.
penyelesaian
sebesarpersentase
penyelesaian
dari
nilai
pembeli akhir, jika istishna' paralel; ataukapitalisasi
akuntansi
- Metode yang
sedang berjalan;
transaksi
yang
digunakan
istishna'
digunakan
dalam
dalam
dalam
penentuan
laporan
keuangan,
pengukuran
persentase
tetapi
pendapatan
penyelesaian
tidak
kontrak
kontrak
yang
- Rincian piutang istishna' berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan kualitas piutang;
b. Pembeli mengungkapkan transaksi istishna dalam laporan keuangan, tetapi tidak
terbatas, pada:
- Rincian utang istishna berdasarkan jumlah dan jangka waktu;
- Pengungkapan yang diperlukan sesuai psak no. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
AKAD IJARAH
akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam
waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri.
Jenis Akad Ijarah
a. Berdasarkan obyek yang disewakan:
- Manfaat atas aset: aset dapat berupa aset yang
atau aset bergerak seperti mobil, motor, pakaian dan sebagainya.
tidak
bergerak
seperti
rumah
- Manfaat atas jasa: berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.
b. Berdasarkan ED PSAK:
- Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset atau jasa,
dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas aset itu sendiri.
- Ijarah muntahia bittamlik (IMBT) merupakan ijarah dengan waad
pemberi sewa berupa perpindahan kepemilikan obyek ijarah pada saat tertentu.
(janji)
dari
- Jual dan sewa kembali (sale and leaseback) atau transaksi jual dan ijarah: terjadi
di mana seseorang menjual asetnya kepada pihak lain dan menyewa kembali aset
tersebut.Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan
tidak saling bergantung (taalluq)
Rukun dan Ketentuan Akad Ijarah
a. Pelaku ijarah: baligh dan cakap hukum;
b. Obyek akad ijarah, yaitu: manfaat aset/majur dan pembayaran sewa; atau manfaat
jasa dan pembayaran upah;
c. Pernyataan/sighat ijab qabul
yang
terkait,
e. Haram/segala unsur yang dilarang tegas dalam Al-quran dan As-sunah, baik dalam
barang/jasa ataupun aktivitas operasional terkait.
3. Kemaslahatan (maslahah), yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi
dan ukhrawi, meterial dan spiritual, serta individual dan kelektif.
4. Keseimbangan (tawazun), yaitu keseimbangan antara aspek material dan spiritual, antara aspek
privat dan publik, antara sektor keuangan dan sektor rill, antara bisnis dan sosial serta antara
aspek pemanfaatan serta pelestarian.
5. Universalisme (syumuliah), dimana esensinya dapat dilakukan oleh, dengan dan untuk semua
pihak yang berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan, sesuai dengan
semangat kerahmatan semesta (rahmatan li alamin).
D. Tujuan laporan keuangan
1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan
usaha.
2. Informasi kepatuhan entitas syariah tidak sesuai dengan prinsip syariah, serta informasi aset,
kewajiban pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah bila ada dan
bagaimana perolehan dan penggunaannya.
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tangung jawab entitas syariah terhadap
amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikan pada tingkat keuntungan yang layak.
4. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan
pemilik dana syirkah temporer; dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban (obligation)
fungsi sosial entitas termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf.
E. Bentuk Laporan Keuangan
Laporan keuangan Entitas terdiri atas
Entitas syariah mengungkapkan hal-hal berikut di Neraca atau di Catatan atas Laporan Keuangan
a) Posisi keuangan entitas syariah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini menyajiakn informasi
tentang sumber daya yang dikendalikan.
b) Informasi kinerja entitas syariah, yang dapat disusun berdasarkan definisi dana seperti
seluruh sumber daya keuangan, modal kerja aset likuid atau kas. Kerangka ini tidak
mendefinisikan dana secara spesifik.
c) Informasi lain, Merupakan informasi yang tidak diatur secara khusus tatapi relevan bagi
pengambilan keputusan sebagai besar pengguna laporan keuangan.
d) Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan yang relevan
termasuk pengungkapan tentang resiko dan ketidak pastian yang mempengeruhi entitas,
informasi tentang segmen industri dan geografi serta pengaruh perubahan harga terhadap
entitas juga dapat disajikan.
F. Asumsi Dasar
1. Dasar Akrual (accrual basic), dimana Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual,
maksudnya bahwa pengaruh transaksi dan peistiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan
pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi
serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode bersangkutan.
2. Kelangsungan Usaha (going consern), Laporan keuangan biasannya disusun atas dasar asumsi
kelangsungan usaha entitas syariah yang akan melanjutkan usahannya di masa depan.
Karakkteristik
a. Keandalan
Andal, diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material,
dan dapar diandalkan sebagai penyajian yang jujur (faithful representation) dari yang seharusnya
disajikan atau yang diharapkan dapat disajikan.
b. Dapat dibandingkan
Pamakai harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas syariah agar periode
untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga
harus dapat membandingkan laporan keuangan agar entitas syariah untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
G. Unsur-unsur laporan keuangan
Sesuai karakteristik,laporan keuangan entitas syariah,antara lain meliputi: Komponen laporan
keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang terdiri atas laporan keuangan,laporan laba
rugi,laporan arus kas,serta laporan perubahan ekuitas
Posisi keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
aset,kewajaban dana syirkah temporer dan ekuitas.pos-pos ini di definisikan sebagai berikut.
a. Aset adalah sumber daya yang di kuasai oleh entitas syariah sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan di harapkan akan di peroleh entitas syariah.
b. Kewajiban merupakan utang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa masa
lalu,penyelesaiannya di harapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas syariah
yang mengandung manfaat ekonomi.
c. Dana syirkah temporer adalah dana yang di terima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu
dari individu da pihak lainnya di mana entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan
menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.
Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban, karena entitas syariah tidak
berkewajiban untuk mengembalikan dana awal dari pemilik dana ketika mengalami kerugian
kecuali akibat kelalaian atau wanprestasi entitas syariah.namun demikian,dia juga tidak dapat
di golongkan sebagai ekuitas karena mempunyai waktu jatuh tempo dan tidak memiliki hak
kepemilikan yang sama dengan pemegang saham.
d. Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua kewajiban dan
dana syirkah temporer.ekuitas dapat di subklasifikasikan menjadi setoran modal pemegang
saham,saldo laba, penyisihan saldo laba dan penyisihan penyusuaian pemeliharaan modal.
Kinerja
Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih( laba) adalah penghasilan
dan beban.unsur penghasilan dan bebandi devinisikan sebagai berikut.
Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang sama
atau setara aset diperoleh sekarang.
c. Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/settlement value)
Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual
aset dalam pelepasan normal (orderlydisposal).
Tadlis, yaitu sebuah situasi di mana salah satu dari pihak yang bertransaksi berusaha untuk
menyembunyikan informasi dari pihak yang lain (unknown to one party) dengan maksud
untuk menipu pihak tersebut atas ketidaktahuan akan informasi objek yang
diperjualbelikan. Hal ini bisa penipuan berbentuk kuantitas (quantity), kualitas (quality),
harga (price), ataupun waktu penyerahan (time of delivery) atas objek yang ditransaksikan.
Sebagai contoh : apabila kita menjual hp second dengan kondisi baterai yang sudah sangat
lemah, ketika kita menjual hp tersebut tanpa memberitahukan (menutupi) kepada pihak
pembeli, maka transaksi yang kita lakukan menjadi haram hukumnya.
Ikhtikar. Ikhtikar adalah sebuah situasi di mana produsen/penjual mengambil keuntungan di
atas keuntungan normal dengan cara mengurangi supply (penawaran) agar harga produk yang
dijualnya naik. Ikhtikar ini biasanya dilakukan dengan membuat entry barrier (hambatan
masuk pasar), yakni menghambat produsen/penjual lain masuk ke pasar agar ia menjadi
pemain tunggal di pasar (monopoli), kemudian mengupayakan adanya kelangkaan barang
dengan cara menimbun stock (persediaan), sehingga terjadi kenaikan harga yang cukup tajam
di pasar. Ketika harga telah naik, produsen tersebut akan menjual barang tersebut dengan
mengambil keuntungan yang berlimpah. Sebagai contoh: ketika akan dirumorkan oleh
pemerintah bahwa tarif bbm akan dinaikan, maka marak terjadinya penimbunan bbm oleh
para penjual nakal. Hal ini mereka lakukan agar dapat menjual bbm dengan tarif yang sudah
dinaikkan, sehingga mereka mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Bai Najasy adalah sebuah situasi di mana konsumen/pembeli menciptakan demand
(permintaan) palsu, seolah-olah ada banyak permintaan terhadap suatu produk sehingga harga
jual produk itu akan naik. Cara yang bisa ditempuh bermacam-macam, seperti menyebarkan
isu, melakukan order pembelian, dan sebagainya. Ketika harga telah naik maka yang
bersangkutan akan melakukan aksi ambil untung dengan melepas kembali barang yang sudah
dibeli, sehingga akan mendapatkan keuntungan yang besar. Sebagai contoh : ini sangat rentan
terjadi ketika pelelangan suatu barang. Biasanya yang mengadakan pelelangan bekerja sama
dengan beberapa peserta pelelangan dimana mereka bertugas untuk berpura-pura melakukan
penawaran terhadap barang yang dilelang, dengan kata lain untuk menaikkan harga barang
yang dilelang tersebut.
Taghrir (Gharar), yaitu menurut mahzab Imam Safi`e seperti dalam kitab Qalyubi wa
Umairah: Al-ghararu manthawwats `annaa `aaqibatuhu awmaataroddada baina amroini
aghlabuhuma wa akhwafuhumaa. Artinya: gharar itu adalah apa-apa yang akibatnya
tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling mungkin muncul adalah yang
paling kita takuti.
Wahbah al-Zuhaili memberi pengertian tentang gharar sebagai al-khatar dan altaghrir, yang
artinya penampilan yang menimbulkan kerusakan (harta) atau sesuatu yang tampaknya
menyenangkan tetapi hakekatnya menimbulkan kebencian, oleh karena itu dikatakan: aldunya mata`ul ghuruur artinya dunia itu adalah kesenangan yang menipu. Dengan demikian
menurut bahasa, arti gharar adalah al-khida` (penipuan), suatu tindakan yang didalamnya
diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. Gharar dari segi fiqih berarti penipuan dan tidak
mengetahui barang yang diperjualbelikan dan tidak dapat diserahkan. Gharar terjadi apabila,
kedua belah pihak saling tidak mengetahui apa yang akan terjadi, kapan musibah akan
menimpa, apakah minggu depan, tahun depan, dan sebagainya. Ini adalah suatu kontrak yang
dibuat berasaskan andaian (ihtimal) semata. Inilah yang disebut gharar (ketidak jelasan) yang
dilarang dalam Islam, kehebatan sistem Islam dalam bisnis sangat menekankan hal ini, agar
kedua belah pihak tidak didzalimi atau terdzalimi. Karena itu Islam mensyaratkan beberapa
syarat sahnya jual beli, yang tanpanya jual beli dan kontrak menjadi rusak, diantara syaratsyarat tersebut adalah:
Timbangan yang jelas (diketahui dengan jelas berat jenis yang ditimbang)
Barang dan harga yang jelas dan dimaklumi (tidak boleh harga yang majhul (tidak diketahui
ketika beli).
Mempunyai tempo tangguh yang dimaklumi
Ridha kedua belah pihak terhadap bisnis yang dijalankan.
Imam an-Nawawi menyatakan, larangan gharar dalam bisnis Islam mempunyai perananan
yang begitu hebat dalam menjamin keadilan, jika kedua belah pihak saling meridhai, kontrak
tadi secara dztnya tetap termasuk dalam kategori bay al-gharar yang diharamkkan.
Riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam tarnsaksi bisnis tanpa adanya pengganti (iwad)
yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut (Imam Sarakhzi).
Al-Quran dan Sunnah dengan sharih telah menjelaskan keharaman riba dalam berbagai
bentuknya; dan seberapun banyak ia dipungut. Allah swt berfirman;
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang
itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. [TQS Al Baqarah (2):
275]
Jenis-jenis Riba :
a) Riba Nasii`ah.
Riba Nasii`ah adalah tambahan yang diambil karena penundaan pembayaran utang untuk
dibayarkan pada tempo yang baru, sama saja apakah tambahan itu merupakan sanksi atas
keterlambatan pembayaran hutang, atau sebagai tambahan hutang baru. Misalnya, si A
meminjamkan uang sebanyak 200 juta kepada si B; dengan perjanjian si B harus
mengembalikan hutang tersebut pada tanggal 1 Januari 2009; dan jika si B menunda
pembayaran hutangnya dari waktu yang telah ditentukan (1 Januari 2009), maka si B wajib
membayar tambahan atas keterlambatannya; misalnya 10% dari total hutang. Tambahan
pembayaran di sini bisa saja sebagai bentuk sanksi atas keterlambatan si B dalam melunasi
hutangnya, atau sebagai tambahan hutang baru karena pemberian tenggat waktu baru oleh si
A kepada si B. Tambahan inilah yang disebut dengan riba nasiiah.
b) Riba Fadlal.
Riba fadlal adalah riba yang diambil dari kelebihan pertukaran barang yang sejenis. Dalil
pelarangannya adalah hadits yang dituturkan oleh Imam Muslim.
Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, syair dengan syair,
kurma dengan kurma, garam dengan garam, semisal, setara, dan kontan. Apabila jenisnya
berbeda, juallah sesuka hatimu jika dilakukan dengan kontan.HR Muslim dari Ubadah bin
Shamit ra).
c) Riba al-Yadd.
Riba al-Yadd yang disebabkan karena penundaan pembayaran dalam pertukaran barangbarang. Dengan kata lain, kedua belah pihak yang melakukan pertukaran uang atau barang
telah berpisah dari tempat aqad sebelum diadakan serah terima. Larangan riba yadd
ditetapkan berdasarkan hadits-hadits berikut ini;
Emas dengan emas riba kecuali dengan dibayarkan kontan, gandum dengan gandum riba
kecuali dengan dibayarkan kontan; kurma dengan kurma riba kecuali dengan dibayarkan
kontan; kismis dengan kismis riba, kecuali dengan dibayarkan kontan (HR al-Bukhari dari
Umar bin al-Khaththab)
d) Riba Qardl.
Riba qaradl adalah meminjam uang kepada seseorang dengan syarat ada kelebihan atau
keuntungan yang harus diberikan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman.
Maisir
Menurut bahasa maisir berarti gampang/mudah. Menurut istilah maisir berarti memperoleh
keuntungan tanpa harus bekerja keras. Maisir sering dikenal dengan perjudian karena dalam
praktik perjudian seseorang dapat memperoleh keuntungan dengan cara mudah. Dalam
perjudian, seseorang dalam kondisi bisa untung atau bisa rugi.
Judi dilarang dalam praktik keuangan Islam, sebagaimana yang disebutkan dalam firman
Allah sebagai berikut:
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah, Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya (QS. Al Baqarah : 219)
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan, maka jauhilah perbuatanperbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan (QS Al-Maaidah : 90)
Pelarangan maisir oleh Allah SWT dikarenakan efek negative maisir. Ketika melakukan
perjudian seseorang dihadapkan kondisi dapat untung maupun rugi secara abnormal. Suatu
saat ketika seseorang beruntung ia mendapatkan keuntungan yang lebih besar ketimbang
usaha yang dilakukannya. Sedangkan ketika tidak beruntung seseorang dapat mengalami
kerugian yang sangat besar. Perjudian tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan keseimbangan
sehingga diharamkan dalam sistem keuangan Islam.
Yang dimaksud bai hadir lil baad adalah orang kota yang menjadi calo untuk orang
pedalaman atau bisa jadi bagi sesama orang kota. Calo ini mengatakan, Engkau tidak perlu
menjual barang-barangmu sendiri. Biarkan saya saja yang jualkan barang-barangmu, nanti
engkau akan mendapatkan harga yang lebih tinggi.
Menurut jumhur, jual beli ini haram, namun tetap sah (Lihat Al Mawsuah Al Fiqhiyyah, 9:
84).
Namun ada beberapa syarat yang ditetapkan oleh para ulama yang menyebabkan jual beli ini
menjadi terlarang, yaitu:
Barang yang ia tawarkan untuk dijual adalah barang yang umumnya dibutuhkan oleh orang
banyak, baik berupa makanan atau yang lainnya. Jika barang yang dijual jarang dibutuhkan,
maka tidak termasuk dalam larangan.
Jual beli yang dimaksud adalah untuk harga saat itu. Sedangkan jika harganya dibayar secara
diangsur, maka tidaklah masalah.
Orang desa tidak mengetahui harga barang yang dijual ketika sampai di kota. Jika ia tahu,
maka tidaklah masalah. (Al Mawsuah Al Fiqhiyyah, 9: 83)
Risywah (Suap)
Risywah menurut bahasa berarti: pemberian yang diberikan seseorang kepada hakim atau
lainnya untuk memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk
mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan kehendaknya. (al-Misbah al-Munir/al Fayumi, alMuhalla/Ibnu Hazm). Atau pemberian yang diberikan kepada seseorang agar mendapatkan
kepentingan tertentu (lisanul Arab, dan mujam wasith).
Sedangkan menurut istilah risywah berarti: pemberian yang bertujuan membatalkan yang
benar atau untuk menguatkan dan memenangkan yang salah. (At-Tarifat/aljurjani 148).
Dari definisi di atas ada dua sisi yang saling terkait dalam masalah risywah; Ar-Rasyi
(penyuap) dan Al-Murtasyi (penerima suap), yang dua-duanya sama-sama diharamkan dalam
Islam menurut kesepakatan para ulama, bahkan perbuatan tersebut dikategorikan dalam
kelompok dosa besar. Sebagaimana yang telah diisyaratkan beberapa nash Al-Quran dan
Sunnah Nabawiyah berikut ini:
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,
supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan
berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (QS Al Baqarah 188)
Menurut Sri Nurhayati & Wasilah (2009), instrumen keuangan syariah dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Akad investasi yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk uncertainty contract.
Kelompok akad ini adalah sebagai berikut :
- Mudharabah, yaitu bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih, dimana pemilik modal
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola untuk melakukan kegiatan usaha dengan
nisbah bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh menurut kesepakatan di muka.
- Musyarakah adalah akad kerja sama yang terjadi antara para pemilik modal untuk
menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu kemitraan, dengan
nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara
proporsional sesuai dengan kontribusi modal.
- Sukuk adalah surat utang yang sesuai dengan prinsip syariah.
Sumber :
http://www.potretakuntansi.xyz/2015/10/instrumen-keuangan-syariah.html
http://www.potretakuntansi.xyz/2015/10/konsep-keuntungan-dalam-syariah.html
https://datakata.wordpress.com/2014/11/26/transaksi-yang-dilarang-dalam-islam-akuntansi-syariah/
Pelaporan Korporat
Transaksi Berbasis Syariah dan Pelaporan Keuangan Syariah
Tugas Individu
Disusun oleh :
Peggy Anna Theodora Ambarita
(01044881517009)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016