Anda di halaman 1dari 1

Mardiah, warga Kampung Pulo mengatakan bahwa tak ada fasilitas air bersih di dalam rumah.

Tiap hari, ratusan warga berbondong-bondong menuju rakit bambu yang mengambang di pinggir
Kali Ciliwung untuk mencuci, mandi, buang air besar, dll. Separuh warga menggunakan air Kali
Ciliwung untuk kebutuhan sehari-hari.
Pemerintah membuat rencana untuk melakukan normalisasi di sungai Ciliwung dengan
mengubah struktur ruang Kampung Pulo sesuai Perda RDTR DKI 2014. Karena Kampung Pulo
menghalangi aliran sungai Ciliwung, sehingga sering terjadi banjir. Maka, Gubernur DKI Jakarta
memastikan penggusuran Kampung Pulo harus dilakukan untuk mengatasi banjir ibukota.
Sebelum penggusuran dilakukan, berbagai upaya dilakukan Ahok untuk membujuk warga
Kampung Pulo untuk pindah dari lokasi yang kerap digenangi banjir karena terletak di bantaran
Kali Ciliwung tersebut. Misal pada 4 Agustus kemarin, Ahok menemui perwakilan warga
Kampung Pulo dan menawarkan konversi 1,5 kali luas tanah menjadi 150 meter persegi rumah
susun. Meski dialog sudah dilakukan berkali-kali, namun ternyata upaya penggusuran tak
berjalan mulus. Sebab sebagian warga berkeras untuk bertahan, sehingga pemerintah melakukan
penggusuran secara paksa. Masyarakat kota yang melihat kejadian ini pun banyak yang setuju
dengan pemerintah karena wilayah Kampung Pulo dinilai kumuh dan tidak layak. Kebayakan
warga Kampung Pulo berasal dari masyarakat yang tinggal di kota yang mencari tempat tinggal.
Tetapi setelah penggusuran dilaksanakan, masyarakat kota mulai menilai baik dan menerima
keberadaan warga Kampung Pulo.

Anda mungkin juga menyukai