PENDAHULUAN
diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum
usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih.2
1.2 Batasan Masalah
Portofolio ini membahas mengenai otitis media akut yang meliputi
anatomi telinga, dan definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, diagnosis,
pentalaksanaan, dan komplikasi otits media akut.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan portofolio ini adalah unutk memahami mengenai
anatomi telinga, dan definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, diagnosis,
pentalaksanaan, dan komplikasi otits media akut.
1.4 Metode Penulisan
Portofolio ini disusun berdasarkan studi kepustakaan dengan merujuk ke
berbagai literatur.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
oleh satu atau lebih cabang timpani dari arteri karotis interna. Dinding anterior ini
terutama berperan sebagai muara tuba Eustachius. 6
Kavum timpani terdiri dari tulang-tulang pendengaran yaitu maleus, inkus
dan stapes, dua otot yaitu muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, saraf
korda timpani dan saraf pleksus timpanikus. 6
Saraf korda timpani merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke
kavum timpani dari analikulus posterior yang menghubungkan dinding lateral dan
posterior. Korda timpani juga mengandung jaringan sekresi parasimpatetik yang
berhubungan dengan kelenjar ludah sublingual dan submandibula melalui
ganglion ubmandibular. Korda timpani memberikan serabut perasa pada 2/3 depan
lidah bagian anterior. Saraf pleksus timpanikus berasal dari n. timpani cabang dari
nervus glosofaringeus dan dengan nervus karotikotimpani yang berasal dari
pleksus simpatetik disekitar arteri karotis interna. 4
Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani.
Bentuknya seperti huruf S. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm
berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak dibawah 9
bulan adalah 17,5 mm. Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan
rongga telinga tengah dengan nasofaring yang berfungsi sebagai ventilasi,
drainase sekret dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga
tengah. 4
2.1.3 Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak
koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala
vestibuli. 1
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak
skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media
5
diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala
media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan
endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissners
membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran
ini terletak organ Corti. 1
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari
sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ
Corti.1
2.2 Otitis Media Akut
2.2.1 Definisi
Otitis media akut ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.1
2.2.2 Epidemiologi
Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada
saluran pernapasan atas. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media pada
anak berusia 1 thn sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 thn sekitar 83%.
Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode
otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya
tiga kali atau lebih.7
2.2.3 Etiologi
Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan penyebab utama dari otitis
media. Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba Eustachius terganggu, sehingga
pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga sehingga terjadi
peradangan. Hal-hal yang menyebabkan sumbatan pada muara tuba antara lain,
infeksi saluran pernafasan, alergi, perubahan tekanan udara tiba-tiba, tumor, dan
pemasangan tampon yang menyumbat muara tuba.
Streptococcus
hemoliticus,
Haemophilus
Influenzae
(27%),
2.2.5 Stadium
OMA memiliki beberapa stadium berdasarkan pada gambaran membran
timpani yang diamati melalui liang telinga luar yaitu stadium oklusi, stadium
hiperemis, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi.1
7
menyertai OMA dan tidak spesifik juga. Dengan demikian, sejarah klinis saja
tidak bisa untuk menilai adanya OMA, terutama pada anak muda.8
2.2.6.2 Pemeriksaan Fisik
Visualisasi dari membran timpani dengan identifikasi dari perubahan dan
inflamasi diperlukan untuk menegakkan diagnosis dengan pasti. Untuk melihat
membran timpani dengan baik adalah penting bahwa serumen yang menutupi
membran timpani harus dibersihkan dan dengan pencahayaan yang memadai.
Temuan pada otoskop menunjukkan adanya peradangan yang terkait dengan
OMA telah didefinisikan dengan baik. Penonjolan (bulging) dari membran
timpani sering terlihat dan memiliki nilai prediktif tertinggi untuk kehadiran
OMA. Penonjolan (bulging) juga merupakan prediktor terbaik dari OMA.9
Kekeruhan juga merupakan temuan yang konsisten dan disebabkan oleh
edema dari membran timpani. Kemerahan dari membran timpani yang disebabkan
oleh peradangan mungkin hadir dan harus dibedakan dari eritematosa ditimbulkan
oleh demam tinggi. Ketika kehadiran cairan telinga bagian tengah sulit untuk
menentukan, penggunaan timpanometri dapat membantu dalam membangun
diagnosis.10
2.2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis
(penusukan terhadap gendang telinga). Namun pemeriksaan ini tidak dilakukan
pada sembarang anak. Indikasi perlunya timpanosentesis anatara lain OMA pada
bayi berumur di bawah 6 minggu dengan riwayat perawatan intensif di rumah
sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak member
respon pada beberapa pemberian antibiotik atau dengan gejala sangat berat dan
komplikasi.(8) Untuk menilai keadaan adanya cairan di telinga tengah juga
diperlukan pemeriksaan timpanometeri pada pasien.1
2.2.7 Penatalaksanaan
10
sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setrelah pengobatan sekret masih tetap banyak,
kemungkinan telah terjadi mastoiditis.
2.2.8 Komplikasi
Sebelum ada antibiotik, OMA dapat menimbulkan komplikasi yaitu abses
sub-periosteal sampai komplikasi yang berat seperti meningitis dan abses otak.
Namun, sekarang setelah adanya antibiotik semua jenis komplikasi itu biasanya
didapatkan sebagai komplikasi dari OMSK jika perforasi menetap dan sekret tetap
keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan. (1)
BAB III
KESIMPULAN
12
13
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
14
1. Efiaty AS, Nurbaiti, Jenny B, Ratna DR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan :
Telinga, Hidung, Tenggorokan Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta FKUI,
2007: 10-14, 65-74.
2. Diagnosis and management of acute otitis media. Pediatrics. 2004.
Available
at
http://pediatrics.aappublications.org/content/113/5/1451.full.html
3.
16