TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anatomi Mulut
Mulut terbentang dari bibir sampai ke isthmus faucium , yaitu peralihan dari
mulut ke pharynx. Mulut dibagi dalam vestibulum oris, yaitu bagian antara bibir dan
pipi di sebelah luar dengan gusi dan gigi geligi di sebalah dalam dan cavitas oris
propria yang terletak di dalam arcus alveolaris , gusi , dan gigi geligi (Snell, 2006).
Bibir dan pipi terutama tersusun oleh sebagian besar otot orbikulasis oris yang
dipersarafi oleh saraf fasialis. Vermillion berwarna merah karena ditutupi oleh lapisan
tipis epitel skuamosa. Ruangan di antara mukosa pipi bagian dalam dan gigi adalah
vestibulum oris. Muara duktus kelenjar parotis menghadap gigi molar kedua atas
(Snell, 2006).
Gigi ditunjang oleh krista alveolar mandibula dibagian bawah dan krista
alveolar maksila di bagian atas. Gigi pada bayi terdiri dari dua gigi seri, satu gigi
taring dan dua gigi geraham. Gigi dewasa terdiri dari dua gigi seri dan satu gigi
taring, dua gigi premolar dan tiga gigi molar. Permukaan oklusal dari gigi seri
berbentuk menyerupai pahat dan gigi taring tajam, sedangkan gigi premolar dan
molar memiliki permukaan oklusal yang datar. Daerah di antara gigi molar paling
belakang atas dan bawah dikenal dengan trigonum retromolar (Adams, 1997).
2
Palatum membentuk atap mulut. Dapat dibedakan menjadi dua bagian , yaitu
palatum durum dan palatum molle di belakang. Palatum durum dibentuk oleh
professus palatinus ossils maxillae dan lamina horizontalis ossis palatini. Dibatasi
oleh arcus alveolaris dan di belakang berlanjut sebagai palatum molle. Palatum
durum membentuk dasar cavum nasi. Permukaan bawah palatum durum diliputi oleh
mucoperiosteum dan memiliki rigi mediana. Membrana mucosa di kanan dan kiri rigi
ini tampak berlipat lipat (Snell, 2006).
Palatum molle merupakan lipatan yang mudah digerakkan, yang melekat pada
pinggir posterio palatum durum. Pada garis tengah pinggir posteriornya terdapat
penonjolan berbentuk kerucut , disebut uvulla. Pinggir pinggir palatum molle
dilanjutkan sebagai dinding lateral faring. Palatum molle terdiri atas mukosa,
aponeurosis palatina, dan otot. Membrana mucosa meliputi permukaan atas dan
bawah palatum moolle. Apaneurosis palatina adalah lapisan fibrosa yang melekat
pada pinggir posterior palatum durum. Dan merupakan lanjutan dari tendo m. tensor
veli palatini. (Snell, 2006).
2.2
Defenisi
Exostosis adalah pertumbuhan berlebihan yang jinak, terlokalisasi, dan terjadi
di perifer dari tulang dan dengan etiologi yang tidak diketahui. Exostosis ini dapat
memiliki bentuk yang nodular, flat, atau pedunculated protuberence yang berlokasi di
tulang rahang. Biasanya terjadi pada tulang panjang dimana tulang dan otot
Etiologi
Glickman dan Smulow membagi pembesaran tulang buccal alveolar menjadi
dua subtipe, exostosis dan lipping. Walaupun penyebab pastinya belum diketahui,
mereka menyimpulkan bahwa kemungkinan terjadinya perubahan formasi tulang
disebabkan oleh respons terhadap trauma dari oklusi dan menyarankan
bahwa
Etiologi pasti dari exostosis belum diketahui, namun dikatakan bahwa ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan exostosis, yaitu faktor genetik, faktor
lingkungan, otot mastikasi hiperfungsi, dan pertumbuhan rahang terus menerus
(Sonali, 2015).
Peran dari nutrisi dalam menimbulkan exostosis telah di review oleh Eggen et
all, dimana konsumsi ikan air asin di Norwaygia kemungkinan memberikan suplai
vitamin D dan asam lemak tak jenuh , sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan
dari tulang dan dapat menimbulkan exostosis (Smitha, 2014).
2.4
Epidemiologi
Pada tahun 1972, Laranto mempelajari 145 tengkorak asal meksiko dan
orang Eskimo dan Aleuts, tapi dengan prevalensi yang hampir sama antara pria dan
wanita (Smitha, 2014).
Pada penelitian klinis yang dilakukan oleh King dan More , dilaporkan bahwa
Afrika Amerika memiliki prevalensi lebih rendah exostosis mandibula
dibandingkan orang Kaukasia (Smitha, 2014).
2.5
Klasfikasi
Diagnosis
Tatalaksana
Tidak ada exostosis yang memerlukan penanganan, kecuali jika telah
Teknik Pembedahan
Pada teknik pembedahan untuk exostosis, anastesi digunakan untuk memblok
nervous inferior alveolar, dan kemudian digunakan secara lokal di papilla untuk
mengontrol perdarahan di daerah pembedahan. Sebuah alat bipolar electronic surgical
digunakan untuk membuat intrasulcular insisi dari distal menuju exostosis yang akan
dibuang. Sulcular insisi sebaiknya diperlebar secara distal dan ke tengah dari lokasi
pembedahan. Insisi juga dapat menggunakan pisau scalpel, tapi dengan menggunakan
alat bipolar electreonic surgical, akan menghasilkan hemostasis yang lebih baik
selama proses pembedahan (Gregori, 2006).
Alat bipolar elektronik surgical dapat digunakan di lapangan kerja yang
lembab dan disarankan untuk memberikan spray air selama dilakukan pemotongan,
dimana dapat membuat jaringan terhidrasi dan jaringan flap nya tidak hangus
(Gregori, 2006).
10