ini
diperbarui
adalah
untuk
menggarisbawahi
pada bayi depresi yang membutuhkan resusitasi manuver aktif atau pada bayi
yang sangat prematur. Hal ini terkait dengan menggarisbawahi pengaturan khusus
yang dibutuhkan dalam ruang bersalin untuk dapat meresusitasi bayi prematur
dengan tali pusat yang utuh masih merupakan suatu hambatan penting yang perlu
diatasi. Menariknya, pada bayi asfiksia terdapat vasokonstriksi pembuluh darah
plasenta dan sekaligus vasodilatasi dari pembuluh darah umbilikus, yang
meningkatkan volume sirkulasi darah janin. Namun, vasokonstriksi paru dan
mengurangi
kontraktilitas
miokard
yang
cepat
dapat
menyebabkan
ditandai
dengan waktu inspirati memanjang ( 4-5 detik per nafas, sesuai pada lamanya
waktu cairan mengisi paru) fase ekspirasi yang memanjang tekanan inflasi yang
tinggi ( 30-35 cm H20)) sepanjang saluran udara besar.17 Selama inflasi pertama
memanjang, perbedaan tekanan mendorong udara atau cairan masuk menuju
alveoli bagian distal, sehingga memfasilitasi aerasi paru secara langsung dan
bersihan cairan paru dari jalan nafas besar dalam waktu beberapa detik setelah
kelahiran, yang secara komplit dibantu oleh limfatik intersitial dan reabsorpsi
pembuluh vena ( dalam beberapa jam setelah kelahiran). Dalam beberapa menit,
pencapaian dari kapasitasi residual fungsional, bayi cukup bulan yang sehat
mampu menjaga nilai normal SpO2 saat bernafas di ruanganan berudara.
Penerapan dari manuver inflasi berkelanjutan (inflasi memanjang selama 5 detik) .
Selama prosedur resusitasi terbukti efektif meningkatkan Sp02 dan memperbaiki
denyut jantung pada populasi bayi cukup bulan yang mengalami asfiksia.19-21
Hebatnya, bayi prematur tidak bisa secara spontan menghasilkan tekanan inspirasi
tinggi dan karena itu mampu mencapai ekspansi paru homogen dan penggunaan
alveolar. Sebagai konsekuensi banyak bayi preterm membutuhkan dukungan
Pulse oximetry kini diterima sebagai metode yang bersifat objektif untuk
mengevaluasi SpO2 arteri selama adaptasi postnatal pada bayi baru lahir. SpO2
merupakan presentase oxy-hemoglobin menggambarkan darah arteri berdasarkan
algoritma kesehatan. Ini merupakan alasan mengapa tidak ada nilai saturasi 6070%. Pulse oxymetri di ruang persalinan sebaiknya ditaruh pada sensitivitas
maksimum dan rata-rata diukur setiap 2 detik untuk mendeteksi perubahan
minimal klinis yang cepat. Sensor lebih bagus diletakkan di tangan kanan atau
pergelangan tangan untuk mengevaluasi oksigenasi darah yang memperfusi sistem
saraf pusat, dan melindungi dari cahaya untuk mencegah pembacaan yang salah.
Untuk mendapatkan pembacaan yang cepat dan akurat, oxymetri sebaiknya
dinyalakan dan sensor sebaiknya diharapkan untuk bayi. Dengan cara ini,
pembacaan yang akurat diterima pada 60-90 detik setelah kelahiran. Pulse
oxymetri juga dapat mengukur denyut nadi secara akurat. Ini merupakan
penggunaan yang bermanfaat untuk mengevaluasi respon dari resusitasi karena
denyut jantung memungkinkan parameter paling sensitif untuk memperlihatkan
respon baik atau buruk.30
Sekarang ini, penggunaan pulse oxymetri dan udara/oksigen dan tim manusia juga
dianggap sangat diperlukan untuk memberikan pelayanan yang optimal di ruang
bersalin.31
Saturasi Oksigen Postnatal
Pada dekade terakhir, salah satu penemuan paling mencolok untuk penelitian
mengenai adaptasi postnatal pada bayi prematur untuk mendapatkan SpO2
preduktal yang stabil di 10 menit pertama setelah kelahiran telah dipublikasikan.
Bayi-bayi tersebut tidak mendapat intervensi medis selama adaptasi di ruang
persalinan. Pulse oxymetri disesuaikan untuk mengukur Sp02 setiap 2 detik
dengan sensitivitas maksimum.20 Chart ini dapat digunakan untuk monitor Sp02
setelah kelahiran dan campur tangan titrasi FiO2 secara individual termasuk
respon bayi. Menariknya, pada bayi normal dibutuhkan rata-rata 4-5 menit untuk
mendapatkan Sp02 90%. Setiap bayi preterm < 32 minggu dibutuhkan hampir 9-
10 menit untuk mendapatkan Sp02 yang sama. Selama penelitian, denyut jantung
juga secara stimultan terekam dan normogram untuk denyut jantung diuraikan. Ini
penting untuk catatan bahwa normogram Dawson dibuat dengan mengambil Sp02
pada bayi preterm yang bernafas spontan di udara. Namun, jumlah substansi bayi
preterm dan khususnya yang dibawah 28 minggu masa kehamilan mendapat
ventilasi CPAP untuk stabilisasi di menit pertama setelah lahir. Pada penelitian
terbaru, bayi preterm bernafas diudara tetap didukung CPAP dapat mencapai
SpO2 lebih tinggi secara signifikan lebih awal daripada nomogram Dawson. Oleh
karen itu, ketika di ruang bersalin harus berhati hati akan peningkatan pesat SpO2
dan menghindari hiperoreksemia. Rekomendasi kami pada penelitian ini, Sp02
sebaiknya diikuti ketika sedang menggunakan CPAP di ruang bersalin.
Titrasi Oksigen pada Bayi Preterm di Menit Pertama Setelah Kelahiran
Segera setelah bayi lahir (dengan atau tanpa tali pusat terjepit) tim resusitasi
sebaiknya memberikan perhatian khusus kepada denyut jantung dan SpO2.
Denyut jantung sebaiknya meningkat secara konsisten di menit pertama dan SpO2
sebaik nya dititrasi menyesuaikan udara/oksigen rata-rata setiap 15 detik menurun
respon bayi untuk bayi dalam range SpO2 yang direkomendasikan. The American
Academy of Pediatrics 2010 merekomendasikan indikasi bahwa SpO2 sebaiknya
berada pada 60-65% pada menit pertama, 65-70% pada menit kedua, 70-75%
pada menit ketiga, 75-80% pada menit keempat, 80-85% pada menit kelima, dan
85-90% pada menit sepuluh. Untuk mencegah hipo/hiperoksemia bayi seharusnya
berada pada range SpO2 aman antara P 10-25 dan P50-75 sentil. Perlu digaris
bawahi bahwa tidak ada bukti untuk membangun SpO2 yang aman selama
periode stabilisasi pada bayi yang sangat prematur.
Menjaga Temperatur Bayi Prematur Secara Adekuat
Pengaturan suhu setelah kelahiran sangat bergantung pada produksi panas melalui
aktivasi pembentukan suhu oleh jaringan lemak cokelat. Hebatnya, bayi preterm
memiliki deposisi jaringan lemak cokelat untuk cukup memproduksi panas untuk
mempertahankan suhu tubuh yang memadai dan dapat mencegah dari hipotermia.
Di Ruang bersalin menjaga temperatur tubuh adalah sangat penting (target range
36-38oC). Hipotermia dan hipertermia sebaiknya dicegah. Hipotermi pada saat
lahir telah dihubungkan dengan peningkatan kecacatan dan kematian pada bayi
yang sangat prematur. Sehingga intervensi spesifik memiliki andil untuk menjaga
hipotermia : (i). Temperatur ruang bersalin sebaiknya tetap berada pada suhu
26oC., (ii) bayi <28 minggu masa kehamilan atau < 1500 gram harus dibungkus
dengan kantung polyethylene atau polyurethane sampai batas leher mereka tanpa
pengeringan sebelumnya untuk mengurangi kehilangan panas dan menjaga
kelembapan yang adekuat; (iii) ketika menggunakan alat pemanas, suhu bayi
wajib di kontrol, khususnya setelah 10 menit pertama kelahiran dan beresiko
tinggi mengalami hipertermia. Untuk bayi yang sangat prematur topi polyethylene
tampaknya sebanding dengan pembungkus kulit polyethylene untuk mencegah
kehilangan panas setelah kelahiran. Monitoring suhu sentral dan perifer secara
hati hati sangat dibutuhkan karena suhu efektif secara signifikan bervariasi antar
perangkat yang tersedia. Metabolik dan perubahan hemodinamik kareba
hipertermia dihubungkan dengan hasil neurologis yang merugikan, depresi
pernafasan dan peningkatan kematian.
KESIMPULAN
Pesan langsung dari pembaharuan ulasan ini adalah bahwa ruang bersalin
tradisional tidak lagi dapat diterima maupun pendekatan tradisional untuk
resusitasi bayi prematur. Kita perlu regionalisasi bayi prematur dan memiliki ICU
kamar bersalin yang tersedia di Rumah Sakit untuk merawat bayi prematur.
Teknologi yang tersedia dan pengasuh terlatih harus disediakan setiap hari. Empat
masalah dasar yang harus dikembangkan lebih lanjut dimasa depan dan untuk
tujuan ini kita perlu lebih banyak melakukan uji klinis secara acak. Penundaan
penjepitan tali pusat harus dilakukan setiap persalinan dengan beberapa harapan
dan pada bayi prematur setidaknya dilakukan stripping atau pemerahan dari tali
pusat oleh ahli kandungan. Ventilasi noninvasif dengan modalitas yang berbeda
harus diperkenalkan dan intubasi trakea di indikasikan untuk bayi yang tidak
respon dengan baik atau sulit mengatur pernafasannya dengan baik.
Inflasi
berkelanjutan harus dilakukan hanya dalam keadaan yang sangat khusus oleh
neonatologis terlatih dan lebih dalam pada percobaan terkontrol. Akhirnya,
kontrol suhu merupakan hal yang paling penting dan dan secara substansial
mempengaruhi hasil khususnya pada bayi yang sangan prematur. Suhu ruangan,
pembungkus, topi, dan alat pemanas wajib dalam perawatan postnatal.