Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Vertigo atau dizzinesm giddiness, dan lightheadedness adalah adanya sensasi gerakan
atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitar dengan gejala lain yang timbul, terutama
dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh
berbagai keadaan atau penyakit.1 Vertigo adalah perasaan seolah olah penderita bergerak atau
berputar, atau benda disekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai mula
dan kehilangan keseimbangan. Hal ini berlangsung beberapa menit, jam hingga hari.
Penderita vertigo akan merasa lebih baik jika berbaring diam.1
Vertigo adalah sensasi rotasi tanpa adanya perputaran yang sebenarnya atau rasa
berputar yang khayal dengan disorientasi ruang yang biasanya menimbulkan gangguan
keseimbangan Penderita merasa dirinya berputar atau lingkungannya yang bergerak
mengelilinginya. Penderita yang lain merasa dirinya seperti ditarik atau dalam keadaan
ketidakseimbangan 2
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi ruangan. Banyak system organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur
dan mempertahankan keseimbangan tubuh. Keseimbangan diatur oleh intergrasi berbagai
system, yang banyak peranannya adalah system vestibular, system visual dan system
somatosensorik.3

BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. S
Umur
: 31 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: RT 33 kelurahan beringin pasar
Pekerjaan
: wiraswasta
MRS
: 18/03/2015
DAFTAR MASALAH
No
.
1.

Masalah Aktif

Tanggal

Masalah Pasif

Tanggal

Pusing berputar- 18-03-2015


putar

2.
II. DATA SUBYEKTIF (Anamnesis tanggal 18 maret 2015)
1. Keluhan utama
: pusing berputar-putar sejak 1 hari SMRS
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Lokasi
: kepala
Onset
: Berulang
Kualitas
: pusing berputar-putar hilang dengan istirahat
Kuantitas
: Kegiatan sehari-hari terganggu
Kronologis
:
Seorang pasien perempuan berusia 31 tahun diantar keluarganya ke IGD
RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan pusing berputar 1 hari SMRS.
Pusing timbul setelah di pukul sama preman. mual (+) dan muntah (-). Pusing Pasien
mengaku sakit ini sering berulang. kelemahan anggota gerak disangkal. riwayat
trauma kepala 1 minggu yang lalu .setelah kajadian pasien sering mengeluhkan
pusing berputar-putar. Pandangan kabur disangkal .
Gejala penyerta
: mual (+)
Faktor yang memperberat : sakit kepala , susah tidur
Faktor yang memperingan : 3. Riwayat penyakit dahulu
:
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat DM disangkal
4. Riwayat penyakit keluarga

: Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan

yang sama seperti pasien


2

5. Riwayat sosial ekonomi


III.

OBYEKTIF
1. Status Presens
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Respirasi
Kepala
Leher
Dada
Jantung
Paru
Perut
Alat kelamin
Ekstremitas
2. Status Psikitus
Cara berpikir
Perasaan hati
Tingkah laku
Ingatan
Kecerdasan

: Pasien seorang IRT, mempunyai 1 orang anak.

: Compos mentis, GCS: 15 E:4 M:6 V: 5


: 110/80 mmHg
: 80x/i
: 36,6 oC
: 20x/i
: Mata : CA-/-, SI -/-,
Pupil : isokor refleks cahaya (+)
Visus : ka:6/6, ki:6/6
: JVP 5-2 cm H2O, pembesaran KGB (-)
: Simetris, tidak ada retraksi
: BJ I dan BJ II regular, Gallop (-), Mur-mur (-)
: Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/: Soepel, BU (+) N
: Tidak diperiksa
: Akral hangat

: Baik
: Biasa
: Normoaktif
: Baik
: Baik

3. Status Neurologikus
a. Kepala
Bentuk
: Normochepal
Nyeri tekan
: (-)
Simetri
: (+)
b. Leher
Sikap
Pergerakan
Kaku kuduk

: Lurus
: Baik
: (-)

c. Nervus kranialis
N. Olfaktorius :
N. Optikus
Visus
:
N. Okulomotorius
Ptosis :
Pergerakan bola mata:
Pupil :
Diameter

Kanan
Normosmia

Kiri
Normosmia

6/6
Normal
Normal

6/6
Normal
Normal

Bulat isokor

Bulat isokor

3 mm

3 mm
3

Strabismus

Nistagmus

N. Trochlearis
Pergerakan bola mata: Normal
N. Trigeminus
Mengunyah
:
Normal
Menggigit
:
Normal
Membuka mulut :
Normal
Sensibilitas wajah:
Normal
N. Abdusen
Pergerakan bola mata: Normal
N. Fascialis
Mengerutkan Dahi :
Normal
Menutup mata
:
Normal
Memperlihatkan gigi: Normal
Bersiul
: Normal
N. Vestibulocochlearis
Detik arloji
:
Normal
Past pointing
:
Normal
N. Glosofaringeus & N. Vagus
Arkus faring

Gangguan menelan:
Berbicara
:
N. Accesorius
Memalingkan kepala:
Mengangkat bahu:
N. Hipoglosus
Menjulurkan lidah:
Atropi papil
:
Disatria
:
d. Anggota gerak atas
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
R. Fisiologis
R. Patologis
Sensibilitas :
e. Anggota gerak bawah
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
R. Fisiologis
R. Patologis

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

Simetris

Simetris

Normal

Normal

Normal
Normal

Normal
Normal

Normal
-

Normal
-

Kanan
N
5
N
Eutropi
N
N

Kiri
N
5
N

Kanan
N
5
N
Eutrofi
N
-

Kiri
N
5
N
Eutrofi
N
-

Eutropi
N
N

Sensibilitas :

f. Gerakan Abnormal
Tremor : (-)
Atetosis : (-)
Miokloni : (-)
Khorea : (-)
Rigiditas : (-)
g. Alat Vegetatif
Miksi
: Normal
Defekasi : Normal
h. Koordinasi, gait dan keseimbangan
Cara berjalan
: terbatas
Romberg Test
: tidak dilakukan
Disdiadokokinesis: tidak dilakukan
Dismetri
: tidak dilakukan
Ataxia
: tidak dilakukan
i. Pemeriksaan lain : IV.
V.

RINGKASAN
S: Seorang pasien perempuan berusia 31 tahun diantar keluarganya ke IGD RSUD
Raden Mattaher Jambi dengan keluhan pusing berputar 1 hari SMRS. Pusing timbul
setelah di pukul sama preman. mual (+) dan muntah (-). Pusing Pasien mengaku sakit
ini sering berulang. kelemahan anggota gerak disangkal. riwayat trauma kepala 1
minggu yang lalu .setelah kajadian pasien sering mengeluhkan pusing berputar-putar.

Pandangan kabur disangkal


Gejala penyerta : mual (+)
Riwayat hipertensi dan diabetes melitus disangkal,
O : Compos mentis, GCS: 15, TD 110/80 mmHg, N: 80x/I
T: 36,6 oC, RR: 20x/i
A : Diagnosa Klinis
: vertigo
Diagnosa Topis
: benign paroxysmal positional vertigo (BPPV)
Diagnosa Etiologi
: vertigo simptomatik
Tx : IVFD RL + drip ketorolac 30 mg
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
Betahistin tab 3x1 tab
Flunarizine tab 2 x10 mg
Alprazolam 1x 1
Mx : Ex : Beri penjelasan kepada pasien mengenai keadaan pasien, mengatur pola makan yang
sehat, penanganan stres dan istirahat yang cukup.

VI.

PROGNOSIS
- Quo ad vitam
: dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanam
: dubia ad bonam

VII.

RIWAYAT PERKEMBANGAN: -

(18 maret 2015)


S :pusing, mual (+)
O: TD: 100/80 mmHg, N: 83 x/m, T : 36.2 C

Anggota gerak atas


Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
R. Fisiologis
R. Patologis
Sensibilitas :

Kanan
N
5
N
Eutropi
N
N

Anggota gerak bawah


Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
R. Fisiologis
R. Patologis
Sensibilitas :
Diagnosa Klinis
Diagnosa Topis
Diagnosa Etiologi

Kanan
Kiri
N
N
5
5
N
N
Eutrofi
Eutrofi
N
N
N
N
: vertigo
: benign paroxysmal positional vertigo (BPPV)
: vertigo simptomatik

Kiri
N
5
N
Eutropi
N
N

Tx : : IVFD RL + drip ketorolac 30 mg


Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
Betahistin tab 3x1 tab
Flunarizine tab 2 x10 mg
Alprazolam tab 1x 1

(19 maret 2015)


S :pusing, mual (-)
O: TD: 100/80 mmHg, N: 83 x/m, T : 37 C
Anggota gerak atas
Motorik
Pergerakan

Kanan
N

Kiri
N
6

Kekuatan
Tonus
Trofi
R. Fisiologis
R. Patologis
Sensibilitas :
Anggota gerak bawah
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
R. Fisiologis
R. Patologis
Sensibilitas :
A : Diagnosa Klinis
Diagnosa Topis
Diagnosa Etiologi

5
N
Eutropi
N
N

5
N
Eutropi
N
N

Kanan
Kiri
N
N
5
5
N
N
Eutrofi
Eutrofi
N
N
N
N
: vertigo
: benign paroxysmal positional vertigo (BPPV)
: vertigo simtomatik

Tx : : IVFD RL + drip ketorolac 30 mg


Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
Betahistin tab 3x1 tab
Flunarizine tab 2 x10 mg
Alprazolam tab 1x 1

BAB III
A. Definisi
Vertigo atau dizzinesm giddiness, dan lightheadedness adalah adanya sensasi gerakan
atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitar dengan gejala lain yang timbul, terutama
dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh
7

berbagai keadaan atau penyakit.1 Vertigo adalah perasaan seolah olah penderita bergerak atau
berputar, atau benda disekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai mula
dan kehilangan keseimbangan. Hal ini berlangsung beberapa menit, jam hingga hari.
Penderita vertigo akan merasa lebih baik jika berbaring diam.1
Vertigo adalah sensasi rotasi tanpa adanya perputaran yang sebenarnya atau rasa
berputar yang khayal dengan disorientasi ruang yang biasanya menimbulkan gangguan
keseimbangan. Penderita merasa dirinya berputar atau lingkungannya yang bergerak
mengelilinginya. Penderita yang lain merasa dirinya seperti ditarik atau dalam keadaan
ketidakseimbangan 2
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi ruangan. Banyak system organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur
dan mempertahankan keseimbangan tubuh. Keseimbangan diatur oleh intergrasi berbagai
system, yang banyak peranannya adalah system vestibular, system visual dan system
somatosensorik.3

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Vestibularis


Membran labirin berisi endolimf dan dikelilingi perilimf, terletak di dalam rongga
labirin tulang di dalam tulang temporal dasar tengkorak. Sistem vestibularis terdiri dari
labirin statik yang memberikan informasi mengenai posisi kepala di dalam ruang (makula dan
utrikulus), dan labirin kinetik yang mengirimkan informasi mengenai pergerakan kepala dari
area khusus di dalam ampula 2,3
Syaraf vestibularis menghantarkan 2 jenis informasi yaitu posisi kepala dalam ruang
dan rotasi angular kepala. Seluruh peralatan vestibuler memberikan informasi yang
membantu dalam mempertahankan keseimbangan dan bersama-sama dengan sistem
penglihatan dan proprioseptif, memberikan rasa posisi yang kompleks di dalam batang otak
dan serebelum.2,3
C. Patofisiologi dan Etiologi
Vertigo timbul bila terdapat gangguan pada alat-alat vestibuler atau pada serabutserabut yang menghubungkan alat/nukleus vestibularis dengan pusatnya di serebelum atau di
korteks cerebri2
8

Gangguan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai hal yang dapat dikelompokkan
menjadi3,4,5 :
1. Kelompok penyakit yang menimbulkan gangguan di bagian perifer dari susunan
vestibularis, diantaranya :
-

Penyakit-penyakit telinga

Neuronitis vestibularis

Vertigo posisional benigna

Penyakit meniere

Pengaruh obat-obatan yang bersifat toksik terhadap vestibuler, seperti


streptomisin, anti konvulsan, gentamisin dll.

Trauma kepala dan leher

Infeksi

Oklusi arteri labirin

Tumor di fosa posterior seperti neuroma akustik, dll

2. Kelompok penyakit yang menimbulkan gangguan di bagian sentral dari susunan


vestibularis, antara lain :
-

Neoplasma

Migren basiler

Gangguan di serebelum

Epilepsi

Stroke batang otak atau TIA di daerah arteri vertebro basilaris

Spondilitis servikalis, dll

3. Kelompok penyakit sistemik yang menimbulkan gangguan di bagian perifer atau


sentral, seperti Diabetes Mellitus, hipoglikemi, anemia, hipotensi postural, dll.

D. Gejala Klinis
Keluhan dari pasien dapat berupa rasa berputar, atau tempat di sekitarnya bergerak
atau perasaan bahwa mereka mengelilingi sekitarnya dan tidak dapat menentukan tempatnya.
Beberapa orang menggambarkan perasaan tertarik ke arah lantai atau ke arah satu sisi
ruangan, sukar untuk memfokuskan penglihatan dan merasa tidak enak untuk membuka mata
selama serangan. Disertai pula dengan mual muntah, keringatan dan dada berdebar-debar (4).

Dari gejala yang didapatkan dapat dibedakan apakah kelainannya di perifer atau sentral,
seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan vertigo tipe perifer dengan sentral


Gejala

Perifer

Sentral

Onset

Tiba-tiba

Perlahan

Beratnya keluhan

Gejala hebat, episodic

Gejala ringan, kontiniu

Durasi dan Gejala

Beberapa menit sampai jam

Kronik

Sifat vertigo

Rasa berputar

Rasa melayang,
hilang
keseimbangan, light headed

Nistagmus

(+) satu arah (dengan fase Kadang-kadang dua arah


cepat atau lambat)

Fiksasi visual

Dihambat oleh nistagmus Tidak ada hambatan


dan vertigo

Arah post pointing

Ke arah fase lambat

Berubah-ubah

pada Ke arah fase lambat

Berubah-ubah

Arah
jatuh
Romberg test
Gangguan lain

Tuli, tinitus, mual, muntah

Jarang

E. Pemeriksaan Penderita dengan Vertigo


1. Anamnesis
Anamnesis merupakan bagian pemeriksaan yang paling penting untuk penderita
vertigo, oleh sebab itu diperlukan anamnesis yang cermat dan banyak memerlukan waktu 6,7

Penderita diminta melukiskan dengan kata-kata sendiri apa yang dimaksudnya dengan
pusing

Anamnesis khusus dengan vertigonya


10

o Adakah kekhususan sifat vertigo yang timbul, keparahan vertigonya


o Intensitas timbulnya vertigo berkaitan dengan perjalanan waktu
o Bagaimana timbul dan bagaimana berakhirnya
o Pengaruh lingkungan atau situasi
o Keluhan lain seperti telinga berdenging, mual, muntah dll

Anamnesis untuk keluhan-keluhan lain (drop attack, gangguan penglihatan, disatria,


disfonia, gangguan pergerakan atau sensibilitas) bilamana keluhan ini ada dan
bersamaan

dengan

penurunan

kesadaran

maka

perlu

dicurigai

kelainan

serebrovaskuler.

Anamnesis intoksikasi/pemakaian obat-obatan, sepeti streptomisin, anti konvulsan,


gentamisin, anti hipertensi, kanamisin, penenang, neomisin, alkohol, fenilbutazol,
kinin, asam eta-akrinik, tembakau.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan mata dilakukan pada kondisi mata bergerak dan dalam posisi netral.

(6,7,8)

1. Mencari adanya strabismus dan atau diplopa


2. Mencari adanya nistagmus
3.

Pemeriksaan dengan rangsangan perubahan posisi kepala dan tubuh


Cari kemungkinan posisi yang membangkitkan nistagmus atau vertigo.
Test baring terlentang, baring miring ke kiri, kanan dan tes baring terlentang
dengan kepala menggantung. Tiap-tiap test dilakukan selama 1 menit dengan
kecepatan perubahan posisi 90 derajat dalam 5 detik sehingga pengaruh gaya
gravitasi ditiadakan (9)

4. Manuver Hallpike
Langkah-langkah :
-

Tolehkan kepala pasien 450 ke arah kiri

Kemudian pasien direbahkan sampai kepala bergantung di pinggir tempat


tidur

Pasien tetap membuka mata agar pemeriksa dapat melihat gejala nistagmus.

11

Tolehkan kepala pasien ke arah kanan, perhatikan munculnya nistagmus ke


arah yang berlawanan.

Pemeriksaan Keseimbangan
Berdiri tegak, berjalan, berjalan di atas jari kaki, berjalan di atas tumit dan berjalan
secara tandem.
Duduk di kursi dan angkat kedua lengan serta kedua kaki dengan mata tertutup.
Pemeriksaan Pendengaran
Garpu tala
Audiometri

F. Klasifikasi Vertigo8,9,10
1. VERTIGO POSISIONAL BENIGNA
Vertigo benigna dikenal juga sebagai vertigo Barany. Syndrome vestibular ini paling
umum, dan dijuluki posisional karena vertigonya timbul kalau kepala berputar kekanan atau
kiri. Hal ini terjadi kalau kepala menoleh kekanan atau kekiri dan jika merebahkan badan
untuk berbaring atau berbalik kesamping sewaktu berbaring.
Vertigo yang timbul pada saat perubahan sikap kepala ini bersifat berputar-putar
dimana orang sakit merasa bahwa seisi ruangan berputar-putar seolah-olah bergelimpangan
dan berjungkir balik. Jika penderita disuruh berbaring untuk diperiksa seringkali ia tidak mau,
karena ia takut akan diserang oleh vertigo itu. Kebanyakan vertigo posisional benigna ini
tergolong pada kelompok yang berusia 45 tahun keatas dan kaum wanita. Nistagmus ritmis
selalu mengiringi vertigo tersebut. daya pendengaran tetap utuh, muntah jarang tetapi mual
hampir selalu ada.
Jika orang sakit disuruh berbaring dengan mata tertutup dan merebahkan dirinya
perlahan-lahan, serangan vertigo posisional dapat dihindarkan. Tetapi jika diprovokasi
dengan memutarkan kepala penderita, vertigo serta nistagmus akan bangkit. Etiologinya
jarang dapat ditentukan secara mantap dan biasanya tidak diketahui. Tetapi seringkali
dipikirkan ischemia vestibular akibat tertekannya arteria vertebralis karena osteofit yang
12

menonjol kedalam foramen intervertebralis, sewaktu kepala berputar. Adapun pengiraan lain
adalah tertekuknya arteria vertebralis pada kelokan-kelokan sepanjang perjalanan arteri
tersebut terutama jika sudah ada banyak tempat-tempat sklerotik pada dinding arteri.
Vertigo posisional benigna didasari oleh gangguan vestibular perifer yang
reversibel. Akan tetapi vertigo posisional dapat juga disebabkan oleh lesi sentral misalnya
karena lesi dibatang otak pada sclerosis multipleks, infark dan tumor infratentorial. Maka
pada setiap kasus vertigo posisional perlu diselidiki adanya gejala-gejala yang merupakan
manifestasi penyakit-penyakit tersebut diatas. Pada permulaan penyakit-penyakit tersebut
mungkin hanya menimbulkan vertigo posisional. Dalam hal ini perlu diadakan test-test yang
dapat membedakan vertigo posisional perifer dan sentral.

2. PUSING AKIBAT KOMOSIO/KONTUSIO SEREBRI


Trauma kepala dan leher menimbulkan pusing dalam 25-50% dari kasus-kasus.
Kerusakannya tidak usah mengenai sistema vestibuler. Gangguan saraf otonom akibat trauma
kepala pun sudah dapat menimbulkan pusing yang disertai palpitasi, flushing (wajah dan
kepala merasa panas sejenak) dan berkeringat banyak. Tetapi pada trauma kepala berat
kecendrungan untuk merusak labirin adalah besar. Dalam hal ini timbul pusing yang bersifat
vertigo tanpa tanda-tanda gangguan saraf autonom tersebut diatas. Sindroma vertigo post
trauma dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu vertigo post trauma akut dan vertigo post
trauma posisional.
a. vertigo post trauma akut
vertigo post trauma akut sering disebut sindroma komosio labirintes. Karena trauma
timbul paresis vesribuler unilateral yang dapat dibuktikan oleh test kalorik. Gejala-gejalanya
terdiri dari vertigo, mual dan muntah-muntah. Vertigonya terus-menerus dan disertai
nistagmus spontan dengan komponen cepat yang mengarah kesisi lesi. Kecendrungan untuk
jatuh kesisi lesi dan penyimpangan gerakan tangkas kearah lesi dapat ditemukan juga. Gejalagejala tersebut lebih jelas dan bertambah berat oleh gerakan cepat dari kepala terlebih-lebih
bila sisi kepala yang terganggu berada dibawah belahan kepala yang sehat.
b. Vertigo post trauma posisional

13

Vertigo post trauma posisional menjadi suatu kenyataan beberapa hari atau minggu
setelah mengidap trauma kepala. Jenis vertigo ini umumnya mulai timbul setelah gejalagejala sindroma vertigo post trauma akut menghilang. Jadi, segera setelah mengalami trauma
kapitis timbul vertigo yang terus-menerus. Kemudian, vertigo itu hanya timbul pada sikap
kepala tertentu. Tanpa pengobatan vertigo posisional tersebut dapat lenyap dengan sendiri,
tetapi dapat juga sekali-kali timbul kembali. Bahkan adakalanya vertigo posisional itu
menetap dan amat mengganggu kehidupan penderita. Destruksi sistema vestibular pada sisi
yang sakit harus dianjurkan bila vertigo posisional itu tidak dapat diredakan dengan obat-obat
dan orangsakit tidak dapat merobah sikap kepalanya sedikit pun.
3. NEURONITIS VESTIBULARIS
Penyakit tersebut diatas timbul secara mendadak dengan serangan vertigo yang berat
diiringi mual-mual dan muntah-muntah. Nistagmus spontan menyertai serangan vertigo itu.
Komponen cepat vertigo ini mengarah kesisi yang normal. Pada test kalorik ditemukan
paralisis vestibular unilateral. Nistagmus posisional dapat dijumpai 30% dari kasus-kasus
neuronitis vestibularis. Tinitus atau perasaan seolah-olah liang telinga kemasukan air dapat
ditemukan pada 40% dari kasus-kasus. Namun demikian, daya pendengaran tidak terganggu.
Juga audiogramnya nornal. Penyakit ini tidak pernah dijumpai pada anak-anak, melainkan
pada orang dewasa saja yang berumur antara 20-60 tahun. Dengan obat atau tanpa obat
serangan vertigo berat terlukis diatas dapat hilang sama sekali dalam beberapa minggu atau
dengan gejala sisa yang berupa vertigo posisional yang berlangsung sejenak dan bangkit
sekali-sekali saja.
Walau dinamakan neuronitis vestibularis , jenis infeksinya belum pernah
diungkapkan. Pendapat umum adalah infeksi virus, tetapi sebenarnya faktor etiologiknya
masih tetap belum diketahui.

4. PENYAKIT MENIERE
Secara tidak tepat diagnosa penyakit meniere dibuat untuk setiap jenis vertigo yang
timbul secara berkala. Dalam praktek lebih sering dijumpai neuronitis vestibularis atau
14

vertigo posisional benigna daripada penyakit meniere. Ciri banding yang pokok ialah, pada
neuronitis vestibularis dan vertigo posisional benigna daya pendengaran tidak terganggu,
sebaliknya pada penyakit meniere pendengaran selalu terganggu pada waktu serangan vertigo
berlangsung. Maka oleh karana itu diagnosa penyakit meniere harus digunakan hanya untuk
sindroma yang dilukis dibawah ini saja:
Serangan berkala yang terdiri dari mual, muntah-muntah dan vertigo dengan tinitus
atau perasaan penuh didalam telinga dan tuli sementara. Tinitus, perasaan pengang atau
penuh didalam telinga dapat berkembang secara berangsur-angsur untuk memuncak dan pada
saat itu bangkit vertigo secara tiba-tiba yang disertai dengan muntah-muntah, mual dan tuli.
Tiap serangan berlangsung beberapa jam. Setelah serangan berlalu, daya pendengaran pulih
kembali dalam beberapa jam. Jika serangan kerap kali timbul, daya pendengaran bisa mundur
secara mantap dan akhirnya bisa menjadi tuli mutlak setelah itu tidak akan bangkit vertigo
lagi. Yang mendasari serangan vertigo itu ialah hidrops unilateral. Namun demikian proses
apa yang menimbulkan hidrops unilateral itu belum diketahui. Maka karena itu
pengobatannya simptomatik.
5.PUSING IATROGENIK
Intoksikasi

obat-obat

dapat

menimbulkan

vertigo

dan

lain-lain

gejala

vestibular.Intoksikasi antikonvulsan (barbiturat, phenytoin, ethosuximide dan carbamazepine)


dan alkohol membangkitkan pusing yang terus-menerus dan dapat disertai nistagmus dan
ataxia. Penghentian terapi obat-obat tersebut dan penghentian minum-minuman keras
melenyapkan manifestasi intoksikasi tersebut diatas.
Intoksikasi salisilat mulai menjadi kenyataan dengan timbulnya tinitus yang disusul
dengan tuli perseptif dan vertigo. Dua atau tiga hari setelah penggunaan salisilat dihentikan
gejala-gejala tersebut mereda untuk lenyap dalam hari-hari berikutnya.
Intoksikasi aminoglycoside (streptomycin, kanamycin, gentamycin dsb) mengganggu
fungsi vestibular dan auditorik. Neomycin dan kanamycin lebih mengganggu fungsi auditorik
daripada fungsi vestibular, sedangkan streptomycin dan gentamycin lebih cepat menimbulkan
defisit vestibular daripada auditorik. Gejala dini sindroma intoksikasi tersebut berupa mual,
pusing dan sempoyongan. Kemudian bekembang vertigo dan nistagmus. Gangguan auditorik
berupa tinitus dengan nada tinggi, tetapi tulinya terutama untuk nada rendah, sehingga
mengganggu sekali untuk mendengarkan percakapan biasa,
15

6. VERTIGO PADA TUMOR AKUSTIKUS DAN MENINGIOMA


Vertigo sebagai gejala dini dari meningioma, schwannoma dan lain-lain tumor
infratentorial serta tumor serebelar sering luput didiagnosa. Kebanyakan dikira sebagai
vertigo benigna saja. Seorang neurolog kenamaan (prof Dr. Mathews) berpendapat bahwa
seorang dokter tidak usah malu atau depresif kalau ia luput mendiagnosa tumor serebri pada
tahap dini. Oleh karena pada hakikatnya tindakan terapeutik umumnya bermanfaat sekali
walaupun terapi itu bersifat simtomatik. Dengan pertolongan itu orang sakit bisa lebih lama
menikmati hidupnya daripada tumor serebrinya ditemukan dalam tahap dini. Karena akibat
pemerikasaan invasif dan operasi untuk mengangkat tumor serebri itu, tidak jarang orang
sakit lebih menderita. Ia bisa menjadi lebih dulu cacat menahun dan penghidupannya akan
diliputi oleh kekhawatiran keganasan neoplasma, daripada tidak dioperasi sedini itu.
Persoalan inu memang masih bisa diperdebatkan, tetapi tidak selalu berarti suatu malapetaka
jika suatu tumor serebri tidak dapat didiagnosa sedini mungkin. Hal ini dapat dicontohkan
oleh neurinoma akustik dan tumor infratentorial lainnya.
Schwannoma atau neurinoma akustikus mula timbulnya dengan tuli perseptif
unilateral yang progresif. Pada tahap dini terdapat vertigo. Bisa jadi ada pusing non vertigo
dengan kecenderungan untuk sempoyongan, kalau tumor itu menjalar dan merusak meatus
akustikus interna, maka hemihipestesia fasialis dengan refleks kornea yang menurun atau
lenyap dapat ditemukan bersama-sama dengan adanya hemiparesis fasialis ringan akibat
terlibatnya nervus trigeminus/ganglion Gasseri dan nervus fasialis. Vertigo posisionil dan
nistagmus dapat bekembang pada tahap itu juga. Pemeriksaan kalorik dan audiogram sudah
dapat memperlihatkan kerusakan disusunan vestibularis dan auditorik sesisi. Perjalanan
penyakitnya sangat lambat.
Meningioma. Lokalisasi meningioma kebanyakan disisi konveksitas otak (50%) dan
dibasisnya (40%). Yang berkedudukan disekitar sayap sfenoid dapat mengganggu funsi
auditorik dan vestibular. Kebanyakan orang dengan meningioma tergolong pada orang-orang
berusia 40 tahun keatas dan lebih banyak wanita daripada pria.

7. VERTIGO PADA SINDROMA WALLENBERG


Sindroma wallenberg atau lateral medullary onfarction terjadi akibat infark bagian
dorsolateral medula oblongata yang dipendarahi oleh arteri serebeli posterior inferior. Pada
16

saat terjadinya penyumbatan arteri tersebut timbul secara serentak vertigo, muntah-muntah
dan singultus. Pertolongan dokter dicari karena vertigonya yang sangat mengganggu. Setelah
vertigo mereda, barulah pasien merasa adanya hemihipestesia alternans, yaitu perasaan baal
pada belahan wajah sisi ipsilateral dengan perasaan baal pula pada belahan tubuh sisi
kontralateral, selanjutnya disfagia dan suara sedikit sengau karena kelumpuhan N.IX dan
N.X.
Adapun pembagian Vertigo yang lainnya adalah sebagai berikut :
1 VERTIGO VESTIBULAR
ini adalah salah satu pemicu munculnya vertigo. Jika ada gangguan pada sistem ini, yang
lazim disebut vertigo vestibular, dunia akan terasa seperti berputar. Serangan vertigo jenis ini
umumnya terjadi secara mendadak, bersifat datang-pergi (episodik), disertai rasa
mual/muntah, kadang-kadang ada denging di telinga. Pencetus serangan ini adalah gerakan
kepala.
Vertigo vestibular ini dibedakan menjadi dua tipe
1. Tipe sentral, gangguan terjadi pada batang otak sampai otak besar. Adapun gejalanya
diplopia (pandangan ganda), sakit kepala hebat, gangguan kesadaran, koordinasi tubuh
menurun, mual dan muntah, serta lemas.
2. Tipe perifer, gangguan terletak pada batang otak sampai labirin di telinga bagian dalam.
Gejalanya adalah pandangan kabur, letih, lesu, sakit kepala, detak jantung cepat, kehilangan
keseimbangan, kehilangan konsentrasi, nyeri otot terutama di leher dan punggung, mual,
muntah kemampuan kognitif menurun, serta sensitif terhadap cahaya dan bunyi.
2. VERTIGO NONVESTIBULAR
Pada vertigo nonvestibular, sensasi yang dirasakan penderita adalah melayang,
bergoyang, atau sempoyongan. Serangan biasanya terjadi terus-menerus, tetapi tidak ada
mual maupun muntah. Vertigo akibat gangguan sistem visual biasanya dicetuskan oleh situasi
yang ramai, banyak orang atau benda lalu lalang.
Pada gangguan sistem somatosensorik/proprioseptik atau gangguan pada saraf
sumsum tulang belakang, misalnya gangguan pada saraf tepi berupa kaki baal atau pundak
kaku, impuls gerakan terlambat diterima otak besar. Akibatnya, keseimbangan penderita
terganggu dan termanifestasi sebagai vertigo.
17

Gangguan baal biasanya dialami penderita diabetes. Adapun leher kaku (cervical
tension) umumnya dialami mereka yang bekerja di belakang meja.
Selain dari vertigo vestibular dan nonvestibular, ternyata flu juga bisa menjadi pemicu
dari vertigo. Jika flu tersebut menyebabkan infeksi atau peradangan di telinga dalam, maka
akan mengakibatkan organ keseimbangan kita kacau dan terjadi deh si vertigo-nya. Selain
flu, alergi dari obat-obatan juga bisa memicu si vertigo jika si obat-obat tersebut menyerang
tiga sistem keseimbangan .
G. Pengobatan
1. Medikamentosa
Umumnya merupakan pengobatan simptomatis. Beberapa obat yang dapat diberikan
antara lain sebagai berikut (6,7) :
1. antikolinergik/parasimpatolitik
2. antihistamin
3. penenang minor dan mayor
4. simpatomimetik
5. vasodilator
2. Fisioterapi
Bertujuan untuk mempercepat tumbuhnya mekanisme kompensasi/ adaptasi atau
habituasi sistem vestibuler yang mengalami gangguan tersebut(6,7).
Pengobatan vertigo :
Terapi kausal : merupakan pengobatan terbaik yaitu sesuai dengan etiologi

Pengobatan terhadap kelainan susunan saraf pusat seperti iskemia, hipotensi,


infeksi, trauma kepala, tumor, migren

Pengobatan kelainan sistem vaskuler perifer seperti kelainan telinga


tengah/dalam

Terapi simptomatik (medika mentosa) ditujukan kepada 2 gejala


a. rasa vertigo, mutar melayang
b. gejala otonom (mual, muntah)
Pemilihan obat: sesuai efek obat, berat dan fase vertigo
Golongan obat :
18

a. Menekan irritabilitas vestibular


- Anti histamin: dimenhidrinat (dramamin)
- Prometazine (phenergan)
- Sinarizin (vertizin, stugoron)
- Benzodiazepin
- Beta blocker : carvedilol
- Ca entry blocker (flunarizine)
b. Memperbaiki aliran darah ke labirin dan batang otak (meningkatkan
oksigenasi)
- Histaminik : betahistin (merislon)
- Ca entry blocker (flunarizine)
c. Mengatasi mual, muntah
-

Fenotiazine (proklorperazin, stemetil)

DAFTAR PUSTAKA
1. Lumbantobing S.M. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2003.
2. Marjono M, Sdharta P. Dalam : Neurologi Klinik Dasar. Dian Rakyat. Jakarta, 1997
19

3. Lumbantobing SM. Vertigo. Tujuh keliling. FKUI. Jakarta. 2007


4. Anderson JH dan Levine SC. Sistem Vestibularis. Dalam : Effendi H, Santoso R,
Editor : Buku Ajar Penyakit THT Boies. Edisi Keenam. Jakarta : EGC. 1997. h 39-45
5. Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti, Sp.THT.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. Gaya Baru. Jakarta.
6. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada Press. Yogyakarta, 2000
7. Lumbantobing S.M. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2003.
8. Anderson JH dan Levine SC. Sistem Vestibularis. Dalam : Effendi H, Santoso R,
Editor : Buku Ajar Penyakit THT Boies. Edisi Keenam. Jakarta : EGC. 1997. h 39-45
9. Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti, Sp.THT.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. Gaya Baru. Jakarta.
10. Bashiruddin J. Vertigo Posisi Paroksismal Jinak. Dalam : Arsyad E, Iskandar N,
Editor. Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. 2008. Hal. 104-9

20

Anda mungkin juga menyukai