Anda di halaman 1dari 14

JOURNAL READING

Mass Drug Administration for Scabies Control in a Population


with Endemic Disease

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Kepanitraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Pembimbing :
dr. Hiendarto, Sp.KK
Disusun oleh :
Andriani Kemala Sari
1410221073

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN


ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
VETERAN JAKARTA
2016

LEMBAR PENGESAHAN

JOURNAL READING

Mass Drug Administration for Scabies Control in a Population


with Endemic Disease
Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Oleh :

Andriani Kemala Sari


1410221073
Ambarawa, Februari 2016
Telah dibimbing dan disahkan oleh,
Dokter pembimbing

dr. Hiendarto, Sp.KK

Pemberian Obat Secara Massal Untuk Pengendalian Skabies (Kudis) Pada


Populasi Dengan Endemik Skabies

Latar Belakang

Skabies dikenal sebagai salah satu penyebab penyakit di banyak negara berkembang. Skabies
berhubungan dengan impetigo, yang dapat menyebabkan komplikasi sistemik yang serius.
Kami melakukan percobaan pemberian obat massal untuk kontrol skabies di Fiji.
Metode
Secara acak kami menetapkan tiga komunitas pulau yang masing-masing diberi perlakuan
berbeda untuk kontrol skabies: perawatan standar melibatkan pemberian permethrin untuk
orang yang terkena dan yang berkontak (kelompok dengan perawatan standar), pemberian
massal permethrin (kelompok permethrin), atau pemberian massal ivermectin (kelompok
ivermectin). Hasilnya adalah perubahan dari prevalensi skabies dan impetigo dari awal
penelitian hingga bulan ke 12.
Hasil
Total dari 2051 peserta yang terdaftar; 803 adalah kelompok dengan perawatan standar, 532
kelompok permethrin, dan 716 adalah kelompok ivermectin. Sejak awaal hingga bulan ke 12,
prevalensi skabies menurun secara bermakna pada setiap kelompok, dengan penurunan
terbanyak terlihat pada kelompok ivermectin. Prevalensi tersebut menurun dari 36,6%
menjadi 18,8% pada kelompok dengan perawatan standar (penurunan relatif prevalensi, 49%;
interval kepercayaan 95%, 37-60), dari 41,7% menjadi 15,8% pada kelompok permethrin
(pengurangan relatif, 62%; 95% CI, 49-75), dan dari 32,1% menjadi 1,9% pada kelompok
ivermectin (pengurangan relatif, 94%; 95% CI, 83-100). Prevalensi impetigo juga menurun
pada semua kelompok, dengan penurunan terbesar terlihat pada kelompok ivermectin.
Prevalensi menurun dari 21,4% menjadi 14,6% pada kelompok perawatan standar
(pengurangan relatif, 32%; 95% CI, 14-50), dari 24,6% menjadi 11,4% pada kelompok
permethrin (pengurangan relatif, 54%, 95% CI, 35-73), dan dari 24,6% menjadi 8,0% pada
kelompok ivermectin (pengurangan relatif, 67%; 95% CI, 52-83). Efek samping ringan
dilaporkan lebih sering pada kelompok ivermectin dibandingkan kelompok permethrin
(15,6% vs 6,8%).
Kesimpulan
Pemberian obat massal terutama pemberian ivermectin berkhasiat untuk kontrol skabies dan
impetigo. (Didanai oleh National Australia Kesehatan dan Medical Research Council;
Australia Selandia Baru Clinical Trials Registry nomor, ACTRN12613000474752.)

Skabies adalah kondisi kulit yang diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebagai
penyakit yang berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat merupakan penyumbang besar
untuk morbiditas global dan kematian. Skabies disebabkan oleh tungau mikroskopis
(Sarcoptes scabiei var. Hominis) dan ditularkan terutama melalui kontak dari orang ke orang.
Tungau dapat mengakibatkan gatal, gangguan terkait tidur, mengurangi kemampuan untuk
berkonsentrasi, stigma sosial dan biaya perawatan kesehatan yang sedang berlangsung.

Pada banyak negara berkembang, skabies terkait garukan merupakan penyebab


penting dari impetigo dimana 6 dari 10 kasus impetigo paling sering disebabkan oleh
Streptococcus pyogenes atau infeksi Staphylococcus aureus dan dapat menyebabkan
septikemia, glomerulonefritis serta penyakit jantung rematik. Diperkirakan 100 juta orang
menderita skabies diseluruh dunia; kebanyakan tinggal di negara tropis dan

terutama

mempengaruhi mereka yang tinggal di Kepulauan Pasifik.


Perawatan yang efektif baik topikal maupun oral telah tersedia untuk skabies. Namun,
diantara orang-orang yang tinggal di daerah di mana patogennya adalah endemik, reinfestasi
dapat terjadi dengan cepat bahkan ketika kontak dalam rumah tangga juga diobati. Pemberian
obat massal, yang umumnya melibatkan pemberian berulang agen terapi dosis tunggal untuk
seluruh masyarakat, telah menjadi strategi utama untuk kontrol beberapa penyakit tropis yang
terabaikan. Studi tunggal pada kelompok pemberian massal permetrin topikal dan ivermectin
(agen oral yang merupakan obat pilihan untuk pemberian obat massal untuk onchocerciasis
dan filariasis limfatik) hasilnya telah menjanjikan. Untuk memperkuat dasar bukti pemberian
obat massal sebagai kontrol skabies, kami melakukan percobaan perbandingan yang disebut
the Skin Health Intervention Fiji Trial (SHIFT).

METODE
Populasi Penelitian
Kami melakukan SHIFT di Fiji dari September 2012 sampai September 2013. Setelah
berkonsultasi dengan otoritas kesehatan, kami mengidentifikasi tiga komunitas pulau sebagai
kelompok yang diteliti atas dasar isolasi relatif, ukuran populasi (cukup kecil untuk dikelola
tapi cukup besar untuk memberikan kekuatan hasil pada penelitian) dan kesamaan budaya.
Salah satu komunitas menempati satu pulau, yang kedua menempati dua pulau tetangga dan
ketiga menempati tiga pulau. Setiap komunitas memiliki satu staf perawat klinik.

Prosedur Penelitian
Tiga komunitas pulau secara acak, melalui pemetaan, salah satu dari ketiganya
dilakukan intervensi yang berbeda untuk kontrol skabies: perawatan standar yang melibatkan
pemberian permetrin untuk orang yang terkena dampak dan yang berkontak (kelompok

perawatan standar), pemberian massal permethrin (kelompok permethrin) dan pemberian


massal ivermectin (kelompok ivermectin). Prosedur penelitian adalah . Setiap kunjungan
berlangsung pada minggu yang dijadwalkan.
Semua warga yang memenuhi syarat dapat berpartisipasi. Warga diidentifikasi dengan
menggunakan daftar penduduk tahun 2012 yang disediakan oleh perawat peneliti; mereka
diundang melalui surat untuk berpartisipasi dan kemudian dikunjungi oleh perawat kabupaten
setempat jika mereka bagian dari komunitas. Ketika tim peneliti tiba pada kunjungan awal,
semua warga yang hadir pada saat itu diundang untuk mendaftar dalam penelitian. Mereka
yang setuju untuk berpartisipasi diminta untuk memberikan informasi demografis sosial dasar
dan riwayat medis singkat. Ketika tim peneliti kembali pada kunjungan bulan ke 12, semua
warga ditemui lagi oleh tim peneliti. Warga yang telah terdaftar pada awal penelitian, kembali
diperiksa dan ditanya tentang ketidakhadiran dikomunitas setelah pendaftaran. Warga yang
hadir namun belum terdaftar pada awal penelitian diundang untuk mendaftarkan diri. Pada
awal, bulan ke 3 dan bulan ke 12 kunjungan, dilakukan pemeriksaan kulit oleh perawat
peneliti terhadap peserta yang setuju.
Selama periode sebelum dan setelah obat diberikan, kami menggunakan secara rutin
data yang dikumpulkan oleh pelayan kesehatan untuk mencatat jumlah pasien yang disajikan
kepada klinik masyarakat dengan kondisi kulit dan jumlah rujukan klinik ke pusat-pusat
kesehatan utama.
Sesuai dengan pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), skabies
didefinisikan sebagai munculnya papul inflamasi yang gatal dengan distribusi anatomi yang
khas (misalnya, pada sela jari, tangan, pergelangan tangan, atau pergelangan kaki).
Pemeriksaan payudara dan alat kelamin dilakukan hanya jika diminta oleh peserta dan dalam
ruang tertutup yang terpisah. Penentuan tingkat keparahan skabies didasarkan pada jumlah
lesi, dengan kategori ringan (10), sedang (11-49), dan berat (50). Skabies terinfeksi
didefinisikan sebagai skabies ditambah adanya nanah atau berkulit papul. Jika berkulit papul,
maka dicurigai skabies, kerokan kulit diambil untuk pemeriksaan mikroskopis tungau dan
difoto kemudian dikirim ke tim penasihat klinis (penulis kedua dan terakhir). Impetigo
didefinisikan sebagai timbulnya papul, pustular, atau lesi ulseratif dikelilingi oleh eritema.
Intervensi
Kelompok Perawatan Standar

Peserta dalam kelompok perawatan standar yang memiliki skabies pada awal
penelitian dirujuk ke klinik lokal untuk dilakukan pengobatan sesuai dengan pedoman yang
direkomendasikan dengan satu dosis topikal krim permethrin dan dosis kedua diberikan
setelah 14 hari jika gejala menetap. Pedoman ini juga merekomendasikan dosis tunggal
permethrin untuk orang yang memiliki riwayat berkontak dengan penderita skabies. Kami
menyediakan pasokan krim permethrin ke klinik lokal untuk memastikan bahwa persediaan
akan cukup.
Kelompok Permethrin
Semua peserta dalam kelompok permethrin diberikan satu dosis topikal krim
permetrin diikuti dengan dosis kedua 7 sampai 14 hari kemudian jika skabies telah
diidentifikasi sejak awal. Untuk anak-anak muda, orang tua diminta untuk memakaikan krim
dibawah observasi langsung dari staf penelitian. Anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa
disarankan untuk memakai krim di klinik tetapi dapat pula dipakai sendiri di rumah. Peserta
diminta untuk memakai krim dari leher sampai ke jari kaki dan biarkan selama 8 sampai 24
jam (atau selama 4 jam dalam kasus peserta <2 bulan usia). Pada bayi, krim ini juga dipakai
pada kulit kepala.
Kelompok Ivermectin
Semua peserta dalam kelompok ivermectin diberikan satu dosis ivermectin oral
(200mg per kilogram berat badan), yang diambil dibawah observasi langsung dari staf
penelitian. Ivermectin digantikan dengan krim permetrin topikal pada peserta berikut: anakanak yang beratnya kurang dari 15 kg, wanita yang sedang hamil atau menyusui, orang
dengan penyakit neurologis, dan orang-orang mengkonsumsi obat yang dimetabolisme oleh
sitokrom P-450 jalur, termasuk warfarin dan beberapa agen antikonvulsan. Bagi peserta yang
memiliki skabies pada awal penelitian, dosis kedua yang obat diberikan oleh staf peneliti 7
sampai 14 hari setelah dosis awal diberikan.
Pengobatan untuk crusted skabies terdiri dari pemberian dua dosis ivermectin 1
minggu terpisah dan pemberian krim permetrin dua kali seminggu selama 1 bulan dengan
pemantauan terhadap peserta pada bulan ke 1, 2, 3, dan 12. Semua peserta dengan crusted
atau lesi impetigo purulen dirujuk ke klinik untuk menerima antibiotik sesuai dengan
pedoman MTBS Fiji. Peserta dalam semua kelompok bisa datang ke klinik komunitas mereka
setiap saat dan menerima perawatan standar dengan permethrin.

Hasil Penelitian
Hasil utama adalah perubahan prevalensi skabies dan impetigo dari awal sampai
bulan ke 12. Prevalensi dihitung pada awal dan bulan ke 12 dengan menggunakan data dari
seluruh sampel peserta pada setiap titik waktu.
Hasil yang berdasarkan pada efek samping diklasifikasikan serius jika mereka segera
mengancam kehidupan, menyebabkan rawat inap, atau mengakibatkan cacat persisten atau
substansial atau kematian. Kami membentuk komite keselamatan independen yang terdiri
dari dokter akademik, termasuk perwakilan Fiji. Efek samping yang ditinjau oleh dokter
peneliti lokal dengan rujukan selanjutnya ke panitia keselamatan.
Pengawasan Penelitian
Penelitian ini disetujui oleh Komite Etika Penelitian Nasional Fiji dan Rumah Sakit
Komite Etika Penelitian Manusia Royal Children. Terdapat penundaan dalam memenuhi
tenggat waktu pendaftaran untuk penelitian ini karena pemahaman peneliti awalnya adalah
bahwa penelitian dengan intervensi terhadap komunitas semacam ini, bertolak belakang
dengan uji acak secara individual dan tidak memerlukan pendaftaran. Persetujuan tertulis
diperoleh dari semua peserta. Merck Sharp dan Dohme (Australia) menyediakan ivermectin
tetapi tidak memiliki peran lain dalam penelitian ini. Departemen Kesehatan dan Pelayanan
Medis Fiji menyediakan personil yang dibayar. Penelitian ini dirancang oleh penulis. Semua
penulis menjamin integritas, kelengkapan data, analisis dan kebenaran dari protokol untuk
penelitian.
Analisis Statistik
Kami menghitung perubahan prevalensi skabies dan impetigo di masing-masing tiga
kelompok penelitian. Kami menghitung baik pengurangan absolut (perbedaan antara
prevalensi di bulan ke 12 dan dengan prevalensi pada awal) dan pengurangan relatif (rasio
prevalensi di bulan ke 12 prevalensi pada awal). Interval kepercayaan untuk pengurangan
dihitung dengan menggunakan varians dari distribusi binomial. Untuk membandingkan
kelompok penelitian, kami menghitung rasio prevalensi di bulan ke 12 dengan prevalensi
pada awal di masing-masing kelompok dan kemudian menguji hipotesis nol bahwa rasio ini
adalah sama. Semua tes dilakukan dua arah. Diantara peserta yang diperiksa pada awal dan
bulan ke 12, kami menghitung tingkat penampilan skabies (proporsi orang tanpa skabies pada
awal dan dengan skabies pada bulan ke 12) dan hilangnya skabies (proporsi orang dengan

skabies pada awal dengan yang tidak memiliki skabies pada bulan ke 12). Hasil keamanan
diringkas sebagai proporsi peserta pada masing-masing kelompok yang memiliki efek
samping.
Kekuatan penelitian dan ukuran sampel didasarkan pada perkiraan dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan di Fiji. Kami memperkirakan bahwa prevalensi awal skabies
adalah 23% dan diperkirakan prevalensi ini akan menurun hingga 5% pada kelompok yang
menjalani pemberian obat massal dan 10% pada kelompok perawatan standar. Dengan asumsi
80% tingkat respons pada masing-masing kelompok dan 20% yang tidak datang pada bulan
ke 12, kami memperkirakan bahwa 1920 sampel peserta akan memberikan kekuatan
penelitian lebih dari 90% untuk mendeteksi perbedaan perkirakan tingkat kemaknaan dua sisi
dari 0,05.

HASIL
Populasi Penelitian
Sebanyak 2.051 orang setuju untuk berpartisipasi dalam studi (Tabel 1), yang
mewakili lebih dari 85% dari populasi penduduk tiga komunitas. Distribusi umur dan jenis
kelamin yang sama di komunitas (Tabel 1); 99,7% dari penduduk di komunitas ini adalah
adat Fiji (iTaukei). Ketidak hadiran peserta pada bulan ke 12 lebih tinggi pada kelompok
perawatan standar daripada dikelompok permethrin dan kelompok ivermectin (28,3% vs
25,0% dan 21,6%, masing-masing) (Gambar. 2, dan Tabel S2 dalam Lampiran Tambahan).

Pada kelompok ivermectin, 623 dari 716 peserta menerima ivermectin dibawah
observasi langsung dari staf peneliti dan 93 menerima permethrin sesuai dengan pengecualian
yang ditentukan dalam protokol. Dari 93 peserta tersebut, 55 lebih muda dari 5 tahun, 27

sedang menyusui, 8 hamil dan 3 memiliki kontraindikasi lain; pemakaian permetrin langsung
diamati pada 61 peserta tersebut dan dengan demikian terapi diberikan untuk 96% dari
kelompok ivermectin dibawah pengamatan langsung. Dua ratus tiga puluh peserta dalam
kelompok ini yang memiliki skabies sejak awal penelitian menerima pengobatan kedua; 200
menerima ivermectin dan 30 menerima permethrin dan semua intervensi diberikan dibawah
pengamatan langsung.
Pada kelompok permethrin, 307 dari 532 peserta (58%) menerima pengobatan di
bawah observasi langsung dan 181 dari 222 peserta yang memiliki skabies sejak awal
penelitian (82%) menerima perlakuan kedua. Tidak ada data tentang penggunaan permetrin
yang dikumpulkan untuk kelompok perawatan standar, karena semua pengobatan diberikan
di klinik komunitas.
Prevalensi Skabies dan Impetigo
Sejak awal penelitian, prevalensi skabies tertinggi pada kelompok permethrin yaitu
41,7% (Tabel 2). Di antara peserta dengan skbies, tingkat keparahan pada awal adalah serupa
di seluruh kelompok; 62% memiliki kurang dari 10 lesi, dan 10% memiliki 50 lesi atau lebih.
Skabies paling sering terjadi di tangan (64%), lengan (38%), kaki (29%), dan di kaki (26%).
Terdapat satu diagnosiscrusted skabies diseluruh populasi penelitian, dalam kelompok
perawatan standar.

Pada bulan ke 12, prevalensi skabies menurun pada setiap kelompok penelitian
dengan penurunan terbesar diamati pada kelompok ivermectin. Penurunan relatif pada
prevalensi skabies adalah 94% (95% interval kepercayaan [CI], 83-100) pada kelompok
ivermectin, dibandingkan dengan 62% (95% CI, 49-75) pada kelompok permethrin (P <
0,001) dan 49% (95% CI, 37-60) pada kelompok standar perawatan (P <0,001); perbedaan
antara kelompok permethrin dan kelompok perawatan standar tidak signifikan (P = 0,09).

Pengurangan relatif gabungan dalam dua kelompok yang menjalani pemberian obat massal
adalah 78% (95% CI, 69-87).
Penurunan prevalensi skabies adalah sama ketika peserta yang terdaftar pada bulan ke
12 termasuk didalam atau dikeluarkan dari analisis (Tabel S3 dalam Lampiran Tambahan).
Pada semua kelompok, terdapat penurunan prevalensi dikategori umur dan kedua jenis
kelamin (Tabel S4 dan S5 di Tambahan Lampiran), serta pengurangan proporsi kasus skabies
yang dikategorikan berat (50 lesi) (Tabel S6 dalam Lampiran Tambahan).
Awalnya prevalensi impetigo adalah 21,4% pada kelompok perawatan standar dan
24,6% pada kelompok gabungan yang menjalani pemberian obat massal (Tabel 2). Pada
bulan ke 12, prevalensi impetigo telah menurun disemua kelompok penelitian dengan
penurunan terbesar diamati pada kelompok ivermectin. Penurunan relatif dalam prevalensi
impetigo adalah 67% (95% CI, 52-83) pada kelompok ivermectin, dibandingkan dengan 54%
(95% CI, 35-73) pada kelompok permethrin (P = 0,26 untuk perbandingan dengan kelompok
ivermectin) dan 32% (95% CI, 14-50) dalam kelompok perawatan standar (P = 0,05 untuk
perbandingan dengan kelompok ivermectin); perbedaan antara kelompok permethrin dan
kelompok perawatan standar tidak signifikan (P = 0,17). Pengurangan relatif gabungan dalam
dua kelompok yang menjalani pemberian obat massal adalah 62% (95% CI, 49-74).
Pada bulan ke 12, tingkat munculnya skabies terendah adalah pada kelompok
ivermectin (1,3%) dan tingkat hilangnya skabies tertinggi dalam kelompok ini (97,3%) (Tabel
3). Prevalensi skabies pada bulan ke 3 lebih rendah dari prevalensi pada awal di semua
kelompok: 13,9% (95% CI, 9,2-20,5) pada kelompok ivermectin, 22,2% (95% CI, 15,4-30,9)
pada kelompok permethrin dan 10,4% (95% CI, 6,7-16,1) pada kelompok perawatan standar.
Satu peserta dengan skabies crusted telah disembuhkan dengan waktu kunjungan 3 bulan.
Pada semua kelompok, jumlah konsultasi klinik rutin untuk penyakit kulit lebih rendah pada
periode setelah intervensi dari pada periode sebelum intervensi, dengan 10,6 konsultasi lebih
sedikit per 100 populasi dasar per tahun pada kelompok ivermectin, 7.0 lebih sedikit di
permethrin yang kelompok, dan 13,7 lebih sedikit pada kelompok perawatan standar
perawatan standar (Tabel S7 dalam Lampiran Tambahan).
Efek Samping
Efek samping umumnya terjadi pada kelompok ivermectin dibandingkan kelompok
permethrin (dengan 15,6% mengalami efek samping dan 205 efek di 112 peserta vs 6,8%
mengalami suatu efek samping dan 46 efek pada 36 peserta) (Tabel S8 dan S9 dalam

Lampiran Tambahan). Tidak ada efek samping serius atau bertahan selama lebih dari 7 hari.
Gatal adalah efek samping yang paling umum (mempengaruhi 5,3% dan 3,6% dari peserta
dalam ivermectin dan masing-masing kelompok permetrin), diikuti oleh sakit kepala
(mempengaruhi 3,8% dan 0,9%, masing-masing).

PEMBAHASAN
Dalam penelitian komparatif ini, kami menemukan penurunan bermakna dari
prevalensi baik skabies dan impetigo dari awal sampai 1 tahun pada semua kelompok, dengan
penurunan terbesar terdapat pada kelompok ivermectin. Efek samping lebih umum terjadi
pada kelompok ivermectin, tetapi sem ua efek samping adalah ringan dan ditangani dengan
cepat. Pemberian obat massal menunjukkan strategi pengendalian yang penting di negaranegara dimana skabies adalah endemik. Sebelumnya studi kelompok tunggal pemberian
permetrin dan ivermectin massal telah menunjukkan penurunan prevalensi penyakit 6-8,20,32
tetapi belum menentukan apakah strategi ini lebih unggul dan efektif dari perawatan standar.
Dalam penelitian kami, prevalensi skabies dikelompok yang menjalani pemberian obat
massal telah menurun pada bulan ke 3 dan menurun lebih lanjut pada bulan ke 12; Temuan
ini agak bertentangan dengan harapan kami. Sebagian dari kasus skabies terdeteksi pada
bulan ke 3 mungkin telah mewakili nodul inflamasi postscabetic yang dapat bertahan setelah
pengobatan berhasil.
Pengurangan relatif prevalensi skabies dari awal sampai bulan ke 12 secara bermakna
lebih besar terlihat pada kelompok ivermectin dibandingkan kelompok permethrin (94% vs
62%). Selama pemberian obat massal, setiap keuntungan terapi permetrin dapat sebanding
dengan ketidakpatuhan terhadap pemakaian agen topikal. Pemberian pengobatan langsung
diamati lebih sering pada kelompok ivermectin dibandingkan kelompok permethrin (96% vs
58%). Pengaruh kepatuhan dalam kelompok ivermectin mungkin telah ditingkatkan dengan
dosis kedua untuk peserta dengan klinis skabies pada awal, karena ivermectin tidak efektif
terhadap telur yang belum menetas.
Profil efek samping adalah konsisten pada sampel kami, seperti pada penelitian
sebelumnya. Gatal adalah efek yang paling umum dan mungkin disebabkan oleh respon
inflamasi terhadap antigen tungau yang telah mati. Pemberian obat massal secara luas dengan
ivermectin di Afrika dan Amerika Latin tidak membahas masalah keamanan, kecuali
kontraindikasi obat terhadap orang yang beresiko menderita filariasis akibat cacing loa-loa.

Dengan tidak adanya data tentang keselamatan pada anak-anak dan wanita hamil, dinyatakan
bahwa obat tetap merupakan kontraindikasi pada kedua kelompok ini.
Penurunan yang cukup besar dalam prevalensi skabies terdapat pada kelompok
perawatan standar mungkin terjadi karena penelitian ini memperkenalkan tingkat perawatan
yang lebih tinggi daripada yang telah dilakukan secara rutin, termasuk memastikan
ketersediaan permetrin dan menghasilkan kesadaran yang lebih besar tentang pengobatan
untuk kontak.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Percobaaan cluster-rendomized yang
sesungguhnya memerlukan kelompok komunitas yang banyak untuk dimasukkan dalam
setiap
kelompok, tetapi desain percobaan ini melampaui sumber daya yang tersedia bagi kami.
Kami menargetkan suatu efek bahkan hingga tingkat substansi untuk meminimalkan efek
kemungkinan bahwa setiap temuan akan ditafsirkan sebagai hasil dari perancu. Terdapat
perbedaan antara ke 3 kelompok komunitas percobaan, sehubungan dengan perpindahan
penduduk dan isolasi dari pulau utama Viti Levu (Gbr. 1). Kelompok perawatan standar
memiliki akses perahu pribadi ke pulau utama dan kelompok permethrin memiliki akses yang
lebih mudah ke daratan menggunakan feri daripada kelompok ivermectin.
Perbedaan ini tercermin dalam laporan peserta penelitian dan mungkin telah
berkontribusi untuk potensi yang lebih besar untuk reinfestasi dalam perawatan standar dan
kelompok permetrin dibandingkan kelompok ivermectin. Akhirnya, tingginya prevalensi
skabies dan impetigo pada awal penelitian konsisten dengan temuan dari survei sebelumnya
di Kepulauan Pasifik. Kami menggunakan kriteria diagnostik yang divalidasi tetapi tidak
melakukan pemeriksaan dermatoscopy, karena jenis pemeriksaan ini tidak praktis untuk
dilakukan dan memiliki sensitivitas yang buruk. Perawat peneliti yang melakukan semua
pemeriksaan kulit telah bekerja di satu-satunya rumah sakit dermatologi di Fiji selama lebih
dari 20 tahun dan telah memiliki pengalaman tertentu dalam mendeteksi skabies dan
impetigo. Kami tidak sistematis memeriksa payudara dan alat kelamin yang merupakan
daerah dengan kecenderungan untuk terdapat tungau, tetapi hasil yang dihasilkan tidak
mungkin berbeda antara tiga kelompok.
Data ini mendukung pemberian obat massal dari ivermectin untuk kontrol skabies.
Meskipun resistensi skabies dilaporkan sangat jarang, tetapi hal tersebut dapat terjadi. Kami
menyediakan dosis kedua untuk peserta yang menderita skabies sejak awal, tetapi strategi

sederhana untuk pemberian obat massal pada skala yang lebih besar dengan memberikan dua
dosis langsung diamati 7 sampai 14 hari terpisah, terlepas apakah klinis skabies muncul.
Terdapat kesempatan untuk mengevaluasi efek dari program berbasis ivermectin yaitu untuk
onchocerciasis dan filariasis limfatik pada skabies dan parasit lain yang peka terhadap
ivermectin. Secara umum, pendekatan untuk pemberian obat massal dapat menghasilkan hasil
yang lebih baik jika mereka terintegrasi di seluruh penyakit dengan cara yang dapat diterima
orang dan masyarakat.
SHIFT mengisi kesenjangan penting dalam bukti untuk kontrol skabies, namun
efektivitasnya sekarang harus dievaluasi di luar pulau dan pada populasi yang lebih besar.
Isu-isu kunci termasuk didalamnya mengenai cakupan jumlah siklus yang dibutuhkan; model
pengiriman; mekanisme evaluasi efikasi, efektivitas biaya, penerimaan, efek dari skabies dan
kontrol impetigo pada tingkat keparahan komplikasi kondisi kulit tersebut.

Anda mungkin juga menyukai