Vol - VIII No.4 I P3DI Februari II 2016
Vol - VIII No.4 I P3DI Februari II 2016
Abstrak
Jaksa Agung akan melakukan pengesampingan perkara pidana (deponering) terhadap
dua orang mantan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yakni Abraham
Samad dan Bambang Widjojanto. Dalam pelaksanaannya, Jaksa Agung telah meminta
pandangan kepada beberapa lembaga negara, termasuk kepada Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR). Namun dalam prosesnya, Komisi III DPR memberi rekomendasi kepada
Pimpinan DPR untuk menolak rencana Jaksa Agung, karena langkah deponering
tersebut dinilai tidak cukup memenuhi unsur kepentingan umum. Dipahami bahwa
keputusan untuk melakukan deponering merupakan kewenangan mutlak Jaksa Agung.
Namun dalam pelaksanaannya, langkah tersebut semestinya diambil Jaksa Agung
secara hati-hati dan dengan pertimbangan yang matang, sebab apabila penerapannya
disalahgunakan, maka akan menimbulkan efek negatif terhadap perkembangan
hukum dan masyarakat. Makna demi kepentingan umum dalam wewenang
deponering harus digunakan oleh Jaksa Agung dengan memperhatikan nilai-nilai
kemanfaatan, kelayakan, dan kesempatan yang baik bagi kepentingan masyarakat
luas.
Pendahuluan
Jaksa Agung, Muhammad Prasetyo,
akan melakukan langkah pengesampingan
perkara pidana (deponering) terhadap dua
mantan Pimipinan KPK Abraham Samad
dan Bambang Widjojanto (Abraham dan
Bambang). Mengenai rencananya ini, Jaksa
Agung menyatakan bahwa deponering
merupakan hak prerogatifnya sebagai Jaksa
Agung. Pertimbangan deponering bukan
hanya dengan melihat pandangan dari
lembaga-lembaga negara, namun juga melihat
aspirasi yang tumbuh dan berkembang di
*) Peneliti Muda Hukum, pada Bidang Hukum, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
E-mail: prianter.hairi@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-1-
deponering
sepenuhnya
merupakan
hak dan kewenangan Kejaksaan Agung,
namun demikian Komisi III menilai syarat
deponering yakni menyangkut kepentingan
umum belum terpenuhi. Oleh karenanya
Komisi III merekomendasikan agar perkara
tersebut dilanjutkan ke pengadilan untuk
mendapatkan keadilan dan kepastian hukum.
Komisi III berpandangan bahwa unsur
kepentingan umum tidak terpenuhi bagi
Jaksa Agung mengambil langkah deponering
untuk kedua mantan pimpinan KPK tersebut.
Deponering bagi Abraham dan Bambang
dipandang hanya akan mendegradasi kerja
institusi kepolisian yang telah mengusut kasus
tersebut.
Dalam hal ini, Jaksa Agung berpendapat
bahwa kepentingan pemberantasan korupsi
merupakan kepentingan umum. Ada 3
alasan pertimbangan deponering Abraham
dan Bambang, alasan tersebut adalah
filosofis, sosiologis dan yuridis. Alasan
filosofis terjadinya kegaduhan publik karena
terganggunya harmonisasi antar-institusi
penegak hukum. Sehingga hukum tidak
dapat terwujud secara maksimal. Alasan
sosiologisnya adalah karena terganggunya
pemberantasan korupsi sebab tersangka
adalah tokoh dan aktivis yang diakui luas oleh
masyarakat. Sementara alasan yuridis, yakni
dalam rangka untuk mewujudkan kepastian
hukum.
Sementara itu Presiden Joko Widodo
dalam posisi menyerahkan sepenuhnya
kepada Jaksa Agung. Presiden telah
memanggil dan meminta Jaksa Agung
agar perkara yang menjerat penyidik KPK
Novel Baswedan serta mantan Pimpinan
KPK Abraham dan Bambang untuk segera
diselesaikan. Presiden juga meminta Jaksa
Agung untuk mencari cara penyelesaian yang
tidak melanggar hukum.
Sebagai
perbandingan,
wewenang
deponering sebelumnya pernah dilakukan
pada tahun 2010 oleh Jaksa Agung Basrief
Arief untuk kasus dua pemimpin KPK aktif
saat itu, yakni Bibit Samad Rianto dan
Chandra M. Hamzah. Salah satu alasan
Kejakgung
mengeluarkan
deponering
adalah
mendukung
upaya
pemerintah
dalam pemberantasan korupsi. Keputusan
itu diambil Kejakgung setelah meminta
pernyataan dan saran kepada lima lembaga
tentang deponering. Lembaga-lembaga yang
dimaksud adalah Presiden RI, DPR, MA, MK,
Perbedaan Pandangan
POLRI dalam masalah ini mengambil
sikap mempersilahkan Kejaksaan Agung
(Kejakgung) untuk melakukan deponering
terhadap kasus Abraham dan Bambang.
Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti
menjelaskan bahwa persoalan penuntutan
sepenuhnya berada di tangan Kejakgung.
Kejakgung dinilai memiliki hak untuk
deponering perkara apabila memenuhi syarat.
Namun demikian, POLRI menyatakan bahwa
penyidikan yang dilakukan POLRI diharapkan
sampai ke pengadilan.
Sementara itu Komisi III DPR RI
yang membidangi Hukum dan Hak Asasi
Manusia, juga telah memberi rekomendasi
kepada pimpinan DPR untuk menyatakan
pendapat atas penanganan kasus Abraham
dan Bambang. Adapun substansi rekomendasi
tersebut adalah menolak usul dari Jaksa
Agung terkait deponering bagi dua mantan
Pimpinan KPK tersebut. Ketua Komisi
III DPR RI, Bambang Soesatyo, dalam
keterangannya pada hari Kamis, 11 Februari
2016
menyatakan
bahwa
pemberian
-2-
Memahami Deponering
Referensi
Alasan
Jaksa
Agung
Terbitkan
Deponering
Samad-BW,
http://
www.cnnindonesia.com/nasion
al/20160212141756-12-110574/alasanjaksa-agung-terbitkan-deponeringsamad-bw/, diakses 12 Februari 2016.
Bahas Deponering, Komisi III Panggil Jaksa
Agung, Suara Pembaruan, 12 Februari
2016.
Kasus
AbrahamBambang
Akan
Berakhir
Seperti
BibitChandra?,
http://nasional.kompas.com/
read/2016/02/12/05200051/Kasus.
Abraham-Bambang.Akan.Berakhir.
seperti.Bibit-Chandra.?page=all, diakses
12 Februari 2016.
Kejaksaan Resmi Deponering Kasus Bibit
Chandra, Koran Tempo, 25 Januari 2011.
Komisi
III
DPR
Tolak
Deponering
Kasus
Abraham
dan
Bambang,
http://nasional.kompas.com/
read/2016/02/11/17005441/Komisi.III.
DPR.Tolak.Deponering.Kasus.Abraham.
dan.Bambang, diakses 11 Februari 2016.
Langkah Jaksa Agung Mewakili Pemerintah,
Kompas, 13 Februari 2016.
Ngotot Deponering, DPR Pertanyakan Motif
Jaksa Agung, http://www.surabayapagi.
com/index.php?read~NgototDeponering,-DPR-Pertanyakan-MotifJaksa-Agung;3b1ca0a43b79bdfd9f9305b8
12982962244db1d0a8cf10209b540393da
d8866e, diakses 13 Februari 2016.
POLRI: Deponering Harus Sesuai Syarat,
Republika, 13 Februari 2016.
Djoko Prakoso (1985). Eksistensi Jaksa Di
tengah-tengah Masyarakat, Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Osman
Simanjuntak
(1995).
Tehnik
Penuntutan Dan Upaya Hukum. Jakarta:
PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan RI.
Penutup
Deponering
mutlak
merupakan
wewenang Jaksa Agung. Namun demikian,
hukum senantiasa menuntut akan tegaknya
keadilan dan persamaan di mata hukum.
Oleh sebab itu, langkah deponering yang
akan diambil oleh Jaksa Agung dalam suatu
kasus, semestinya benar-benar didasarkan
pada pertimbangan yang matang dengan
memperhatikan berbagai aspek, baik aspek
kepentingan penegakan hukum, aspek
kemanfaatan, maupun aspek kepentingan
sosial atau kepentingan masyarakat luas.
Demikian pula terkait rencana deponering
untuk kasus dua mantan pimpinan KPK
Abraham Samad dan Bambang Widjojanto,
Jaksa Agung dituntut untuk berlaku arif dan
bijaksana dalam menentukan keputusannya.
Penulis berpandangan, langkah Jaksa
Agung yang selalu meminta pandangan
kepada berbagai lembaga negara termasuk
DPR merupakan langkah yang tepat.
Meskipun
hanya
terkesan
formalitas,
namun pandangan dari berbagai lembaga
-4-
HUBUNGAN INTERNASIONAL
Abstrak
Setelah lebih dari satu dekade, India kembali mengadakan fleet review berskala
internasional. Dilaksanakan dengan persiapan serius dan melibatkan jauh lebih banyak
negara dibanding kegiatan sebelumnya pada 2001, International Fleet Review 2016
menjadi sorotan masyarakat internasional. Kebutuhan untuk menunjukkan pada
dunia bahwa India memiliki kekuatan militer yang memadai dan untuk menegaskan
komitmennya terhadap kawasan Samudera Hindia merupakan faktor pendorong India
melaksanakan kegiatan ini. Kegiatan ini memiliki arti penting bagi upaya membangun
stabilitas dan keamanan kawasan, serta bagi Indonesia yang juga memberikan prioritas
pada kawasan Samudera Hindia. Untuk itu, pemerintah Indonesia perlu mencermati
tumbuhnya India sebagai kekuatan berpengaruh di lingkungan strategis Indonesia.
Pendahuluan
*) Peneliti Muda Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Bidang Hubungan Internasional, Pusat Penelitian, Badan Keahlian
DPR RI. E-mail: rizki.roza@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-5-
Memulai
fleet
review
berskala
internasional pada 2001 di Mumbai, belahan
barat perairan India, kegiatan ini lebih
diarahkan untuk mengangkat moral dan
semangat AL India, sehingga kemudian
berhasil mengalami perkembangan pesat
menuju sebuah blue water navy. Memastikan
kesiapan, semangat, dan disiplin AL,
merupakan tujuan dasar dilaksanakannya
suatu kegiatan fleet review, demikian pula
halnya dengan IFR 2016. Namun, dengan
melibatkan lebih dari 100 kapal dari 50
negara, pemerintah India ingin mencapai
sasaran yang lebih besar melalui IFR 2016.
AL India berharap kegiatan ini
dapat melahirkan semangat untuk saling
bekerja sama di antara negara partisipan,
bersama-sama
memerangi
ancamanancaman keamanan dan kemanusiaan di
laut. Diharapkan pula dapat meningkatkan
solidaritas, persahabatan, dan niat baik di
antara lebih banyak negara. Perlu menjadi
catatan pula bahwa, dilaksanakan untuk
mencapai
tujuan-tujuan
persahabatan,
IFR 2016 berhasil melibatkan beberapa
negara yang dewasa ini masih bersikap
saling mencurigai. Kehadiran delegasi China
misalnya, menjadi perhatian masyarakat
internasional. Hubungan India dan China
yang diwarnai persaingan memperebutkan
posisi dan peran strategis di kawasan
Samudera
Hindia
tampaknya
justru
mendorong China untuk memenuhi undangan
India. Namun tidak demikian halnya
dengan Pakistan yang menolak untuk ikut
berpartisipasi.
Kegiatan fleet review yang melibatkan
begitu banyak pelaut dan perwira laut telah
menandakan suatu era baru diplomasi
maritim. India tampaknya menempatkan AL
sebagai instrumen penting dari upayanya
untuk menjadi negara maritim yang
berpengaruh di tingkat regional maupun
global. Dengan persiapan yang sangat serius,
pemerintah India juga ingin menunjukkan
kekuatan maritimnya kepada dunia, bahwa
AL India merupakan angkatan bersenjata
profesional yang dapat digunakan sebagai
instrumen kebijakan nasional yang memadai,
baik di masa perang maupun damai.
Selain itu, melalui IFR 2016, India ingin
menunjukkan kemampuan mereka untuk
memenuhi kebutuhan alat-alat pertahanannya
dari dalam negeri. Sejak beberapa tahun
terakhir pemerintah India berkomitmen ingin
-6-
Referensi:
Abhijit
Singh,
"Indias
International
Fleet Review: Building Bridges on
Shifting
Sands",
http://thediplomat.
com/2016/02/indias-international-fleetreview-building-bridges-on-shiftingsands/, diakses 12 Februari 2016
Ankit Panda, "With Over 50 Navies
Participating, India Concludes 2016
International Fleet Review", http://
thediplomat.com/2016/02/with-over50-navies-participating-india-concludes2016-international-fleet-review, diakses 12
Februari 2016
Commdore RS Vasan IN (Ret), "India:
International Fleet Review 2016", http://
www.southasiaanalysis.org/node/1932,
diakses 12 Februari 2016
"Inilah Prioritas Politik Luar Negeri Indonesia
5 Tahun ke depan", http://setkab.go.id/
inilah-prioritas-politik-luar-negeriindonesia-5-tahun-ke-depan/, diakses 12
Februari 2016
Ruchi Bambha, "International Fleet Review
2016 curtain raiser: 6 Key Things to
Know", http://economictimes.indiatimes.
com/news/defence/international-fleetreview-2016-curtain-raiser-6-key-thingsto-know/articleshow/49375814.cms,
diakses 12 Februari 2016.
Penutup
Memastikan kesiapan, semangat, dan
disiplin AL selalu menjadi tujuan dasar
dilaksanakannya kegiatan fleet review.
Melibatkan lebih dari 50 negara, pemerintah
India ingin mencapai tujuan yang lebih besar
melalui IFR 2016. India ingin membangun
sikap saling percaya, meredam persepsi
ancaman dan sikap saling curiga di antara
lebih banyak negara, serta mendorong
kerjasama untuk menghadapi berbagai
ancaman dan tantangan di laut. Pemerintah
India juga ingin menunjukkan kepada dunia
bahwa India memiliki kekuatan militer yang
dapat diandalkan sebagai pemain utama
yang turut menjaga keamanan dan stabilitas
kawasan, serta didukung pula industri
pertahanan dalam negeri yang memadai.
Pelaksanaan IFR 2016 juga menegaskan
kembali komitmen India terhadap kawasan
Samudera Hindia.
Terciptanya
kawasan
Samudera
Hindia yang aman dan stabil merupakan
kepentingan banyak pihak. Upaya-upaya
membangun sikap saling percaya melalui
-8-
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Abstrak
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) tak henti menuai kontroversi. Sebagian
pihak beranggapan bahwa KCJB belum dibutuhkan di tengah upaya pemerintah
mengembangkan perkeretaapian nasional ke wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
dan Papua. Namun, pemerintah nampaknya memberikan perhatian besar agar proyek
ini dapat berlangsung dalam waktu yang cepat, terutama dalam hal perizinan. Proses
izin lingkungan KCJB yang terkesan terburu-buru dan tidak selaras dengan RTRW
dapat saja mengakibatkan izin yang dikeluarkan tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan sehingga memunculkan kekhawatiran akan merusak
rezim perizinan lingkungan yang merupakan instrumen penting dalam melindungi
lingkungan hidup.
Pendahuluan
Pemerintah
berencana
akan
membangun kereta cepat yang melintasi
Jakarta hingga Bandung melalui proyek
KCJB. Menurut Direktur Transportasi
Bappenas, Bambang Prihartono, sebenarnya
proyek KCJB sudah direncanakan sejak
tahun 2008. KCJB tidak hanya dibangun
untuk
mengatasi
kepadatan
arus
transportasi Jakarta-Bandung yang selama
ini bergantung pada jalan tol Cikampek,
Cipularang, dan Padaleunyi, tetapi juga
untuk membangun konektivitas antarkota
dan antarkawasan dalam rangka mendukung
capaian target pertumbuhan ekonomi 5
hingga 6 persen.
*) Peneliti Muda Kebijakan Lingkungan pada Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: teddy@dpr.go.id.
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-9-
Pembangunan
KCJB
berpotensi
menggerakkan
ekonomi
masyarakat
di sekitar lokasi proyek. Diperkirakan
proyek KCJB akan menyerap tenaga kerja
sebanyak 39 ribu orang pertahun pada masa
konstruksi 3 tahun, 20 ribu orang selama 15
tahun pada masa konstruksi transit oriented
development (TOD), dan 28 ribu orang
selama 35 tahun pada masa operasional.
Direktur Utama KCIC, Hanggoro Budi
Wiryawan, menegaskan bahwa proyek KCJB
mengutamakan penggunaan tenaga kerja
informal lokal. Di samping itu, proyek KCJB
akan menumbuhkan peluang pengadaan
barang dan jasa, seperti penyewaan rumah,
tumbuhnya
rumah
makan,
penyedia
katering,
penyedia
jasa
transportasi,
dan asisten rumah tangga. Peluang ini
berlangsung tidak hanya pada tahap
- 10 -
Referensi
Penutup
Rencana pembangunan KCJB perlu
dilihat dari berbagai sisi, baik dampak positif
maupun dampak negatif yang ditimbulkan.
Namun, proses perizinan lingkungan
pembangunan KCJB yang dilakukan dalam
waktu singkat dikhawatirkan akan merusak
tatanan perizinan lingkungan di Indonesia.
Bukan tidak mungkin, pengabaian terhadap
kualitas dokumen Amdal dan prosedur
perizinan
lingkungan
akan
semakin
marak terjadi di masa mendatang. Izin
lingkungan pembangunan KCJB semestinya
dilakukan secara berjenjang. Dimulai
dari revisi RTRW, penyusunan dokumen
Amdal, penilaian dokumen Amdal, dan
bermuara pada penetapan kelayakan
lingkungan serta izin lingkungan yang
diselenggarakan secara transparan dan
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
DPR RI, melalui komisi terkait, perlu
mendorong pemerintah agar menerapkan
azas kehati-hatian dalam menetapkan
izin lingkungan pembangunan KCJB. Bila
diperlukan, pemerintah dapat menelaah
kembali izin lingkungan yang telah diberikan
jika ditemukan hal yang menyalahi aturan
peraturan
perundang-undangan
dalam
proses perizinan tersebut.
- 12 -
GELOMBANG PHK
KUARTAL PERTAMA TAHUN 2016
Ari Mulianta Ginting*)
Abstrak
Kondisi perekonomian global yang mengalami perlambatan ditambah dengan harga
komoditas yang mengalami penurunan memberikan dampak yang cukup serius bagi
perekonomian Indonesia. Salah satu dampak tersebut adalah terpukulnya sektor Industri
sehingga mengakibatkan terjadinya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh
perusahaan-perusahan yang beroperasi di Indonesia. Dari data yang berhasil dikumpulkan,
perusahaan seperti Panasonic, Toshiba, perusahaan migas, dan perusahaan farmasi
telah melakukan PHK terhadap buruh dan karyawannya. Untuk mencegah gelombang
PHK yang lebih besar, sudah waktunya stakeholder terkait duduk bersama mengatasi hal
tesebut. Pemerintah bersama dengan pelaku usaha didampingi oleh DPR RI harus membuat
kebijakan yang tepat sararan. Salah satunya dengan mempercepat pengeluaran secara
intensif melalui belanja pemerintah di bidang infrastruktur dan pembangunan sarana
fisik lainnya yang menyerap banyak tenaga kerja. Apabila PHK menjadi langkah terakhir
bagi perusahaan, Pemerintah harus dapat memastikan bahwa buruh yang terkena PHK
mendapatkan haknya secara penuh.
Pendahuluan
Laporan Bank Dunia terhadap kondisi
perekonomian menyebutkan bahwa kondisi
finansial ekonomi internasional mengalami
penurunan dalam beberapa bulan terakhir.
Hal ini mengakibatkan meningkatnya
tantangan pengelolaan ekonomi makro di
Indonesia dan risiko penurunan terhadap
prospek jangka pendek. Penghindaran risiko
global meningkat karena kekhawatiran
perlemahan pertumbuhan Tiongkok dan
volatilitas pasar keuangan, serta prospek
jangka pendek kebijakan moneter Amerika
Serikat (AS). Selain itu, prospek bagi
*) Peneliti Muda Ekonomi Terapan pada Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: ari.ginting@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
- 13 -
2009
2010
2011
2013
2014
2015
-4, 0
-6, 0
-8, 0
Amerika Serikat
Indonesia
Tiongkok
Malaysia
Klaim KSPI
Menghadapi
permasalahan
gelombang PHK yang terjadi, Kementerian
Perindustrian
(Kemenperin)
akan
melakukan pengawasan terhadap industri
yang melakukan PHK melalui Peraturan
Pemerintah (PP) yang tengah dalam tahap
penyusunan. PP tersebut akan mewajibkan
industri
untuk
melaporkan
kegiatan
produksinya
secara
berkala.
Dengan
adanya laporan kegiatan produksi berkala,
pemerintah dapat mencegah kegiatan
produksi yang berhenti secara mendadak
atau investor yang hengkang secara tibatiba dari Indonesia. Artinya, Kemenperin
sekarang ini akan terus memantau secara
intensif
industri
secara
keseluruhan
agar jika ditemukan permasalahan yang
dihadapi oleh industri, semua stakeholder
dapat dengan cepat duduk bersama untuk
menyelesaikannya sebelum terjadi PHK.
Ketua
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat (MPR) Zulkilfi Hasan meminta
pemerintah memperbanyak proyek padat
karya sebagai alternatif untuk meredam
gelombang PHK. Zulkifli Hasan juga
meminta pemerintah memberikan jaminan
suasana yang nyaman bagi para investor
jika ingin berinvestasi di Indonesia. Di
tengah situasi yang serba sulit seperti
ini maka pemerintah harus memberikan
kondisi dan iklim investasi yang mendukung
peningkatan investasi di Indonesia. Terlebih
bagi investor yang ingin membuka usaha di
bidang padat karya, harus menjadi prioritas
dan diberikan fasilitas khusus.
Kemenaker
mengklaim
telah
menggelar pertemuan dengan sejumlah
perusahaan yang akan melakukan PHK
- 15 -
Penutup
Referensi
85 Kasus PHK Terjadi di DIY, Kedaulatan
Rakyat, 11 Februari 2016.
Belanja Pemerintah Redam PHK Masal,
Koran Tempo, 9 Februari 2016.
Cegah PHK, Kemnaker Tawarkan Solusi
Efisiensi, Kontan, 9 Februari 2016
Cegah PHK Massal, Daya Beli Masyarakat
Harus Ditingkatkan, Sindo, 9 Februari
2016.
Daerah Menanggung Dampak Gelombang
PHK, Koran Tempo, 11 Februari 2016.
Ditengah Volatilitas Dunia, World Bank
Report, Oktober 2015.
Kemenperin Awasi Industri PHK
Karyawan, Sindo, 9 Feburari 2016.
Lindungi Pekerja Korban PHK, Pelita, 11
Februari 2016.
Pemerintah Harus Lindungi Pekerja Korban
PHK, Neraca, 9 Februari 2016.
Serikat Pekerja Ungkap PHK Massal,
Republika, 9 Februari 2016.
- 16 -
PILKADA SERENTAK
MENUJU DEMOKRASI SUBSTANSI
Prayudi*)
Abstrak
Pilkada serentak sebagai agenda politik nasional menuju demokrasi substansi
memiliki makna yang penting bagi masa depan sistem politik Indonesia. Pengalaman
Pilkada serentak 2015 masih memunculkan persoalan bagi terciptanya kehidupan
politik demokratis yang substansi. Langkah perbaikan yang perlu dilakukan
antara lain mengenai pencalonan, penganggaran, sosialisasi, peran Bawaslu, dan
penyelesaian sengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara. Meskipun bersifat parsial,
pembenahan Pilkada menyangkut beberapa tahapan tertentunya, baik sebelum,
selama, dan sesudah pelaksanaan pemungutan suara hingga proses penanganan
sengketa, kiranya dapat memberikan kontribusi penting bagi keinginan menciptakan
peranan strategis kelembagaan Pilkada dimaksud.
Pendahuluan
Sesudah
pilkada
serentak
2015,
pilkada serentak kedua direncanakan pada
Februari 2017 untuk kepala daerah yang masa
jabatannya berakhir pada semester kedua
2016 dan yang berakhir pada 2017. Demikian
seterusnya pilkada serentak dilaksanakan secara
bertahap dalam beberapa gelombang, ketiga
Juni 2018, dan berikutnya tahun 2020, 2022,
dan 2023 hingga pilkada serentak nasional
pada tahun 2027 yang meliputi seluruh wilayah
Indonesia. Pilkada secara rutin menjadi agenda
nasional yang dilakukan dalam kurun waktu 5
tahun sekali.
Dari penyelenggaraan pilkada serentak
2015, masih ditemui adanya kendala secara
kelembagaan, meskipun pada skala parsial
lokal. Hal tersebut memungkinkan terjadinya
*) Peneliti Utama Politik Pemerintahan Indonesia pada Bidang Politik Dalam Negeri, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: prayudi@yahoo.com.
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
- 17 -
Demokrasi Substansi
Menurut Afan Gaffar (2000), dikenal dua
pemahaman tentang demokrasi, yaitu secara
normatif atau yang dikenal sebagai demokrasi
prosedural dan secara empirik atau yang dikenal
sebagai demokrasi substansi. Secara normatif
prosedural, yaitu mengenai prinsip kedaulatan
rakyat di UUD 1945 dan tujuan dari pilkada
secara langsung oleh rakyat (UU No. 8 Tahun
2015 di Pasal 1 ayat (1)). Adapun demokrasi
substansi jauh dari sekedar melampaui
prosedural
rutinitas,
karena
mengenai
hal-hal yang sangat mendasar. Rumusan
tersebut meliputi apakah dalam sistem politik
memberikan ruang yang cukup bagi warga
masyarakat untuk berpartisipasi politik melalui
kelembagaan yang ada? Kemudian, sejauh mana
kompetisi antara pemimpin dilakukan secara
fair dan terbuka (fair and open in regular base)
untuk mengisi jabatan politik yang ada?
Pembenahan kelembagaan pilkada harus
mampu mewadahi tidak sekedar rutinitas
penggunaan hak suara rakyat dan persaingan
antarelit
semata.
Konteks
pembenahan
dimaksud adalah upaya menuju demokrasi yang
substansi. DPR menjanjikan untuk membahas
revisi UU Pilkada paling lambat memakan
waktu satu bulan, sehingga Pemerintah perlu
segera mengajukan RUU Pilkada ke DPR paling
lambat akhir Februari 2016. Apabila kurun
waktu pengajuan itu dapat dipenuhi, maka
diperkirakan pembahasan di Tingkat I dapat
dimulai pada Masa Persidangan IV Tahun
Sidang 2015-2016 yang dimulai awal April 2016.
Berdasarkan draft yang disusun, pemerintah
menargetkan 15 pasal yang akan direvisi, yaitu
Pasal 1, 11, 13, 41, 54, 71, 85, 153, 157, 162, 163,
165, 166, 200, dan 201.
Pilkada
serentak
2017
akan
diselenggarakan di 7 provinsi, 18 kota, dan
76 kabupaten atau khusus bagi kepala daerah
dan wakil kepala daerah yang akan mengakhiri
masa jabatannya pada Juli 2016-Desember
2017. Ketujuh provinsi itu adalah Aceh,
Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta,
Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua
Barat. Sementara ke-94 kabupaten dan kota
yang akan menyelenggarakan pilkada serentak
gelombang II tersebar di 28 provinsi. Dalam
rangka proses penyiapan PKPU tentang jadwal
- 18 -
Partisipasi Rendah
Kabupaten Serang,
Banten (50,84 %)
Kabupaten Jember,
Jatim (52,19 %)
Kabupaten Tuban,
Jatim (52,15 %)
substansi
penyelenggaraan
pemerintahan
daerah nantinya.
Kedua, perlunya dukungan sosialisasi
pilkada bagi KPU daerah agar partisipasi politik
pemilih saat pemungutan suara bisa berjalan
signifikan. Di samping itu, persyaratan status
hukum tersangka bagi calon sebaiknya tidak
lagi digunakan, agar semangat pemilih untuk
menggunakan hak pilihnya tetap tinggi. Hal
ini juga berkorelasi dengan proses pelantikan
calon terpilih agar komitmen pembentukan
pemerintahan daerah yang baik dapat terjaga.
Ini mengingat di satu sisi, mayoritas kepala
daerah yang terpilih pada pilkada serentak
Desember 2015 merupakan pemimpin tergolong
baru. Padahal di sisi lain, dana dari pemerintah
pusat ke daerah cenderung naik signifikan.
Data dari postur APBN 2016, jumlah transfer ke
daerah dan dana desa mencapai Rp770 triliun
lebih. Dibandingkan 2015, di tahun 2016 terjadi
peningkatan dana transfer Rp105,5 triliun.
Ketiga, peranan Bawaslu perlu didetailkan
dari berbagai tahapan, mulai dari kampanye
hingga pasca-pilkada, dengan membuat dua
klasifikasi penanganannya., yaitu:
1. Klasifikasi tindak pidana yang dapat
berpengaruh secara tidak langsung bagi
hasil pilkada. Untuk penanganannya,
Bawaslu harus menyelesaikan kasusnya
sebelum
KPU
mengumumkan
hasil
pemungutan suara pilkada. Alternatif bagi
langkah penyelesaian klasifikasi pelanggaran
ini, perkara politik uang dapat ditempatkan
solusi penanganannya melalui administrasi
saja, dibandingkan secara administrasi dan
pidana sebagaimana dipraktekkan selama
ini; dan
2. Klasifikasi tindak pidana yang secara
langsung berpengaruh terhadap hasil
pilkada. Pada klasifikasi tindak pidana
semacam ini, Bawaslu harus segera
memprosesnya
dengan
bekerjasama
Bareskrim Polri dan penuntutannya oleh
Kejaksaan Agung.
Keempat,
dalam
hal
penyelesaian
sengketa proses penyelenggaraan pilkada di
PTUN, sebaiknya diberikan batasan waktu,
misalnya mengacu pada ketentuan batasan
waktu penyelesaian sengketa hasil pemilu di
MK yaitu selama maksimal 45 hari. Sedangkan
mengenai gugatan sengketa hasil pilkada
yang diajukan ke MK, ketentuan berupa
syarat selisih tipis kisaran 0,5 persen s.d.
2 persen sebaiknya tetap dipertahankan.
Alasannya, ketentuan tersebut sangat signifikan
untuk mengurangi jumlah gugatan yang
masuk dan harus ditangani MK. Meskipun
Penutup
Pilkada serentak merupakan agenda
politik nasional strategis dan memiliki aspek
pemerintahan dan kemasyarakatan yang luas
dengan segala konsekuensinya bagi masa
depan sistem politik Indonesia. Bukan hanya
mengejar target keserentakan pencalonan,
dinamika kampanye, dan pelantikannya, tetapi
juga kesejalanannya dinamika di daerah dengan
agenda pembangunan yang dicanangkan Pusat
agar dapat mencapai sasaran dengan hasil
maksimal. Konstruksi politik beroperasinya
sistem presidensial yang tidak terpencar masingmasing kegiatannya di tingkat lokal sebagai
akibat latar belakang politik kepala daerahnya
yang beragam dengan pemerintah koalisi di
Pusat, adalah sintesa besar dari pembahasan
substansi penting dari demokrasi pilkada sebagai
agenda nasional.
Referensi
Harmonisasi RUU Pikada Selesai Hari Ini,
Kompas, 16 Februari 2016.
Kepala Daerah Baru Butuh Pendampingan,
Kompas, 15 Februari 2016.
Revisi UU Diharapkan Cepat, Kompas, 16
Februari 2016.
RUU Pilkada Dibahas Paling Lambat Sebulan,
Kompas, 17 Februari 2016.
Simalungun Tunggu Kajian Kemendagri, Media
Indonesia, 19 Februari 2016.
Sosialisasi
Kurang,
Partisipasi
Rendah,
Kompas, 12 Desember 2015.
Afan Gaffar. 2000. Politik Indonesia: Transisi
Menuju Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Tjahjo Kumolo. 2015. Politik Hukum Pilkada
Serentak, Bandung: Penerbit Expose.
Undang-Undang No. 8 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 1
Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.
1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, Walikota Menjadi Undang-Undang.
- 20 -