Anda di halaman 1dari 7

1.

Hubungan jenis kelamin dan usia dengan keluhan pada kedua kasus
Hubungan jenis kelamin
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSU Wahidin Sudirohusodo, FK UNHAS,
didapatkan bahwa kejadian infeksi respirasi pada anak 52.27% terjadi pada laki-laki
sedangkan 47.73% terjadi pada perempuan, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
signifikan jenis kelamin terhadap faktor resiko terjadinya infeksi respirasi. Sedangkan data
dari medscape, secara global menunjukkan saat mulai remaja anak perempuan lebih rentan
mengalami rhinitis dan nasopharyngitis, terutama saat mens dan hamil (pengaruh hormonal),
sedangkan insidensi infeksi pernafasan bawah lebih sering dialami laki-laki dnegan
perbandingan 3:2.

2. Interpretasi pemeriksaan fisik


Tanda Vital Pediatri
A. Frekuensi Pernapasan (Respiratory Rate)
Adapun kriteria normal frekuensi pernapasan pada neonatus dan anak menurut usia
sebagai berikut (WHO, 2009):
< 1 tahun
: 30 40 kali/menit
2 5 tahun
: 20 30 kali/menit
5 12 tahun : 15 - 20 kali/menit
> 12 tahun
: 12 16 kali/menit
Namun, apabila anak datang dengan frekuensi pernapasan di atas nilai normal
tidak dapat secara langsung didiagnosis takipneu, dimana kriteria nafas cepat
(takipneu) menurut usia sebagai berikut (WHO, 2009):
< 2 bulan
: > 60 kali/menit
2 12 bulan : > 50 kali/menit
1 5 tahun
: > 40 kali/menit
> 5 tahun
: > 30 kali/menit
Pada pasien pertama usianya 2,8 tahun, pernafasan 32x/menit. Hasil ini
menunjukkan adanya peningkatan pernafasan pasien yang normalnya 20-30x/menit,
namun belum dapat diklasifikasikan sebagai takipneu, karena masih <40/menit.
Pada pasien kedua, usia 3 tahun, pernafasan 52x/menit. Hasil ini menunjukan
terjadinya takipneu pada pasien, karena telah lebih dari 40x/menit.
B. Denyut Nadi (Heart Rate)
Pada bayi dan anak, ada atau tidaknya denyut nadi utama yang kuat sering
merupakan tanda berguna untuk melihat ada tidaknya syok dibandingkan mengukur
tekanan darah. Nilai normal denyut nadi pada anak menurut usia, yaitu:
0 3 bulan
: 85 200 kali/menit
3 bulan 2 tahun
: 100 190 kali/menit

2 10 tahun
: 60 140 kali/menit
Pada anak yang sedang tidur denyut nadi normal 10% lebih lambat (WHO,
2009)
Pada pasien pertama didapatkan nadi 110x/menit, menunjukkan masih normal.
Pada pasien kedua didapatkan denyut nadi 122x/menit, hasil ini juga masih dalam
batas normal.
C. Tekanan Darah
Tekanan darah normal pada anak menurut usia antara lain (WHO, 2009):
0 1 tahun
: > 60 mmHg
1 3 tahun
: > 70 mmHg
3 6 tahun
: > 75 mmHg
D. Suhu Tubuh
Menurut Buku Panduan Manajemen Balita Sakit Terpadu (2008), anak dikatakan
demam jika suhu tubuhnya 37,5oc.
Pasien pertama datang dengan suhu 38,6C hal ini menunjukkan pasien mengalami
demam. Sedangkan pemeriksaan suhu pasien kedua menunjukkan hasil 38,2C hasil ini juga
menunjukkan pasien kedua mengalami demam, namun diketahui pada pasie kedua, demam
yang dialami adalah demam yang naik turun.

5. Mekanisme timbulnya batuk pilek pada anak kasus 1


Batuk secara umum
Batuk merupakan suatu refleks kompleks yang melibatkan banyak sistem organ.
Batuk akan terbangkitkan apabila ada rangsangan pada reseptor batuk yang melalui saraf
aferen (Nervus vagus yang melanjutkan rangsang dari bronkus, trakea dan telinga: nervus
glossofaringeus melanjutkan rangsang dari faring: nervus trigeminus menyalurkan rangsang
dari sinus paranasalis, nervus phrenikus meyalurkan dari perikardium dan diagframa) akan
meneruskan impuls ke pusat batuk tersebar difus di medulla oblongata. Selanjutnya impuls
dilanjutkan ke saraf eferen impuls diteruskan ke efektor batuk yaitu berbagai otot
respiratorik. Bila rangsangan pada reseptor batuk ini berlangsung berulang maka akan
timbul batuk berulang, sedangkan bila rangsangannya terus menerus akan menyebabkan
batuk kronik.
Reseptor batuk terletak dalam epitel respiratorik, tersebar di seluruh saluran
respiratorik, dan sebagian kecil berada di luar saluran respiratorik misalnya di gaster. Lokasi
utama reseptor batuk dijumpai pada faring, laring, trakea, karina, dan bronkus mayor. Lokasi

reseptor lainnya adalah bronkus cabang, liang telinga tengah, pleura, dan gaster. Ujung saraf
aferen batuk tidak ditemukan di bronkiolus respiratorik ke arah distal. Berarti parenkim paru
tidak mempunyai resptor batuk.
Reseptor ini dapat terangsang secara mekanis (sekret, tekanan), kimiawi (gas yang
merangsang), atau secara termal (udara dingin). Mereka juga bisa terangsang oleh mediator
lokal seperti histamin, prostaglandin, leukotrien dan lain-lain, juga oleh bronkokonstriksi.
Mekanisme batuk yaitu;
1.
fase iritasi
Fase dimana reseptor batuk yang ada diberbagai lokasi disensititasi atau diiritasikan
oleh berbagai hal yang mempengaruhinya, baik mikroorganisme, benda asing,
ataupun droplet dari hidung.
2.
Fase inspirasi
Katup glotis terbuka lebar akibat kontraksi muskulus abduktor kartilago aryhtenoidea.
Inspirasi terjadi secara cepat dan dalam, denganterfiksirnya iga bawah maka volume
yang tertampung dalam rongga dada menjadi lebih besar dibanding pada kondisi
normal, hal ini akan memungkinkan proses pembersihan pada bagian ini. Volume bisa
mencapai 200 sampai 3500 ml dari volume normal.
3.
Fase kompresi
Fase dimana glotis menutup akibat kontraksi muskulus adduktor kartilago
arythneoidea, glotis menutup selama 0,2 detik, pada faseini tekanan intrathorak
meningkat sampai 300cmH2O. Tekanan pleura tetap meninggi mencapai 0,5 detik
setelah glotis terbuka.
4.
Fase Ekspirasi/Ekspulsi
Adalah fase dimana batuk terjadi, glotis yang terbuka tiba-tiba membuat udara di
dalamnya keluar dengan cepat dan kuat, sehingga benda asing yang telah meniritasi
bagian reptor tadi dapat dikeluarkan dengan adekuat. Proses ini sangat bergantung
pada ada atau tidaknya sekret dan benda asing pada jalur napas.
Kasus 1 memiliki diagnosis common cold, secara patogenesis timbulnya batuk pilek
pada common cold adalah sebagai berikut:
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada
permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu
tangkapan refleks spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe,
1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas
kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi
pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal.Rangsangan cairan yang berlebihan
tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal
gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.

7. Penyebab retraksi dinding dada pada kasus 2


Retraksi merupakan penarikan dinding dada kearah dalam saat bernafas disertai
dengan peningkatan frekuensi nafas. Pada anak-anak lokasi terjadinya retraksi menentukan
lokasi terjadinya serta beratnya kelainan. Retraksi subcostal dan substernal biasanya terkait
dengan kelainan saluran nafas bawah. Retraksi suprasternal menunjukkan kelainan saluran
nafas atas. Retraksi intercostals sendiri menunjukkan keadaan yang fisiologis. Retraksi
intercostral ditambah dengan retraksi pada subcostal serta substernal mengindikasikan
kelainan respirasi yang sedang. Sedangkan jika keemmpat bagian yaitu substernal,
suprasternal, subcostal, serta intercostals mengalami retraksi menunjukkan kelainan respirasi
sangat berat.

10. Macam-macam demam


a. Demam kontinyu
ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4 0C
selama periode 24 jam.
b. Demam remiten
ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normal dengan fluktuasi
melebihi 0,50C per 24 jam.
c. Demam intermiten
suhu kembali normal setiap hari,umumnya pada pagi hari, dan puncaknya pada siang
hari.
d. Demam septic
terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukkan perbedaan antara puncak
dan titik terendah suhu yang sangat besar.
e. Undulant fever

menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan menetap tinggi selama


beberapa hari,kemudian secara perlahan turun menjadi normal.
f. Demam lama (prolonged fever)
menggambarkan suatu penyakit dengan lama demam melebihi yang diharapkan untuk
penyakitnya, contohnya ialah lebih dari 10 hari untuk infeksi saluran nafa satas.
g. Demam bifasik
menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang berbeda contohnya ialah
poliomyelitis,leptospirosis, demam dengue, demam kuning.
h. Demam periodik
ditandai oleh episode demam berulang dengan interval regular atau

irregular. Tiap

episode diikuti satu sampai beberapa hari.

12. Anatomi dan Fisiologi Pernapasan Anak


Anak-anak bukan miniatur orang dewasa sehingga kita memerlukan pengetahuan mengenai isu-isu
yang berhubungan dengan usia dan perkembangan anak yang berdampak pada perawatan anak-anak,
termasuk pemahaman tentang perbedaan anatomis dan fisiologis di seluruh kelompok usia. (Barnes,
2003)
1. Pertumbuhan paru-paru pada anak
Perkembangan paru-paru dibagi menjadi lima tahap, empat di antaranya terjadi saat di kandungan.
a. Fase embrio paru melibatkan pertumbuhan saluran udara utama dan selesaipada 6 minggu
kehamilan.
b. Fase pseudoglandular (6-16 minggu): percabangan jalan napas dan acinus (yang akan menjadi
tempat pertukaran udara) mulai berkembang.
c. Fase canalicular (16-28 minggu): meliputi vaskularisasi dari mesenkim distal dan pengembangan
acinus. Pada fase ini kapiler mendekati epitel saluran napas, sehingga berpotensi untuk pertukaran
gas.
d. Fase saccular (26-36 minggu): Saccules membentuk alveoli.
e. Fase alveolar dimulai pada 36 minggu kehamilan dan berlanjut sampai periode postnatal.
(Rudolf, 2003)
2. Jalan Napas

Setelah percabangan jalan napas selesai, diperkirakan terdapat 25.000 bronkiolus terminal. Setelah
kelahiran, pertumbuhan saluran napas terus berlanjut dengan peningkatan panjang dan diameter
3. Alveoli
Setelah kelahiran, diperkirakan ada 20 juta alveoli. Penggandaan alveoli meningkat mencapai 200
juta alveoli hingga usia 3 tahun setelah itu penggandaan akan menurun.
4. Ruang Jaringan ikat
Ruang interstisial mengandung kolagen dan elastin yang sedikit saat lahir, sehingga ruang udara
lebih rentan terhadap cedera akibat tekanan tinggi (barotrauma) atau peregangan paru. Elastin akan
meningkat seiring bertambahnya alveoli.

Bayi mengalami hipoksia saat lahir dan pernapasan menunjukkan struktur biphasic peralihan.
Menurut MacGregor (2001) dalam Introduction to the Anatomy and Physiology of Children, pada
dua sampai dua belas minggu pertama kehidupan extra-rahim otot-otot di arteri paru menjadi lebih
tipis, membesar, bertambah panjang dan bercabang, yang kemudian akan mengurangi resistensi
pembuluh darah paru dan tekanan darah di sisi kanan jantung.
Hingga usia empat minggu bayi bernapas melalui hidung dan tidak beradaptasi dengan
baik untuk pernapasan melalui mulut. Mereka memiliki saluran udara kecil yang akan bertambah
sempit saat bengkak atau terhalang sekresi, sehingga mereka harus bekerja lebih keras untuk
bernapas. Bayi yang memiliki kesulitan bernapas menjadi kurang mendapat asupan nutrisi sehingga
terjadi penurunan berat badan dengan cepat. Bayi memiliki saluran pernapasan yang pendek
sehingga risiko masuknya bahan infektif tinggi dan rentan terhadap infeksi virus dan bakteri
(MacGregor, 2001)

13. Interpretasi Dahak


Sputum merupakan mucus yang diangkut menuju faring oleh gerakan silia,
pembentukan mucus yang berlebih menandakan adanya gangguan fisik ,kimia maupun
infeksi pada membarm mukosa saluran pernafasan
A. Kuning infeksi
B. Hijau penimbunan nanah (bronkiestaksis)

C. Merah muda edema paru akut


D. Sputum berlendir lekat warna abu-abu putih bronchitis kronis ,infeksi virus
E. Berbau busuk abses paru

Anda mungkin juga menyukai