BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kenakalan remaja saat ini menjadi topic yang sedang hangat dibicarakan.
Telah banyak artikel dalam media cetak. Ceramah, wawancara baik di radio maupun
televisi serta penyuluhan mengenai bahaya dari pergaulan bebas dan kerugian yang
ditimbulkan akibat kenakalan remaja. Berbagai kebijakan dan aturan yang di buat oleh
institusi pendidikan dan hukum di Indonesia memuat sanksi bagi para remaja yang
bermasalah.
Peningkatan insidens penyakit menular seksual tidak terlepas dari kaitannya
dengan perilaku resiko tinggi. Terdapat beberapa angkap revalensi mengenai penyakit
menular seksual sebagai berikut : China 600.000 orang terkena HIV/AIDS, Thailand
sebanyak 735.000 orang terkena HIV/AIDS, Myanmar sebanyak 530.000 orang terkena
HIV/AIDS, Kamboja sebanyak 220.000 orang, Vietnam sebanyak 100.000 orang,
Indonesia 80.000 - 120.000 dan Laos sebanyak 1.400 orang yang terkena HIV/AIDS.
(Chantavanich, Beeseydan Paul, 2000). Di Samarinda jumlah penderita HIV/AIDS
berjumlah sebanyak 66 orang. (Komisi Penanggulangan AIDS, 2011)
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini
merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan perubahan sosial. Di sebagian
masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan
berakhir pada usia 18-22 tahun. World Health Organization (WHO) remaja merupakan
individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai
kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa,
dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan Dasar
kesehatan reproduksi.
Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi.
Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual.
Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya.
Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan
berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari
luar dirinya.
Adanya penurunan usia rata-rata pubertas mendorong remaja untuk aktif secara
seksual lebih dini. Dan adanya presepsi bahwa dirinya memiliki resiko yang lebih rendah
atau tidak beresiko sama sekali yang berhubungan dengan perilaku seksual, semakin
mendorong remaja memenuhi memenuhi dorongan seksualnya pada saat sebelum
menikah. Persepsi seperti ini di sebut youth uulnerability oleh Quadrel et. aL. (1993)
juga menyatakan bahwa remaja cenderung melakuakan underestimate terhadap
uulnerability dirinya. Banyak remaja mengira bahwa kehamilan tidak akan terjadi pada
intercourse (sanggama) yang pertama kali atau dirinya tidak akan pernah terinfeksi
HIV/AIDS karena pertahanan tubuhnya cukup kuat.
Mengenai kesehatan reproduksi, ada beberapa konsep tentang kesehatan
reproduksi, namun dalam tulisan ini hanya akan dikemukakan dua batasan saja. (ICPD)
dan sai dan Nassim). Batasan kesehatan reproduksi menurut International Conference on
Population and Development(ICPD) hampir berdekatan dengan batasan sehat dari
WHO. Kesehatan reproduksi menurut ICPD adalah keadaan sehat jasmani, rohani,dan
buakan hanya terlepas dari ketidak hadiran penyakit atau kecacatan semata, yang
berhubungan sistem fungsi, dan proses reproduksi(ICPD,1994).
Beberapa tahun sebelumnya Rai dan Nassim mengemukakan definisi kesehatan
reproduksi mencakup kondisi di mana wanita dan pria dapat melakukan hubungan seks
secara aman, dengan atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan bila kehamilan
diinginkan, wanita di mungkinkan menjalani kehamilan dengan aman, melahirkan anak
yang sehat serta di dalam kondisi siap merawat anak yang dilahirkan (Iskandar, 1995)
Dari kedua definisi kesehatan reproduksi tersebut ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan status kesehatan reproduksi seseorang, yaitu faktor sosial
,ekonomi,budaya, perilaku lingkungan yang tidak sehat, dan ada tidaknya fasilitas
pelayanan kesehatan yang mampu mengatasi gangguan jasmani dan rohani. Dan tidak
adanya akses informasi merupakan faktor tersendiri yang juga mempengaruhi kesehatan
reproduksi.
Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat
berhubungan dengan kesehatan reproduksi seseorang. Pada pasal 7 rencana kerja ICPD
Kairo dicantumkam definisi kesehatan reproduksi menyebabkan lahirnya hak-hak
reproduksi. Berdasarkan pasal tersebut hak-hak reproduksi di dasarkan pada pengakuan
akan hak-hak asasi semua pasangan dan pribadi untuk menentukan secara bebas dan
bertangung jawab mengenai jumlah anak , penjarangan anak (birth spacing ), dan
menentukan waktu kelahiran anak-anak mereka dan mempunyai informasi dan cara untuk
memperolehnya, serta hak untuk menentukan standar tertinggi kesehatan seksual dan
reproduksi. Dalam pengertian ini ada jaminan individu untuk memperoleh seks yang
sehat di samping reproduksinya yang sehat (ICPD, 1994). Sudah barang tentu saja kedua
faktor itu akan sangat mempengaruhi tercapai atau tidak kesehatan reproduksi
seseorang ,termasuk kesehatan reproduksi remaja.
2.1.4
sehat secara fisik ,sosial dan mental yang berhubungan dengan sistem ,fungsi,dan proses
reproduksi remaja tidak terpenuhi.
Namun ada hal yang perlu pula untuk diketahui bahwa dampak yang terjadi pada
remaja bukan hanya pada saat pranikah,namun dapat pula memberikan dampak negatif
saat menikah dan hamil muda.Hal-hal yang mungkin terjadi saat menikah dan hamil di
usia sangat muda (dibawah 20 tahun).
Tetap perlu diingat bahwa perempuan yang belum mencapai usia 20 tahun sedang
berada di dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik. Karena tubuhnya belum
berkembang secara maksimal, maka perlu dipertimbangkan hambatan/ kerugian antara
lain :
a. Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehailannya termasuk control
kehamilan. Hal ini berdampak pada meningkatnya berbagai resiko kehamilan.
b. Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah
yang dapat berdampak pada keracunan kehamilan serta kejang yang berakibat
pada kematian.
c. Penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan usia muda (di bawah 20tahun)
sering kali berkaitan dengan munculnya kanker rahim. Ini erat kaitannya dengan
belum sempurnanya perkembangan dinding rahim.
d. Dari sisi pertimbangan psikologis, remaja masih merupakan kepanjangan dari
masa kanak-kanak. Kebutuhan untuk bermain dengan teman sebaya, kebutuhan
untuk diperhatikan, disayang dan diberi dorongan, masih begitu besar sebelum ia
benar-benar siap untuk mandiri.
e. Wawasan berpikirnya belum luas dan cukup matang untuk bisa menghadapi
kesulitan, pertengkaran yang ditimbulkan oleh pasangan hidup dan lingkungan
rumah tangganya.
2.1.5
Orang tua mungkin tidak terlibat dalam pendidikan seks anak anaknya karena
beberapa alasan, seperti :
a. Orang tua tidak memiliki informasi yang tidak adekuat.
b. Orang tua tidak merasa nyaman dengan topik seks.
c. Para remaja tidak merasa nyaman bila orang tua mereka membahas seks.
Beberapa orang tua mendapat kesulitan untuk mengakui anaknya adalah
individu seksual yang memiliki perasaan dan perilaku seksual. Penolakan orang tua
untuk membahas perilaku seksual dengan putri mereka bisa menyebabkan putrinya
merahasiakan aktivitas seksnya dan dapat menghambat upaya untuk mendapat
bantuan.
2) Fungsi Penting Program Promosi Kesehatan Remaja
a. Meningkatkan penerimaan pengetahuan dan keterampilan untuk perawatan diri
yang kompeten dan menginformasikan pembuatan keputusan tentang kesehatan.
b. Memberikan pengkuatan positif terhadap perilaku sehat.
c. Pengaruh struktur lingkungan dan sosial untuk mendukung perilaku peningkatan
kesehatan.
d. Memfasilitasi pertumbuhan dan aktualisasi diri.
e. Menyadarkan remaja terhadap aspek lingkungan dan budaya barat yang merusak
2.1.6
Menurut Ditjen PPM & PLP (1997), perempuan lebih rentan berisiko tertular
penyakit menular seksual dibandingkan laki-laki karena :
1) Saat berhubungan seks, dinding vagina dan leher rahim langsung terpapar oleh
cairan sperma. Jika sperma terinfeksi penyakit menular seksual, maka perempuan
tersebut bisa terinfeksi.
2) Jika perempuan terinfeksi penyakit menular seksual, dia tidak selalu menunjukkan
gejala. Tidak munculnya gejala dapat menyebabkan infeksi meluas dan
menimbulkan komplikasi.
3) Banyak orang khususnya perempuan dan remaja enggan untuk mencari
pengobatan karena mereka tidak ingin keluarga atau masyarakat tahu mereka
menderita penyakit menular seksual.
2.2
2.2.1
Pengetahuan
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera
manusia, yakni indera penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
2.2.2
(Overt Behaivour).
Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam)
tingkatan. (Notoatmodjo, 2003)
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh :
Seorang mahasiswa mengetahui apa arti dari kesehatan reproduksi remaja.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Contohnya : Mahasiswa
memahami resiko resiko perilaku seksual yang akan di alami.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Contohnya : seorang pekerja
seks komersial menggetahui apa yang dimaksud dengan penyakit menular seksual itu
dan mampu menjelaskan dan melaksanakan bagaimana cara mencegah tidak terkena
penyakit menular seksual.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya. Contohnya : pekerja seks komersial tahu jika
melakukan pekerjaan tanpa alat pelindung yaitu kondom, dapat terkena penyakit
menular seksual.
5. Sintesis (synthesis)
Sintetis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk menghubungkan bagianbagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meningkatkan, menyesuaikan dan
sebagainya terhadap sesuatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. Contohnya :
Seorang pekerja seks komersial mampu menjelaskan bahwa penyakit menular seksual
itu dapat dicegah dengan menggunakan kondom karena penyakit menular seksual
dapat menimbulkan kematian.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini dikaitkan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan
identifikasi atau penilaian terhadap sesuatu materi atau objek, penilaian-penilaian ini
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang
sudah ada. Contohnya : Mampu menilai atau akibat apabila seorang pekerja seks
komersial terjangkit penyakit menular seksual. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara yang menanyakan tentang materi yang ingin di ukur
dari subyek penelitian atau responden kedalam hubungan pengetahuan yang ingin kita
ketahui.
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan
perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya, pendidikan kesehatan
berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara
kesehatanmereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan
kesehatan mereka dan orang lain, kemana harus mencari pengobatan bilamana sakit
dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2003)
Indikator-indikator yang dapat
digunakan
untuk
mengetahui
tingkatan
2.3.2
sering tidak menimbulkan gejala dan sangat beresiko bila terjadi pada ibu-ibu karena
dapat menyebabkan kehamilan ektopik, infertilitas dan abortus. Dengan gejala klinis :
a Pada pria duh (secret/cairan) tubuh uretra dapat disertai eritema meatus.
b Pada wanita duh tubuh serviks seropurulen, serviks mudah berdarah.
4. Herpes Genitali
Saat ini dikenal dua herpes yaitu herpes zoster yang disebabkan oleh virus
Varicella Zoster dan herpes simpleks yang disebabkan oleh herpes simplex Virus
(HSV). Gejala klinis yang disebabkan oleh Virus Herpes Simplex sebagai berikut.
1) Herpes genital pertama : diawali dengan bintil lentingan dan luka/erosi
berkelompok, diatas dasar kemerahan, sangat nyeri, pembesaran kelenjar lipat
paha dan disertai gejala sistemik.
2) Herpes genital kambuhan : timbul bila ada dua factor pencetus yaitu daya tahan
tubuh menurun, stress pikiran, senggama berlebihan, kelelahan.
5. Kondiloma akuminata
Kutil genitalis (kondiloma akuminata) merupakan kutil di dalam atau di sekeliling
vagina, penis atau dubur yang ditularkan melalui hubungan seksual. Kutil genitalis
sering ditemukan dan menyebabkan kecemasan karena tidak enak dilihat, bias
terinfeksi bakteri, bias merupakan petunjuk adanya gangguan system kekebalan. Pada
wanita, virus papilloma 16 dan 18 yang menyerang leher Rahim tetapi tidak
menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bias menyebabkan kanker leher Rahim.
Virus tipe ini dan virus papilloma lainnya bias menyebabkan tumor intra-epitel pada
Rahim (ditunjukkan dengan hasil pap smear yang abnormal) atau kanker pada vagina,
vulva, dubur, penis, mulut, tenggorokan atau kerongkongan.
6. HIV/AIDS
HIV (Human Immuno Deficiency Virus) yaitu sejenis virus yang
menyebabakan AIDS. HIV ini menyerang sel darah putih dalam tubuh sehingga
jumlah sel darah putih semakin berkurang dan menyebabkan system kekebalan tubuh
menjadi lemah. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak
atau efek dari perkembang biakan HIV dalam tubuh makhluk hidup. AIDS timbul
akibat melemah atau menghilangnya system kekebalan tubuh karena sel CD4 pada sel
darah putih yang banyak dirusak oleh HIV.
7. Ulkus mole
2.3.4
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
2.3.6
2.3.7
2.3.8
Berdasarkan Ditjen PPM & PLP (1997), yang harus dilakukan seseorang jika
terkena atau curiga terkena penyakit menular seksual setelah dilakukan laboratorium
adalah sebagai berikut.
1) Setiap penyakit menular seksual obatnya berbeda. Jadi periksakan diri ke dokter
untuk mengetahui jenis penyakit dan pengobatannya karena tidak sembarangan
obat yang bisa dipakai untuk mengobati semuanya.
2) Selalu minum obat yang diberikan dokter sesuai dengan aturan yang diberikan.
Habiskan obat yang sudah diberikan walaupun sakitnya sudah berkurang. Karena
hal tersebut dapat berbahaya, sering bibit penyakit belum mati sehingga dapat
menyebabkan bibit penyakit tersebut kebal terhadap obat yang diberikan.
3) Selama pengobatan jangan melakukan hubungan seks agar luka-luka penyakit
seks menular dapat sembuh. Kalaupun berhubungan seks sebaiknya menggunakan
kondom.
4) Periksakan diri ke dokter jika obat sudah habis untuk memastikan penyakit seks
menular yang diderita benar-benar sudah sembuh. Dan memeriksakan pasangan
seksual agar tidak tertular ulang.
2.4
Kerangka Teori
Tingkat Pengetahuan
( Menurut WHO )
( Notoatmodjo, 2003 )
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan
prosedur penelitian (A. Aziz Alimul).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross
sectional untuk mencari hubungan variabel bebas dengan variabel tergantung. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah Kesehatan Reproduksi Remaja dan variabel
tergantungnya yaitu Penyakit Menular Seksual. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini
termasuk dalam kategori penelitian kolerasional dengan pendekatan kuantitatif dan data
3.2
3.2.1
3.2.2
3.3
3.3.1
Samarinda.
Waktu Penelitian
Populasi dan Sample Penelitian
Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.
Populasi dibedakan menjadi dua kategori, populasi target dan populasi survei. Populasi
target yaitu seluruh unit populasi dimana disini adalah semua Mahasiswa Akper Pemprov
Kaltim Di Kota Samarinda. Dan populasi survei yaitu sub unit dari populasi target di
mana sub populasi yang diambil adalah Mahasiswa Tk III A, B, C Dan populasi yang
digunakan dari peneliti adalah populasi survei (sudarwan, 2003) .
3.3.2
1) Tk III A : 39 Mahasiswa
2) Tk III B : 37 Mahasiswa
3) Tk III C : 37 Mahasiswa
Total
: 113 Mahasiswa
( Sumber : Absensi Daftar Hadir Mahasiswa Tk III Akper Pemprov )
Jadi, Populasi yang di ambil adalah 113 Mahasiswa Tk III Akper Pemprov Kaltim.
Sampel dan Sampling
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu
untuk bisa memenuhi / mewakili populasi (Nursalam, 2001). Sampel ditentukan oleh
peneliti berdasarkan pertimbangan masalah, tujuan, metode, dan instrumen penelitian,
sehingga peneliti memperoleh sampel yang representatif.
Teknik sampling ini adalah salah satu cara yang ditempuh dalam pengambilan
sampel yang benar- benar sesuai keseluruhan objek penelitian (Nursalam, 2001).
Rumus Slovin untuk menentukan besarnya sample :
N = 113
S=
N
N + 1 ( 0,05 )2
113
113 + 1 ( 0,05 )2
3.4
Independent
Menilai Tingkat
Pengetahuan
Mahasiswa Tentang
Kesehatan Reproduksi
Remaja
Dependen
Variabel Confinding
1. Perilaku
Pergaulan
Bebas.
2. Melakukan Hubungan
Intim Berganti ganti
Pasangan.
3.5
Hipotesis
Hipotesis adalah Jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoritis
( Sukardi, 2008 ).
Hipotesis adalah dugaan sementara tentang ada tidaknya hubungan atau korelasi
dalam suatu penelitian (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
a. Ho : ada hubungan Tingkat Pengetahuan mahasiswa Tk III tentang
Kesehatan Reproduksi Remaja terhadap terjadinya Resiko Penyakit
Menular Seksual di Akper Pemprov Kaltim.
b. Ha : Tidak ada hubungan Tingkat Pengetahuan mahasiswa Tk III tentang
Kesehatan Reproduksi Remaja terhadap terjadinya Resiko Penyakit
3.6
No
1.
Hasil Ukur
Tk
Pengetahuan
Tinggi. >60
Tk
Pengetahuan
Rendah <60
( Arikunto, 2006 )
Skala
Ordinal
Di dapatkan dengan
cara
menyebar
kuisoner
30
item,
dengan
Tk Pengetahuan
Tinggi > 60
2.
Dependen Resiko
Terjadi Penyakit
Menular Seksual
Tk Pengetahuan
Rendah <60.
Resiko
Terjadi
Penyakit
Menular
Seksual
Tk
III
Mahasiswa
akprov
Kaltim meliputi :
Resiko Tinggi
Kesehatan
Reproduksi
Remaja.
Resiko Sedang
Kesehatan
Reproduksi
Remaja
Resiko Rendah
Kesehatan
Reproduksi
Remaja.
Di dapatkan
dengan
Kuisoner
Resiko
Tinggi
Kesehatan
Reproduksi Ordinal
Remaja <60.
Resiko
Rendah
Kesehatan
Reproduksi
Remaja >60.
cara
menyebar
kuisoner
30
item,
dengan
Resiko Tinggi
Kesehatan
Reproduksi
Remaja >60.
Resiko Rendah
Kesehatan
Reproduksi
Remaja <60.
3.7
3.8
3.9
Resiko Terjadi
PMS
Resiko Rendah
Tinggi
27 ( a )
Rendah
14 ( b )
Resiko Tinggi
15 ( c )
32 ( d )
Total
42
(a+c)
46
(b+d)
n ad bc
2
X2
a b c d a c b d
X2 =
X2= 88[372100 ]
3722964
X2= 32744800
3722964
X2= 8,79
Jumlah
47
(a+b)
41
(c+d)
88
(a+b+c+d)