PENDAHULUAN
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia
darah (dan lingkungan dalam tubuh) dengan mengekskresikan zat terlarut dan air secara
selektif. Apabila kedua ginjal ini karena sesuatu hal gagal menjalankan fungsinya, akan
terjadi kematian. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus
diikuti dengan reabsorbsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai disepanjang
ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air diekskresikan keluar tubuh dalam urin melalui system
pengumpul urin. Ginjal memiliki sejumlah fungsi penting meliputi ekskresi, pengaturan
homeostatis , biosintesa dan metabolisme hormone. Oleh karena itu ginjal terlibat dalam
pengaturan tekanan darah, metabolisme kalsium dan tulang serta eritropoesis.
Acute kidney injury (AKI), yang dikenal dengan gagal ginjal akut
(GGA) atau acute renal failure (ARF) merupakan penurunan cepat (dalam
hitungan jam hingga minggu) laju filtrasi glomerulus (LFG) yang umumnya
berlangsung reversibel, diikuti kegagalan ginjal untuk mengekskresi sisa
metabolisme nitrogen dengan atau tanpa gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Acute kidney injury (AKI), yang dikenal dengan gagal ginjal akut
(GGA) atau acute renal failure (ARF) merupakan penurunan cepat
(dalam hitungan jam hingga minggu) laju filtrasi glomerulus (LFG)
yang umumnya berlangsung reversibel, diikuti kegagalan ginjal untuk
mengekskresi sisa metabolisme nitrogen dengan atau tanpa gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Kriteria yang melengkapi definisi
AKI menyangkut beberapa hal antara lain, (1) kriteria diagnosis harus
mencakup semua tahap penyakit; (2) kadar kreatinin (Cr) serum; (3)
penurunan urine output (UO) yang seringkali mendahului peningkatan
mendahului peningkatan kreatinin serum; (4) penetapan gangguan
ginjal berdasarkan kadar kreatinin serum, UO, dan LFG. Penurunan
fungsi ginjal dalam 48 jam yaitu berupa kenaikan kadar kreatinin
serum > 0,3 mg/dL, presentasi kenaikan kreatinin serum > 50% (1,5
kali kenaikan dari nilai dasar), atau pengurangan produksi urin
(oliguria yang tercatat <0,5 ml/kg/jam dalam waktu > 6 jam).1,2
2.2. Epidemiologi
Beberapa laporan dunia menunjukkan insidens yang bervariasi
antara 0,5-0,9% pada komunitas, 0,7-18% pada pasien yang dirawat di
rumah sakit, hingga 20% pada pasien yang dirawat di unit perawatan
intensif (ICU), dengan angka kematian yang dilaporkan dari seluruh
dunia berkisar 25% hingga 80%. Insidens di negara berkembang,
2
2.3. Etiologi
Etiologi AKI dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan
patogenesis AKI, yaitu penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal
tanpa menyebabkan gangguan pada parenkim ginjal (AKI prarenal,
55%), penyakit yang secara langsung menyebabkan gangguan pada
parenkim ginjal (AKI renal, 40%), penyakit yang terkait dengan
obstruksi saluran kemih (AKI postrenal, 5%).2
AKI Pra-Renal
1. Hipovolemia
Kehilangan cairan pada ruang ketiga, ekstravaskular
maligna)
4. Hipoperfusi ginjal dengan gangguan autoregulasi ginjal
Kegagalan penurunan resistensi arteriol aferen
(perubahan struktural akibat usia lanjut, aterosklerosis,
hipertensi kronik, PGK, hipertensi maligna, penurunan
prostaglandin seperti penggunaan OAINS atau COX-2
inhibitor, vasokontriksi arteriol aferen seperti sepsis,
hiperkalsemia, sindrom hepatorenal, siklosporin,
takrolimus, radiokontras)
Kegagalan peningkatan resistensi arteriol eferen
Penggunaan penyekat ACE, ARB
Stenosis arteri renalis
5. Sindrom Hiperviskositas
Multiple mieloma, makroglobulinemia, polisitemia
AKI Renal
1. Obstruksi renovaskular
Obstruksi arteri renalis (plak aterosklerosis, trombosis,
emboli, diseksi aneuresma, vaskulitis), obstruksi vena
renalis (trombolis, kompresi)
2. Penyakit glomerulus atau mikrovaskular ginjal
Glomerulonefritis, vaskulitis
3. Nekrosis Tubular Akut
Iskemia
Toksin
Eksogen (radiokontras, siklosporin, antibiotik, kemoterapi,
pelarut organik, asetaminofen), endogen (rabdomiolisis,
hemolisis, asam urat, oksalat, mieloma)
4. Nefritis Intersisial
4
sarkoidosis), idiopatik
AKI Post-Renal
1. Obstruksi ureter
Batu, gumpalan darah (klot), papila ginjal, keganasan,
kompresi eksternal
2. Obstruksi leher kandung kemih
Retensi urin kandung kemih neurogenik, hipertrofi
prostat, batu, keganasan, gumpalan darah
3. Obstruksi urethra
Striktur urethra, katup kongenital, fimosis
AKI pra renal
Hipovolemia
AKI renal
Obstruksi
Penurunan curah
renovaskular
Penyakit glomerulus
Obstruksi leher
jantung
atau mikrovaskular
kandung kemih
Perubahan rasio
ginjal
Nekrosis tubular akut
Obstruksi urethra
resistensi vaskular
(acute tubular
ginjal sistemik
Hipoperfusi ginjal
necrosis, ATN)
Nefritis intersisial
dengan gangguan
autoregulasi ginjal
Sindrom
Obstruksi dan
hipervisikositas
deposisi intratubular
2.4. Klasifikasi
Klasifikasi AKI dibagi menjadi dua kriteria yaitu klasifikasi AKI
berdasarkan kriteria RIFLE (risk, injury, failure, loss, end stage) yang
berdasarkan pada peningkatan kreatinin serum, penurunan LFG, urine
5
output (UO) dan klasifikasi AKI berdasarkan kriteria AKIN (acute kidney
injury network) yang berdasarkan pada peningkatan kreatinin serum
dan urine output (UO).2
a. Klasifikasi AKI berdasarkan kriteria RIFLE
Kategori
Risk
Injury
Failure
Peningkatan
Penurunan
Kriteria
kadar
laju filtrasi
Output urin
kreatinin
glomerulus
serum
> 1,5 kali nilai
< 0,5
dasar
dasar
mL/kg/jam, > 6
jam
< 0,5
dasar
dasar
mL/kg/jam, >
12 jam
< 0,3
dasar
mL/kg/jam, >
mg/dL dengan
5 mg/Dl
Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 4
End stage
minggu
Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 3
bulan
Peningkatan
Kriteria output
kreatinin serum
> 1,5 kali nilai
urin
< 0,5 mL/kg/jam, >
dasar atau
6 jam
mg/ dL
> 2,0 kali nilai
dasar
> 3,0 kali nilai
12 jam
< 0,3 mL/kg/jam, >
mg/dL dengan
> 12 jam
mikrofili dan matriks ekstraseluler seperti fibronektin akan membentuk silindersilinder yang menyebabkan obstruksi tubulus ginjal.
Kerusakan sel tubulus menyebabkan kebocoran kembali dari cairan intratubuler
masuk ke dalam sirkulasi peritubuler. Keseluruhan proses tersebut di atas secara
bersama-sama yang akan menyebabkan penurunan GFR.
Gangguan ginjal akut (GGA) post renal. GGA post renal
merupakan 10% dari keseluruhan GGA. GGA post renal disebabkan
oleh obstruksi intra-renal dan ekstra renal. Obstruksi intra-renal terjadi
karena deposisi kristal (urat, oxalat, sulfonamid) dan protein
(mioglobin, hemoglobin). Obstruksi ekstra-renal dapat terjadi pada
pelvis ureter oleh obstruksi intrinsik ( tumor, batu, nekrosis papilla)
dan ekstrinsil (keganasan pada pelvis dan retoperitonial, fibrosis) serta
pada kandung kemih (batu, tumor, hipertrofi/keganasan prostat) dan
urethra (striktura). GGA post renal terjadi bila obstruksi akut terjadi
pada urethra, buli-buli dan ureter bilateral atau obstruksi pada ureter
unilateral dimana ginjal satunya tidak berfungsi. Pada fase awal dari
obstruksi ureter yang akut, terjadi peningkatan aliran darah ginjal dan
peningkatan tekanan pelvis ginjal dimana hal ini disebabkan oleh
prostaglandin-E2. Pada fase kedua setelah 1,5 2 jam terjadi
penurunan aliran darah ginjal dibawah normal akibat pengaruh
thromboxane-A2 (TxA2) dan A-II. Tekanan pelvis ginjal tetap meningkat
tetapi setelah 5 jam mulai meningkat. Fase ketiga atau fase kronik,
ditandai oleh aliran darah ginjal yang semakin menurun atau
penurunan tekanan pelvis ginjal ke normal dalam beberapa minggu.
Aliran darah ginjal setelah 24 jam adalah 50% dari normal dan setelah
2 minggu tinggal 20% dari normal. Pada fase ini mulai terjadi
10
Renal
ATN: riwayat
ingin jatuh
hipovolemia, syok
Hipotensi ortostatik,
sepsis
SLE (demam
takikardi, penurunan
arthralgia, rash
eritematosa)
Post-renal
Nyeri suprapubik
menurun, mukosa
kering
Sirosis hepatis dan
Nyeri pinggang
Kolik menandakan
hipertensi portal
menandakan oklusi
adanya obstruksi
Tanda-tanda gagal
arteri/vena ginjal
Oliguria, edema,
pada ureter
Nokturia, frekuensi
hipertensi, hematuria
pembesaran prostat
gagal jantung
menandakan
menandakan adanya
kongestif
Sepsis dan
glomerulonefritis
Hipertensi maligna
sebagainya
2.7. Diagnosis
Pada pasien yang memenuhi kriteria diagnosis AKI atau GGA sesuai
dengan yang telah dipaparkan di atas, pertama-tama harus ditentukan
apakah keadaan tersebut memang merupakan AKI atau merupakan
suatu keadaan akut pada penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic
11
rumus berikut:
FENa (Fraksi Eksresi Na) = (UNa+/ PNa+) / (UCr/ PCr)
(UNa+ = Na+ urin, PNa+ = Na+ plasma, UCr = Kreatinin urin, PCr =
Kreatinin plasma)
Hasil < 1% prarenal, akibat zat kontras, atau glomerulonefritis;
hasil >2% nekrosis tubular akut.
Pemeriksaan radiologi
Biopsi ginjal
2.9. Tatalaksana
Tujuan penatalaksanaan adalah mencegah terjadinya kerusakan ginjal,
mempertahankan homeostasis, melakukan resusitasi, mencegah komplikasi metabolic
dan infeksi serta mempertahankan pasien tetap hidup sampai faal ginjalnya sembuh
secara spontan. Prinsip pengelolaannya dimulai dengan mengidentifikasi pasien beresiko
AKI (sebagai tindak pencegahan), mengatasi penyakit penyebab AKI, mempertahankan
homeostasis, mempertahankan euvolemia, keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah
komplikasi metabolic seperti hiperkalemia, asidosis, hiperfosfatemia, mengevaluasi
status nutrisi, kemudian mencegah infeksi dan selalu mengevaluasi obat-obat yang
dipakai. Bila GGA sudah terjadi diperlukan pengobatan khusus, umumnya dalam ruang
lingkup perawatan intensif sebab beberapa penyakit primernya yang berat seperti sepsis,
gagal jantung, dan usia lanjut, dianjurkan untuk inisiasi dialysis ini. Dialisis bermanfaat
untuk koreksi akibat metabolic dari AKI. Dengan dialisis ini dapat diberikan
cairan/nutrisi, dan obat-obat lain yang diperlukan seperti antibiotic. AKI post-renal
memerlukan tindakan cepat bersama dengan ahli urologi misalnya pembuatan
nefrostomi, mengatasi infeksi saluran kemih dan menghilangkan sumbatan yang dapat
disebabkan oleh batu, striktur uretra atau pembesaran prostat.1
14
Pengobatan
Batasi garam (1-2 g/hari) dan air (< 1L/hari)
Furosemid, ultrafiltrasi atau dialysis
Batasi asupan air (< 1 L/hari), hindari infuse
larutan hipotonik.
Batasi asupan diit K (<40 mmol/hari),
Asidosis metabolic
Hiperfosfatemia
Hipokalsemia
Nutrisi
Terdapat lima kondisi dilakukannya dialisis segera. Dialisis hanya dilakukan apabila
kondisi-kondisi berikut tidak bisa diperbaiki dengan terapi konvensional:3
Gangguan asam basa: asidosis berat (pH < 7,1)
Intoksikasi: metanol, litium, salisilat
Uremia: perikarditis uremikum, ensefalopati uremikum, perdarahan,
azotemia (> 200 mg/dL)
Gangguan elektrolit: hiperkalemia (K+ > 6,5 mEq/dL), hiperkalsemia,
sindrom lisis tumor, hipernatremia berat (Na+ > 160 mEq/dL), atau
hiponatremia (Na+ < 115 mEq/dL)
Overload cairan: edema paru dan lain-lain
2.10. Komplikasi
Komplikasi metabolik berupa kelebihan cairan, hiperkalemia, asidosis metabolik,
hipokalsemia, serta peningkatan ureum yang lebih cepat pada keadaan hiperkatabolik.
15
Pada oligurik dapat timbul edema kaki, hipertensi dan edema paru, yang dapat
menimbulkan keadaan gawat. Hiperkalemia terjadi karena beberapa hal seperti ekskresi
melalui ginjal terganggu, perpindahan kalium keluar sel, kerusakan sel akibat proses
katabolik, trauma, sepsis, infeksi, atau dapat juga disebabkan karena asupan kalium yang
berlebih, keadaan ini berbahaya karena bisa menyebabkan henti jantung dalam keadaan
diastolik. Asidosis terjadi karena bikarbonat darah menurun akibat ekskresi asam
nonvolatile terganggu dimana juga meningkatkan anion gap. Hipokalsemia sering terjadi
pada awal GGA dan pada fase penyembuhan GGA.4
Komplikasi sistemik seperti:
1. Jantung
Edema paru, aritmia dan efusi pericardium.
2. Gangguan elektrolit
Hiperkalemia, hiponatremia, dan asidosis
3. Neurologi
Iiritabilitas neuromuskular, tremor, dan koma,
4. Gangguan kesadaran dan kejang.
5. Gastrointestinal
Nausea, muntah, gastritis, dan ulkus peptikum.
6. Perdarahan gastrointestinal
7. Hematologi
Anemia, dan diastesis hemoragik
8. Infeksi
Pneumonia, septikemia, dan infeksi nosokomial.
9. Hambatan penyembuhan luka
2.11. Prognosis
Mortalitas akibat GGA bergantung keadaan klinik dan derajat gagal ginjal. Perlu
diperhatikan faktor usia, makin tua makin jelek prognosanya, adanya infeksi yang
menyertai, perdarahan gastrointestinal, penyebab yang berat akan memperburuk
prognosa. Penyebab kematian tersering adalah infeksi (30-50%), perdarahan terutama
saluran cerna (10-20%), jantung (10-20%), gagal nafas (15%), dan gagal multiorgan
dengan kombinasi hipotensi, septikemia, dan sebagainya.5,6
BAB III
KESIMPULAN
16
Acute kidney injury (AKI), yang dikenal dengan gagal ginjal akut
(GGA) atau acute renal failure (ARF) merupakan penurunan fungsi ginjal
dalam 48 jam yaitu berupa kenaikan kadar kreatinin serum > 0,3 mg/dL,
presentasi kenaikan kreatinin serum > 50% (1,5 kali kenaikan dari nilai
dasar), atau pengurangan produksi urin (oliguria yang tercatat <0,5
ml/kg/jam dalam waktu lebih dari 6 jam).
Etiologi AKI dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan
patogenesis AKI, yaitu penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal
tanpa menyebabkan gangguan pada parenkim ginjal (AKI prarenal, 55%),
penyakit yang secara langsung menyebabkan gangguan pada parenkim
ginjal (AKI renal, 40%), penyakit yang terkait dengan obstruksi saluran
kemih (AKI postrenal, 5%).
Kriteria RIFLE dan AKIN memberikan cara berpikir baru dalam memahami GGA,
pentahapan dari GGA, standardisasi dalam definisi sehingga ada keseragaman dalam
mendeskripsikan GGA. Keseragaman ini akan mendorong upaya pencegahan, pengobatan,
dan penelitian yang seragam. Hasil akhir yang diharapkan adalah tatalaksana atau
penanganan GGA yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Markum, MHS. Gagal Ginjal Akut. Dalam: Setiati S, Alwi Idrus, Aru WS, Marcellus
SK, Bambang S, Ari FS. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ke-6. Jakarta:
Interna Publishing, 2014. Hal 2166-75
2. Sinto R, Ginova N. Acute Kidney Injury: Pendekatan Klinis dan Tatalaksana. Majalah
Kedokteran Indonesia. 2010; 60(2): Hal 81-88
17
3. Tanto C, Ni Made H. Gangguan Ginjal Akut. Dalam: Tanto C, Frans L, Sonia H, Eka
AP. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi ke-4. Jakarta: Media Aesculapius, 2014.
Hal 632-635
4. Aspelin P, Aubry P, Fransson sg. Efek nefrotoksik pada pasien risiko tinggi yang
menjalani angiografi. NEJM. 2006; 348(6): Hal 491
5. Annonymous. Renal failure. Available from: http://wikipedia.com. Accessed on
January 1, 2016
6. Stein, Jay H. Kelainan ginjal dan elektrolit. Panduan klinik ilmu penyakit dalam.edisi
18