Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak II

Disusun Oleh:
Nafiatun Aliyya
P07120112027

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2014

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
KEJANG DEMAM
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak II

Disusun Oleh:
Nafiatun Aliyya
P07120112027

Telah disahkan pada :


Hari, tanggal
Tempat

:
:

Mengetahui,
Pembimbing Lapangan

Pembimbing Pendidikan

(Eko Suryani, SPd,S.Kep.Ns,M.Sc.)

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kejang Demam
1. Definisi

kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara


sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan
listrik serebral yang berlebihan.(betz & sowden,2002).
Banyak

pernyataan

yang

dikemukakan

mengenai

kejang

demam, salah satu diantaranya adalah : Kejang demam adalah suatu


kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi pada umur 3 bulan
sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah
terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang
pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu
tidak termasuk. Kejang demam harus dapat dibedakan dengan epilepsi,
yaitu ditandai dengan kejang berulang tanpa demam (Mansjoer, 2000).
kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu mencapai >38C). Kejang demam dapat
terjadi karena proses intrakranial maupun ekstrakranial. Kejang demam
terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5
tahun. Paling sering pada anak usia 17-23 bulan. (NANDA NIC-NOC,
2013)
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling
sering dijumpai pada anak terutama pada golongan anak yang berumur
6 bulan sampai 4 tahun. Pada demam kejang terjadi pembahasan
sekelompok

neuron

secara

tiba-tiba

yang

menyebabkan

suatu

gangguan kesadaran, gerak, sensori atau memori yang bersifat


sementara. ( Aesceulaplus : 2000 )
2. Jenis-jenis kejang demam ( NANDA NIC-NOC, 2013 )
Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Ciri dari kejang ini adalah :
1) Kejang berlangsung singkat
2) Uumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu <10 menit
3) Tidak berulang dalam 24 jam
b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Ciri kejang ini :
1) Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit
2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau keang umum didahului
parsial
3) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.

3. Manifestasi klinik ( NANDA NIC-NOC, 2013 )


Manifestasi klinik yang muncul adalah :
a. Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik
berlangsung 10 sampai dengan 15 m3nit bisa juga lebih.
b. Takikardia : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit
c. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi
sebagai akibat menurunnya curah jantung.
d. Gejala berhubungan sistem vena :
1) Hepatomegali
2) Peningkatan tekanan vena jugularis
4.

Etiologi ( NANDA NIC-NOC, 2013 )


Kejang dibedakan menjadi intrakranial dan ekstrakranial
intrakranial meliputi :
a. Trauma (perdarahan) : perdarahan subarachnoid, subdural atau
ventrikuler.
b. Infeksi : bakteri, virus, parasit misalnya meningitis
c. Kongenital : disgenesis, kelainan serebri
Ekstrakranial meliputi :
a. Gangguan metabolik : hipoglikemia, hipoksemia, hipomagnesia,
gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan riwayat
diare sebelumnya.
b. Toksik : intoksikasi, anestesi local, sindroma putus obat
c. Kongenital : gangguan metabolisme asam basa ketergantungan dan
kekurangan piridoksin.

5. Fakor Risiko ( NANDA NIC-NOC, 2013 )


a. Riwayat kejang dalam keluarga
b. Usia kurang dari 18 bulan
c. Tingginya suhu badan sebelum kejang, makin tinggi suhu sebelum
kejang demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan
berulang.
d. Lamanya demam sebelum kejang, semakin pendek jarak antar
mulainya demam dengan kejang maka besar risiko kejang demam
berulang.
6. Patosiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa, sifat proses itu adalah

oksidasi dengan perantara fungsi paru-paru dan diteruskan keotak


melalui system kardiovaskuler.
Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang
melalui proses oksidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksida dan air. Sel
dikelilingi oleh membran sel yang terdiri dari permukaan dalam yaitu
limford dan permukaan luar yaitu tonik.
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+
rendah.

Sedangkan

didalam

sel

neuron

terdapat

keadaan

sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan


diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran
ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada
permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan
konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya
mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.
Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit
atau keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari
seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu
pada anak, tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dalam waktu singkat terjadi difusi di ion K+ maupun ion NA+
melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan
listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan
bahan yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya
kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai
apnea, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang
akhirnya terjadi hipoksia dan menimbulkan terjadinya asidosis.

7. Komplikasi
a. Aspirasi
b. Asfiksi
c. Retardasi mental
Komplikasi tergantung pada :
a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak
menderita demam kejang
c. Kejang berlangsung lama
8. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian cairan IV dengan cairan yang mengandung glukosa
b. Bila kejang sangat lama, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya
edema otak. Diberikan kortikosteroid sepeti kortison 20-30 mg/Kg BB
atau glukokortikoid seperti deksametason ampul setiap 6 jam
sampai keadaan membaik.
c. Berikan diazepam secara IV atau Rectal untuk menghentikan kejang
d. Pemberian Fenobarbital secara IV

9. Pemeriksaan Diagnostik
a. MRI (Magnetic Resenance Imaging ) Menentukan adanya perubahan
atau patologis saraf
b. Rontgen Tengkorak, Tidak banyak mebantu untuk mendiagnosa
aktivitas kejang kecuali untuk mengetahui adanya fraktur
c. Pemeriksaan Metabolik (Pemeriksaan Laboratorium ) Meliputi :
1)
Glukosa darah
2)
Kalsium fungsi ginjal dan hepar
3)
Pemeriksaan adanya infeksi : test widal, lumbal fungsi
4)
Pemeriksaan serologi imunologi
d. EEG Sangat bermanfaat untuk menentukan diagnosa kejang dan
menentukan lesi serta fungsi neurology.

B. Asuhan Keperawatan Kejang Demam


1.

Pengkajian
Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :
a. Data subyektif

Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui
status

sosial

anak

meliputi

nama,

umur,

agama,

suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.


Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang

ditanyakan :
Apakah betul ada kejang ?
Diharapkan ibu atau keluarga

dianjurkan menirukan gerakan kejang si anak


Apakah disertai demam ?
Lama dan frekuensi serangan kejang
Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap

yang

mengantar

mengenai pola serangan apakah bersifat umum, fokal,

tonik, klonik?
Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau
rangsangan tertentu yang dapat menimbulkan kejang,

misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain?


Riwayat penyakit sekarang

Apakah muntah, diare, trauma kepala, gagap bicara

(khususnya pada penderita epilepsi).


Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini
ditanyakan apakah penderita pernah mengalami kejang
sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk

pertama kali ?
Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak,

KP, OMA dan lain-lain.


Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum
ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan
reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat
imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang

dapat menimbulkan kejang.


Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) :
berhubungan

dengan

kemampuan

mandiri,

bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.


Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan

pergerakan dan sikap tubuh.


Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap

suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.


Riwayat kesehatan keluarga.
Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25
% penderita kejang demam mempunyai faktor turunan).
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit

syaraf atau lainnya ?


Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan

kebutuhan

gizi

anak.

Ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas dari

makanan yang dikonsumsi oleh anak ?


Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ?
Bagaimana selera makan anak ? Berapa kali minum,

jenis dan jumlahnya per hari ?


Pola Eliminasi :
BAK
: ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara
makroskopis ditanyakan bagaimana warna, bau, dan

apakah terdapat darah ? Serta ditanyakan apakah

disertai nyeri saat anak kencing.


BAB
: ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau
tidak? Bagaimana konsistensinya lunak, keras, cair atau

berlendir ?
Pola aktivitas dan latihan
Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan
teman sebayanya ? Berkumpul dengan keluarga sehari
berapa jam ? Aktivitas apa yang disukai ?

b. Data Obyektif
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat
kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang
demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan
kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum
kejang tanpa kelainan neurologi.
2.

Pemeriksaan Head to Toe


a. Kepala
Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubunubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar
menutup atau belum ?.
b. Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta

karakteristik lain

rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai


rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan
mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit.
c. Muka
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis
tertinggal bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah
tertarik ke sisi sehat.
d. Mata
Bagaimana keadaan sklera, konjungtiva ?
e. Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda
adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah
belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya
f.

pendengaran.
Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung?

Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?


g. Mulut
Adakah stomatitis?
Berapa jumlah gigi yang tumbuh?
Apakah ada caries gigi ?
h. Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ?
Adakah tanda-tanda infeksi, cairan eksudat ?
i. Leher
Adakah pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugulans ?
j. Thorax
Bagaimana
gerak
pernapasan,
frekuensinya,
irama,
kedalaman?
Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
k. Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ?
l.

Adakah bunyi tambahan ?


Abdomen
Adakah distensia abdomen

serta

kekakuan

otot

pada

abdomen?
Bagaimana peristaltik usus ?
Adakah pembesaran lien dan hepar ?
m. Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya?
Apakah terdapat oedema?
Bagaimana keadaan turgor kulit ?
n. Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi
kejang?
Bagaimana suhunya pada daerah akral ?
o. Genetalia
Adakah sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda infeksi ?
3.

Pemeriksaan Penunjang
a. Darah

Glukosa Darah

: Hipoglikemia merupakan

predisposisi kejang (N < 200 mq/dl).


BUN
: Peningkatan BUN mempunyai
potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik

akibat dari pemberian obat.


Elektrolit
: K, Na(Ketidakseimbangan elektrolit
o merupakan predisposisi kejang).
o Kalium (N 3,80 5,00 meq/dl ),
o Natrium ( N 135 144 meq/dl ).

b.

Cairan Cerebo Spinal

: Mendeteksi tekanan abnormal

c.

dari CCS tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang.


Skull Ray
: Untuk mengidentifikasi adanya

d.

proses desak ruang dan adanya lesi.


EEG
: Teknik untuk menekan aktivitas
listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk mengetahui

e.

fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal.


CT Scan
: Untuk mengidentifikasi lesi

cerebral
2. Diagnosa Keperawatan
a.

Potensial terjadinya kejang ulang berhubungan dengan

b.

hipertermi.
Potensial terjadinya trauma fisik berhubungan dengan

kurangnya koordinasi otot


c.Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
d.
Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan
keterbatasan informasi yang ditandai : keluarga sering
bertanya tentang penyakit anaknya.

3. Rencana Keperawatan
No
1

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Keperawatan
potensial terjadi

Setelah

kejang ulang

keperawatan selama 3 x 24 jam

pakaian

berhubungan dengan

diharapkan

Klien

tidak

menyerap keringat

hipertermi

mengalami

kejang

selama

dilakukan

tindakan a. Longgarkan

hiperthermi.
Setelah

pakaian,

tipis

Rasional
berikan a. proses

yang

mudah

tindakan

akan

terhalang oleh pakaian yang


ketat dan tidak menyerap
keringat.
b. perpindahan panas secara

b. Berikan kompres hangat

dilakukan

konveksi

konduksi
c. Berikan ekstra cairan (susu, sari c. saat demam kebutuhan akan

keperawatan selama 1 x 24 jam


diharapkan

Klien

mengalami

kejang

buah, dll)
cairan tubuh meningkat
tidak d. Observasi kejang dan tanda vital d. Pemantauan yang teratur

selama

hiperthermi.
Kriteria hasil :

tiap 4 jam
e. Batasi

menentukan tindakan yang

aktivitas

selama

anak

akan dilakukan.
e. aktivitas dapat meningkatkan

panas

metabolisme

Tidak terjadi serangan kejang


ulang.
Suhu 36,5 37,5 C (bayi), 36
37,5 C (anak)
Nadi 110 120 x/menit (bayi),
100-110 x/menit (anak)
Respirasi 30 40 x/menit (bayi),
24 28 x/menit (anak)

f.Kolaborasi

dengan

dokter

pemberian antipireutik

untk
f.

meningkatkan panas.
Menurunkan panas
pusat

hipotalamus

sebagai propilaksis

dan
pada
dan

Kesadaran composmentis
Setelah
dilakukan
tindakan

potensial terjadi
trauma fisik

keperawatan selama 3 x 24 jam

berhubungan dengan

diharapkan Klien tidak terjadi

kurangnya koordinasi

trauma fisik selama perawatan.

otot

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan selama 1 x 24 jam


diharapkan Klien tidak terjadi
trauma fisik selama perawatan.

a.

Beri pengaman pada sisi

a. meminimalkan injuri saat

tempat tidur dan penggunaan


tempat tidur yang rendah.
b.
Tinggalah bersama klien
selama fase kejang.
c.Berikan tongue spatel diantara
gigi atas dan bawah.
d.
Letakkan klien di tempat

kejang
b. meningkatkan keamanan
klien.
c. menurunkan resiko trauma
pada mulut.
d. membantu menurunkan
resiko injuri fisik pada

yang lembut

ekstimitas ketika kontrol otot

Kriteria Hasil :
Tidak terjadi trauma fisik selama
perawatan.
Mempertahankan tindakan yang
mengontrol aktivitas kejang.
Mengidentifikasi tindakan yang
harus diberikan ketika terjadi
3

Gangguan

rasa

kejang.
Setelah
dilakukan

keperawatan selama 3 x 24 jam

dengan hiperthermi

diharapkan
terpenuhi.
Setelah

dilakukan

Catat tipe kejang

nyaman

volunter berkurang.
e. membantu menurunkan

(lokasi,lama) dan frekuensi

lokasi area cerebral yang

kejang
f. Catat tanda-tanda vital sesudah
fase kejang

tindakan a. Kaji faktor faktor terjadinya

nyaman berhubungan

rasa

e.

hiperthermi
b. Observasi tanda tanda vital tiap

4 jam sekali
c. Pertahankan suhu tubuh normal
tindakan d. Ajarkan
pada
keluarga

f.

terganggu.
mendeteksi secara dini
keadaan yang abnormal

a.

mengetahui

penyebab

terjadinya hiperthermi karena


penambahan
b.
pakaian/selimut
menghambat

dapat

penurunan

keperawatan selama 1 x 24 jam


diharapkan

rasa

nyaman

terpenuhi.
Kriteria hasil

memberikan

kompres

dingin

pada kepala / ketiak


e. Anjurkan untuk menggunakan
baju tipis dan terbuat dari kain

Suhu tubuh 36 37,5 C, N ;


100 110 x/menit,
RR : 24 28 x/menit,

katun
f. Atur sirkulasi udara ruangan.
g. menganjurkan pasien banyak
minum

suhu tubuh.
c.Pemantauan tanda vital yang
teratur

dapat

menentukan

perkembangan keperawatan
yang selanjutnya.
d.
suhu
tubuh
dipengaruhi

oleh

dapat
tingkat

aktivitas, suhu lingkungan,

Kesadaran composmentis,

kelembaban

anak tidak rewel.

tinggiakan

mempengaruhi panas atau


dinginnya tubuh.
e.
Proses

konduksi/

perpindahan panas dengan


suatu bahan perantara
proses hilangnya panas akan
terhalangi oleh pakaian tebal
dan tidak dapat menyerap
keringat.
f. Penyediaan udara bersih.
g.
Kebutuhan
cairan
meningkat
4

Kurangnya

Setelah

dilakukan

tindakan a. Kaji

tingkat

karena

penguapan tubuh meningkat.


pengetahuan a. Mengetahui sejauh mana

pengetahuan

keperawatan selama 3 x 24 jam

keluarga sehubungan

diharapkanpengetahuan

keterbataaan

keluarga

informasi

penyakit anaknya.
Setelah

bertambah
dilakukan

keluarga

pengetahuan
keluarga

tentang
b. Beri informasi kepada keluarga
tindakan

sebab dan akibat kejang demam

penyakit anaknya.

dimiliki

kebenaran

informasi yang didapat


b. penjelasan tentang kondisi
yang

dialami

dapat
menambah

wawasan keluarga
c. agar keluarga mengetahui

diharapkanpengetahuan
bertambah

dan

membantu

keperawatan selama 1 x 24 jam


keluarga

yang

tentang c. Jelaskan

setiap

tindakan/prosedur

tindakan

tujuan

setiap

tindakan

perawatan
perawatan yang akan dilakukan
d. mencegah peningkatan suhu
d. Berikan Health Education agar
Keluarga tidak sering bertanya
lebih tinggi dan serangan
selalu sedia obat penurun panas,
kejang ulang.
tentang penyakit anaknya.
bila anak panas
e. imunisasi
pertusis
Keluarga mampu diikutsertakan
e. Beritahukan keluarga jika anak
memberikan reaksi panas
dalam proses keperawatan.
akan mendapatkan imunisasi
keluarga mentaati setiap proses
(kejang demam)
agar
memberitahukan
kepada
keperawatan.
Kriteria hasil

petugas

imunisasi

anaknya

pernah

kejang demam.

bahwa
menderita

DAFTAR PUSTAKA
Aesceulaplus.2000.Fundamental of Nursing. Jakarta : EGC
Brunner dan Suddarth.2000.Buku saku keperawatan medikal bedah. Jakarta:
EGC
Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Long. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan .Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta : EGC
NANDA NIC-NOC.2013.
Suriadi dan Rita.2001.Cara mengatasi penyakit meningitis. Bandung: Primadani

Anda mungkin juga menyukai