klasifikasi
Klasifikasi penyakit ginjal kronik
didasarkan pada dua hal: derajat
penyakit dan dasar diagnosis etiologi
Klasifikasi derajat penyakit,
didasarkan pada LFG, yang dihitung
dengan menggunakan rumus dari
krockcroft gault
ETIOLOGI
Indonesian Renal Registry (IRR) pada
tahun 2007-2008 didapatkan urutan
etiologi terbanyak :
glomerulonefritis (25%)
diabetes melitus (23%)
hipertensi (20%)
ginjal polikistik (10%)
a. glomerulonefritis
Dikatakan sebagai suatu penyakit
ginjal dengan etiologi idiopatik.
Berdasarkan etiologi,
glomerulonefritis dibagi menjadi
yang primer, yaitu kelainan yang
berasal dari dalam ginjal sendiri dan
sekunder, disebabkan oleh penyakit
imun seperti SLE
Diabetes melitus
American Diabetes Association
(2003): diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduaduanya
Hipertensi
hipertensi dibagi menjadi dua
golongan yaitu hipertensi esensial
atau hipertensi primer yang tidak
diketahui penyebabnya atau
idiopatik, dan hipertensi sekunder
atau disebut juga hipertensi renal
Ginjal polikistik
Kista adalah suatu rongga yang berdinding
epitel dan berisi cairan atau material yang
semisolid.
Polikistik berarti banyak kista.
Pada keadaan ini dapat ditemukan kistakista yang tersebar di kedua ginjal, baik di
korteks maupun di medula.
Selain oleh karena kelainan genetik, kista
dapat disebabkan oleh berbagai keadaan
atau penyakit.
Epidemiologi
National Institute of Diabetes and Digestive and
Kidney Diseases (NIDDK), mengatakan bahwa
pada tahun 2000-2008 pada usia 20-64 hanya
ditemukan hanya sekitar 0,5%.
National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES)pada usia 20-39 di tahun 1999-2004:
Stage
Stage
Stage
Stage
Stage
1:
2:
3:
4:
5:
5.7%
5.4%
5.4%
0.4%
0.4%
Etiologi
Pendekatan diagnosa
Gambaran klinis
Sesuai dgn penyakit yang mendasari
DM, infeksi traktus urinari, batu traktus
urinaria, hipertensi, SLE
Sindrom uremia: lemah, letargi, anoreksia,
mual muntah, nokturia, kelebihan volume
cairan, neuropati perifer, pruritus, uremic
frost, perikarditis, kejang sampai koma
Komplikasi lain: hipertensi, anemia,
osteodistorfi renal, payah jantung, asidosis
metabolik, ggn keseimbangan elektrolit
Temuan laboratorium
Sesuai dengan underlying disease
Penurunan fx ginjal: peningkatan kadar
ureum dan kreatinin serum, penurunan
laju filtrasi glomerulus, penurunan kadar
hemoglobin, peningkatan kadar asam
urat, hiper atau hipo: kalium, klor.
Hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis
metabolik
Kelainan urinalisis: proteinuria,
hematuria, leukositoria, cast, isostenuria
Gambaran radiologis
Foto polos abdomen: radio opak,
Pielografi IV jarang dilakukan karena
tidak bisa melewati filter glomerulus
Pielografi antegrad atau retrograd
dilakukan dengan indikasi
USG: bisa ditemukan adanya
pengecilan ukuran ginjal, hidronefrosis,
korteks yg menipis, adanya batu ginjal,
massa, kista, kalsifikasi
Tata laksana
Terapi spesifik terhadap penyakit
ginjalnya
Pencegahan dan terapi thd kondisi
komorbid
Memperlambat perburukan penyakit
Pencegahan dan terapi penyakit
kardiovaskular
Pencegahan dan terapi komplikasi
Terapi pengganti ginjal
Anemia treatment
goal is a hemoglobin level of 10-12
g/dL
Before starting erythropoietin,
patients should have their iron stores
checked. The aim is to keep iron
saturation at 30-50% and ferritin at
200-500 ng/mL.