Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gear (Roda Gigi)
2.1.1

Pengertian
Roda gigi adalah salah satu jenis elemen transmisi yang penting untuk suatu

pemindahan gerak (terutama putaran). daya atau tenaga pada suatu sistem transmisi
antara penggerak dengan yang digerakan. Suatu konstruksi hubungan roda gigi
digunakan pula untuk sistim pengatur pada pemindah putaran, atau untuk merubah
gerak lurus menjadi gerak putar atau sebaliknya.
2.1.2

Prinsip Roda Gigi


Konstruksi roda gigi mempunyai prinsip kerja berdasarkan pasangan

gerak.Bentuk gigi dibuat untuk menghilangkan keadaan slip, putar dan daya dapat
berlangsung dengan baik.

Gambar 2.1 Roda Gigi


Sumber: I Wayan Rama Wijaya (2011)
Selain itu dapat dicapai kecepatan keliling- (Vc) yang sama pada lingkaran
singgung sepasang roda gigi. Lingkaran singgung ini disebut lingkaran pitch atau
lingkaran tusuk yang merupakan lingkaran khayal pada pasangan roda gigi, tapi
berperan penting dalam perencanaan konstruksi rodagigi. Pada sepasang roda gigi
maka perlu diperhatikan, bahwa jarak lengkung antara dua gigi yang berdekatan
(disebut "pitch") pada kedua roda gigi harus sama, sehingga kaitan antara gigi dapat
berlangsung dengan baik.Bentuk lengkung pada suatu profil gigi, tidak dapat dibuat
semaunya, melainkan mengikuti kurva-kurva tertentu yang dapat menjamin
terjadinya kontak gigi dengan baik.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

2.1.3

Macam Macam Roda Gigi

1. Roda Gigi Poros Sejajar


a) Roda Gigi Lurus (Spur Gear)

Gambar 2.2 Roda Gigi Lurus


Sumber: Satria Akbar (2014)
Merupakan roda gigi dengan bentuk profil gigi beralur lurus dengan
kondisi penggunaan untuk sumbu sejajar. Pada konstmksi berpasangan ,
penggunaannya terdapat dalam tiga keadaan, yaitu :
Roda Gigi lurus eksternal (spur Gear)
Roda Gigi lurus internal (planetcry Gear)
Roda Gigi lurus Rack dan pinion.

Gambar 2.3 Tiga Jenis Roda Gigi Lurus


Sumber: Satria Akbar (2014)
Penggunaan Roda gigi lurus ini cukup luas terutama spur Gear pada konstruksi
general mekanik yang sederhana sampai sedang putaran dan beban relatip
sedang. Dan ketiga jenis Roda gigi ini, rnaka Internal Gear memilikitingkat
kesuliian pemasangan yang agak sulit, sehubungan dalam menentukan
ketepatan pemasangan sumbu. Sedangkan untuk jenis Rack dan Pinion Gear,
mempunyai kekhususan dalam penggunaannya, yaitu untuk pengubah gerak
putar ke gerak lurus atau sebaliknya, sedangkan pada Rack Gear mempunyai
sumbu Pitch yang lurus. Pembebanan pada gigi-giginya mempunyai distribusi

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

beban yang paling sederhana, yaitu gaya Normal yang terurai menjadi gaya
keliling (gaya targensial) dan gaya Radial.
b) Roda Gigi Miring (Helical Spur Gear)

Gambar 2.4 Helical Gear


Sumber: Satria Akbar (2014)
Bentuk dasar geometrisnya sama dengan roda gigi lurus, tetapi arah alur
profil giginya mempunyai kemiringan terhadap sumbu putar. Selain untuk
posisi sumbu yang sejajar, Roda Gigi miring dapat digunakan pula untuk
pemasangan sumbu bersilangan. Dengan adanya kemiringan alur gigi, maka
perbandingan kontak yang terjadi jauh lebih besar dibanding Roda gigi lurus
yang seukuran, sehingga pemindahan putaran maupun beban pada gigi-giginya
berlangsung lebih halus. Sifat ini sangat baik untuk penggunaan pada putaran
tinggi dan beban besar.

Gambar 2.5 Posisi Sumbu macam macam Helical Gear


Sumber: Satria Akbar (2014)
Selain itu, dengan adanya sudut kemiringan tertentu juga mengakibatkan
terjadinya gaya aksial yang hams di tahan oleh tumpuan bantalan pada
porosnya. Sistim pelumasan harus diperhatikan dengan cermat untuk
meningkatkan umur pakai dari gigi yang saling bergesekan.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

c) Roda Gigi Miring Ganda (Herringbone)

Gambar 2.6 Roda Gigi Miring Ganda


Sumber: Satria Akbar (2014)
Khusus untuk penggunaan dalam posisi sumbu sejajar, serta untuk
menetralisir gaya aksial yang terjadi, dibuat roda gigi miring atau lebig populer
disebut Roda gigi"Herring bone", yaitu dengan dibuat dua alur profil gigi
dengan posisi sudut kemiringan saling berlawanan. Roda gigi Herring bone
dapat dibuat dalam beberapa macam, yaitu :
a. Herring bone dengan gigi V setangkup
b. Herring bone dengan gigi V bersilang
c. Herring bone dengan gigi V berpotongan tengah
d) Roda Gigi Poros Berpotongan
Disebut juga Roda Gigi kerucut atau Bevel Gear. Peaggunaannya secara
umum untuk pengtransmisian putaran dan beban dengan posisi sumbu
menyudut berpotongan dimana kebanyakan bersudut 90. Beberapa jenis roda
gigi poros berpotongan, sebagai berikut:
1) Roda Gigi Kerucut Lurus

Gambar 2.7 Roda Gigi Kerucut Lurus


Sumber: Satria Akbar (2014)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

Untuk jenis ini mempunyai konstruksi yang sederhana dibanding jenis


roda

gigi

kerucut

penggunaannya

lainnya.

Pembuatannya

relatif

mudah

dan

untuk konstruksi umum yang sederhana sampai sedang,

baik dalam menerima beban maupun putaran. Berdasarkan pembuatan


bentuk gigi:
- Roda Gigi kerucut lurus menyudut. Bentuk gigi pada penampang potong,
menyudut ke titik pusat kerucutnya.
- Roda Gigi kerucut lurus sejajar. Bentuk gigi penampang potong sejajar
dengan sumbu kerucutnya.
2) Roda Gigi Kerucut Miring

Gambar 2.8 Spiral Bevel Gear


Sumber: Satria Akbar (2014)
Disebut juga Spiral bevel Gear. Perbendaan antara Bentuk gigi lurus
dengan bentuk gigi miring pada Roda Gigi kerucut ini, dimana dengan
adanya kemiringan tersebut akan meningkan kemampuan

menerima

beban, mengurangi kebisingan sehingga dapat digunakan pada putaran


yang lebih tinggi dibanding dengan Roda Gigi Kerucut gigi lurus pada
ukuran geometris yang sama.
3) Roda Gigi Kerucut Permukaan.

Gambar 2.9 Roda Gigi Kerucut Permukaan


Sumber: Satria Akbar (2014)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

Bentuk gigi berupa lengkung spiral dengan sudut spiral nol derajat,
sehingga secara sepintas tampak seperti Roda gigi lurus dengan gigi
melengkung. Kemampuan Roda Gigi Kerucut permukaan ini kurang lebih
sama seperti Roda Gigi kerucut gigi miring (Spiral), hanya pembuatannya
lebih sulit dan bekerja lebih tenang serta tahan lama.
4) Roda Gigi Kerucut Hypoid

Gambar 2.10 Roda Gigi Kerucut Hypoid


Sumber: Satria Akbar (2014)
Jenis Roda Gigi payung ini lebih jamak digunakan pada, kendaraan
bermotor saja, tapi untuk konstruksi general, mekanik yang memerlukan
putaran tinggi serta beban besar yang dinamis dapat menggunakan jenis
Roda gigi kerucut ini. Bentuk alur giginya berupa lengkung hypoid,
sehingga posisi sumbu tidak tegak lurus berpotongan, tetapi bersilangan,
sehingga akan memudahkan pemasangan tumpuan bantalan pada kedua
Roda giginya.
2. Roda Gigi Poros Bersilang.
Roda gigi cacing di gunakan untuk posisi sumbu bersilangan dan
pengtransmisian putaran selalu berupa reduksi.Pada sepasang roda gigi cacing
terdiri dari batang cacing yang selalu sebagai penggerak dan Roda gigi cacing
sebagai pengikut.Bahan batang cacing umumnya lebih kuat dari pada roda
cacingnya,selain itu batang cacing umumnya di buat berupa kontruksi
terpadu,dimana bentuk alur cacingnya berupa spiral. Dari bentuk konstruksi
berpasangan terdapat dua jenis konstruksi roda gigi cacing, yaitu :

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

a) Roda Gigi Cacing Silndris.

Gambar 2.11 Roda Gigi Cacing Silindris


Sumber: Satria Akbar (2014)
Pada roda gigi cacing silndris bentuk luar batang cacing maupun roda
cacing berupa silinder. Roda gigi jenis ini dipakai untuk meneruskan putaran
dengan reduksi yang besar.
b) Roda Gigi Gobloid

Gambar 2.12 Roda Gigi Gobloid


Sumber: Satria Akbar (2014)
Pada jenis roda gigi Gobloid, baik batang maupun Roda Cacingnya
saling mengikuti bentuk pasangannya. Biasa digunakan untuk gaya yang
lebih besar karena perbandingan kontak yang lebih besar. Konstruksi batang
cacing pada umumnya dibuat terpadu, tetapi untuk ukuran. besar dapat saja
batang cacing dibuat berupa pasangan dengan poros.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

2.1.4

Bagian-bagian Roda Gigi

Gambar 2.16 Roda gigi tampak samping


Sumber: Galih Satya Dharma (2012)

Gambar 2.17 Roda gigi tampak potongan


Sumber: Galih Satya Dharma (2012)
Nama-nama bagian utama roda gigi terdapat dalam dibawah ini. Ukuran roda
gigi dinyatakan dengan diameter lingkaran jarak bagi (diameter lingkaran pitch),
yaitu lingkaran khayal yang menggelinding tanpa slip. Sedangkan ukuran gigi
dinyatakan dengan jarak bagi lingkaran, yaitu jarak sepanjang lingkaran jarak bagi
antara profil dua gigi yang berdekatan.
a. Lingkaran pitch (pitch circle), Lingkaran khayal yang menggelinding tanpa
terjadinya slip. Lingkaran ini merupakan dasar untuk memberikan ukuran-ukuran
gigi seperti tebal gigi, jarak antara gigi dan lain-lain.
b. Pinion, Roda gigi yang lebih kecil dalam suatu pasangan roda gigi.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

c. Diameter lingkaran pitch (pitch circle diameter), Merupakan diameter dari


lingkaran pitch.
d. Diametral Pitch, Jumlah gigi persatuan pitch diameter
e. Jarak bagi lingkar (circular pitch) Jarak sepanjang lingkaran pitch antara profil
dua gigi yang berdekatan atau keliling lingkaran pitch dibagi dengan jumlah gigi.
f. Modul (module), merupakan perbandingan antara diameter lingkaran pitch dengan
jumlah gigi.
g. Adendum (kepala gigi) Jarak antara lingkaran kepala dengan lingkaran pitch
dengan lingkaran pitch diukur dalam arah radial.
h. Dedendum (kaki gigi), Jarak antara lingkaran pitch dengan lingkaran kaki yang
diukur dalam arah radial.
i. Working Depth, jumlah jari-jari lingkaran kepala dari sepasang roda gigi yang
berkontak dikurangi dengan jarak poros.
j. Clearance Circle, Lingkaran yang bersinggungan dengan lingkaran addendum
dari gigi yang berpasangan.
k. Pitch point, Titik singgung dari lingkaran pitch dari sepasang roda gigi yang
berkontak.
l. Operating pitch circle, lingkaran-lingkaran singgung dari sepasang roda gigi yang
berkontak dan jarak porosnya menyimpang dari jarak poros yang secara teoritis
benar.
m. Addendum circle (Lingkaran kepala gigi), lingkaran yang membatasi gigi.
n. Dedendum circle (Lingkaran kaki gigi), lingkaran yang membatasi kaki gigi.
o. Width of space, Tebal ruang antara rodagigi diukur sepanjang lingkaran pitch.
p. Sudut tekan (pressure angle), Sudut yang dibentuk dari garis normal dengan
kemiringan dari sisi kepala gigi.
q. Kedalaman total (total depth), Jumlah dari adendum dan dedendum
r. Tebal gigi (tooth thickness), Lebar gigi diukur sepanjang lingkaran pitch.
s. Lebar ruang (tooth space), Ukuran ruang antara dua gigi sepanjang lingkaran
pitch
t. Sisi kepala (face of tooth), Permukaan gigi diatas lingkaran pitch
u. Sisi kaki (flank of tooth), Permukaan gigi dibawah lingkaran pitch.
v. Puncak kepala (top land), Permukaan di puncak gigi
w. Lebar gigi (face width), Kedalaman gigi diukur sejajar sumbunya

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

2.2 Pulley
2.2.1

Pengertian
Pulley adalah sebuah mekanisme yang terdiri dari roda pada sebuah poros

atau batang yang memiliki alur diantara dua pinggiran di sekelilingnya. Sebuah tali,
kabel, atau sabuk biasanya digunakan pada alur Pulley untuk memindahkan daya.
Pulley digunakan untuk mengubah arah gaya yang digunakan, meneruskan gerak
rotasi, atau memindahkan beban yang berat. Pulley merupakan salah satu dari enam
mesin sederhana.
Sistem Pulley dengan sabuk terdiri dua atau lebih Pulley yang dihubungkan
dengan menggunakan sabuk. Sistem ini memungkinkan untuk memindahkan daya,
torsi, dan kecepatan, bahkan jika Pulley memiliki diameter yang berbeda dapat
meringankan pekerjaan untuk memindahkan beban yang berat.

Gambar 2.18 Pulley


Sumber: Aditya Regi (2012)
Pulley merupakan komponen mesin yang banyak dipakai untuk mesin
industri, mesin perkakas maupun dalam bidang otomotif. Ada beberapa type Pulley
yaitu:
1.

Pulley type V

2.

Pulley Timming

3.

Pulley Variable (Pulley V bisa disetting besar kecil)

4.

Pulley Round (alur U)

5.

Loss Pulley ( biasa sebagai adjustment)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

2.3 Belt (Sabuk)


2.3.1

Pengertian
Sabuk adalah sebuah elemen mesin yang mentransmisikan tenaga atau daya

dari poros yang satu ke poros yang lain melalui sabuk (Belt) itu sendiri yang melilit
pada puli (Pulley).
Karakter gesekan sabuk dan permukaan puli sangat mempengaruhi
kemampuan transmisi. Jadi besarnya gaya tegang dalam sabuk menentukan besarnya
tenaga atau daya yang dapat ditransmisikan. Berikut keuntungan dan kerugian sistem
transmisi menggunakan Belt dan Pulley :
Keuntungan transmisi sabuk:
a) Pemindahan tenaga berlangsung secara elastik, maka tidak dibutuhkan kopling
elastik.
b) Tidak berisik.
c) Dapat menerima dan meredam beban kejut.
d) Jarak poros tidak tertentu
e) Jarak poros yang lebih besar dapat dicapai.
f) Mudah dah murah dalam pembuatan.
g) Hanya memerlukan sedikit perawatan.
Kerugian transmisi sabuk:
a) Slip yang terjadi mengakibatkan rasio angka putaran tidak konstan.
b) Diukur dari besarnya tenaga yang ditransmisikan, sistem transmisi sabuk
memerlukan dimensi atau ukuran yang lebih besar dari sistem transmisi roda
gigi atau rantai.
2.3.2

Klasifikasi Belt
Berdasarkan bentuknya, sabuk dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis :

1. Flat Belt
Daya yang ditransmisikan sedang. Jarak antar Pulley tidak lebih dari 8m.
2. V-Belt
Daya yang ditransmisikan besar. Jarak antar Pulley sangat dekat.
3. Circular Belt
Daya yang ditransmisikan besar. Jarak antar Pulley lebih dari 8m dan biasanya
digunakan pada torsi rendah.
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016

Gambar 2.19 Jenis Belt


Sumber: Dr. S. Muali, Prof (2015)
2.3.3

Tipe transmisi sabuk

1. Tipe Terbuka
Dipakai untuk puli-puli yang berputar dengan arah putar yang sama dan
poros yang sejajar.

Gambar 2.20 Belt tipe terbuka


Sumber: R. S. Khurmi dan J. K. Gupta (2005)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

2. Tipe Menyilang
Tipe menyilang dipakai untuk transmisi poros sejajar dengan arah putar
yang berbeda.

Gambar 2.21 Belt tipe menyilang


Sumber: R. S. Khurmi dan J. K. Gupta (2005)
3. Tipe Kuarter
Digunakan pada transmisi dengan poros bersilangan tegak lurus (tidak
sejajar) dan berputar dalam arah tertentu.

Gambar 2.22 Belt tipe menyilang


Sumber: R. S. Khurmi dan J. K. Gupta (2005)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

2.4 Sprocket and Chain


2.4.1

Pengertian
Suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan gaya dari satu

poros ke poros yang lain yang jaraknya sangat jauh dengan bantuan Sprocket. Rantai
dibuat dari sejumlah mata rantai yang disambungkan bersama-sama dengan
sambungan engsel sehingga memberikan fleksibilitas untuk membelit lingkaran roda
(Sprocket). Sprocket memiliki gigi dengan bentuk khusus dan terpasang pas kedalam
sambungan rantai. Sprocket dan rantai dipaksa untuk bergerak bersama-sama tanpa
slip dan rasio kecepatan yang sempurna.
2.4.2

Macam-macam Rantai

a. Rantai rol (roller Chain)

Gambar 2. 23 Rantai Rol


Sumber: R. S. Khurmi dan J. K. Gupta (2005)
Rantai rol sangat luas pemakaiannya Karena harganya yang relative murah
dan perawatan serta pemasangannya mudah. Contoh: pemakaian pada Sprocket
sepeda motor dan sepeda dan menggerakkan Sprocket pada industri.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

b. Rantai gigi (Silent Chain)

Gambar 2. 24 Rantai Gigi


Sumber: R. S. Khurmi dan J. K. Gupta (2005)
Rantai jenis ini mempunyai keunggulan pada tingkat kecepatan dan
kapasitas daya ditransmisikan lebihbesar, serta tingkat kebisingan rendah, akan
tetapi harganya lebih mahal. Pemakaian rantai ini masih terbatas karena harganya
yang mahal dan orang lebih suka menggunakan transmisi roda gigi
2.4.3

Keuntungan dan kerugian transmisi rantai dibanding sabuk

Keuntungan
a) Selama beroperasi tidak terjadi slip sehingga diperoleh rasio kecepatan yang
sempurna.
b) Karena rantai terbuat dari logam, maka ruang yang dibutuhkan lebih kecil
daripada sabuk, dan dapat menghasilkan transmisi yang besar.
c) Memberikan efisiensi transmisi tinggi (sampai 98%)
Dapat dioperasikan pada suhu cukup tinggi maupun pada kondisi atmosfer
Kerugian
a) Biaya produksi rantai lebih tinggi
b) Dibutuhkan pemeliharaan rantai dengan cermat dan akurat terutama
pelumasan dan penyesuaian pada saat kendur
c) Rantai memiliki kecepatan fluktuasi terutama pada saat terlalu meregang

2.5 Shaft (Poros)


TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016

2.5.1

Pengertian
Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang

bulat dimana terpasang elemen elemen seperti roda gigi (Gear), Pulley, flywheel,
engkol, Sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban lenturan,
beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri sendiri atau
berupa gabungan satu dengan lainnya. (Josep Edward Shigley, 1983).
2.5.2

Macam-Macam Shaft
Poros sebagai penerus daya diklasifikasikan menurut pembebanannya sebagai

berikut :
Poros Transmisi
Poros transmisi atau poros perpindahan mendapat beban puntir murni atau
puntir dan lentur.Poros ini berfungsi untuk memindahkan tenaga mekanik salah
satu elemen mesin menjadi berputar dan dibengkokkan. Daya ditransmisikan
kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, Pulley, rantai dan lain lain. Poros
transmisi dapat dilihat pada gambar 2.29.

Gambar 2.25 Poros Transmisi


Sumber: Ling Zhang (2015)
Spindle
Poros transmisi yang relative pendek seperti poros utama pada mesin
perkakas dimana beban utamanya berupa puntiran.Syarat yang harus dipenuhi
poros ini adalah deformasinya yang harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus
teliti. Spindle dapat dilihat pada gambar 2.30.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

Gambar 2.26 Spindle


Sumber: Milwaukee (2015)
Gandar
Gandar adalah poros yang tidak mendapatkan beban puntir, bahkan
terkadang tidak boleh berputar.Contohnya seperti roda roda kereta barang.

Gambar 2.27 Gandar


Sumber: Waris (2010)
Poros sebagai penerus daya diklasifikasikan menurut bentuknya sebagai
berikut:
Poros lurus

Gambar 2.28 Poros Lurus


Sumber: Anis (2012)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

Poros engkol sebagai penggerak utama pada silinder mesin

Gambar 2.29 Poros Engkol


Sumber: Anton Saputra (2013)
2.5.3

Gaya yang Bekerja pada Poros

Gaya aksial : Arah beban atau gaya mengarah sepanjang garis sumbu poros.
Gaya radial : Arah gaya reaksi atau arah beban mengarah tegak lurus pada garis
sumbu poros.
Gaya tangensial : Arah gaya yang bekerja tegak lurus terhadap jari jari poros.
2.6 Bearing (Bantalan)
2.6.1

Pengertian
Bearing (bantalan) adalah elemen mesin yang menumpu poros yang

mempunyai beban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung


secara halus, aman, dan mempunyai umur yang panjang. Bearing harus cukup kokoh
untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika
Bearing tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem tidak dapat bekerja
secara semestinya.
2.6.2

Klasifikasi Bearing
Secara umum Bearing dapat diklasifikasikan berdasarkan arah beban dan

berdasarkan konstruksi atau mekanismenya mengatasi gesekan. Berdasarkan arah


beban yang bekerja pada bantalan, Bearing dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Bantalan radial/radial Bearing: menahan beban dalam arah radial

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

b. Bantalan aksial/thrust Bearing: menahan beban dalam arak aksial


c. Bantalan yang mampu menahan kombinasi beban dalam arah radial dan arah
aksial

Gambar 2.30 Arah beban pada Bearing


Sumber: Rumah Belajar (2012)
Berdasarkan konstruksi dan mekanisme mengatasi gesekan, Bearing dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu slider Bearing (bantalan luncur) dan roller
Bearing (bantalan gelinding).
a. Bantalan luncur yang sering disebut slider Bearing atau plain Bearing
menggunakan mekanisme sliding, dimana dua permukaan komponen mesin saling
bergerak relatif. Diantara kedua permukaan terdapat pelumas sebagai agen utama
untuk mengurangi gesekan antara kedua permukaan. Slider Bearing untuk beban
arah radial disebut journal Bearing dan untuk beban arah aksial disebut thrust
Bearing. Contoh konstruksi bantalan luncur ditunjukkan pada Gambar 2.37(a).
b. Bantalan gelinding menggunakan elemen rolling untuk mengatasi gesekan antara
dua komponen yang bergerak. Diantara kedua permukaan ditempatkan elemen
gelinding seperti misalnya bola, rol, taper dan lain lain. Kontak gelinding terjadi
antara elemen ini dengan komponen lain yang berarti pada permukaan kontak
tidak ada gerakan relatif. Contoh konstruksi roller Bearing ditunjukkan pada
Gambar 2.37(b).

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

Gambar 2.31 Konstruksi Bearing (a) slider Bearing (b) roller Bearing
Sumber: Rumah Belajar (2012)
2.6.3

Kode Seri pada Bearing


Pada bearing terdapat penomoran yang digunakan untuk mengetahui

klasifikasi dari bearing tersebut. Contoh nomor kode bearing : 6203ZZ kode
bearing tersebut terdiri dari beberapa komponen yang dapat dibagi-bagi antara lain:
6 = Kode pertama melambangkan Tipe /jenis bearing
2 = Kode kedua melambangkan seri bearing
03 =Kode ketiga dan keempat melambangkan diameter bore (lubang dalam bearing)
zz = Kode yang terakhir melambangkan jenis bahan penutup bearing
a. Kode pertama (jenis bantalan)

Tabel 2.1 Kode bearing metrik

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

Sumber : Zuingli S Bandaso (2012)


Tabel 2.2 Non- Metric Bearing

Sumber : Zuingli S Bandaso (2012)


Dalam kode bearing (bantalan) = 6203ZZ seperti contoh di atas, kode
pertama adalah angka 6 yang menyatakan bahwa tipe bearing tersebut adalah
Single-Row Deep Groove Ball Bearing ( bantalan peluru beralur satu larik).

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

Untuk kode R8-2RS, maka kode pertama (R) yang menandakan bahwa
b.

bantalan tersebut merupakan bantalan berkode satuan inchi.


Kode kedua (seri bantalan)
Kode kedua menyatakan seri bearing untuk menyatakan ketahanan dari
bantalan tersebut. Seri penomoran adalah mulai dari ketahan paling ringan
sampai paling berat
8 = Extra thin section
9 = Very thin section
0 = Extra light
1 = Extra light thrust
2 = Light
3 = Medium
4 = Heavy
Jika kode pertama adalah huruf, maka bantalan tersebut adalah bearing
inchi seperti contoh (R8-2RS ) maka kode kedua ( angka 8 ) menyatakan besar

c.

diameter dalam bantalan di bagi 1/16 inchi atau = 8/16 inchi.


Kode ketiga dan keempat (diameter dalam bantalan)
Untuk kode 0 sampai dengan 3, maka diameter bore bearing adalah
sebagai berikut:
00 = diameter dalam 10mm
01= diameter dalam 12mm
02= diameter dalam 15mm
03= diameter dalam 17mm
Selain kode nomor 0 sampai 3, misalnya 4, 5 dan seterusnya maka
diameter bore bearing dikalikan dengan angka 5 misal 04 maka diameter bore

d.

bearing = 20 mm.
Kode terakhir (jenis bahan penutup bantalan)
Pengkodean ini menyatakan tipe jenis penutup bantalan ataupun bahan
bantalan. seperti berikut :
1. Z Single shielded ( bearing ditutuipi plat tunggal)
2. ZZ Double shielded ( bearing ditutupi plat ganda )
3. RS Single sealed ( bearing ditutupi seal karet)
4. 2RS Double sealed ( bearing ditutupi seal karet ganda )
5. V Single non-contact seal
6. VV Double non-contact seal
7. DDU Double contact seals
8. NR Snap ring and groove
9. M Brass cage

2.7 Key (Pasak)


2.7.1

Pengertian
Pasak merupakan sepotong baja lunak (mild steel), berfungsi sebagai

pengunci yang disisipkan diantara poros dan hub (bos) sebuah roda pulli atau roda
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016

gigi agar keduanya tersambung dengan pasti sehingga mampu meneruskan momen
putar/torsi.
Pemasangan pasak antara poros dan hub dilakukan dengan membenamkan
pasak pada alur yang terdapat antara poros dan hub sebagai tempat dudukan pasak
dengan posisi memanjang sejajar sumbu poros.
2.7.2

Klasifikasi Pasak
Dilihat cara pemasangannya, pasak dapat dibedakan yaitu :

1.

Pasak memanjang
Jenis pasak memanjang yang banyak digunakan ada bermacam-macam
yaitu : Sunk Keys (pasak benam) Pasak benam ada beberapa jenis yaitu :
a.

Pasak benam segi empat (Rectangular Sunk Key)

Gambar 2.32 Pasak Benam


Sumber: V. Dobrovosky (1995)

Lebar pasak b = 4d
Tinggi pasak t = 32 b
dimana : d = diameter poros
b.

Pasak bujur sangkar (Square Key)


Bentuknya smaa seperti Rectangular sunk Key, tetapi lebar dan
tebalnya sama yaitu :
b = t = 4d

c.

Parallel Sunk Key (pasak benam sejajar)


Bentuknya sama seperti di atas, tapi penggunaannya bila
pemakaian di atas belum mampu memindahkan daya, maka pasak
tersebut dipasang sejajar

d.

Pasak Berkepala (Gib head Key)


Pasak i ni digunakan biasanya untuk poros berputar bolak balik

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

Gambar 2.33 Pasak Berkepala (Gib head Key)


Sumber: Alfrida Silce (2015)
b = d/4
t = 2/3 b = d/6
e.

Pasak Tembereng (woodruff Key)


Pasak jenis ini digunakan untuk poros dengan puntir / daya tidak
terlalu besar.

Gambar 2.34 Pasak Tembereng (woodruff Key)


Sumber: Alfrida Silce (2015)
f.

Pasak Pelana (Saddle Key)


Jenis pasak ini pemakaian umum untuk menjamin hubungan
antara naf roda dengan poros.

Gambar 2.35 Pasak Pelana ( Saddle Key)


Sumber: Yefri Chan (2015)
g. Tangent Key

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

Pemakaiannya sama seperti pasak pelana, tetapi pasaknya


dipasang dua buah berimpit.

Gambar 2.36 Pasak Tangensial (Tangent Key)


Sumber: V. Dobrovosky (1995)
h. Pasak bulat (Round Keys)
Jenis pasak ini, biasanya digunakan untuk memindahkan daya
relatip kecil.

Gambar 2.37 Pasak Bulat


Sumber: V. Dobrovosky (1995)
i.

Pasak gigi (Splines)


Jenis pasak ini bahannya dibuat satu bahan dengan poros dan
biasanya digunakan untuk memindahkan daya serta putaran yang cukup
besar dan arah kerja putarannya bolak balik.

Gambar 2.38 Pasak gigi (Splines)


Sumber: Yefri Chan (2015)
TUGAS BESAR ELEMEN MESIN
SEMESTER GANJIL 2015/2016

2.7.3

Gaya-gaya yang bekerja pada pasak


Saat poros digunakan untuk mentrasmisikan daya, maka pada pasak akan

bekerja gaya-gaya seperti :


a. Gaya Radial (FR)
Gaya yang memberikan tekanan pada pasak dengan arah tegak lurus sumbu
poros.
b. Gaya Tangensial (FT)
Gaya yang menimbulkan tegangan geser dan tekanan bidang pada pasak.
2.8 Lubricant (Pelumas)
2.8.1

Definisi Lubricant (Pelumas)


Pelumas adalah substansi atau material yang dapat menurunkan gesekan dan

keausan serta memberikan smooth running dan umur yang memuaskan untuk suatu
elemen mesin. Pelumas dapat berwujud gas, cair maupun padat. Pelumas memiliki
beberapa fungsi utama yaitu menurunkan gesekan, mengurangi keausan, melindungi
permukaan dari korosi atau oksidasi, meredam beban kejut, menghidari kontaminasi,
dan mendinginkan permukaan kontak.
2.8.2

Macam-macam pelumas
Semua jenis pelumas ini dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu pelumas

alam dan pelumas buatan (sintetic).


1.

Pelumas cair (liquid lubricants)


Pelumas cair (liquid lubricants) umumnya adalah minyak oli mineral
(alam), minyak oli dari tumbuhan atau binatang, dan oli sintetis. Kadang-kadang
air juga digunakan pada peralatan dalam lingkungan air. Pelumas memerlukan
additive untuk meningkatkan kualitas pelumasan untuk keperluan tertentu.
Misalnya additive untuk extreme pressure diperlukan pada pelumas untuk roda
gigi di mana pelumas akan mengalami beban tekanan yang tinggi. Aditif anti
oksidasi dan tahan temperatur tinggi diperlukan untuk oli pelumas engine. Oli
pelumas diklasifikasikan berdasarkan viskositas dan kandungan aditifnya.

2.

Pelumas padat (solid lubricants)

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

Pelumas lapisan padat (solid-film lubricants) ada dua jenis yaitu :


material yang memiliki kekuatan geser yang sangat rendah seperti graphite dan
molybdenum disulfida (MoS2) yang dapat ditambahkan pada permukaan, (2)
coating seperti misalnya phosfat, oksida, atau sulfida yang dapat terbentuk pada
suatu permukaan. Grafit dan MoS2 biasanya tersedia dalam bentuk bubuk dan
dapat dibawa ke permukaan dengan binder seperti misalnya grease atau
material lain. Pelumas padat ini memiliki kelebihan dalam hal koefisien gesek
yang rendah dan tahan temperatur tinggi. Pelumas padatdalam bentuk coating
dapat dibentuk pada permukaan dengan reaksi kimia atau elektrokimia. Coating
ini biasanya sangat tipis dan akan mengalami keausan dalam jangka waktu
tertentu. Beberapa aditif pada oli dapat membentuk coating sulfida pada
permukaan secara terus menerus melalui reaksi kimia.
3.

Pelumas batas (boundary lubrication)


Suatu kondisi antara pelumasan lapisan fluida dan keadaan tanpa
pelumas dan ada disebut pelumasan batas (boundary lubrication). Pada kondisi
ini properti permukaan dan properti pelumas menentukna besarnya gesek sistem
ini.Pelumasan bata menunjukkan salah satu fenomena pelumasan yang sangat
penting, yang dijumpai terutama pada saat mesin start dari keadaan berhenti.

2.8.3

Tipe Pelumasan
Berdasarkan derajat pemisahan permukaan oleh pelumas, secara umum

modus pelumasan dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu : full-film lubrication,
mixed-film lubrication, dan boundary lubrication. Gambar 2.43 menunjukkan ketiga
kasus pelumasan.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

Gambar 2.39 Jenis pelumasan berdasarkan tingkat pemisahan permukaan oleh


pelumas
Sumber: Masmukti (2014)
1.

Pada Full-film lubrication


Merupakan permukaan sliding sepenuhnya dipisahkan oleh lapisan
pelumas (film) sehingga tidak ada kontak samasekali antara kedua permukaan.
Beban yang cenderung membuat permukaan berkontak ditahan oleh pelumas
bertekanan di antara kedua permukaan. Jadi secara ideal tidak akan terjadi
keausan dan rugi gesekan hanya terjadi pada pelumas yang mengalami geseran.
Koefisien gesekan pada full-film biasanya antara 0,002 sampai dengan 0,010.
Sedangkan tebal film pelumas sekitar 0,008 sampai dengan 0,02 mm.

2.

Pada mixed film lubrication


Beberapa puncak permukaan bersentuhan dan pada bagian lain terbentuk
lapisan pelumas. Koefisien gesekan pada mode ini berkisar antara 0,004 s/d
0,10.

3.

Pada boundary lubrication


Terjadi kontak yang terus menerus antara kedua permukaan, tetapi
pelumas juga terus menerus melumuri permukaan. Dengan demikian koefisien
gesekan menjadi rendah. Koefisien gesekan untuk mode ini biasanya sekitar
0,05 s/d 0,20.

TUGAS BESAR ELEMEN MESIN


SEMESTER GANJIL 2015/2016

Anda mungkin juga menyukai