Anda di halaman 1dari 5

Tugas Kapita Selekta Linguistik

Vici Alfanani P
1006741803

Operasi-Operasi dalam Kognitif dan Bahasa


Bab ini memperkenalkan tiga istilah yang merupakan jenis-jenis
operasai kognitif yaitu construal, mental spaces, dan inferences. Konstrual
(construal) adalah operasi yang membantu penutur suatu bahasa untuk
memilah dan memilih bentuk leksikal dan gramatikal yang tepat dari variasi
pilihan yang tersedia. Cruse (2000) menjelaskan konstrual sebagai proses
mental dalam konstruksi makna. Contohnya adalah ketika kita ingin
mendeskripsikan

sesuatu,

terdapat

banyak

bentuk

untuk

mengekspresikannya, misalnya apakah kita akan menggunakan kalimat


aktif/pasif,

transitif/intransitif,

kala

lampau/kini,

atau

aspek

perfektif/progresif. Kontrual erat kaitannya dengan prinsip persepsi visual


dan pengorganisasian persepsi. Konstrual dapat diasumsikan sebagai wadah
yang berisi kumpulan konsep dan kategori yang dipilah, dipilih, dan
dirangkaikan oleh penutur bahasa untuk mengkonstruksi makna yang tepat
sesuai dengan persepsinya dalam melihat suatu peristiwa.
Terdapat 9 dimensi konstrual yang relevan dengan gramatika. Dimensi
1-6 berhubungan dengan cara pandang penutur atau bagaimana penutur
melihat suatu peristiwa. Pertama, kerangka penglihatan (viewing frame)
yang menunjukkan kerangka, batasan, atau cakupan gambaran peristiwa
yang dapat dilihat atau ditangkap oleh penglihatan. Jika kita melihat sesuatu
dari kejauhan atau ketinggian, kita akan mendapatkan penglihatan yang
maksimal atau menyeluruh, sedangkan jika kita melihat dari jarak dekat,
pengamatan kita terhadap sesuatu dibatasi oleh jarak pandang yang dimiliki
oleh

mata

manusia.

Contoh

bahasa

Inggris:

aspek

non-progresif

menunjukkan keseluruhan proses suatu peristiwa (kerangka penglihatan


1

maksimal) dan aspek progresif menunjukkan bagian tertentu dari sebuah


peristiwa (kerangka penglihatan terbatas).
Kedua, keumuman (generality) dan kekhususan (spesificity) yang
berhubungan dengan derajad ketepatan dalam melihat atau memahami
suatu peristiwa. Penglihatan dari jarak jauh akan menampilkan gambaran
peristiwa secara keseluruhan, sedangkan pengamatan jarak dekat dengan
menggunakan mikroskop dan kaca pembesar akan memberikan gambaran
yang sangat detil dan jelas. Dalam kognisi dan bahasa, derajad ketepatan
digambarkan

dalam

hirarki

taksonomi

yang

menunjukkan

tingkatan

kekhususan yang berbeda: superordinat, tingkatan dasar, dan subordinat.


Kategori leksikal cenderung digunakan untuk menunjukkan perbedaan yang
spesifik,

sedangkan

kategori

gramatikal

cenderung

digunakan

untuk

mengekspresikan peristiwa secara umum dan skematis. Namun, ada pula


kategori gramatikal yang menunjukkan kekhususan yaitu count noun dan
mass noun.
Ketiga, sudut pandang (viewpoint) penutur yang memposisikan dirinya
ke dalam peran tertentu, misalnya pembaca/penulis, peneliti/masyarakat
yang diteliti. Terkadang seseorang menempatkan diri sebagai orang lain
untuk menunjukkan simpati dan kesopanan. Verba yang menunjukkan
konteks pergerakan verba dan sudut pandang partisipan dalam petuturan
disebut verba deiktis (cth. come-go, buy-sell) yang memiliki pusat deiktis
(titik tujuan/titik akhir). Keempat, objektivitas (objectivity) dan subjektivitas
(subjectivity) yang masing-masing diartikan sebagai proses mental yang
memisahkan sudut pandang penuturnya dan proses mental yang melibatkan
sudut pandang penuturnya dalam melihat suatu peristiwa. Contohnya:
pronomina I dan modal may (subjektivitas) dan kalimat pasif (objektifitas).
Kelima, pengamatan mental (mental scanning) yaitu proses mental
yang melihat peristiwa berdasarkan tahapan waktunya. Peristiwa dilihat
sebagai rangkaian peristiwa yang terkait dengan peristiwa sebelum dan
2

sesudahnya (sequential scanning) yang nampak pada bahasa-bahasa


dengan sistem kala. Bahasa yang tidak memiliki kala menggunakan proses
mental yang melihat dan mengaktifkan seluruh tahapan peristiwa secara
bersamaan (summary scanning). Keenam, gerakan fiktif (fictive motion) atau
gerakan abstrak, mental, maya, atau subjektif yang menunjukkan gerakan,
dan arah perpindahan tempat suatu objek. Gerakan tersebut merupakan
proses mental yang melihat keadaan yang statis sebagai sesuatu yang
bergerak. Dalam bahasa Indonesia, gerakan fiktif dapat dicontohkan dengan
penggunaan majas personifikasi, misalnya penyakitnya pergi meninggalkan
tubuhnya.
Ketujuh,

pengkotakan

perhatian

(windowing

of

attention)

yang

menyaring dan membatasi perhatian kita terhadap hal-hal yang kita anggap
penting saja. Pertisipan yang dianggap penting diletakkan di depan sebagai
subjek kalimat yang melakukan tindakan, dan partisipan yang dianggap
kurang penting dikebelakangkan menjadi objek atau dihilangkan. Selain itu,
pengkotakan perhatian yang dianalogikan sebagai jendela digunakan untuk
membatasi kombinasi elemen-elemen konseptual dalam konteks tertentu
yang ada di balik jendela dan membatasi siapa saja yang dapat membuka
jendela (hakim/terdakwa, dokter/pasien) tersebut dan menggunakan elemenelemen di dalamnya.
Kedelapan, figur (figure) dan latar (ground) menunjukkan hubungan
antara sebuah ekspresi dengan konseptual dasarnya. Figur adalah gambaran
yang dianggap penting atau paling menonjol dan latar adalah gambaran
yang hanya menjadi latar dari figur. Figur cenderung lebih menyolok,
bergerak, jelas, dan kecil daripada latar. Jika dua benda memiliki ukuran
yang sama, kedua benda tersebut dianggap sebagai latar untuk menentukan
lokasi figurnya. Kesembilan, penentuan profil (profiling) adalah penunjukan
sebuah konseptualisasi dengan ekspresi linguistik sebagai alatnya dan
kategori yang lebih tinggi sebagai dasar yang mencirikannya. Kita dapat
mengetes apakah suatu unit konseptual merupakan dasar yang sangat dekat
3

dengan konsep di atasnya dengan uji hubungan part-of dan kind-of (tanganjari, *tubuh-jari).
Kesembilan dimensi tersebut dibentuk dalam ruang mental atau
kognisi penutur. Ruang mental tersebut dapat diakses, dibangun, dan
digabung

karena ruang mental adalah kumpulan pengetahuan yang

tersimpan

sementara

dalam

pikiran

peserta

sebuah

petuturan

atau

komunikasi. Ruangan tersebut dapat dibangun dengan menggunakan spacebuilder berupa modal dan klausa pengandaian dan reality space-builder yang
berupa pemilihan kata tertentu. Dua ruang mental yang berbeda juga dapat
digabungkan menjadi penggabungan konseptual (conceptual blending).
Ruang baru hasil gabungan tersebut mewarisi sebagian struktur ruang
masukannya

dan

memunculkan

maknanya

sendiri.

Penggabungan

konseptual muncul dalam kategori leksikal: morfologi (cth. infotainment) dan


kategori gramatikal: sintaksis (cth. dia menyuntikkan narkotika di rumah
sakit).
Dalam komunikasi dua arah, penutur memproses pengetahuannya
untuk menyampaikan pesan tertentu dan pendengar berusaha mengodekan
pesan tersebut. Pendengar dituntut untuk mampu menarik kesimpulan yang
logis dan benar (inference) dari premis-premis yang diujarkan penutur
dengan

penalaran

deduktif.

Penarikan

kesimpulan

yang

salah

dapat

menimbulkan kesalah pahaman. Kesalah pahaman tersebut dipicu oleh


implikatur dalam petuturan (conversational implicature) yaitu pemberian
informasi implisit dan petunjuk kontekstual yang tidak jelas atau samar oleh
penutur kepada pendengar. Penutur memproduksi implikatur karena ingin
menimbulkan efek kontekstual yang maksimal dengan usaha yang minimal.
Akan tetapi, implikatur dapat dibatalkan dan ditolak dengan memberikan
informasi yang eksplisit, jelas, dan relevan untuk menghindari kesalah
pahaman dan memberikan pendengar maksud yang sebenarnya ingin
disampaikan. Implikatur merupakan salah satu jenis perluasan makna
leksikal yang menimbulkan perubahan gramatikal yaitu bentuk dan makna
4

gramatikal yang baru. Proses perubahan bentuk dan makna gramatikal yang
diambil

dari

bentuk

leksikal

melalui

implikatur

konvensional

disebut

gramatikalisasi.
Terdapat penjelasan penting yang tidak ditemukan dalam bab ini yaitu
konstrual merupakan sebuah pendekatan baru dalam semantik yang melihat
makna sebagai sesuatu yang dinamis dan sangat dipengaruhi oleh konteks
(Cruse, 2000). Di satu sisi, konteks memunculkan keberagaman makna.
Namun, di sisi lain, konteks juga membatasi konstruksi makna. Pesan yang
disampaikan penutur kepada pendengar tidak selalu simetris karena makna
yang dinamis tadi. Hal ini bertentangan dengan semantik tradisional yang
melihat makna sebagai sesuatu yang statis antara objek dengan referen
melalui denotasi atau penunjukkan.
Acuan Pustaka
Knowles, Murray dan Rosamund Moon. 2006. Introducing Metaphor. London/
New York: Routledge.
Radden, Gunter dan Rene Dirven. 2007. Cognitive English Grammar.
Amsterdam: John Benjamins Publishing Co.

Anda mungkin juga menyukai