Anda di halaman 1dari 9

STEP 3:

2. Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan meliputi


peningkatan konsentrasi hormon seks yaitu estrogen dan progesteron. Progesteron
merupakan hormon seks kehamilan yang utama. Kadarnya meningkat sampai
bulan kedelapan kehamilan dan menjadi normal kembali setelah melahirkan.
Kadar estrogen meningkat secara lambat sampai akhir kehamilan. Pada awal
kehamilan, estrogen dan progesteron diproduksi oleh korpus luteum. Kemudian
terjadi pergantian fungsi korpus luteum kepada plasenta, yang terjadi pada minggu
keenam sampai minggu kedelapan kehamilan, dimana plasenta berperan sebagai
organ endokrin yang baru. Estrogen dan progesteron memiliki aksi biologi penting
yang dapat mempengaruhi sistem organ lain termasuk rongga mulut. Reseptor bagi
estrogen dan progesteron dapat ditemukan pada jaringan periodontal. Akibatnya,
ketidakseimbangan sistem endokrin dapat menjadi penyebab penting dalam
patogenesis penyakit periodontalPeningkatan hormon seks steroid dapat
mempengaruhi vaskularisasi gingiva, mikrobiota subgingiva, sel spesifik
periodontal dan sistem imun lokal selama kehamilan. Beberapa perubahan klinis
dan mikrobiologis pada jaringan periodontal selama kehamilan adalah:
1. Peningkatan kerentanan terjadinya gingivitis dan peningkatan kedalaman
saku periodontal.
2. Peningkatan kerentanan bagi terjadinya infeksi.
3. Penurunan kemotaksis neutrofil dan penekanan produksi antibodi.
4. Peningkatan sejumlah patogen periodontal (khususnya Porphyromonas
gingivalis).
5. Peningkatan sintesis PGE2.

4. Peningkatan resiko terjadinya penyakit mulut pada wanita hamil disebabkan


oleh beberapa faktor, seperti:
1. Refleks muntah (gagging)
Pada trimester pertama kehamilan, beberapa wanita hamil sulit menyikat
gigi karena sikat gigi atau pasta gigi merangsang refleks muntah. Hal ini
menyebabkan penyikatan gigi sulit dilaksanakan, sehingga meningkatkan

frekuensi karies gigi.


2. Nausea dan muntah
Muntah-muntah yang berkepanjangan dapat menyebabkan permukaan
lingual dari gigi anterior terpapar asam lambung dan pH saliva berubah sehingga
meningkatkan frekuensi karies gigi.
3. Perubahan pola makan
Kehamilan dapat mengubah selera makan dan pola makan (kebiasaan
mengidam). Pada umumnya nafsu makan wanita hamil akan meningkat. Hal ini
menjadi penyebab diet makanan menjadi tidak seimbang. Selain itu, kebiasaan
memakan makanan berkadar gula tinggi dalam waktu yang lama akan
meningkatkan frekuensi karies gigi.
4. Rasa takut
Keadaan gingiva yang lebih sensitif terhadap pendarahan dan rasa sakit
dapat mempengaruhi wanita hamil untuk menjadi takut menggosok gigi. Keadaan
ini menyebabkan poket periodontal semakin dalam.
Sebagian wanita hamil merasa takut untuk melakukan kunjungan ke dokter
gigi. Hal ini akan memperpanjang waktu pengabaian diet yang tidak seimbang,
akibatnya terjadi peningkatan konsumsi karbohidrat berfermentasi selama
kehamilan.
5. Perubahan perilaku / kebiasaan
Frekuensi kebersihan

mulut yang berkurang dapat disebabkan karena

kelelahan atau rasa malas, nausea pada saat menyikat gigi, kekhawatiran tentang
kecenderungan meningkatnya pendarahan gingiva saat menyikat gigi. Kebiasaan
mengabaikan kebersihan gigi dan mulut ini dapat berakibat terjadinya peningkatan
frekuensi karies dan penyakit periodontal.

LO
2.

Regulasi proliferasi sel, diferensiasi, dan pertumbuhan dengan hormon

estrogen dan progesteron tidak hanya terjadi di organ reproduksi, tetapi juga
terjadi pada jaringan lain. Untuk pertama kalinya ditemukan bahwa gingiva
merupakan jaringan target untuk estrogen dengan menunjukkan reseptor estrogen
tertentu (ER) dalam jaringan gingiva. Dua subtipe yang berbeda dari reseptor,
yaitu ER dan ER telah ditemukan untuk memediasi efek langsung dari
estrogen.
Jaringan target estrogen yang klasik, seperti endometrium, ovarium dan
kelenjar susu, mengandung sebagian besar ER, sedangkan ER juga ditemukan
dalam jaringan non-produktif, termasuk ligamen periodontal, epitel gingiva dan
kelenjar ludah. Selain ER, jaringan periodontal juga mengandung reseptor
untuk androgen dan progesteron. Hal ini menjelaskan mengapa jaringan
periodontal yang sensitif terhadap perubahan tingkat sirkulasi hormon steroid.
Perubahan yang terjadi pada jaringan periodontal berupa perubahan yang
berefek

pada

imunologi, vaskular, maupun sel pada jaringan periodontal

tersebut seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Efek Estrogen (E) dan Progesteron (P) terhadap jaringan


periodontal

(sumber: Gursoy M. Pregnancy and periodontium. Finlandia. MedicaOdontologica. 2012)


Reseptor estrogen dan progesteron ditemukan pada jaringan periodontal.
Begitu pula halnya pada peningkatan progresif kadar hormon dalam kehamilan
juga akan mempengaruhi respon jaringan. Matriks ekstra selular, pembuluh
gingiva dan fibroblas merupakan bagian yang terpengaruh. Estrogen mengatur
proliferasi sel, diferensiasi dan keratinisasi dan dengan demikian estrogen
kemudian

merangsang

sintesis

matriks

bersama

dengan

progesteron

meningkatkan produksi lokal mediator inflamasi, terutama prostaglandin E2


(PGE2).
Estrogen dan progesteron memiliki efek biologik signifikan yang dapat
mempengaruhi sistem organ lain termasuk rongga mulut. Reseptor untuk
estrogen dan progesteron telah dibuktikan ada dalam gingiva. Reseptor estrogen
juga ditemukan pada fibroblast periosteal, tersebar fibroblas dari lamina propria
dan juga fibroblas ligamen periodontal, serta osteoblas.
Reseptor estrogen dan progesteron ditemukan pada jaringan periodontal.
Begitu pula halnya pada peningkatan progresif kadar hormon dalam kehamilan
juga akan mempengaruhi respon jaringan. Matriks ekstra selular, pembuluh
gingiva dan fibroblas merupakan bagian yang terpengaruh. Estrogen mengatur
proliferasi sel, diferensiasi dan keratinisasi dan dengan demikian estrogen
kemudian

merangsang sintesis matriks bersama dengan progesteron

meningkatkan produksi lokal mediator inflamasi, terutama prostaglandin E2


(PGE2).
Estrogen dan progesteron memiliki efek biologik signifikan yang dapat
mempengaruhi sistem organ lain termasuk rongga mulut. Reseptor untuk
estrogen dan progesteron telah dibuktikan ada dalam gingiva. Reseptor estrogen
juga ditemukan pada fibroblast periosteal, tersebar fibroblas dari lamina propria
dan juga fibroblas ligamen periodontal, serta osteoblas.

PERAN PROSTAGLANDIN
Prostaglandin (PGE2) berperan dalam menimbulkan kontaksi uterus mulai dari
trimester kedua lanjut dan mematangkan serviks. Kerja dan efek samping dari
prostaglandin antara lain adalah:
1. Kontraksi otot polos-usus, uterus, pembuluh darah, bronkiolus. Kontraksi
uterus mungkin menjadi abnormal dan terlalu kuat sehingga timbul rasa
nyeri, gangguan pada janin/ruptur uterus.
2. Reaksi inflamasi dan rasa nyeri
Reaksi normal terhadap kerusakan jaringan yang menyebabkan nyeri serta
inflamasi.

Gambar 2. Jalur potensial dari kolonisasi bakteri koriodesidual menjadi


persalinan preterm (Dikutip dari Goldenberg, 2000).
Jalur pertama yang menginisiasi persalinan preterm adalah pelepasan
endotoksin dan eksotoksin dari mikroorganisme yang menginvasi korioamnion
dan desidua, akan mengaktivasi desidua dan selaput janin untuk memproduksi
sejumlah sitokin seperti: TNF-, Interleukin-I-, Interleukin-I-, interleukin-6,
iterleukin-8, dan granulocyte colony stimulating factor (G-CSF). Selanjutnya

sitokin, endotoksin dan eksotoksin menstimulasi sintesis prostaglandin dan


melepaskan serta mengawali kemotaksis, infiltrasi dan aktivasi neutrofil yang
pada akhirnya akan menyebabkan sintesis dan pelepasan metaloprotease dan
substansi bioaktif lainnya. Prostaglandin akan merangsang kontraksi uterus,
sedangkan metaloprotease akan menyerang selaput korioamnion yang berakibat
robeknya selaput janin. Metaloprotease juga mengubah kolagen di serviks
dengan cara melunakkannya (Krisnadi dkk, 2009).
Jalur kedua yang bisa beperan adalah prostaglandin dehidrogenase di
jaringan korion yang dapat menghambat produksi prostaglandin di cairan
amnion, menghambat masuknya prostaglandin ke miometrium sehingga
mencegah terjadinya kontraksi uterus. Infeksi korionik dapat menurunkan
aktivitas dehidrogenase ini, menyebabkan peningkatan jumlah prostaglandin
yang mencapai miometrium (Krisnadi dkk, 2009).
Jalur ketiga melibatkan janin itu sendiri. Pada janin yang terinfeksi,
terjadi peningkatan corticotropin-releasig hormone (CRH) oleh hipotalamus
janian dan plasenta yang menyebabkan peningkatan sekresi kortikotropin janin,
yang selanjutnya meningkatkan produksi kortisol oleh adrenal janin. Pada
akhirnya sekresi kortisol akan
meningkatkan produksi prostaglandin dan menyebabkan timbulnya kontraksi
uterus (Krisnadi dkk, 2009).

PENCEGAHAN:
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh ibu hamil agar tidak
terjadi gingivitis, serta penyakit lainnya yang dapat menyerang kavitas rongga
mulut saat hamil, yaitu dengan menciptakan kebersihan rongga mulut yang

optimal, seperti :
1. Menyikat gigi secara teratur.
Gingiva pada waktu hamil menjadi lebih sensitif, maka lebih baik
menggunakan sikat gigi dengan bulu sikat yang halus dan menggunakan
pasta gigi yang mengandung fluoride. Penyikatan gigi ini minimal
dilakukan dua kali sehari, dengan tujuan untuk mengurangi penumpukan
sisa makanan sehingga bisa meminimalisir munculnya plak serta dapat
mencegah peradangan ginggiva.
2. Membersihkan sela-sela gigi dengan dental floss, dengan tujuan untuk
menghilangkan sisa-sisa makanan dan timbunan plak pada sela-sela
gigi.
3. Apabila penderita sering mengalami muntah-muntah atau morning
sickness, dianjurkan bagi penderita untuk membersihkan diri dengan
berkumur-kumur setelah muntah. Tujuan dari aktivitas berkumurkumur ini adalah mengembalikan pH saliva ke keadaan normal
sehingga mampu mengurangi kemungkinan terjadinya karies karena
adanya perubahan keasaman PH rongga mulut dan saliva akibat
muntahan ( asam lambung yang terdapat di dalam rongga mulut).
4. Pola makan seimbang. Diet makanan yang seimbang sangat penting
untuk kesehatan ibu dan anak. Selama kehamilan, frekuensi makan
dapat meningkat

karena beberapa alasan, seperti: membantu

mengontrol nausea, rasa lapar terus menerus, dan lain-lain (Colgate


Oral Care and The University of Adelaide, 2009). Oleh karena itu,
strategi untuk mengurangi prevalensi karies gigi adalah melakukan diet
rendah gula (makanan yang bersifat non- kariogenik). Apabila selera
makan (ngidam) hanya terpenuhi dengan makanan manis, maka
makanan yang dipilih adalah buah-buahan ( American Academy of
Pediatric Dentistry, 2007).
5. Kunjungan ke dokter gigi. Frekuensi kunjungan ke dokter gigi selama
hamil lebih ditingkatkan dari pada ibu yang tidak hamil, di karenakan
terjadinya ketidak stabilan hormon selama hamil yang mengakibatkam
mudah terjadinya peningkatan keparahan gingivitis pada ibu hamil

(Habashneh, 2005). Pelaksanaan program kontrol plak ke dokter gigi


penting dilakukan untuk mencegah peradangan pada gingiva akibat
iritasi lokal, gangguan keseimbangan hormonal dan kelainan-kelainan
di rongga mulut selama masa kehamilan

Council on Clinical affairs, Committee on the Adolescent. Guideline on oral


health care for the pregnant adolescent. America Academy of Pediatric
Dentistry 2007; 32 (7): 1024.
Dental Practice Education Research Unit. Colgate oral care and the University of
Adelaide. Pregnancy and oral health.
Goldenberg, R.L., Hauth, J.C., Andrews, W.W. 2000. Intrauterine infection and
preterm delivery. NEJM, vol. 342, no.20, pp. 1500-08.
Guncu GN, Tozum TF, Caglayan F. Effects of endogenous sex hormones on the
periodontium-review of literature. Australian Dental Journal; 2005: 50(3):
138- 145
Gursoy M. Pregnancy and periodontium. Finlandia. Medica-Odontologica. 2012
Habashneh, R., Guthmiller, J.M., Levy, S., Johnson, G.K., Squier, C., Dawson,
D.V., Fang, Q., 2005, Factor Related to Utilization of Dental Services
During Pregnancy, J Clinical Periodontology, 32 : 815-821.
Krisnadi, S.R, Effendi, J.S, Pribadi, A. 2009. Ed. Prematuritas. Refika Aditama,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai