Anda di halaman 1dari 6

3.

Etiologi, pathogenesis, gambaran klinis, dan terapi trauma


susunan saraf pusat
Trauma merupakan penyebab utama kematian pada populasi dibawah umur
45 tahun dan merupakan penyebab kematian no. 4 pada seluruh populasi.
Lebih dari 50% kematian disebabkan oleh cidera kepala. Kecelakaan
kendaraan bermotor menrupakan penyebab cedera kepala pada lebih dari 2
juta orang setiap tahunnya, 75.000 orang meninggal dunia dan lebih dari
100.000 orang yang selamat akan mengalami disabilitas permanent. Trauma
capitis adalah gangguan traumatic yang menyebabkan gangguan fungsi otak
disertai atau tanpa disertai perdarahan in testina dan tidak mengganggu
jaringan otak tanpa disertai pendarahan in testina dan tidak mengganggu
jaringan otak.
Tipe-Tipe Trauma :
1. Trauma Kepala Terbuka: Faktur linear daerah temporal menyebabkan
pendarahan epidural, Faktur Fosa anterior dan hidung dan hematom faktur
lonsitudinal. Menyebabkan kerusakan meatus auditorius internal dan
eustachius.
2. Trauma Kepala Tertutup
Comosio Cerebri, yaitu trauma Kapitis ringan, pingsan + 10 menit, pusing
dapat menyebabkan kerusakan struktur otak.
Contusio / memar, yaitu pendarahan kecil di jaringan otak akibat pecahnya
pembuluh darah kapiler dapat menyebabkan edema otak dan peningkatan
TIK.
Pendarahan Intrakranial, dapat menyebabkan penurunan kesadaran,
Hematoma yang berkembang dalam kubah tengkorak akibat dari cedera
otak. Hematoma disebut sebagai epidural, Subdural, atau Intra serebral
tergantung pada lokasinya.
Ada berbagai klasifikasi yang di pakai dalam penentuan derajat kepala.
The Traumatic Coma Data Bank mendefinisikan berdasarkan skor Skala Koma
Glasgow:
1. Cidera kepala ringan/minor (kelompok resiko rendah)
* Skor skala koma Glasglow 15 (sadar penuh,atentif,dan orientatif)
* Tidak ada kehilangan kesadaran(misalnya konkusi)
* Tidak ada intoksikasi alkohaolatau obat terlarang
* Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
* Pasien dapat menderita abrasi,laserasi,atau hematoma kulit kepala
* Tidak adanya kriteria cedera sedang-berat.
2. Cidera kepala sedang (kelompok resiko sedang)
* Skor skala koma glasgow 9-14 (konfusi, letargi atau stupor)

* Konkusi
* Amnesia pasca trauma
* Muntah
*Tanda
kemungkinan
fraktur
kranium
(tanda
battle,mata
rabun,hemotimpanum,otorhea atau rinorhea cairan serebrospinal).
3. Cidera kepala berat (kelompok resiko berat)
* Skor skala koma glasglow 3-8 (koma)
* Penurunan derajat kesadaran secara progresif
* Tanda neurologis fokal
* Cidera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresikranium.
Klasifikasi cidera kepala berdasarakan mekanisme, keparahan dan morfologi
cidera :
mekanisme : berdasarkan adanya penetrasi durameter:
Trauma tumpul : Kecepatan tinggi(tabrakan mobil).
: Kecepatan rendah(terjatuh,di pukul).
Trauma tembus (luka tembus peluru dan cidera tembus lainnya.
Keparahan cidera
Ringan : Skala koma glasgow(GCS) 14-15.
Sedang : GCS 9-13.
Berat : GCS 3-8.
Morfologi :
Fraktur tengkorak : kranium: linear/stelatum; depresi/non depresi;
terbuka/tertutup.Basis:dengan/tanpa
kebocoran
cairan
serebrospinal,
dengan/tanpa kelumpuhan nervus VII.
Lesi intrakranial : Fokal: epidural, subdural, intraserebral. Difus: konkusi
ringan, konkusi klasik, cidera difus.
Jenis-jenis cidera kepala
1. Cidera kulit kepala. Cidera pada bagian ini banyak mengandung pembuluh darah,
kulit kepala berdarah bila cidera dalam. Luka kulit kepala maupun tempat masuknya
infeksi intrakranial. Trauma dapat menyebabkan abrasi, kontusio, laserasi atau
avulsi.
2. Fraktur tengkorak. Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuitas tulang
tengkorak di sebabkan oleh trauma. Adanya fraktur tengkorak biasanya dapat
menimbulkan dampak tekanan yang kuat. Fraktur tengkorak diklasifikasikan terbuka
dan tertutup. Bila fraktur terbuka maka dura rusak dan fraktur tertutup keadaan
dura tidak rusak.
Cidera Otak. Cidera otak serius dapat tejadi dengan atau tanpa fraktur tengkorak,
setelah pukulan atau cidera pada kepala yang menimbulkan kontusio, laserasi dan
hemoragi otak. Kerusakan tidak dapat pulih dan sel-sel mati dapat diakibatkan
karena darah yang mengalir berhenti hanya beberapa menit saja dan kerusakan
neuron tidak dapat mengalami regenerasi.

Komosio. Komosio umumnya meliputi sebuah periode tidak sadarkan diri dalam
waktu yang berakhir selama beberapa detik sampai beberapa menit. Komosio
dipertimbangkan sebagai cidera kepala minor dan dianggap tanpa sekuele yang
berarti. Pada pasien dengan komosio sering ada gangguan dan kadang efek residu
dengan mencakup kurang perhatian, kesulitan memori dan gangguan dalam
kebiasaan kerja.
Kontusio. Kontusio serebral merupakan didera kepala berat, dimana otak
mengalami memar, dengan kemungkinan adanya daerah haemoragi. Pasien tidak
sadarkan dari, pasien terbaring dan kehilangan gerakkan, denyut nadi lemah,
pernafsan dangkal, kulit dingin dan pucat, sering defekasi dan berkemih tanpa di
sadari.
Haemoragi intrakranial. Hematoma (pengumpulan darah) yang terjadi di dalam
kubah kranial adalah akibat paling serius dari cidera kepala, efek utama adalah
seringkali lambat sampai hematoma tersebut cukup besar untuk menyebabkan
distorsi dan herniasi otak serta peningkatan TIK.
Hematoma epidural (hamatoma ekstradural atau haemoragi). Setelah cidera
kepala, darah berkumpul di dalam ruang epidural (ekstradural) diantara tengkorak
dan dura. Keadaan ini karena fraktur tulang tengkorak yang menyebabkan arteri
meningeal tengah putus /rusak (laserasi), dimana arteri ini berada di dura dan
tengkorak daerah inferior menuju bagian tipis tulang temporal; haemoragi karena
arteri ini menyebabkan penekanan pada otak.
Hematoma sub dural. Hematoma sub dural adalah pengumpulan darah diantara
dura dan dasar, suatu ruang yang pada keadaan normal diisi oleh cairan.
Hematoma sub dural dapat terjadi akut, sub akut atau kronik. Tergantung ukuran
pembuluh darah yang terkena dan jumlah perdarahan yang ada. Hematoma sub
dural akut d hubungkan dengan cidera kepala mayor yang meliputi kontusio dan
laserasi. Sedangkan Hematoma sub dural sub akut adalah sekuele kontusio sedikit
berat dan di curigai pada pasien gangguan gagal meningkatkan kesadaran setelah
trauma kepala. Dan Hematoma sub dural kronik dapat terjadi karena cidera kepala
minor dan terjadi paling sering pada lansia.
Haemoragi intraserebral dan hematoma. Hemoragi intraserebral adalah
perdaraan ke dalam substansi otak. Haemoragi ini biasanya terjadi pada cidera
kepala dimana tekanan mendesak ke kepala sampai daerah kecil (cidera peluru
atau luka tembak; cidera kumpil).
Etiologi
Cedera kepala dapat disebabkan oleh dua hal antara lain :
1. Benda Tajam. Trauma benda tajam dapat menyebabkan cedera setempat.
2. Benda Tumpul, dapat menyebabkan cedera seluruh kerusakan terjadi
ketika energi/ kekuatan diteruskan kepada otak.
Kerusakan jaringan otak karena benda tumpul tergantung pada :
Lokasi
Kekuatan
Fraktur infeksi/ kompresi
Rotasi
Delarasi dan deselarasi

Mekanisme cedera kepala :


a. Akselerasi, ketika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang
diam. Contoh : akibat pukulan lemparan.
b. Deselerasi. Contoh : kepala membentur aspal.
c. Deformitas. Dihubungkan dengan perubahan bentuk atau gangguan
integritas bagan tubuh yang dipengaruhi oleh kekuatan pada tengkorak.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala cedera kepala dapat dikelompokkan dalam 3 kategori utama :
a. Tanda dan gejala fisik/somatik: nyeri kepala, dizziness, nausea, vomitus.
b. Tanda dan gejala kognitif: gangguan memori, gangguan perhatian dan
berfikir kompleks
c. Tanda dan gejala emosional/kepribadian: kecemasan, iritabilitas
Gambaran klinis secara umum pada trauma kapitis :
* Pada kontusio segera terjadi kehilangan kesadaran.
* Pola pernafasan secara progresif menjadi abnormal.
* Respon pupil mungkn lenyap.
* Nyeri kepala dapat muncul segera/bertahap seiring dengan peningkatan TIK.
* Dapat timbul mual-muntah akibat peningkatan tekanan intrakranial.
* Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan
gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat.
Pemeriksaan Dianostik:
1. CT Scan : mengidentifikasi adanya sol, hemoragi menentukan ukuran ventrikel
pergeseran cairan otak.
MRI : sama dengan CT Scan dengan atau tanpa kontraks.
2. Angiografi Serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran
jaringan otak akibat edema, perdarahan dan trauma.
3. EEG : memperlihatkan keberadaan/ perkembangan gelombang.
4. Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (faktur pergeseran
struktur dan garis tengah (karena perdarahan edema dan adanya frakmen
tulang).
5. BAER (Brain Eauditory Evoked) : menentukan fungsi dari kortek dan batang otak..
6. PET (Pesikon Emission Tomografi) : menunjukkan aktivitas metabolisme pada
otak.
7. Pungsi Lumbal CSS : dapat menduga adanya perdarahan subaractinoid.
8. Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berpengaruh dalam
peningkatan TIK.
9. GDA (Gas Darah Arteri) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi
yang akan dapat meningkatkan TIK.
10. Pemeriksaan toksitologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab
terhadap penurunan kesadaran.

11. Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi
yang cukup efektif untuk mengatasi kejang.
Komplikasi
Kebocoran cairan serebrospinal akibat fraktur pada fossa anterior dekat sinus
frontal atau dari fraktur tengkorak bagian petrous dari tulang temporal.
Kejang. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama dini,
minggu pertama) atau lanjut (setelah satu minggu).
Diabetes Insipidus, disebabkan oleh kerusakan traumatic pada rangkai hipofisis
meyulitkan penghentian sekresi hormone antidiupetik.
Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya
cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor sistemik seperti
hipotesis atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak. Pengatasan nyeri
yang adekuat juga direkomendasikan pada pendertia cedera kepala.
Penatalaksanaan umum adalah sebagai berikut :
Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi.
Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma.
Berikan oksigenasi.
Awasi tekanan darah
Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neuregenik.
Atasi shock
Awasi kemungkinan munculnya kejang.
Penatalaksanaan lainnya:
a) Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis
sesuai dengan berat ringannya trauma.
b) Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.
c) Pemberian analgetika
d) Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau
glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
e) Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin).
f) Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak
dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5% , aminofusin,
aminofel (18 jam pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian
diberikana makanan lunak.
g) Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan.
Dextrosa 5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan
dextrosa 5% untuk 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran
rendah, makanan diberikan melalui ngt (2500-3000 tktp). Pemberian
protein tergantung nilai urea N.
Tindakan terhadap peningkatan TIK :
1. Pemantauan TIK dengan ketat.
2. Oksigenisasi adekuat.

3. Pemberian manitol.
4. Penggunaan steroid.
5. Peningkatan kepala tempat tidur.
6. Bedah neuro.
Tindakan pendukung lain
1. dukungan ventilasi.
2. Pencegahan kejang.
3. Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi.
4. Terapi anti konvulsan.
5. Klorpromazin untuk menenangkan pasien.
6. Pemasangan selang nasogastrik.
Soporous/stupor : keadaan mengantuk yang dalam. Pasien masih dapat
dibangunkan dengan ransangan kuat tetapi pasien tidak terbangun sempurna
dan tidak dapat memberijawaban verbal yang baik. Pada soporous/stupor
reflek kornea dan pupil baik, BAB dan BAK tidak terkontrol. Stupor disebabkan
oleh disfungsi serebral organic difus.
otorrhea adalah sekres dari telinga
battle sign adalah warna kehitaman di belakang telinga

Refleks Babinski adalah tindakan refleks jari-jari kaki, yang normal selama masa
bayi tetapi abnormal setelah usia 12 sampai 18 bulan. Setelah itu, refleks ini
merupakan indikasi kelainan pada jalur kontrol motorik utama
dari korteks serebral dan secara luas digunakan sebagai alat bantu diagnostik pada
gangguan sistem saraf pusat

Anda mungkin juga menyukai