doc
Tidak
semua serabut
otot
(sel
otot)
mempunyai
kemampuan
metabolisme dan fungsional yang sama. Sebagai contoh, ada otot yang mempunyai
kemampuan bekerja dalam suasana aerobik, dan ada yang anaerobik.
Bagaimana otot rangka menyesuaikan diri dengan stimulus yang berulang-ulang
diterima, sebagian besar tergantung pada karakteristik otot itu sendiri. Secara
spesifik, jenis serabut yang membentuk otot seseorang sangat mempengaruhi cara
seorang atlet beradaptasi dengan program latihan mereka. Ada alasannya mengapa
beberapa atlet dapat berlari lebih cepat dan mendapatkan pembesaran otot lebih
mudah daripada yang lain atau mengapa beberapa atlet dapat berjalan untuk
jangka waktu yang panjang tanpa merasa kelelahan (Karp, 2007).
Rekor atletik dipecahkan dari tahun ke tahun dan menjadi perdebatan di kalangan
para ahli. Kadang yang diperkirakan tidak mungkin, akhirnya terjadi. Tetapi
performans atlet itu mempunyai suatu batas. Seorang ahli fisiologi berpendapat
bahwa pembatasan itu dipengaruhi oleh faktor genetik, yang mengatur ketahanan
kardiovaskuler dan tipe serabut otot, di samping beberapa faktor lainnya turut
mempengaruhi yaitu nutrisi, motivasi, lingkungan termasuk kelengkapan sepatu dll.
(Quinn, 2007). Genetik memegang peran besar dalam hal kekuatan, ukuran otot,
komposisi serabut otot cepat dan lambat, nilai ambang anaerobik, kapasitas paru,
flexibilitas dll.
Salah satu faktor yang berpengaruh untuk terjadinya prestasi seorang atlet adalah
ototnya. Persentase yang lebih banyak dari suatu tipe serabut otot dapat
menentukan tipe olahraga apa yang dapat dijalaninya, karena tipe serabut otot
mempengaruhi bagaimana respon otot terhadap latihan atau aktivitas fisik.
Anatomi Otot Manusia
Otot manusia merupakan 40-45% dari berat badan seseorang, merupakan
kumpulan serabut otot atau disebut miosit atau atau sel otot. Otot manusia dapat
dibagi menjadi 3 macam, yaitu, otot jantung, otot polos dan otot bergaris. Otot
manusia yang berhubungan langsung dengan gerak tubuh adalah otot bergaris atau
sering disebut otot skelet, otot sadar atau otot serat melintang. Selanjutnya, yang
dibicarakan di sini adalah otot bergaris atau otot skelet.
Otot terdiri dari serabut-serabut otot. Setiap serabut otot berisi ratusan atau ribuan
miofibril. Tiap miofibril terdiri dari banyak miofilamen. Dikenal 2 macam miofilamen,
yaitu aktin dan miosin. Aktin
aerobik dan ada yang anaerobik, sehingga keduanya berbeda dalam kecepatan
berkontraksi dan kekuatannya.
Dalam tubuh manusia, ada dua macam tipe serabut otot, yaitu tipe serabut I atau
tipe serabut otot lambat atau slow twitch (ST) dan tipe serabut II atau tipe serabut
otot cepat atau fast twitch (FT). Kemudian, FT ini dibagi menjadi dua lagi, yaitu FTa
dan FTb (Quinn, 2007). Wilmore, Costill, Kenney (2008) membagi tipe serabut otot
sebagai tipe I dan II. Kemudian, tipe II dibagi menjadi tipe IIa atau disebut sebagai
FTA, tipe IIx dan tipe IIc. Perbedaan tipe serabut ini mempengaruhi bagaimana otot
berespons pada aktivitas fisik dan masing-masing tipe serabut otot ini mempunyai
sifat yang unik dalam kemampuannya untuk berkontraksi. Ketika distimulasi,
serabut otot lambat mencapai puncak tegangannya dalam waktu 110 mili detik,
sedangkan serabut otot cepat dalam waktu 50 mili detik (Wilmore, Costill, Kenney,
2008).
Tipe I atau Slow Twitch (ST)
Serabut otot tipe ini disebut juga tipe serabut otot aerobik, otot merah atau slowoxidative (SO). Serabutnya mempunyai kemampuan aerobik yang sangat kuat,
yaitu dalam upaya suatu proses oksidasi untuk menghasilkan energi yang disebut
Adenosine Tri Phosphate (ATP). Kontraksinya lambat, sehingga ia sangat berguna
dalam aktivitas ketahanan yang memerlukan waktu yang sangat panjang. Serabut
otot ini mempunyai nilai ambang yang lebih rendah terhadap aktivasi ion Calsium
dan lebih sedikit respons tenaga terhadap ion Calsium. Di samping itu ia lebih
efisien menggunakan oksigen untuk membentuk bahan bakar tenaganya, sehingga
tipe ini sangat ideal untuk aktivitas yang membutuhkan waktu lama dan terus
menerus dan tidak mudah lelah. Aktivitas itu dapat berupa lari maraton atau
bersepeda selama berjam-jam. Tipe I ini mempunyai miosin ATPase yang lambat.
Miosin ATPase adalah enzim yang berfungsi dalam pemecahan ATP untuk
menghasilkan tenaga.
Secara mikroskopis, serabut tipe I ini mempunyai mitokondria and mioglobin dalam
jumlah yg lebih banyak daripada serabut tipe II. Adanya mioglobin yg banyak serta
vaskularisasi yang padat membuat warna otot tersebut tampak kemerah-merahan.
Ciri lainnya adalah diameter serabutnya lebih kecil.
Tipe II atau Fast Twitch (FT)
Serabut otot tipe ini disebut juga tipe serabut otot anaerobik, otot putih atau fastglycolytic (FG). Lebih lanjut, tipe II ini dibedakan menjadi beberapa subdivisi, yaitu
tipe IIa atau sering juga disebut sebagai FTA, tipe IIx ekivalen dengan tipe IIb pada
hewan (Wilmore, Costill, Kenney, 2008), dan tipe IIc atau FTC, atau tipe
intermediate. Kesemuanya ini dihubungkan dengan kecepatan kontraksi dan
sumber energi utama yang diproduksinya (Foss, Keteyian, 1998).
Tipe II ini
Salah satu metode yang digunakan untuk mengklasifikasikan tipe serabut otot
adalah dengan prosedur stain kimia yang diterapkan pada suatu irisan tipis jaringan
otot. Teknik stain kimia ini mengukur aktivitas ATPase pada serabut otot. Tiap tipe
serabut akan bereaksi berlain-lainan. Satu serabut otot mempunyai satu macam
ATPase, tetapi serabut-serabut otot dapat mempunyai campuran ATPase.
Perbedaan Karakteristik Tipe I Dan II
Perbedaan ini mempengaruhi bagaimana otot berespons pada aktivitas fisik dan
sifat unik dalam kemampuannya untuk berkontraksi. Perbedaan di antara keduanya
itu terutama karena perbedaan pembentukan miosin ATPase. Miosin ATPase adalah
enzim yang memecah ATP sehingga menghasilkan tenaga yang dipakai untuk
kontraksi otot. Tipe I mempunyai bentukan miosin ATPase yang lambat, sedang tipe
II sebaliknya, sehingga
Serabut otot tipe I mempunyai kemampuan aerobik yang tinggi, sehingga baik
untuk aktivitas ketahanan aerobik,
kemampuan anaerobik yang baik. Serabut tipe IIa memegang peran dalam aktivitas
dengan intensitas tinggi.
Tabel 1. Karakteristik 3 Tipe Serabut Otot
Karakteristik
tipe I
FO (IIa)
FG
(IIb)
Aktivitas miosin ATPase:
rendah
tinggi
tinggi
Kecepatan kontraksi:
lambat
cepat
cepat
tinggi
sedang
rendah
Kapasitas oksidatif:
tinggi
tinggi
rendah
rendah
sedang
tinggi
Mitokondria:
banyak
banyak
sedikit
Kapiler:
banyak
banyak
sedikit
Warna serabut:
merah
merah
putih
Kadar glikogen:
rendah
sedang
tinggi
Diameter serabut:
kecil
sedang
besar
(Karp, 2007)
Distribus Tipe Serabut Otot
Otot manusia selalu terdiri dari campuran kedua tipe serabut otot, yaitu tipe I dan
tipe II, tetapi setiap otot di seluruh tubuh mempunyai persentase kedua tipe itu
berlain-lainan. Otot yang sama pada orang yang berlainan, mempunyai persentase
yang berlain-lainan juga. Umumnya, otot lengan dan kaki seseorang mempunyai
komposisi yang mirip. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang dengan
komposisi utama serabut otot tipe I pada otot kaki, akan juga mempunyai komposisi
utama yang sama pada otot lengannya. Pengecualian terjadi pada otot Soleus di
betis, otot ini mempunyai persentase serabut tipe I yang sangat tinggi pada semua
orang (Wilmore, Costill, Kenney, 2008).
Penentuan komposisi tipe serabut ditentukan secara genetik, tetapi rata-rata setiap
orang memiliki kurang lebih 50 persen serabut otot tipe I dan 50 persen serabut
otot tipe II, walaupun masih dapat terjadi variasi yang lain (Quinn, 2007).
lambat (Quinn, 2007). Seseorang yang secara genetik mempunyai persentase yang
tinggi dari suatu tipe serabut otot, akan unggul dalam olahraga yang sesuai dengan
tipe serabut ototnya.
Suatu studi menyatakan bahwa semakin tua seseorang, dapat terjadi perubahan
distribusi serabut otot tipe I dan II, yaitu kecenderungan penurunan motor unit tipe
II, dan peningkatan persentase serabut otot tipe I (Wilmore, Costill, Kenney, 2008).
Tabel 1. Persentase serabut otot tipe I dan II pada beberapa otot.
Daftar Pustaka
Fletcher, C. Dane. (2007). Slow-Twitch vs. Fast-Twitch Muscle Fiber Training.
http://ezinearticles.com/?Slow-Twitch-Vs-Fast-Twitch-Muscle-FiberTraining&id=830059 [3 Agustus 2008]
Foss, Merle L, Keteyian, Steven J. (1998). Foxs Physiological Basis for Exercise and
Sport. Sixth Edition. Mc Graw Hill. Boston, Massachusetts, Burr Ridge, Illinois.
Karp,
Jason
R.
M.S.
(2007).
Muscle
http://www.coachr.org/fiber.htm [6 Agustus 2008]
Fiber
Types
and
Training.
Mc.Ardle, W.D., Katch, F.I. & Katch,V.L. (1996). Exercise physiology : Energy, nutrition
and human performance (4th ed.). Philadelphia : Lea & Febiger.
Robson, David. (2005). How do FT and ST muscle fibres influence athletic
performance ? http://www.bodybuilding.com/fun/drobson33.htm [Juli 2008]
Quinn, Elizabeth (2007). Fast and Slow Twitch Muscle Fibers. Does muscle type
determine sports ability?
http://sportsmedicine.about.com/od/anatomyandphysiology/a/MuscleFiberType.htm
[Agustus 2008]
Quinn, Elizabeth (2008). Are Athletes Born or Built? Genetics and Athletic Success.
How important are genetics in athletic success?
http://sportsmedicine.about.com/od/anatomyandphysiology/a/genetics.ht
m [Juli 2008]
Wayne, Scott, Stevens, Jennifer and Binder, Stuart A Macleod. (2001). Human
Skeletal Muscle Fiber Type Classifications. Journal of American Physical Therapy
Association. Vol. 81, No. 11, November 2001, pp. 1810-1816.
http://www.ptjournalonline.net/cgi/content/full/81/11/1810. [Agustus 2008].