Anda di halaman 1dari 10

JURNAL READING

Pola Diare Akut oleh Parasit pada Anak Usia di bawah Lima
Tahun di Kathmandu, Nepal

Oleh :
Hanindyo Baskoro

G99122004/B.3/2014

Jatnika Permana

G99122005/B.4/2014

Pembimbing,

Residen Pembimbing,

Prof. Dr. B. Soebagyo, dr., Sp.A (K)

Nesa Aliani, dr.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2014

Pola Diare Akut oleh Parasit pada Anak Usia di bawah Lima
Tahun di Kathmandu, Nepal
Shamshul Ansari1*, Jeevan Bahadur Sherchand1, Keshab Parajuli1, Bharat
Mani Paudyal1, Ram Prasad Adhikari1, Shovita Shrestha1, Shyam Kumar
Mishra1, Rajan Kumar Dahal1, Sarmila Tandukar2, Rama Khadka2, Ranju
Shreshta2, Soma Kanta Baral1, Bharat Mani Pokhrel1
1Department

of Microbiology, Institute of Medicine, Tribhuvan University Teaching Hospital (TUTH),


Kathmandu, Nepal

2Public

Health Research Laboratory, Institute of Medicine, Tribhuvan University Teaching Hospital (TUTH),
Kathmandu, Nepal

ABSTRAK
Penyakit diare adalah masalah utama di negara-negara berkembang. Meskipun
data pada kematian anak yang berhubungan dengan penyakit diare di Nepal tidak
tersedia, telah diperkirakan bahwa sekitar 25 % kematian anak berhubungan
dengan penyakit diare, khususnya diare akut . Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menilai kejadian parasit patogen yang menyebabkan diare akut pada anak di
bawah usia 5 tahun. Sebanyak 525 anak-anak dengan diare akut di rumah sakit
anak-anak dari Kathmandu, Nepal terdaftar antara April 2011 dan September
2011. Prevalensi paling tinggi terjadi pada kelompok umur kurang dari 2 tahun.
Dari total 525 kasus yang terdaftar, parasit protozoa ditemukan pada 10,7 %
( 56/525 ) kasus dan parasit cacing ditemukan pada 1,3 % ( 7/525 ) kasus .
Prevalensi tertinggi 60,3 % (38/ 63) infeksi parasit ditemukan pada kelompok usia
6-24 bulan kemudian 7,9 % ( 5/63 ) pada kelompok usia kurang dari 6 bulan .
Dari total kasus, penyebab tersering adalah E. histolytica adalah 6,7 % ( 35/525 )
diikuti Giardial lamblia 3,4 % ( 18/525 ) dan yang lainnya disebabkan A.
lumbricoides 0,6 % ( 3/525 ) . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
agen parasit yang menyebabkan diare akut pada anak-anak .
Kata kunci : Diare Parasit, Protozoa, Cacing, TUTH, Nepal

1. Pendahuluan
Diare adalah kondisi dimana telah tiga kali atau lebih buang air besar
berupa cairan per hari . Diare didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) sebagai BAB cair selama 3 kali atau lebih per hari atau jumlah BAB
yang melebihi batas normal dari biasanya [1]. Diare akut, diartikan sebagai
peningkatan frekuensi buang air besar ( tiga kali atau lebih/hari atau
setidaknya 200 g feses/hari ) yang berlangsung kurang dari 14 hari, yang
kemungkinan disertai mual, muntah, kram perut, gejala sistemik yang
bermakna secara klinis, atau malnutrisi [2]. Pada tahun 2009 diare
diperkirakan telah menyebabkan 1,5 juta kematian pada anak di bawah usia 5
tahun [3]. Nepal sebagai negara berkembang, penyakit diare adalah masalah
besar. Meskipun data yang tepat pada kematian anak yang terkait dengan
penyakit diare di Nepal tidak tersedia, telah diperkirakan bahwa sekitar 25%
kematian anak yang berhubungan dengan penyakit diare , khususnya diare
akut [4]. Child Health Epidemiology Reference Group WHO memperkirakan
bahwa 16% kematian pada anak-anak Afrika yang berusia kurang dari lima
tahun disebabkan langsung oleh penyakit diare [5].
Kejadian patogen yang menyebabkan diare bervariasi antara negara maju
dan berkembang. Di negara-negara maju, sekitar 70% kasus diare adalah viral
(40% rotavirus) , 10% - 20% dari bakteri dan < 10% dari protozoa [6-9]. Di
negara berkembang 50% - 60% kasus adalah bakteri (enteropathogenic
Esherichia coli 25%, Campylobacter jejuni 10% - 18%, Salmonella spp dan
Shigella spp masing-masing 5% ), 35% virus (15% - 25% rotavirus), dan
beberapa penyebabnya tidak teridentifikasi atau campuran [6-10] . Diare,
termasuk yang berasal dari parasit, tetap menjadi salah satu penyakit yang
paling umum terjadi pada anak-anak dan seperti yang dilaporkan oleh WHO,
adalah salah satu penyebab utama kematian bayi dan anak di negara
berkembang [11]. Infeksi parasit oportunistik usus adalah penyebab penting
dari diare yang merupakan masalah kesehatan yang serius di daerah tropis.
Giardia spp dan Cryptosporidium spp adalah parasit yang umum

menyebabkan diare pada manusia dengan tingkat prevalensi 1% - 3% di


negara industri dan 4% - 17% di negara berkembang [12].
Banyak spesies parasit protozoa hidup dalam saluran gastrointestinal,
menginfeksi sekitar 3,5 miliar orang di seluruh dunia. Tiga spesies yang
penting: Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Cryptosporidium
parvum [13]. Parasit Cyclospora cayetanensis merupakan patogen enterik baru
yang diyakini menyebabkan diare berkepanjangan pada manusia [14,15]. Ini
telah dimasukkan sebagai penyebab penting penyakit diare di Nepal [16-19].
2. Metodologi
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Departemen
Mikrobiologi-Kesehatan

Masyarakat,

Tribhuvan

University

Teaching

Hospital. Sebanyak 525 sampel tinja dikumpulkan dari anak di bawah usia 5
tahun yang datang ke Rumah Sakit Anak Kanti, Kathmandu, Nepal dengan
diare akut pada periode antara April 2011 sampai September 2011. Persetujuan
tertulis diperoleh dari orang tua anak-anak atau wali sebelum pendaftaran.
Persetujuan Etis diambil dari Institutional Review Board (IRB), Institute of
Medicine, Tribhuvan University Teaching Hospital, Kathmandu, Nepal.
2.1.

Sampling
Dari setiap anak yang berpartisipasi, data klinis diperoleh dan sampel tinja

dikumpulkan dalam Clean (wadah plastik). Sekitar 5 ml spesimen tinja segar


dikumpulkan dari popok bayi atau membersihkan tempat tidur dengan spatula
plastik bersih dalam wadah spesimen. Spesimen dibawa ke laboratorium
dalam waktu setengah jam untuk penelitian mengikuti standar protokol
laboratorium (protokol WHO) di Laboratorium Penelitian Kesehatan
Masyarakat, Institut kedokteran, Tribhuvan University Teaching Hospital,
Maharajganj, Kathmandu.

2.2.

Pemeriksaan Makroskopik

Warna, konsistensi, adanya darah dan lendir dan kelainan lain diamati
secara makroskopik. Bahan tinja basah, terutama dengan tinja cair atau tidak
berbentuk, adalah metode tercepat untuk deteksi trofozoit motil dari E.
histolytica, Giardia dan parasit usus lainnya.
2.3.

Pemeriksaan Mikroskopik
Spesimen tinja cair disiapkan dalam setetes normal saline untuk

pengamatan sel nanah, ova, kista dan trofozoit dari setiap parasit. Adanya selsel nanah adalah salah satu faktor pendukung dari infeksi yang invasif pada
kasus gastroenteritis didapat. Persiapan yodium untuk tinja cair diencerkan 5
kali dalam Lugol. 1 - 2 ml suspensi tinja ditempatkan dalam 12 ml tabung
centrifuge. Kemudian larutan gula Sheather ditambahkan sampai tabung terisi
tiga perempat diaduk dengan tongkat aplikator. Tabung diisi dengan larutan
gula sampai 1 atau 2 cm dari atas. Kemudian disentrifugasi pada 5000 rpm
selama 10 menit. Permukaan material dipindahkan ke slide mikroskopis
menggunakan sebuah loop kawat, ditutupi dengan coverslip dan diamati
dengan daya tinggi. Smear juga disiapkan untuk pewarnaan asam-cepat
Kinyoun yang telah dimodifikasi [20].
2.4.

Analisis
Perbedaan proporsi dinilai dengan uji Chi-square. Nilai P <0,05 dianggap

signifikan secara statistik.


3. Hasil
Sebanyak 525 tinja diare dari anak balita dibawah lima tahun mengunjungi
Rumah Sakit Anak Kanti Kathmandu, dari April 2011 hingga September 2011
yang terdaftar untuk penelitian. Sampel dikumpulkan dari anak-anak dengan
diare akut dengan atau tanpa perut nyeri, mual, muntah, demam, dan dengan
atau tanpa lendir dan / atau darah dalam tinja. Di antara jumlah kasus yang
terdaftar dalam studi, 64,2% (337/525) adalah laki-laki dan 35,8% (188/525)
adalah perempuan. Dari total 525 kasus yang terdaftar, 61,5% (323/525)
berasal dari IPD dan 38,5% (202/525) adalah dari OPD.

Prevalensi tinggi dari diare pada kelompok usia kurang dari 2 tahun di
antaranya prevalensi tertinggi adalah 69,9% (367/525) pada kelompok usia 6 24 bulan, 19,2% (101/525) pada kelompok usia kurang dari 6 bulan dan
prevalensi paling sedikit 2,7% (14/525) ditemukan pada kelompok usia 49-60
bulan (Tabel 1). Prevalensi diare dalam waktu kurang dari 2 tahun signifikan
secara statistik (P <0,01).

Dari total 525 kasus yang terdaftar, parasit protozoa ditemukan pada
10,7% (56/525) kasus dan parasit cacing ditemukan pada 1,3% (7/525) kasus,
sementara 88% (462/525) kasus adalah karena selain parasit (Gambar 1).
Kasus infeksi parasit menginfeksi laki-laki sebanyak 77,8% (49/63),
sementara 22,2% (14/63) mengikfeksi perempuan.

Prevalensi tertinggi 60,3% (38/63) infeksi parasit ditemukan pada


kelompok usia 6 - 24 bulan diikuti sebesar 7,9% (5/63) pada kelompok usia
kurang dari 6 bulan dan prevalensi paling sedikit 6,3% (4/63) berada di
kelompok usia 49-60 bulan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Kejadian parasit enterik pada anak-anak di bawah usia 2 tahun secara statistik
signifikan dibandingkan pada mereka di atas 2 tahun (P <0,01).

Dari total kasus, E. histolytica 6,7% (35/525) diikuti oleh Giardial lamblia
3,4% (18/525), H. nana 0,7% (4/525) dan Cyclospora cayetanensis dan A.
lumbricoides masing-masing 0,6% (3/525) seperti yang digambarkan dalam
Gambar 3. Kasus infeksi protozoa dan infeksi cacing angka penemuannya
signifikan secara statistik (P <0,01).

4. Pembahasan
Penyakit diare tetap menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar di
banyak bagian di dunia. Penyakit ini sering ringan dan dapat sembuh dengan
sendirinya, namun pada orang usia tua dan anak-anak usia muda, gejala yang
timbul dapat menjadi berat. Penelitian di negara-negara berkembang
menunjukkan bahwa anak-anak pada dua tahun pertama kehidupannya dapat
mengalami sampai dengan sepuluh episode penyakit diare, terkadang dengan
angka kematian yang signifikan [21]. Penyakit diare menempati urutan kedua
diantara sepuluh penyakit teratas di Nepal [22]. Penelitian ini dilakukan untuk
mencari tahu entero-parasit terkini yang menyebabkan diare akut pada anakanak usia dibawah lima tahun. Dalam penelitian ini, 525 kasus dengan diare
akut diproses untuk penelitian ini dengan mengunjungi Kanti Childrens
Hospital antara April 2011 sampai September 2011. 337 kasus merupakan
laki-laki dan 188 merupakan perempuan dengan perbandingan antara laki-laki
dan perempuan

adalah 1,79:1. Anak-anak dibawah usia lima tahun

dimasukkan dalam penelitian ini. Dalam study saat ini, diantara 525 total
kasus, 61,5% (323/525) berasal dari IPD dan 38,5% (202/525) berasal dari
OPD.
Jumlah maksimum dari sampel berasal dari kelompok usia kurang dari dua
tahun dimana kelompok usia 6-24 bulan menunjukkan angka maksimum
(69,9%) yang diikuti oleh kelompok usia dibawah 6 bulan (19%). Hal ini
mengindikasikan bahwa prevalensi kejadian diare lebih tinggi pada anak-anak
usia dibawah dua tahun. Diantara total kasus yang diikutsertakan, prevalensi
dari parasit protozoa sebanyak 10,7% (56/525) dan parasit helminthic
sebanyak 1,3% (7/525) serta 88% (280/525) kasus disebabkan oleh penyebab
selain parasit dalam penelitian ini.
Frekuensi yang lebih tinggi dari diare terlihat pada laki-laki, yaitu
sebanyak 64,2% (337/525), dibandingkan pada perempuan 35,8% (188/525).
Pada tahun 2003, Shariff et al. juga mendapatkan prevalensi diare sebesar
67,5% untuk laki-laki pada anak-anak usia dibawah lima tahun [23].
Prevalensi diare yang lebih tinggi pada laki-laki juga dilaporkan sebesar

56,4% oleh J. B. Sherchand et al. di Nepal [24], 57% oleh Eileen J. Klein et
al. di Missouri [25] dan 61,4% oleh Sabrina J. Moyo et al. di Tanzania [26].
Secara serupa, frekuensi diare terjadi lebih banyak pada kelompok usia kurang
dari dua tahun dimana kelompok usia 6-24 bulan merupakan yang tertinggi
dengan 69,9% (367/525) dibandingkan kelompok usia dibawah 6 bulan 19,2%
(101/525). Frekuensi kejadian diare pada usia kurang dari dua tahun
ditemukan signifikan secara statistik (P < 0,001). Dalam penelitian yang
serupa oleh M. Shariff et al. (2003) pada anak usia kurang dari lima tahun di
Nepal bagian timur, menunjukkan mayoritas kasus diare (70,9%) didapatkan
pada pasien dengan usia antara 6 bulan hingga 2 tahun [23].
Frekuensi yang lebih tinggi dari kasus infeksi parasit merupakan laki-laki
(77,8%) dan 22,2% merupakan perempuan. Ogunlesi Tinuade et al. (2006)
dari Nigeria juga menemukan prevalensi yang lebih tinggi, 57,1%, terdapat
pada laki-laki dimana perempuan sebanyak 42,9% kasus parasit yang positif
[27], yang mana mendukung temuan-temuan kami.
Pada penelitian ini, anak usia kurang dari dua tahun lebih banyak
terinfeksi dibandingkan kelompok usia lainnya yang mana usia antara 6-24
bulan merupakan kelompok usia yang paling banyak terinfeksi dan diikuti
oleh kelompok usia kurang dari 6 bulan. Insidensi dari tingginya enteroparasit diantara usia kurang dari dua tahun diperoleh signifikan secara statistik
(P < 0,01). Hal tersebut sepertinya dikarenakan pada bayi usia kurang dari 6
bulan secara inisial dilindungi dari diare berat hingga derajat tertentu oleh
antibodi maternal, dan mereka tampak telah memperoleh imunitas yang
adekuat pada usia antara 12 hingga 16 tahun. Risiko yang lebih besar pada
bayi dan anak-anak pada periode antara usia 6-12 bulan dengan penurunan
tingkat antibodi maternal terhadap infeksi telah didokumentasikan [24].
Diluar dari kebijakan pemerintah mengenai program anti-helminthic dan
program edukasi kesehatan yang diluncurkan di tingkat komunitas, infeksi
parasit intestinal masih merupakan penyebab utama penyakit diare pada anak
[24]. Pada penelitian terbaru pun infeksi parasit merupakan agen etiologik
utama yang menyebabkan diare pada anak-anak. Protozoa terhitung 10,7%

sementara

helminthes

sebanyak

1,3%.

Parasit

yang

paling

sering

menyebabkan diare akut adalah E. histolytica sebanyak 6,7% (35/525) diikuti


oleh Giardial lamblia 3,4% (18/525), H. nana 0,7% (4/525) dan Cyclospora
cayetanensis serta A. lumbricoides yang masing-masing berjumlah 0,6%
(3/525). Ogbonnaya Ogbu et al. pada 2006 [28], menemukan E. histolytica
dari 3,3% kasus dan G. lamblia dari 2,7% kasus yang mendukung dengan
penelitian kami. Secara serupa, Mohammad Youssef et al. (1994) melaporkan
E. histolytica dari 4,9% kasus [29] dan Nazek Al-Gallas et al. mendeteksi
2,6% G. lamblia [30]. Inacio M. Mandomando et al. menemukan 9,3% A.
lumbricoides dan 2,5% G. lamblia [31] serta S. Das et al. menemukan 4,8%
E. histolytica, 6,3% G. intestinalis, 3,6% cacing kait dan 4,3% cacing gelang
sebagai agen-agen utama dari gangguan gastrointestinal terutama yang
terdapat pada anak usia sekolah [32].
Angka positif yang rendah mengenai parasit helminthic dalam penelitian
kami dapat disebabkan karena kebijakan pemerintah untuk program antihelminthic yang diluncurkan pada tingkat komunitas. Terlepas dari hal ini,
anak-anak usia sekolah dasar di area yang dipilih telah dikondisikan dengan
pemberian tablet anti-cacing dua kali tiap tahun oleh World Food Program,
Plan Nepal dan Save the Children, US [33].
5. Kesimpulan
Frekuensi dari diare akibat parasit lebih tinggi pada anak laki-laki
dibandingkan dengan anak perempuan. Penelitian ini menunjukkan bahwa
kelompok usia 6-24 bulan merupakan kelompok yang paling banyak terinfeksi
diantara anak-anak lainnya. Frekuensi dari kasus dengan infeksi E. histolytica
merupakan yang tertinggi diantara semua kasus-kasus dengan infeksi parasit.

Anda mungkin juga menyukai