Devin Chandra
04011181320016
PDU Unsri B 2013
Anak-anak terutama berjenis kelamin laki-laki menjadi penderita seperti kasus dengan
insiden tertinggi ketimbang orang dewasa maupun anak perempuan.
2. Bagaimana mekanisme timbulnya bintil bersisik seukuran biji jagung ?
Infeksi jamur genus Microsporum pada kulit kepala sehingga terjadi bintil bersisik.
3. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan status dermatologikus ?
Hasil pemeriksaan regio oksipitalis: plak hiperkeratotik disertai alopesia, bulat, soliter,
ukuran diameter 5 cm, ditutupi skuama kering, putih, selapis. Tampak rambut patah
beberapa mm dari kulit kepala, berwarna abu-abu, tidak berkilat lagi. Daerah sekitar
dalam batas normal.
Keadaan normal: tidak ditemukan plak, tidak ada alopesia.
Interpretasi: abnormal, menunjukkan gejala tinea kapitis terutama jenis gray patch.
4. Bagaimanacara penegakan diagnosis pada kasus?
a. Anamnesis: ditanyakan apa saja keluhan yang dirasakan penderita, apakah pernah
kontak dengan hewan yang terinfeksi jamur, apakah pernah kontak dengan penderita
tinea kapitis, apakah penderita menggunakan alas kaki ketika berjalan di luar rumah.
b. Pemeriksaan fisik: vital sign, status dermatologikus.
c. Pemeriksaan penunjang: dengan lampu wood.
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kasus?
Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis, yang
dapat berupa kerokan kulit, rambut, dan kuku. Sebelum bahan diambil, bersihkan dulu
tempat yang terinfeksi dengan spiritus 70%, lalu:
-
Kulit tidak berambut: dari bagian tepi kelainan sampai dengan bagian sedikit di luas
kelainan sisik kulit dan kulit dikerok dengan pisau tumpul steril
Kulit berambut: rambut di tempat infeksi dicabut, kulit di daerah tersebut dikerok
untuk mengumpulkan sisik kulit. Pemeriksaan dengan lampu Wood dilakukan
sebelum pengumpulan bahan untuk mengetahui lebih jelas daerah yang terkena
infeksi dengan kemungkinan adanya fluoresensi pada kasus-kasus tinea kapitis
tertentu
-
Kuku: bagian kuku yang sakit diambil sedalam-dalamnya hingga mengenai tebal
kuku dan juga bahan di bawah kuku.
Terdapat papul merah kecil di sekitar rambut yang lama kelamaan melebar dan
membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik.
Griseofulvin dengan dosis 025-0,5 g/hari atau 10-25 mg/KgBB diberikan 1-2 kali
sehari hingga sembuh dilanjutkan lagi selama 2 minggu.
Ketokonazol dengan dosis 200mg/hari selama 10-14 hari pada pagi hari setelah
makan. Kontraindikasi: penderita kelainan hepar.
Anamnesis: ditanyakan apa saja keluhan yang dirasakan penderita, apakah pernah
kontak dengan hewan yang terinfeksi jamur, apakah pernah kontak dengan penderita
tinea kapitis, apakah penderita menggunakan alas kaki ketika berjalan di luar rumah.
b. Etiologi
Etiologi dari kasus adalah Microsporum audouini, Microsporum ferrugineum. Faktor
resiko pada kasus antara lain, anak-anak berjenis kelamin laki-laki, hewan peliharaan
dengan infeksi jamur Microsporum, kontak dengan penderita infeksi tinea kapitis,
tidak menggunakan alas sandal, menggunakan handuk bersama-sama.
c. Patogenesis
Penderita kontak dengan Anjing yang terinfeksi jamur Microsporum . Jamur menular
ke penderita dan melekat pada kulit dan mukosa penderita. Lalu jamur menembus
jaringan, jamur menyesuaikan diri dengan lingkungan dan suhu sekitar.
d. Manifestasi klinis
-
Terdapat papul merah kecil di sekitar rambut yang lama kelamaan melebar dan
membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik.
e. Tatalaksana
Tatalaksana dengan cara diberikan obat antifungal:
-
Griseofulvin dengan dosis 025-0,5 g/hari atau 10-25 mg/KgBB diberikan 1-2
kali sehari hingga sembuh dilanjutkan lagi selama 2 minggu.
Ketokonazol dengan dosis 200 mg/hari selama 10-14 hari pada pagi hari setelah
makan. Kontraindikasi: penderita kelainan hepar.
Itrakonazol dengan dosis 100-200 mg/hari diberikan 2 kali sehari selama 3 hari.
Daftar Pustaka
Menaidi, Sri Linuwih SW., dkk. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi 7. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Arifputera, Andy, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta:Media Aesculapius.