Anda di halaman 1dari 7

Tugas

Tutorial Skenario A Blok 20 2015

Devin Chandra
04011181320016
PDU Unsri B 2013

Pendidikan Dokter Umum


Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
2015

Tutorial Skenario A Blok 20 2015


A. Analisis Masalah
1. Apa hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus?

Anak-anak terutama berjenis kelamin laki-laki menjadi penderita seperti kasus dengan
insiden tertinggi ketimbang orang dewasa maupun anak perempuan.
2. Bagaimana mekanisme timbulnya bintil bersisik seukuran biji jagung ?

Infeksi jamur genus Microsporum pada kulit kepala sehingga terjadi bintil bersisik.
3. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan status dermatologikus ?

Hasil pemeriksaan regio oksipitalis: plak hiperkeratotik disertai alopesia, bulat, soliter,
ukuran diameter 5 cm, ditutupi skuama kering, putih, selapis. Tampak rambut patah
beberapa mm dari kulit kepala, berwarna abu-abu, tidak berkilat lagi. Daerah sekitar
dalam batas normal.
Keadaan normal: tidak ditemukan plak, tidak ada alopesia.
Interpretasi: abnormal, menunjukkan gejala tinea kapitis terutama jenis gray patch.
4. Bagaimanacara penegakan diagnosis pada kasus?

a. Anamnesis: ditanyakan apa saja keluhan yang dirasakan penderita, apakah pernah
kontak dengan hewan yang terinfeksi jamur, apakah pernah kontak dengan penderita
tinea kapitis, apakah penderita menggunakan alas kaki ketika berjalan di luar rumah.
b. Pemeriksaan fisik: vital sign, status dermatologikus.
c. Pemeriksaan penunjang: dengan lampu wood.
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kasus?
Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis, yang
dapat berupa kerokan kulit, rambut, dan kuku. Sebelum bahan diambil, bersihkan dulu
tempat yang terinfeksi dengan spiritus 70%, lalu:
-

Kulit tidak berambut: dari bagian tepi kelainan sampai dengan bagian sedikit di luas
kelainan sisik kulit dan kulit dikerok dengan pisau tumpul steril

Kulit berambut: rambut di tempat infeksi dicabut, kulit di daerah tersebut dikerok
untuk mengumpulkan sisik kulit. Pemeriksaan dengan lampu Wood dilakukan

sebelum pengumpulan bahan untuk mengetahui lebih jelas daerah yang terkena
infeksi dengan kemungkinan adanya fluoresensi pada kasus-kasus tinea kapitis
tertentu
-

Kuku: bagian kuku yang sakit diambil sedalam-dalamnya hingga mengenai tebal
kuku dan juga bahan di bawah kuku.

Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan mikroskop, mula-mula dengan


pembesaran 10x10, kemudian dengan pembesaran 10x45.
Sediaan basah dibuat dengan meletakkan bahan di atas gelas alas, kemudian ditambah 12 tetes larutan KOH (10% untuk rambut, 20% untuk kulit dan kuku). Setelah dicampur
dengan larutan, tunggu 15-20 menit. Untuk mempercepat pelarutan dapat dilakukan
pemanasan sediaan basah di atas api kecil hingga muncul uap. Untuk melihat elemen
jamur lebih nyata dapat ditambahkan tinta Parker superchroom blue black.
Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa maupun spora berderet. Pada
sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil atau besar. Spora dapat terlihat di luar
rambut (eksotriks) atau di dalam rambut (endotriks).
Pemeriksaan pembiakan dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media agar
Saboraud dan dapat ditambahkan antibiotik saja (kloramfenikol) atau ditambah
klorheksimid untuk menghindari kontaminasi bakterial maupun jamur.
6. Apa diagnosis banding pada kasus?
a. Tinea kapitis
b. Psoriasis
c. Dermatitis seboroik
d. Sifilis
e. Impetigo krustosa
f. Trikotilomania
7. Apa diagnosis kerja pada kasus?
Tinea kapitis jenis gray patch ringworm.

8. Apa saja etiologi dan faktor resiko pada kasus?


Etiologi dari kasus adalah Microsporum audouini, Microsporum ferrugineum. Faktor
resiko pada kasus antara lain, anak-anak berjenis kelamin laki-laki, hewan peliharaan
dengan infeksi jamur Microsporum, kontak dengan penderita infeksi tinea kapitis, tidak
menggunakan alas sandal, menggunakan handuk bersama-sama.
9. Bagaimana patogenesis pada kasus?
Penderita kontak dengan Anjing yang terinfeksi jamur Microsporum . Jamur menular ke
penderita dan melekat pada kulit dan mukosa penderita. Lalu, jamur harus melawan
sistem imun penderita dalam hal ini terjadi reaksi hipersensitivitas tipe IV. Jamur
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan suhu sekitar, penyebaran semakin luas.
10. Bagaimana respon imun pada kasus?
Respon tergantung dari sistem imun penjamu dan organisme penginfeksi. Respon pada
kasus yang terjadi adalah reaksi hipersensitivitas tipe IV (delayed type hypersensitivity)
dan antibodi tidak terlihat.
11. Bagaimana manifestasi klinis pada kasus?
-

Terdapat papul merah kecil di sekitar rambut yang lama kelamaan melebar dan
membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik.

Terdapat rasa gatal di daerah yang terlibat

Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi

Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya

12. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus?


Tatalaksana dengan cara diberikan obat antifungal:
-

Griseofulvin dengan dosis 025-0,5 g/hari atau 10-25 mg/KgBB diberikan 1-2 kali
sehari hingga sembuh dilanjutkan lagi selama 2 minggu.

Ketokonazol dengan dosis 200mg/hari selama 10-14 hari pada pagi hari setelah
makan. Kontraindikasi: penderita kelainan hepar.

Itrakonazol dengan dosis 100-200mg/hari diberikan 2 kali sehari selama 3 hari.

Terbinafin dengan dosis 62,5-250 mg/hari selama 2-3 minggu.

Juga dapat diberikan shampoo ketokonazol 2% atau seleniumsulfida.

13. Bagaimana pencegahan pada kasus ?


Menjaga higienitas diri, menghindari kontak dengan penderita tinea kapitis atau hewan
yang terinfeksi jamur, menggunakan alas kaki ketika berjalan di luar rumah, tidak
menggunakan handuk bersama.
14. Bagaimana komplikasi pada kasus?
Bisa terjadi alopesia permanen.
15. Bagaimana prognosis pada kasus?
Prognosis baik jika tatalaksana dilakukan sedini mungkin dan tepat.
16. Apa SKDI pada kasus?
4A. Dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit
tersebut secara mandiri dan tuntas.
B. Learning Issue
1. Tinea Capitis (Gray-Patch Ringworm)
a. Diagnosis
-

Anamnesis: ditanyakan apa saja keluhan yang dirasakan penderita, apakah pernah
kontak dengan hewan yang terinfeksi jamur, apakah pernah kontak dengan penderita
tinea kapitis, apakah penderita menggunakan alas kaki ketika berjalan di luar rumah.

Pemeriksaan fisik: vital sign, status dermatologikus.

Pemeriksaan penunjang: dengan lampu wood.

b. Etiologi
Etiologi dari kasus adalah Microsporum audouini, Microsporum ferrugineum. Faktor
resiko pada kasus antara lain, anak-anak berjenis kelamin laki-laki, hewan peliharaan
dengan infeksi jamur Microsporum, kontak dengan penderita infeksi tinea kapitis,
tidak menggunakan alas sandal, menggunakan handuk bersama-sama.
c. Patogenesis
Penderita kontak dengan Anjing yang terinfeksi jamur Microsporum . Jamur menular
ke penderita dan melekat pada kulit dan mukosa penderita. Lalu jamur menembus
jaringan, jamur menyesuaikan diri dengan lingkungan dan suhu sekitar.

d. Manifestasi klinis
-

Terdapat papul merah kecil di sekitar rambut yang lama kelamaan melebar dan
membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik.

Terdapat rasa gatal di daerah yang terlibat

Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi

Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya

e. Tatalaksana
Tatalaksana dengan cara diberikan obat antifungal:
-

Griseofulvin dengan dosis 025-0,5 g/hari atau 10-25 mg/KgBB diberikan 1-2
kali sehari hingga sembuh dilanjutkan lagi selama 2 minggu.

Ketokonazol dengan dosis 200 mg/hari selama 10-14 hari pada pagi hari setelah
makan. Kontraindikasi: penderita kelainan hepar.

Itrakonazol dengan dosis 100-200 mg/hari diberikan 2 kali sehari selama 3 hari.

Terbinafin dengan dosis 62,5-250 mg/hari selama 2-3 minggu.

Juga dapat diberikan shampoo ketokonazol 2% atau seleniumsulfida.


f. Pencegahan
Menjaga higienitas diri, menghindari kontak dengan penderita tinea kapitis atau
hewan yang terinfeksi jamur, menggunakan alas kaki ketika berjalan di luar rumah,
tidak menggunakan handuk bersama.
g. Komplikasi
Bisa terjadi alopesia permanen.
h. Prognosis
Prognosis baik jika tatalaksana dilakukan sedini mungkin dan tepat.

Daftar Pustaka
Menaidi, Sri Linuwih SW., dkk. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi 7. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Arifputera, Andy, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta:Media Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai