Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penanganan limbah tulang seharusnya menjadi perhatian besar bagi masyarakat hasil tidak
ditangani secara baik apalagi di industri / penjual daging pasar tradisional yang tidak
memperhatikan limbah tulangnya.
Selama ini limbah tulang di Indonesia belum dimanfaatkan, bahkan menjadi sumber masalah.
Hal ini juga terjadi di kampung Tubokartu Kelurahan Tubokarto Kecamatan Pracimantoro, Kab.
Wonogiri. Selama ini limbah tulang yang diperoleh dari hasil cacahan daging hanya dibuang ke
tempat sampah. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang pemanfaatan limbah
tulang dan belum adanya penerapan teknologi dalam pengelolaan limbah tulang salah satunya
menjadi tepung tulang. Berdasarkan informasi yang didapat dari studi literatur berdasarkan
penelitian diketahui bahwa tepung tulang sangat baik sebagai nutrisi tambahan pakan hewan
ternak maupun ikan karena kadar proteinnya paling lengkap dan tinggi serta mudah dicerna.
Di sisi lain selama ini pengolahan limbah tulang menjadi tepung tulang identik dengan
kebutuhan alat yang berukuran besar dan mahal. Akibatnya, hanya pengusaha yang lebih banyak
berperan dalam pengolahan ini daripada masyarakat. Minat masyarakat pada hal tersebut
cenderung kurang karena terkait kendala penyediaan alat dan pendanaan.
Dengan kondisi tersebut di atas maka diperlukan observasi dan penelitian untuk menangani
pengolahan limbah tulang khususnya untuk meningkatkan ekonomi dan memaksimalkan hasil di
kampung ternak khususnya di kota Wonogiri. Sehingga di buat ide perencanaan dan pembuatan
suatu mesin yaitu Mesin Penggiling Pakan Ternak Dari Limbah Tulang Kering dengan harapan
langkah konkret ini dapat dilakukan secara maksimal dan dapat membantu dalam pencegahan
permasalahan limbah tulang di wilayah kota Wonogiri.
Komponen-komponen penting dari mesin penggiling limbah tulang ini terdiri dari Motor
listrik sebagai penggeraknya. Poros, yang berfungsi sebagai penerus putaran ke gerinda
penggiling. Gerinda pengggiling, yang berfungsi untuk menggiling tulang yang sudah
dikeringkan menjadi tepung. Proses ini sangat ditentukan oleh kekuatan yang bekerja pada kedua
muka gerinda. Pulley dan belt, sebagai penerus putaran. Selain sebagai penerus putaran
pentingnya perencanaan pulley yaitu sebagai perbandingan transmisi. Mesin ini mempunyai
perbandingan pulley transmisi kira-kira 5 : 8. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan system
transmisi dan poros untuk mesin tersebut.Untuk itu, dalam pembuatan mesin tersebut penulis
mengambil judul sebagai berikut : PERENCANAAN TRANSMISI DAN POROS PADA
MESIN PENGGILING PAKAN TERNAK DARI LIMBAH TULANG KERING.

Anda mungkin juga menyukai