Anda di halaman 1dari 24

H

Vol. VIII, No. 06/II/P3DI/Maret/2016

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

ARAH PERUBAHAN UNDANG-UNDANG


PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME
Trias Palupi Kurnianingrum*)

Abstrak
Terorisme merupakan tindak pidana luar biasa yang dapat mengancam kedaulatan
negara, sehingga perlu diatur secara komprehensif. Revisi UU Anti Terorisme menjadi
hal mutlak untuk dilakukan, mengingat beberapa ketentuan dalam UU Anti Terorisme
belum mampu menjawab kebutuhan pencegahan dan penanganan terorisme di
Indonesia. Revisi UU Anti Terorisme harus dilakukan secara transparan dan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Perluasan kewenangan dan tindakan
pidana dalam RUU Anti Terorisme perlu diimbangi dengan perluasan perlindungan
terhadap hak asasi manusia.

Pendahuluan

strategis untuk melakukan aksi mereka agar


tujuan mereka dapat tercapai.
Menurut UU No. 15 Tahun 2003
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 1
Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang
(UU Anti Terorisme), terorisme merupakan
kejahatan lintas negara, terorganisasi,
dan bahkan merupakan tindak pidana
internasional yang mempunyai jaringan luas
yang dapat mengancam perdamaian dan
keamanan nasional maupun internasional.
Keberadaan UU Anti Terorisme sebagai
landasan hukum penanggulangan tindak
pidana terorisme terbukti tidak menjadikan
Indonesia sebagai negara yang bebas dari aksi
terorisme. Pada Januari 2016, aksi terorisme
kembali terjadi, tepatnya di kawasan Sarinah,
Jakarta. Sebagai reaksi atas peristiwa

Aksi terorisme saat ini telah menjadi


isu global karena aktivitasnya yang sangat
luas, dapat terjadi di mana pun dan kapan
pun, serta tidak memandang siapapun yang
menjadi korbannya. Tidak disangkal bahwa
kelompok teroris yang memiliki jaringan
luas secara internasional merupakan suatu
ancaman bagi stabilitas keamanan suatu
negara, tak terkecuali bagi Indonesia.
Indonesia menjadi salah satu negara yang
seringkali menjadi tujuan berbagai kelompok
teroris untuk melancarkan aksinya. Hal ini
terbukti dengan aksi teror menggunakan
bom yang beberapa kali terjadi di Indonesia,
seperti kasus bom Bali 1 pada tahun 2002,
bom J.W. Marriot pada tahun 2003, dan
bom Bali 2 pada tahun 2005. Maraknya
aksi terorisme yang terjadi di Indonesia
menandakan bahwa kelompok teroris
menganggap Indonesia memiliki posisi

*) Peneliti Muda Hukum, pada Bidang Hukum, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
E-mail: triaspalupikurnianingrum@ yahoo.com.
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

-1-

tersebut, beberapa pihak menyatakan bahwa


perlu dilakukan revisi terhadap UU Anti
Terorisme, sebab UU yang berlaku saat ini
dianggap tidak lagi sesuai dengan kebutuhan
penanggulangan tindak pidana terorisme
di Indonesia. RUU tentang Perubahan Atas
UU No. 15 Tahun 2003 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang (Perpu) No. 1 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Menjadi
Undang-Undang
(RUU
Anti
Terorisme), telah masuk Prolegnas Prioritas
Tahun 2016. Saat ini RUU Anti Terorisme
telah disiapkan oleh Pemerintah dan
sudah diterima oleh DPR RI. DPR sedang
mempersiapkan pembentukan Pansus untuk
membahas RUU Anti Terorisme bersama
Pemerintah.

Terorisme saat ini tidak dapat melakukan


pencegahan terhadap WNI yang mengikuti
pelatihan militer di luar negeri, termasuk di
dalamnya negara atau organisasi-organisasi
yang melakukan perbuatan teror misalnya
seperti Islamic State of Iraq and Syiria
(ISIS). Dengan tidak adanya ketentuan
tersebut, saat ini Indonesia rawan akan
foreign terrorism fighter.
Kelima, dalam UU Anti Terorisme,
koordinasi antarlembaga penegak hukum
belum efektif. Saat ini sudah dibentuk
lembaga Negara nonkementerian yang
bertugas
mengoordinasikan
instansi
pemerintah terkait dalam pelaksanaan
dan melaksanakan kebijakan di bidang
penanggulangan terorisme, yang dibentuk
melalui Perpres No. 46 Tahun 2010 tentang
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.
Dasar hukum pembentukan Badan nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui
Perpres tersebut, dalam implementasi
menjadi salah satu hambatan dalam
melakukan
koordinasi
penanggulangan
tindak pidana terorisme. Oleh karena itu
perlu penguatan kedudukan BNPT melalui
pengaturan dalam Undang-Undang.
Keenam, perlu adanya penegasan
terhadap makna frasa subyek terduga
yang justru tidak dikenal di dalam KUHP
dan KUHAP. Perlu menjadi catatan penting
bahwa aparat penegak hukum tidak boleh
langsung main hakim sendiri di lapangan,
mengingat subyek terduga tidak dapat
langsung dikonotasikan sebagai tersangka
pelaku terorisme. Aparat penegak hukum
tetap perlu menghormati prinsip praduga
tak bersalah bagi para terduga teroris dan
memberikan perlakuan hukum yang sama
sesuai Pasal 7 Deklarasi Universal Hak-hak
Asasi Manusia PBB dan Pasal 28D ayat (1)
UUD Tahun 1945.

Kelemahan UU Anti Terorisme


Beberapa
kelemahan
UU
Anti
Terorisme
menjadi
kendala
dalam
penanggulangan tindak pidana terorisme.
Beberapa kelemahan tersebut antara lain:
pertama, definisi terorisme dan teroris yang
multitafsir, sehingga berpotensi menciptakan
ketidakpastian hukum. Kedua, UU Anti
Terorisme belum mengatur izin penjualan
dan peredaran bahan/zat/unsur pembuat
bahan peledak, agar tidak disalah gunakan.
Ketiga, perlindungan terhadap hak-hak
korban. Di dalam UU Anti Terorisme belum
adanya perlindungan bagi hak-hak korban
tindak pidana terorisme dalam hal bantuan
medis pada saat darurat, bantuan psikolog,
kompensasi, dan sebagainya. Bantuan
medis merupakan bantuan yang diberikan
untuk memulihkan kesehatan fisik korban,
termasuk melakukan pengurusan jenazah
hingga pemakaman. Sementara bantuan
rehabilitasi psikologis dimaksudkan untuk
memberikan pemulihan kejiwaan kepada
korban. Hal ini penting menjadi catatan,
mengingat selama ini para korban terorisme
kurang mendapatkan perlindungan. Dalam
Pasal 6 ayat (1) UU No. 31 Tahun 2014
tentang Perlindungan Saksi dan Korban,
diatur bahwa korban tindak pidana terorisme
berhak
mendapatkan
bantuan
medis,
rehabilitasi psikososial dan psikologis.
Keempat, belum ada ketentuan yang
mengatur mekanisme penanganan Warga
Negara Indonesia (WNI) yang kembali
ke tanah air setelah bergabung dengan
kelompok radikal di luar negeri. UU Anti

Substansi Revisi UU Anti Terorisme


Melihat kelemahan di dalam UU Anti
Terorisme maka kebutuhan terhadap revisi
UU Anti Terorisme sangat mendesak. UU
Anti Terorisme dinilai sudah tidak sesuai
dengan
perkembangan
penanggulangan
tindak pidana terorisme saat ini. DPR dan
Pemerintah melalui Prolegnas Prioritas
Tahun 2016 telah sepakat untuk segera
membahas revisi UU Anti Terorisme.
Revisi UU Anti Terorisme diharapkan
akan mampu mengubah pola pikir instansi
-2-

terkait pemberantasan terorisme dengan


mengutamakan pendekatan persuasif untuk
mencegah terjadinya tindak pidana terorisme.
Data dari Direktorat Jenderal Peraturan
Perundang-undangan Kementerian Hukum
dan HAM menyebutkan materi krusial dalam
RUU Anti Terorisme di antaranya sebagai
berikut:
a. Perluasan
definisi
terorisme
yang
meliputi hubungan dengan organisasi
radikal tertentu di luar negeri, mengikuti
pelatihan militer, dan mengadakan
hubungan langsung maupun tidak
langsung dengan kelompok radikal.
b. Kewenangan
bagi
penyidik
atau
penuntut umum dalam membawa atau
menempatkan terduga teroris ke tempat
tertentu di wilayah hukumnya sampai 6
(enam) bulan.
c. Penuntutan dan pengusutan tidak hanya
kepada perseorangan, namun juga
korporasi.
d. Perluasan subyek tindak pidana terorisme.
e. Pencabutan
kewarganegaraan
atau
paspor bagi WNI yang terbukti mengikuti
pelatihan militer di luar negeri, termasuk
di dalamnya negara atau organisasiorganisasi yang melakukan perbuatan
teror.
f. Program
pendekatan
lunak
(soft
approach) terutama deradikalisasi dan
rehabilitasi.
g. Masa penahanan selama penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan yang
diperpanjang menjadi 300 hari.
h. Perluasan
kewenangan
penanganan
tindak pidana terorisme oleh Kepolisian,
TNI, serta instansi pemerintah terkait
dengan kewenangan masing-masing yang
dikoordinasikan oleh lembaga pemerintah
non-kementerian yang menyelenggarakan
penanggulangan terorisme.

UU Anti Terorisme di Indonesia mengandung


pendekatan
model
Guantanamo
yang
dipraktikkan di Amerika Serikat.
Terkait dengan materi tersebut, penulis
berpendapat rumusan pasal tersebut perlu
disikapi dengan hati-hati, mengingat hal
ini berpotensi melanggar Pasal 9 ayat (1)
Konvensi Internasional Hak-Hak Sipil dan
Politik bahwa setiap orang berhak atas
kebebasan dan keamanan pribadi, serta tidak
seorang pun dapat ditangkap atau ditahan
secara sewenang-wenang. Oleh karena itu
perlu kejelasan mengenai apa yang dimaksud
dengan tempat tertentu, sehingga tidak
terjadi bentuk penahanan sewenang-wenang
yang berpotensi melanggar HAM.
Lebih lanjut, terkait masa penahanan
selama
penyidikan,
penuntutan,
dan
pemeriksaan yang diperpanjang menjadi 300
hari. Sementara di dalam KUHAP mengatur
paling lama 170 hari. Oleh karenanya perlu
norma persyaratan agar perpanjangan
penangkapan ataupun penahanan tidak
semata-mata didasarkan pada diskresi
penegak hukum semata. Terlepas dari
argumen yang ada, penulis menilai bahwa
substansi penambahan masa penahanan
menjadi 300 hari perlu disikapi hati-hati,
karena jangka waktu penahanan yang sangat
panjang berpotensi terhadap pelanggaran
HAM dan tersangka akan sangat sulit untuk
mendapatkan peradilan yang cepat dan
sederhana.
Kritikan lain datang dari Ketua
Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK)
Universitas Padjajaran, Muradi, bahwa revisi
UU Anti Terorisme tetap perlu berpijak pada
kewenangan yang melekat pada institusi
masing-masing. Tidak perlu adanya perluasan
kewenangan.
Artinya
masing-masing
penegak hukum tetap bekerja di koridor yang
sudah ditentukan. Argumennya didasarkan
pada pernyataan Kepala Badan Inteljen
Negara (BIN) yang meminta kewenangan
penuh untuk melakukan penangkapan dan
penahanan terkait penanggulangan masalah
terorisme.
Terlepas dari argumen yang ada,
menurut penulis substansi ini perlu disikapi
dengan hati-hati. Pemberian kewenangan
yang
terlalu
melebar
dikhawatirkan
menimbulkan
tumpang
tindih
antara
lembaga-lembaga
tersebut,
mengingat
selama ini masing-masing lembaga sudah
memiliki tugas dan kewenangan masing-

Tindakan nyata DPR RI untuk segera


melakukan pembahasan RUU Anti Terorisme
sudah tepat. Namun, harus dicermati masih
banyak materi krusial dalam RUU Anti
Terorisme yang menuai pro dan kontra.
Sebagai contoh, ketentuan terkait kewenangan
penyidik atau penuntut umum untuk
membawa atau menempatkan terduga teroris
ke tempat tertentu di wilayah hukumnya
sampai 6 (enam) bulan. Al Araf, Direktur
The Indonesia Human Rights Monitor
(Imparsial), menyarankan agar jangan sampai
-3-

masing. Pertama, Pasal 5 UU No. 34


Tahun 2004 tentang Tentara Nasional
Indonesia (UU TNI), menegaskan peran TNI
sebagai alat negara di bidang pertahanan
yang menjalankan tugasnya berdasarkan
kebijakan dan keputusan politik negara.
Penambahan kewenangan TNI dalam hal
menjaga keamanan akan tidak sesuai dengan
tupoksi yang selama ini diemban. Urusan
yang berkaitan dengan masalah keamanan
merupakan tugas dan kewenangan kepolisian.
Pelibatan TNI dalam menanggulangi masalah
terorisme sudah berjalan sebagaimana
mestinya. Hal ini didukung dengan Pasal
7 ayat (2) huruf b angka 3 UU TNI yang
menyebutkan salah satu tugas pokok TNI
adalah mengatasi aksi terorisme setelah
melalui kebijakan dan keputusan politik
negara. Sehingga pemberian perluasan
kekuasaan atau kewenangan kepada TNI
justru
dikhawatirkan
berpotensi
akan
melanggar HAM.
Kedua, menurut penulis kewenangan
BNPT cukup meliputi kewenangan untuk
mengoordinasikan institusi terkait dan
perencanaan
strategi
pemberantasan
terorisme, tidak perlu ada perluasan
kewenangan operasional. Ketiga, perluasan
kewenangan BIN menangkap dan menahan
seseorang dalam proses penggalian informasi
dirasakan kurang tepat. Pasal 31 huruf b UU
No. 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara
(UU Intelijen Negara) sudah menegaskan
intelijen negara berwenang melakukan
penyadapan, pemeriksaan aliran dana, dan
penggalian informasi terhadap sasaran dalam
aksi terorisme. Penangkapan dan penahanan
termasuk tindakan pro justicia sehingga
sebaiknya ranah penegakan hukum bukan
dipegang oleh BIN namun tetap dalam ranah
polisi. Jika intelijen perlu untuk menahan
dalam proses penggalian informasi maka BIN
dapat berkoordinasi dengan kepolisian. Hal
ini juga telah diatur dalam Pasal 34 ayat (1)
huruf d UU Intelijen Negara.

masih perlu pendalaman dan kejelasan lebih


lanjut, karena materi-materi krusial tersebut
berpotensi melanggar HAM. Revisi UU Anti
Terorisme harus dilakukan secara transparan
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan, sehingga ketentuan
yang dihasilkan melalui proses revisi
tersebut dapat terhindar dari tumpang tindih
kekuasaan dan kewenangan. Selanjutnya
proses penegakan hukum terhadap tindak
pidana terorisme dapat terhindar dari
pelanggaran HAM.

Refrerensi
Densus Jangan Langgar HAM: Asas Praduga
Tak Bersalah Juga Berlaku Bagi Terduga
Teroris, Kompas, 16 Maret 2016.
DPR Sikapi Draft RUU Terorisme, Kompas,
10 Maret 2016.
Jangan Jadi Alat Penguasa: RUU Terorisme
Belum Dibahas, Kompas, 11 Maret 2016.
Jangan Ubah Peran TNI, Kompas, 14 Maret
2016.
Percepat Pembahasan: Revisi UU Terorisme
Sangat Mendesak, Kompas, 12 Maret
2016.
Pidanakan Penyebar Radikalisme, Media
Indonesia, 16 Maret 2016.
Revisi RUU Terorisme Perlu Diperjelas,
Media Indonesia, 10 Maret 2016.
RUU Terorisme Bisa Terhambat, http://
www.republika.co.id/berita/koran/prokontra/16/03/14/o40pvr1-ruu-terorismebisa-terhambat, diakses 14 Maret 2016.
RUU tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 15 Tahun 2003 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme,
http://peraturan.go.id/ruu-tentangperubahan-atas-undang-undang-nomor-15tahun-2003-tentang-pemberantasan-tindakpidana-terorisme-1.html, diakses tanggal 22
Maret 2016.
Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 tentang
Tindak Pidana Pemberantasan Terorisme.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2011 tentang
Intelijen Negara.
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 13
Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi
dan Korban.
Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang
Tentara Nasional Indonesia.

Penutup
Terlepas dari adanya pro dan kontra,
kebutuhan akan revisi UU Anti Terorisme
diperlukan mengingat terorisme merupakan
tindak pidana luar biasa yang perlu
penanganan khusus. Terlebih saat ini modus
dalam menjalankan aksi terorisme sudah
banyak berkembang. Beberapa materi krusial
yang ada dalam revisi UU Anti Terorisme
-4-

HUBUNGAN INTERNASIONAL

Vol. VIII, No. 06/II/P3DI/Maret/2016

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

PEMBUKAAN KANTOR KONSUL


KEHORMATAN INDONESIA DI RAMALLAH
Lisbet*)

Abstrak
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi telah melantik Konsul Kehormatan Indonesia
untuk Palestina, Maha Abu-Shusheh, pada 13 Maret 2016. Pelantikan dilakukan di
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Amman, Yordania, karena Menlu dan
rombongan tidak mendapatkan ijin overflight dari Israel untuk ke Ramallah. Pembukaan
Konsul Kehormatan ini menunjukkan konsistensi dukungan Indonesia terhadap
kemerdekaan Palestina. Dengan berdirinya kantor konsul kehormatan di Ramallah,
maka pertukaran informasi antara Indonesia dan Palestina akan dapat dengan mudah
diperoleh. Selain itu, keberadaan kantor tersebut sebagai respresentasi Indonesia di
Palestina juga akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi warga negara Indonesia
(WNI) yang berkunjung ke Palestina, serta meningkatkan kerja sama perdagangan.
Langkah yang dilakukan Indonesia diharapkan dapat diikuti negara lain, agar
kemerdekaan Palestina dapat semakin cepat terwujud.

Pendahuluan

Maha Abu-Shusheh terpilih karena


dia termasuk dalam 50 wanita berpengaruh
menurut Majalah Forbes Arabias pada
tahun 2006 dan 2007. Dia pun pernah
menjadi Ketua Palestinian Business Women
Forum. Selain itu, Shusheh juga pernah
menjadi Presiden pada Board of Directors
of Riwaq yang membawahi isu perlindungan
architectural heritage. Tidak hanya itu saja,
dia juga pernah menjadi Ketua Palestinian
Shippers Council dan menjadi anggota
Palestinian Trade Center serta anggota
dari berbagai organisasi sosial di Palestina,
termasuk di bidang musik dan kesehatan.

Pada tanggal 13 Maret 2016 di KBRI


Amman, Yordania, Menteri Luar Negeri
Retno LP Marsudi telah melantik Konsul
Kehormatan Indonesia untuk Palestina
yakni Maha Abu-Shusheh. Dipilihnya warga
negara Palestina sebagai Konsul Kehormatan
di Ramallah karena mempertimbangkan
sulitnya Warga Negara Indonesia untuk
mengakses
wilayah
Ramallah
yang
perbatasannya dikuasai penuh oleh Israel.
Konsul merupakan wakil dari Pemerintah
Indonesia
apabila
sewaktu-waktu
dibutuhkan perwakilan Indonesia dalam
mengurus suatu hal di Palestina.

*) Peneliti Muda Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Bidang Hubungan Internasional, Pusat Penelitian, Badan Keahlian
DPR RI. E-mail: lisbet.sihombing@dpr.go.id .
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

-5-

Di samping itu, Shusheh juga merupakan


pedagang wanita yang dapat diterima oleh
semua faksi yang berbeda di Palestina. Profil
Shusheh inilah yang menjadikan alasan
penunjukannya sebagai Konsul Indonesia
untuk Palestina.
Selain melantik Shusheh, Indonesia
juga telah secara proaktif mengadakan
komunikasi intensif dengan berbagai
organisasi maupun negara seperti Arab
Saudi, Iran, Malaysia, Uni Emirat Arab,
Qatar, Turki, Rusia, dan Sekjen Organisasi
Kerjasama Islam (OKI) untuk turut serta
mendukung
kemerdekaan
Palestina.
Pada komunikasi tersebut, Indonesia
menghimbau agar semua pihak mau
menahan diri agar situasi tidak kian
memburuk dan menekankan pentingnya
perdamaian dan stabilitas di Kawasan Timur
Tengah.
Di samping itu, Indonesia juga
menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) Luar Biasa OKI kelima di
Jakarta pada tanggal 6-7 Maret 2016
yang membahas tentang isu Palestina.
KTT ini terselenggara dengan latar
belakang keprihatinan Indonesia terhadap
perkembangan situasi di Palestina dan
Al-Quds Al-Syarif yang terus memburuk
karena terjadi kekerasan terhadap warga
negara Palestina serta adanya pembatasan
akses beribadah yang dilakukan oleh
Israel terhadap warga Palestina di Al-Quds
Al-Syarif. Indonesia menyerukan agar
negara-negara OKI mau turut mendukung
kemerdekaan Palestina.
Seluruh upaya yang dilakukan oleh
Indonesia ini dilakukan secara konsisten.
Konsistennya dukungan yang diberikan
oleh Indonesia ini memang sudah
sepatutnya dilakukan karena sesuai dengan
amanat Konstitusi yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea ke-1.

telah menempuh jalur diplomatik resmi


kepada otoritas Palestina dan Yordania agar
dapat memperoleh akses bagi Menlu Retno
untuk berkunjung ke Ramallah dengan
tujuan melakukan pertemuan bilateral
dengan Menteri Luar Negeri Palestina dan
kunjungan kehormatan terhadap Presiden
Palestina serta melantik Konsul Kehormatan
Indonesia
untuk
Palestina.
Kendati
mendapat hambatan, rencana pelantikan
Konsul yang sudah direncanakan sejak
Desember 2015 ini tetap berjalan meski
lokasi pelatikannya berubah menjadi di
KBRI Amman, Yordania. Ide pembentukan
kantor konsulat kehormatan ini sebenarnya
telah diwacanakan sejak 10 tahun yang
lalu, namun tidak juga terealisasikan. Ide
ini dimunculkan kembali pada saat ini
sebagai bentuk komitmen Indonesia dalam
mendukung penuh kemerdekaan Palestina.
Pembentukan konsul kehormatan di
Palestina ini merupakan yang pertama di
antara 41 kedutaan besar maupun konsul
asing di Ramallah. Sedangkan Konsul
Kehormatan Asing di Palestina saat ini
berada di Bethlehem, Israel. Indonesia
memilih Kota Ramallah sebagai lokasi
kantor Konsul Kehormatan Indonesia
untuk Palestina karena kota ini merupakan
ibu kota Palestina secara de facto. Seluruh
pusat pemerintahan Palestina berada di
kota tersebut. Meskipun demikian, Israel
mengklaim bahwa wilayah Tepi Barat juga
merupakan wilayah kekuasaannya sehingga
hanya Israel saja yang memiliki akses
untuk mengawasi serta memberikan ijin
bagi siapapun yang hendak berkunjung ke
Ramallah, termasuk Menlu Retno.
Dengan terbentuknya kantor konsul
kehormatan di kota tersebut, kota Ramallah
nantinya akan lebih mudah diakses karena
yang memimpin kantor tersebut adalah
warga negara Palestina. Terlebih lagi
Konsul Kehormatan juga memiliki akses ke
pemerintahan lokal dan KBRI di Amman,
Yordania.
Dengan
kemudahan
akses
yang dimilikinya maka diharapkan akses
menuju ke Ramallah akan lebih terbuka
dan kondusif sehingga Indonesia secara
perlahan-lahan dapat mempunyai akses
masuk ke Ramallah.
Selain
itu,
dengan
berhasilnya
Indonesia
mendirikan
kantor
konsul
kehormatannya di Ramallah, maka akan

Upaya Pembentukan Konsul


Kehormatan di Ramallah
Kantor
Konsul
Kehormatan
Indonesia untuk Palestina seyogyanya
akan diresmikan di Ramallah. Namun,
kantor ini tidak jadi diresmikan karena
Helikopter AU Yordania yang membawa
Menlu Retno beserta rombongan tidak
mendapatkan ijin overflight dari Israel.
Padahal, sejak Desember 2015, Indonesia

-6-

terbuka juga peluang bagi negara-negara


lainnya untuk turut mendirikan kantor
perwakilannya yang baru di Ramallah atau
memindahkan kantor perwakilannya dari
Betlehem ke Ramallah. Dengan demikian,
keberadaan Ramallah sebagai ibu kota
Palestina secara de facto akan semakin
diakui dan akan semakin banyak negaranegara yang mendukung kemerdekaan
Palestina.
Selama ini, Indonesia belum memiliki
kantor perwakilan di Palestina sementara
Palestina telah memiliki kantor Kedutaan
Besarnya di Jakarta. Lingkup tugas
diplomatik yang terkait dengan Palestina
senantiasa diurus oleh KBRI di Amman,
Yordania. Dengan berdirinya kantor konsul
kehormatan di Ramallah, maka pertukaran
informasi yang terkait antara Indonesia
dan Palestina akan dapat dengan mudah
diperoleh.
Di samping itu, Ramallah yang terletak
di Tepi barat ini juga merupakan tempat
tujuan wisata yang paling banyak dikunjungi
di Palestina. Terdapat kurang lebih sebanyak
50 ribu WNI yang berkunjung ke kota ini
untuk berwisata setiap tahunnya. Dengan
keberadaan
kantor
tersebut
sebagai
respresentasi Indonesia di Palestina, maka
WNI yang berkunjung ke Palestina pun akan
merasa aman dan nyaman. Kantor ini akan
menjadi tempat perlindungan bagi WNI dan
Badan Hukum Indonesia (BHI) yang berada
di Palestina. Walaupun jumlahnya hanya
sedikit, tapi mengingat kondisi politik dan
keamanan di Palestina masih tidak stabil,
Indonesia memandang perlu memberikan
rasa aman kepada WNI dan BHI-nya. Kantor
ini juga akan digunakan sebagai tempat bagi
Indonesia untuk meningkatkan hubungan
seperti kerja sama ekonomi, sosial, budaya
dengan Palestina serta menjadi tempat
untuk
melakukan
promosi
ekonomi,
perdagangan, pariwisata, investasi, tenaga
kerja, dan jasa.
Di bidang kerja sama perdagangan,
selama dua tahun terakhir, kerja sama
perdagangan
Indonesia-Palestina
telah
memberikan
keuntungan
besar
bagi
Indonesia dan mengalami peningkatan
tren, meski jumlahnya saat ini masih
tergolong kecil. Pada tahun 2014, kerja sama
perdagangan Indonesia dan Palestina telah
mencapai US$1,02 juta dengan keuntungan

sebesar US$808 ribu bagi Indonesia.


Jumlah ini meningkat pesat pada tahun
2015 sebesar US$3,67 juta dan memberikan
keuntungan bagi Indonesia sebesar US$3,34
juta. Dengan adanya tren peningkatan ini,
diharapkan kerja sama perdagangan kedua
negara dapat lebih meningkat lagi.

Penutup
Konsistensi
dukungan
yang
diberikan
oleh
Indonesia
terhadap
kemerdekaan Palestina memang tidak
perlu diragukan lagi. Sikap konsistensi
Indonesia ini diwujudkan baik melalui
kesediaan Indonesia untuk menjadi tuan
rumah penyelenggaraan KTT Luar Biasa
kelima OKI, menjalin komunikasi intensif
dengan
negara-negara
lainnya
serta
dalam organisasi-organisasi internasional
lainnya, sampai dengan Pelantikan Konsul
Kehormatan Indonesia untuk Palestina di
KBRI Amman, Yordania pada tanggal 13
Maret 2016 dan pembukaan kantor Konsul
kehormatannya di Ramallah.
Pemilihan Ramallah sebagai lokasi
didirikannya kantor konsul kehormatan
juga dikarenakan posisi strategis dari kota
tersebut. Ramallah merupakan Ibu Kota
Palestina yang diakui secara de facto,
meskipun Israel tetap mengklaim bahwa
wilayah Tepi barat, termasuk Ramallah
merupakan wilayah kekuasaannya sehingga
apabila Indonesia hendak masuk ke
Ramallah harus terlebih dahulu meminta
ijin kepada Israel. Hal ini juga yang menjadi
alasan bagi Indonesia memilih Maha AbuShusheh, seorang warga negara Palestina
untuk
menjadi
Konsul
Kehormatan
Indonesia untuk Palestina. Susheh akan
memiliki kemudahan akses ke pemerintahan
lokal dan KBRI di Amman, Yordania.
Dengan kemudahan akses yang dimilikinya
maka diharapkan akses menuju ke Ramallah
akan lebih terbuka dan kondusif sehingga
Indonesia secara perlahan-lahan dapat
mempunyai akses masuk ke Ramallah.
Bahkan tidak hanya sampai di situ
saja, dengan didirikannya kantor konsul
kehormatan Indonesia di Ramallah juga
akan membuka peluang bagi negaranegara lainnya untuk mendirikan kantor
perwakilannya
di
Ramallah
ataupun
memindahkan kantor perwakilannya dari
Betlehem ke Ramallah. Hal ini akan menjadi
-7-

Referensi:

bukti nyata dari dukungan dari negaranegara tersebut terhadap kemerdekaan


Palestina.
Meski pelantikan Shusheh tersebut
tidak jadi dilakukan di Ramallah sesuai
dengan rencana awal, namun hambatan
tersebut tidaklah menjadi penghalang
bagi Indonesia untuk tetap mendukung
kemerdekaan
Palestina.
Dukungan
Indonesia ini akan terus senantiasa
diperjuangkan Indonesia sampai Palestina
mendapatkan haknya untuk merdeka.
Hal tersebut sesuai dengan amanat
Konstitusi Indonesia yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 alinea ke-1.
Konsistennya sikap Indonesia dalam
mendukung kemerdekaan Palestina ini
mendapat dukungan penuh dari DPR
RI. Pada waktu muncul ide pembukaan
Kantor Konsul Kehormatan Indonesia
di Ramallah, DPR RI telah melakukan
kunjungan ke Palestina sebagai bentuk
dukungannya
terhadap
kemerdekaan
Palestina. Di samping itu, melalui peran
diplomasi parlemen yang dimilikinya, DPR
RI juga dapat turut menyuarakan dukungan
terhadap kemerdekaan Palestina pada
forum-forum internasional yang diikutinya.

Hamdalah, Indonesia Punya Konsulat


di Palestina, http://www.jpnn.com/
read/2016/03/14/363405/HamdalahIndonesia-Punya-Konsulat-di-Palestina-,
diakses 22 Maret 2016.
Indonesia Akan Gelar KTT Luar Biasa
OKI diakses http://www.kemlu.go.id/id/
berita/siaran-pers/Pages/Indonesia-akangelar-KTT-Luar-Biasa-OKI.aspx, diakses
17 Maret 2016
Indonesia Buka Konsulat di Ramallah
Awal 2016, http://www.antaranews.
com/berita/535253/indonesia-bukakonsulat-di-ramallah-awal-2016,
diakses 21 Maret 2016.
Komisi I Apresiasi Pembukaan Konsulat
di Palestina, http://www.beritasatu.
com/asia/354783-komisi-i-apresiasipembukaan-konsulat-di-palestina.html,
diakses 21 Maret 2016.
Pelantikan Konsul di Ramallah, Menlu:
Bukti RI Pro Palestina , https://m.tempo.
co/read/news/2016/03/14/115753238/
pelantikan-konsul-di-ramallah-menlubukti-ri-pro-palestina, diakses 20 Maret
2016.
Pembukaan Konsul Kehormatan RI di
Ramallah, http://www.kemlu.go.id/id/
berita/siaran-pers/Pages/PembukaanKonsul-Kehormatan-RI-di-Ramallah.aspx,
diakses 17 Maret 2016.
Wakil Ketua DPR: Kemerdekaan Palestina
Jangan Hanya Retorika, http://m.news.
viva.co.id/news/read/744590-wakil-ketuadpr-kemerdekaan-palestina-jangan-hanyaretorika, diakses 17 Maret 2016.

-8-

KESEJAHTERAAN SOSIAL

Vol. VIII, No. 06/II/P3DI/Maret/2016

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

ABORSI DAN HAK KESEHATAN


REPRODUKSI PEREMPUAN
Sali Susiana*)

Abstrak
Sampai saat ini aborsi tidak aman (unsafe abortion) akibat kehamilan yang tidak
diinginkan masih merupakan salah satu penyebab tingginya Angka Kematian Ibu
(AKI). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi, aborsi
hanya dapat dilakukan dalam kondisi tertentu, yaitu berdasarkan indikasi kedaruratan
medis atau kehamilan akibat pemerkosaan. Mengingat tindakan aborsi di Indonesia
dilarang, kecuali dalam kondisi tertentu, maka upaya yang dapat dilakukan adalah yang
bersifat preventif. Melalui fungsi pengawasan yang dimiliki, DPR perlu terus mendorong
pemerintah untuk meningkatkan implementasi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi, khususnya yang terkait dengan upaya preventif untuk mencegah terjadinya
aborsi yang tidak aman, sehingga pada akhirnya AKI dapat diturunkan dan target agenda
pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) dapat diwujudkan.

Pendahuluan

perempuan dan mengakhiri ketimpangan di


berbagai bidang.
SDGs merupakan bentuk penyempurnaan
dari Millenium Development Goals (MDGs)
dan dicanangkan untuk melanjutkan tujuan
utama MDGs yang belum tercapai. Dalam
SDGs, mencapai kesetaraan gender dan
memberdayakan semua perempuan dan anak
perempuan merupakan agenda kelima. Untuk
mencapai kesetaraan gender tersebut, salah satu
aspek yang masih perlu mendapat perhatian
adalah aspek kesehatan, antara lain kesehatan
reproduksi. Salah satu yang masih menjadi
permasalahan dalam kesehatan reproduksi

Hari Perempuan Internasional yang


diperingati setiap tanggal 8 Maret dapat dijadikan
sebagai momentum untuk melihat kembali
bagaimana kondisi perempuan Indonesia saat ini.
Ratusan aktivis perempuan yang tergabung dalam
Gerakan Perempuan Melawan Ketimpangan
(GPMK) memperingati hari tersebut dengan
melakukan aksi damai dan mendeklarasikan 4
tuntutan. Dua di antaranya adalah (1) mendesak
pemerintah dan parlemen untuk mendukung
pencapaian SDGs untuk mengakhiri ketimpangan
dan tidak meninggalkan satu pun rakyat
Indonesia; dan (2) menuntut pemerintah dan
parlemen memberikan akses seluas-luasnya bagi

*) Peneliti Utama Studi Khusus Gender pada Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: sali_susiana@yahoo.com.
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

-9-

perempuan selama ini adalah unsafe abortion


(aborsi yang tidak aman), yang banyak dilakukan
karena adanya kehamilan yang tidak diinginkan.
Berdasarkan hasil penelitian Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia Daerah Istimewa
Yogyakarta (PKBI DIY) pada tahun 2015,
sebanyak 53-55 orang perempuan Indonesia
meninggal karena unsafe abortion, yang
menyumbang 11-14 % AKI di Indonesia. AKI
merupakan indikator kualitas kesehatan ibu di
suatu negara. Indonesia gagal mencapai target
AKI MDGs sebesar 102/100.000 kelahiran.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan
(SDKI) tahun 2012, AKI Indonesia masih sebesar
390/100.000 kelahiran, dan angka ini masih
tergolong tinggi dibandingkan negara-negara
ASEAN lainnya.
Tulisan ini berusaha untuk menguraikan
kaitan antara unsafe abortion sebagai salah
satu penyebab AKI dan hak kesehatan
reproduksi perempuan serta upaya preventif
yang dapat dilakukan untuk menurunkan AKI.

meliputi: (1) pelayanan sebelum, semasa


kehamilan, dan pascakehamilan; (2) pelayanan
kemandulan; (3) pelayanan KB yang optimal;
(4) pelayanan dan penyuluhan HIV/AIDS; (5)
pelayanan aborsi; (6) pelayanan dan pemberian
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi; (7)
pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi
remaja; (8) tanggung jawab keluarga; (9)
peniadaan sunat dan mutilasi anak perempuan;
dan (10) pelayanan kesehatan lansia (Idrus,
2006; 251). Di samping 10 program kesehatan
reproduksi tersebut, dalam Deklarasi ICPD juga
diakui adanya 4 hak reproduksi perempuan,
yaitu:
1. Kesehatan reproduksi sebagai komponen
dari kesehatan secara keseluruhan, sepanjang
siklus hidup, baik bagi laki-laki maupun
perempuan;
2. Pengambilan keputusan yang terkait dengan
reproduksi, termasuk pilihan sukarela
dalam pernikahan, pembentukan keluarga
dan penentuan jumlah anak, waktu dan
jarak kelahiran, dan hak untuk memiliki
akses kepada informasi dan sarana yang
dibutuhkan untuk latihan pilihan sukarela;
3. Kesetaraan dan keadilan untuk laki-laki dan
perempuan untuk memungkinkan individu
membuat pilihan bebas dan informasi
di semua bidang kehidupan, bebas dari
diskriminasi berdasarkan gender;
4. keamanan seksual dan reproduksi, termasuk
kebebasan dari kekerasan seksual dan
pemaksaan, dan hak untuk privasi.

Hak Reproduksi Perempuan


Isu
tentang
kesehatan
reproduksi
perempuan telah diakui secara internasional
sejak Deklarasi Hak Asasi Manusia Tahun
1968 di Teheran, berlanjut dengan Deklarasi
Meksiko Tahun 1975 sebagai hasil Konferensi
Wanita
se-Dunia
ke-1,
dan
diperkuat
dengan Konferensi Wanita se-Dunia ke-2 di
Kopenhagen, ke-3 di Nairobi dan ke-4 di Beijing
(Anita Rahman, 2006). Hak perempuan atas
kesehatan reproduksi juga dijamin dalam
Pasal 12 Konvensi tentang Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
(Convention on the Elimination of All Forms
of Discrimination against Women/ CEDAW)
yang telah diratifikasi dengan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan
Konvensi mengenai Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita pada
tanggal 24 Juli 1984.
Konferensi Internasional tentang
Kependudukan dan Pembangunan (International
Conference on Population and Development/
ICPD) tahun 1994 di Kairo merumuskan kesehatan
reproduksi sebagai keadaan sehat dan sejahtera
secara fisik, mental, dan sosial bukan karena
ketiadaan penyakit dan kecacatan yang berkaitan
dengan fungsi, sistem, dan proses-prosesnya.
Indonesia
merupakan
salah
satu
negara peserta dalam konferensi ICPD dan
berkomitmen untuk melaksanakan hasil
konferensi, yaitu 10 program kesehatan yang

Keempat hak reproduksi ini dikukuhkan


lagi dalam Deklarasi Beijing Tahun 1995 dalam
Pasal 96. Tujuan utama dua kesepakatan
internasional tersebut adalah untuk mengurangi
AKI dan kesakitan/kecacatan akibat unsafe
abortion.
Masalah kesehatan reproduksi, termasuk
aborsi, di Indonesia telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Aborsi dalam undangundang ini secara tegas dilarang. Hal itu diatur
dalam Pasal 75 ayat (1). Namun demikian
dalam ayat selanjutnya dinyatakan bahwa
aborsi dapat dilakukan bila terdapat indikasi
medis yang menunjukkan bahwa kehamilan
akan mengancam nyawa ibu dan janin atau
kehamilan akibat perkosaan, yang diatur
dalam Pasal 75 ayat (2a) dan (2b). Selanjutnya
untuk melaksanakan amanat undang-undang
tersebut, Pemerintah mengeluarkan Peraturan
- 10 -

pranikah yang mengakibatkan risiko KTD.


Sebanyak 60% remaja pernah mengalami
kehamilan yang berakhir aborsi, dan 13% di
antaranya berakibat kematian (Yeni Lucin, tanpa
tahun). Data lain menunjukkan bahwa setiap
tahun lebih dari 65 ribu perempuan berusia
remaja meninggal karena aborsi yang tidak aman
(Oka Negara, 2005). Dengan aborsi, perempuan
berharap dapat menghilangkan trauma, rasa
malu, atau beban yang akan dipikul jika harus
melahirkan bayinya. Akan tetapi, mengingat di
Indonesia aborsi hanya dapat dilakukan dalam
kondisi tertentu, yaitu berdasarkan indikasi
kedaruratan medis atau kehamilan akibat
pemerkosaan, maka banyak perempuan yang
melakukan aborsi ilegal, yang keamanannya tidak
terjaga.

Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang


Kesehatan Reproduksi (PP Kespro). Terbitnya
PP ini kemudian mendapatkan reaksi yang
beragam dari berbagai kalangan masyarakat,
karena kemudian dikaitkan dengan isu aborsi.
Klausul terkait aborsi terdapat pada Pasal
31 yang intinya menyatakan bahwa aborsi
hanya dapat dilakukan berdasarkan indikasi
kedaruratan medis atau kehamilan akibat
pemerkosaan.
Aborsi atas dua alasan itu hanya bisa
dilakukan pada usia kehamilan maksimal 40
hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir.
Ketentuan usia kehamilan maksimal 40 hari
ini telah merujuk pada Fatwa Majelis Ulama
Indonesia Nomor 4 Tahun 2005 tentang Aborsi.
Penentuan aborsi dan pelaksanaannya diatur
secara ketat dalam Pasal 32 sampai dengan Pasal
38. Sebagai contoh, penentuan indikasi medis
ditentukan oleh tim kelayakan aborsi, harus ada
bukti indikasi pemerkosaan dari keterangan ahli,
aborsi harus dengan persetujuan perempuan
hamil, serta konseling sebelum dan sesudah
aborsi.

Upaya Preventif
Mengingat tindakan aborsi di Indonesia
dilarang, kecuali dalam kondisi tertentu, maka
upaya yang dapat dilakukan adalah yang
bersifat preventif. Mengacu kepada PP Kespro,
pelayanan kesehatan reproduksi harus dilakukan
sedini mungkin, yaitu sejak remaja. Pelayanan itu
diberikan melalui layanan kesehatan reproduksi
remaja. Pada masa pubertas ini tubuh dan
hormon seksual berkembang pesat. Proses
perubahan yang cepat di satu sisi dan minimnya
informasi di sisi lain membuat remaja rentan
dan beresiko terhadap kesehatan reproduksi
dan seksual, sehingga mereka memerlukan
pendidikan kesehatan reproduksi sesuai masalah
dan tahapan tumbuh kembang remaja serta
memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender,
mempertimbangkan moral, nilai agama, dan
perkembangan mentalnya.
Pelayanan kesehatan reproduksi remaja ini
bertujuan untuk: (1) mencegah dan melindungi
remaja dari perilaku seksual berisiko dan perilaku
berisiko lainnya yang dapat berpengaruh terhadap
kesehatan reproduksi; dan (2) mempersiapkan
remaja untuk menjalani kehidupan reproduksi
yang sehat dan bertanggung jawab. Pelayanan
kesehatan reproduksi remaja ini dilaksanakan
melalui pemberian: komunikasi, informasi, dan
edukasi; konseling; dan pelayanan klinis medis.
Selain itu, layanan kesehatan masa prakehamilan, selama kehamilan, persalinan, pascamelahirkan, layanan kontrasepsi, kesehatan
seksual, dan kesehatan sistem reproduksi
juga diperlukan untuk menjamin perempuan
mendapat layanan kesehatan yang baik. Upaya
ini antara lain dilakukan dalam bentuk pelayanan
pengaturan
kehamilan,
kontrasepsi,
dan

Unsafe Abortion dan Kehamilan yang


Tidak Diinginkan
Sampai saat ini perempuan masih rentan
terhadap tindakan unsafe abortion. Aborsi tidak
aman ini merupakan salah satu faktor penyebab
tingginya AKI di Indonesia dan negara-negara
lainnya, terutama negara berkembang. World
Health Organization (WHO) memperkirakan
10-50% disebabkan oleh aborsi (Maria Ulfah
Anshor dan Abdullah Ghalib, 2004).
WHO (1998) mendefinisikan unsafe
abortion sebagai prosedur penghentian kehamilan
oleh tenaga kurang terampil (tenaga medis/
nonmedis), alat tidak memadai, dan lingkungan
tidak memenuhi syarat kesehatan. Umumnya
unsafe abortion terjadi karena terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan (KTD).
Dari perspektif feminisme, KTD memang
masih menjadi salah satu permasalahan
reproduksi dan seksualitas perempuan. Mengutip
Oka Negara (2005), KTD selalu menimbulkan
konflik yang mendalam dalam diri perempuan
yang mengalami, karena harus mengambil
keputusan untuk meneruskan atau tidak
meneruskan kehamilannya. KTD dapat dialami
korban perkosaan, mereka yang tidak mapan
secara ekonomi sehingga kesulitan membiayai
kebutuhan bayi, atau mereka yang hamil di luar
nikah. KTD di luar nikah ada hubungannya
dengan perilaku seks bebas/perilaku seks
- 11 -

kesehatan seksual. Dengan seluruh pelayanan


kesehatan reproduksi sejak remaja hingga
pasca-melahirkan ini diharapkan KTD dapat
dicegah dan pada akhirnya AKI dapat menurun.

Penutup
Tingginya
kasus
unsafe
abortion
mengindikasikan bahwa masalah kesehatan
reproduksi merupakan masalah yang bersifat
lintas sektor dan tidak dapat ditangani oleh
kementerian dan dinas yang menangani bidang
kesehatan saja. Sebagai contoh, untuk pendidikan
kesehatan reproduksi remaja, dapat melibatkan
pihak sekolah. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan serta Kementerian Kesehatan selama
ini telah bekerja sama untuk melaksanakan
program
kesehatan
reproduksi
dengan
menerbitkan Buku Kesehatanku untuk siswa SMP
dan SMA. Program ini dapat mengenalkan siswa
kepada hak kesehatan reproduksi. Upaya lain
yang dapat dilakukan adalah memasukkan materi
mengenai kesehatan reproduksi yang terintegrasi
ke dalam beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu
Pengetahuan Alam serta Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, sesuai dengan usia siswa.
Seluruh pemangku kepentingan terkait
juga perlu terus melakukan sosialisasi dan
meningkatkan sosialisasi kesehatan reproduksi
sedini mungkin, yaitu sejak remaja. Sosialisasi
mengenai kesehatan reproduksi harus ditekankan
pada layanan kesehatan reproduksi, melalui
layanan kesehatan reproduksi remaja, kesehatan
masa
pra-kehamilan,
selama
kehamilan,
persalinan,
pasca-melahirkan,
layanan
kontrasepsi, kesehatan seksual, dan kesehatan
sistem reproduksi.
Melalui fungsi pengawasan yang dimiliki,
DPR perlu terus mendorong pemerintah untuk
meningkatkan implementasi Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan
PP Kespro, khususnya yang terkait dengan upaya
preventif untuk mencegah terjadinya unsafe
abortion, sehingga pada akhirnya AKI dapat
diturunkan dan target SDGs dapat diwujudkan.

Referensi
Anshor, Maria Ulfah, dan Ghalib, Abdullah. (2004).
Fiqih Aborsi: Review Kitab Klasik dan
Kontemporer. Jakarta: Mitra Inti, Fatayat
NU, dan the Ford Foundation.
Antara, Oka. (2005). Mengurai Persoalan
Kehidupan Seksual dan Reproduksi
Perempuan dalam Jurnal Perempuan No.
41, Seksualitas. Jakarta: Yayasan Jurnal
Perempuan, Mei. Angka Kematian Ibu

di Indonesia Tertinggi di Asean, http://


mitrainti.org/?q=node/93, diakses 17 Maret
2016.
Berita Pers PKBI DIY: Perempuan KTD Tidak
Dilindungi Negara, 1 Oktober 2015, http://pkbi.
or.id/berita-pers-pkbi-diyperempuan-ktd-tidakdilindungi-negara/ diakses 22 Maret 2016.
"Hari Perempuan Internasional, 400 Orang Akan
Berkumpul di Depan Istana", http://nasional.
kompas.com/read/2016/03/06/15133841/
Hari.Perempuan.Internasional.400.Orang.
Akan.Berkumpul.di.Depan.Istana, diakses 17
Maret 2016.
Idrus, Nurul Ilmi. 2006. "Poligini: Perdebatan
Publik, Hukum, dan Budaya", dalam
Perempuan dan Hukum: Menuju Hukum
yang Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan,
Sulistyowati Irianto (ed). Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Lucin, Yeni. (tanpa tahun). "Pengetahuan, Sikap
dan Perilaku tentang Seks Pranikah terhadap
Pemanfaatan Pusat Informasi Konseling
Kesehatan Reproduksi Remaja (Pik-Krr) pada
Remaja di Kota Palangka Raya". Disertasi.
Pembangunan Milenium: Desentralisasi Hambat
Pencapaian Target, Kompas, 14 Maret 2015.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun
2014 tentang Kesehatan Reproduksi.
Rahman, Anita. (2006). Hukum dan Hak
Kesehatan Reproduksi Perempuan: Masalah
Aborsi, dalam Perempuan dan Hukum:
Menuju Hukum yang Berperspektif Kesetaraan
dan Keadilan, Sulistyowati Irianto (ed).
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan.
"SDGs gantikan MDGs sebagai acuan perundingan
pembangunan", http://www.antaranews.com/
berita/453769/sdgs-gantikan-mdgs-sebagaiacuan-perundingan-pembangunan, diakses 22
Maret 2016.
UNFPA.
Supporting
the
Constellation
of
Reproductive Rights, http://www.unfpa.org/
resources/supporting-constellation-reproductiverights#sthash.dlBBKff1.dpuf, diakses 21 Maret
2016.
"Women in Action, 4 Tuntutan Gerakan Perempuan
Melawan Ketimpangan", http://puanpertiwi.
com/index.php/puan-parlemen/5771-4tuntutan-gerakan-perempuan-melawanketimpangan, diakses 17 Maret 2016.

- 12 -

EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK

Vol. VIII, No. 06/II/P3DI/Maret/2016

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

TRANSFORMASI BATAM MENJADI KEK


UNTUK MEMPERBAIKI IKLIM INVESTASI
Edmira Rivani*)

Abstrak
Iklim investasi di kota Batam dinilai mulai kurang menjanjikan akibat konflik perburuhan
dan dualisme kewenangan antara Badan Pengelola (BP) Batam serta Pemerintah Kota
Batam. Untuk mengatasinya, pemerintah berencana melakukan transformasi Batam dari
Kawasan Free Trade Zone (FTZ) menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Perubahan
status Batam menjadi KEK nantinya akan melalui tahap transisi selama 6 bulan. Pemerintah
menawarkan insentif yang lebih baik untuk KEK dibandingkan dengan FTZ. Namun
demikian, pembangunan KEK Batam tidak akan terlepas dari beberapa permasalahan.
Faktor yang akan menentukan berhasil atau tidaknya program pengembangan KEK adalah
relevansi program tersebut dalam konteks spesifik dan seberapa efektif program tersebut
dirancang, diimplementasikan, serta dikelola secara berkelanjutan. Dalam mendukung
pembangunan KEK Batam, DPR dapat memberikan masukan dalam pembahasan serta
perumusan kebijakan agar pengembangan KEK lebih optimal, misalnya melalui perumusan
peran dan fasilitasi pemerintah daerah.

Pendahuluan

Pemerintah
pusat
memberikan
kewenangan kepada BP Batam dalam
hal perizinan pusat. Sementara Pemkot
Batam
berwenang
mengeluarkan
izin
daerah meskipun proses perizinan ada
di bawah Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP). Kewenangan BP Batam antara lain
menerbitkan izin prinsip Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM), angka pengenal
impor dari Kementerian Perdagangan, dan
izin dari kementerian lain. Sedangkan Pemkot
Batam menangani izin daerah seperti Izin
Mendirikan Bangunan (IMB), domisili,
tanda daftar perusahaan, dan izin-izin
lingkungan. Tugas dan tanggung jawab serta

Batam telah lama diharapkan menjadi


lokasi yang menjanjikan bagi investasi
di tanah air. Lokasinya yang strategis
karena berbatasan dengan negara tetangga
Singapura, yang selama ini menjadi pintu
ke pasar dunia, diharapkan ikut membuat
wilayah ini berkembang. Itu sebabnya,
pemerintah menetapkan Batam sebagai
kawasan Free Trade Zone (FTZ) beberapa
tahun lalu. Sayang, kini iklim investasi di kota
tersebut dinilai mulai kurang menjanjikan.
Hal ini seiring terjadinya konflik perburuhan
dan dualisme kewenangan antara Badan
Pengusahaan (BP) Batam serta Pemerintah
Kota (Pemkot) Batam.

*) Peneliti Muda Ekonomi Terapan pada Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: rif_green@yahoo.com.
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

- 13 -

wewenang yang diberikan kepada BP Batam


dan Pemkot Batam inilah yang diakui sangat
membingungkan investor.
Iklim investasi di Batam diperburuk juga
dengan adanya konflik perburuhan mengenai
upah minimum. Di satu sisi, pengusaha
menuntut kenaikan upah yang tidak terlalu
tinggi, di sisi lain buruh menuntut upah yang
layak untuk kesejahteraannya. Konflik upah
minimum kadang meluas menjadi kekisruhan
yang sampai berujung pada tindakan anarkis.
Transformasi
atas
Batam
perlu
dilakukan karena sesungguhnya permasalahan
di Batam telah terakumulasi cukup lama dan
berkepanjangan. Oleh sebab itu, penyelesaian
dengan pola business as usual tidak akan
dapat meningkatkan daya saing Batam sebagai
pusat perekonomian yang pernah unggul
di kawasan regional. Panitia Kerja (Panja)
Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
bidang FTZ turut mendukung keputusan
pemerintah memperkuat BP Batam di bawah
kendali pusat. M. Farid Al Fauzi, Ketua Panja
FTZ mengatakan bahwa pemerintah harus
mampu meramu formula agar pengelolaan
kawasan Batam ke depan tidak lagi tumpang
tindih seperti sekarang.

dualisme pengelolaan wilayah antara Pemkot


dan BP Batam, dualisme tanggungjawab
vertikal BP Batam ke Dewan Kawasan dan
Menteri Keuangan, ledakan penduduk, sampai
dengan maraknya penyelundupan. Dualisme
pengelolaan
wilayah
ini
menyebabkan
Batam tidak kompetitif karena perizinan
menjadi lamban, tumpang tindih pengelolaan
tanah, ketidakpastian hukum bagi investor,
hingga penyediaan infrastruktur yang belum
memenuhi standar internasional.
Penurunan daya saing internal tersebut
memberikan dampak yaitu sebanyak 30
persen dari ratusan perusahaan di Batam
berencana memindahkan pabriknya ke negara
lain. Negara tujuan kepindahan perusahaan
tersebut antara lain Malaysia dan Vietnam
karena kedua negara tersebut memberikan
dukungan investasi yang lebih baik dan
kondusif. Hal yang tidak mungkin dihindari
dari dampak tersebut adalah banyak pekerja
yang akan mengalami Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK). Terdapat kurang lebih 2.000
orang karyawan yang akan kehilangan
pekerjaan. Ini akan menambah jumlah
pengangguran di Batam. Padahal, saat ini
pencari kerja di Batam selalu bertambah.

Daya Saing Batam Menurun

Perubahan Status menjadi KEK

Seperti diketahui, secara eksternal telah


terjadi penurunan daya saing di kawasan
regional. Konsep kawasan perdagangan bebas
atau FTZ telah ditinggalkan oleh negaranegara di kawasan regional Asia Timur dan
Asia Tenggara. Seiring dengan globalisasi dan
perkembangan kerja sama antar negara di
kawasan, kecenderungan regional sekarang
adalah mengembangkan SEZ (Special Economic
Zone) ataupun untuk yang lebih spesifik
seperti kepentingan perdagangan adalah
mengembangkan EPZ (Export Processing
Zone) atau Bonded Logistic Center. Negaranegara lain yang dulu pernah belajar dari Batam
saat ini justru tumbuh lebih baik, contohnya
Iskandar Regional Development Authority
(IRDA) di Malaysia yang didirikan akhir tahun
2006, sudah jauh meninggalkan Batam yang
sudah didirikan sejak lebih dari 40 tahun lalu.
Contoh lain, kawasan ekonomi khusus Shenzhen
di China yang menyumbang 75 persen dari
pendapatan wilayah Shenzen sebesar US$114,5
miliar dan memiliki pendapatan per kapita
US$13.200.
Adapun secara internal, penurunan daya
saing disebabkan beberapa hal, mulai dari

Presiden telah menetapkan Keputusan


Presiden (Keppres) Nomor 8 Tahun 2016
tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas (DK PBPB) Batam pada
tanggal 29 Februari 2016. Dalam Keppres
tersebut antara lain disebutkan bahwa
Pembentukan penetapan DK PBPB Batam
diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian (merangkap anggota), dengan
anggota: Menteri Dalam Negeri, Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri
Keuangan, Menteri Perdagangan, Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional, Panglima Tentara
Nasional Indonesia, Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia, Sekretaris Kabinet,
Gubernur Kepulauan Riau, Walikota Batam,
dan Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Riau.
Lahirnya Keppres tentang DK PBPB
Batam juga sekaligus mencabut Keputusan
Presiden Nomor 18 Tahun 2013 mengenai
pembentukan Dewan Kawasan PBPB Batam.
Perubahan status Batam menjadi KEK
nantinya akan melalui tahap transisi selama 6
bulan. Pada masa transisi ini akan dilakukan
penggantian pengurus BP Batam. Setelah
- 14 -

Tabel 1. Perbandingan Fasilitas Perpajakan pada FTZ dan KEK


No.

Jenis Fasilitas

FTZ

KEK

---

---

a. Investment Allowance

b. Amortisasi dipercepat

c. Pajak Dividen

d. Kompensasi kerugian yang lebih lama

e. Tax Holiday

Fasilitas Pembebasan PPh Pasal 22 Impor

Fasilitas PPN dan PPnBM

---

---

a. PPN impor tidak dipungut

b. PPN tidak dipungut atas pembelian dalam negeri

c. Pembebasan PPN dan/atau PPnBM

d. Penyerahan tidak dipungut kepada penerima fasilitas lainnya

e. Pengembalian PPN kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri

---

---

a. Penangguhan Bea Masuk

b. Pembebasan Bea Masuk

c. Pembebasan Cukai

Fasilitas PPH Badan

1.

2.

3.

Fasilitas Bea Masuk dan Cukai


4.

Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2015.

itu, pengurus yang baru akan melakukan


identifikasi aset, pengelolaan kerja sama
dengan investor, perbaikan pembagian
tugas dan wewenang dengan Pemkot Batam,
serta melakukan persiapan untuk strategi
pengembangan kawasan ke depan.
DK PBPB Batam yang kini dipimpin
oleh
Menko
Perekonomian
tersebut
bersifat sementara. Setelah keanggotaan
BP Batam diganti dan segala persiapan
selesai, DK PBPB Batam akan menyerahkan
kewenangan kepada DK Batam yang baru.
Dalam KEK, ada badan pengelola yang
merupakan bentuk baru BP Batam yang
salah satu tugasnya adalah mengundang
investor ke daerah KEK. Walikota mengurus
daerah pemukiman, sehingga saat KEK
sudah berjalan Walikota tidak akan terlalu
jauh mengurus investasi.
KEK
Batam
nantinya
akan
memberikan
banyak
kemudahan
dan insentif bagi para investor yang
menanamkan modalnya di zona KEK yang
telah ditetapkan DK. Birokrasi perizinan
akan selesai dengan cepat dan cukup
sampai di DK, termasuk soal lahan karena
Hak Pengelolaan Lahan (HPL) atas tanah
diambilalih DK Batam. Yang paling menarik
adalah investor maupun pengusaha yang
menanamkan modalnya di zona KEK akan
mendapatkan beragam insentif yang jauh

lebih besar dari yang didapatkan saat ini


dengan status FTZ. Salah satu wujud insentif
tersebut dapat berupa pembebasan pajak
hingga puluhan tahun.
Namun, keistimewaan baru yang
diberikan di zona KEK seperti yang terlihat
pada Tabel 1, nantinya hanya diberikan
kepada investor baru dan investor yang
melakukan perluasan usaha di zona KEK
yang telah ditetapkan DK. Investor yang
ada saat ini tetap mendapatkan fasilitas
sebagaimana yang didapatkan saat Batam
masih berstatus FTZ. Namun, apabila
investor tersebut melakukan relokasi atau
perluasan ke zona KEK maka fasilitas yang
akan didapatkan jauh lebih baik dan lebih
banyak dari yang sekarang. Sementara,
industri yang berada di luar kawasan atau
yang berada di tengah-tengah pemukiman
warga, fasilitas yang mereka dapatkan tetap
sama saat Batam bertatus FTZ.
Saat ini pemerintah sedang melakukan
sosialisasi pengembangan kawasan Batam
yang mengarah menjadi kawasan investasi.
Meskipun demikian, pemerintah juga
mempertimbangkan kawasan pemukiman
di sana. Kawasan pemukiman tersebut tidak
akan diubah atau dikurangi fasilitasnya, baik
fasilitas kepada investasi maupun fasilitas
kepada penduduk. Intinya, model KEK
Batam tidak mereduksi keistimewaan yang
- 15 -

ada saat ini, namun akan menambahkan


fasilitasnya jika berinvestasi di zona KEK
yang telah ditetapkan.
Meskipun
pemerintah
sudah
menetapkan kebijakan status Batam menjadi
KEK, ada beberapa pihak yang tidak setuju
dengan kebijakan tersebut, diantaranya
adalah Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
Kota Batam dan BP Batam. Pihak-pihak
tersebut berpendapat bahwa Batam tidak
cocok menjadi KEK karena sebelumnya
sudah pernah menjadi KEK namun gagal.
FTZ membutuhkan waktu hingga 70 tahun
untuk di review, padahal saat ini usia FTZ
Batam masih 10 tahun. Sementara persoalan
tumpang tindih di Batam bisa diselesaikan
dengan memperhatikan sistem pengelolaan
tanpa mengubah status Batam. Alasan
lainnya karena infrastruktur dan industri di
Batam sudah berjalan, sedangkan KEK hanya
cocok jika diterapkan di kawasan yang baru,
misalnya ada hutan atau kebun baru dan
berpotensi untuk dikembangkan.
Dengan dibangunnya KEK Batam
yang
menawarkan
banyak
insentif
dan
diharapkan
dapat
memperbaiki
iklim investasi, pemerintah juga perlu
mempertimbangkan dampak dibangunnya
KEK seperti upah tenaga kerja/buruh
yang rendah, kecenderungan menguasai
pasar dengan monopoli (pembelian dan
penjualan), polusi dan limbah, serta dampak
negatif lainnya. Selain itu, pemerintah juga
perlu menganalisis kembali pembangunan
delapan KEK yang telah ditetapkan melalui
peraturan pemerintah sebelumnya. Dengan
mempelajari permasalahan yang dihadapi
delapan KEK sebelumnya, seperti belum
jelasnya berbagai insentif yang dijanjikan
di dalam rencana pembangunan KEK,
kekhususan dari kawasan khusus yang
belum dapat dijabarkan dengan payung
hukum yang sesuai, hingga skema hubungan
kelembagaan dalam pengelolaan KEK yang
belum memberikan jaminan dukungan
penuh terhadap dunia usaha dan operasional
perusahaan,
diharapkan
permasalahan
tersebut tidak terjadi dalam pembentukan
KEK Batam.

kewenangan antara BP Batam dan Pemkot


Batam, langkah yang diambil pemerintah
adalah
melakukan
transformasi
atas
Batam menjadi KEK. Namun demikian,
pembangunan KEK Batam tidak akan terlepas
dari beberapa permasalahan. Pada akhirnya
yang menentukan berhasil atau tidaknya
sebuah program pengembangan KEK adalah
relevansi program tersebut dalam konteks
spesifik, serta seberapa efektif program
tersebut
dirancang,
diimplementasikan,
serta dikelola secara berkelanjutan. Dalam
mendukung pembangunan KEK Batam, DPR
dapat memberikan masukan untuk membahas
serta merumuskan kebijakan, misalnya peran
dan fasilitasi dari pemerintah daerah agar
pengembangan KEK lebih optimal.

Referensi
Batam Resmi Jadi Kawasan Ekonomi
Khusus,
http://ekonomi.metrotvnews.
com/mikro/nbwJEMmN-batam-resmijadi-kawasan-ekonomi-khusus, diakses16
Maret 2016.
DPR Dukung Pemerintah Ambil Alih Batam,
http://nasional.kontan.co.id/news/dprdukung-pemerintah-ambil-alih-batam,
diakses15 Maret 2016.
Ini Model Kawasan Ekonomi Khusus Batam,
http://batampos.co.id/2016/03/14/inimodel-kawasan-ekonomi-khusus-batam/,
diakses16 Maret 2016.
Kementerian
Koordinator
Bidang
Perekonomian. Batam, Dari Kawasan
Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas
Menjadi Kawasan Ekonomi Khusus,
https://www.ekon.go.id/berita/view/
batam-dari-kawasan.2109.html, diakses 15
Maret 2016.
Mau Pindah ke KEK Batam? Ini Insentifnya,
http://bisniskeuangan.kompas.com/
read/2016/03/15/201806126/Mau.
Pindah.ke.KEK.Batam.Ini.Insentifnya.,
diakses 17 Maret 2016.
Nurmayanti. Transformasi Batam Jadi
Kawasan Ekonomi Khusus, http://
bisnis.liputan6.com/read/2458485/
transformasi-batam-jadi-kawasanekonomi-khusus, diakses 16 Maret 2016.
Pemodal Siap Hengkang Dari Batam,
http://bisniskeuangan.kompas.com/
read/2016/01/13/150633026/Pemodal.
Siap.Hengkang.dari.Batam, diakses 20
Maret 2016.

Penutup
Dalam
rangka
menyelesaikan
permasalahan iklim investasi di kota Batam
yang dinilai mulai kurang menjanjikan
karena konflik perburuhan dan dualisme
- 16 -

PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

Vol. VIII, No. 06/II/P3DI/Maret/2016

Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT TERHADAP


CALON PERSEORANGAN DALAM PILKADA
Debora Sanur L.*)

Abstrak
Peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan kepala daerah (pilkada) yang
berlaku saat ini yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2015 secara tegas
menyebutkan bahwa pilkada dapat diikuti oleh calon yang diusulkan oleh partai
politik (parpol), gabungan parpol, atau perseorangan. UU tersebut membuka peluang
munculnya calon kepala daerah melalui jalur perseorangan. Menjelang Pilkada
2017 muncul fenomena partisipasi politik masyarakat untuk mendukung Gubernur
DKI Jakarta petahana, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai calon gubernur
pada Pilkada 2017 melalui jalur perseorangan, seperti kelompok masyarakat yang
menamakan dirinya Teman Ahok. Partisipasi politik masyarakat dari komunitas
Teman Ahok telah memperlihatkan bahwa masyarakat juga pemilik kekuasaan
politik yang tidak bisa diremehkan. Walau fenomena ini telah mengesankan seolaholah ada kesenjangan antara masyarakat dengan institusi parpol. Namun fenomena
ini dapat menjadi momentum bagi parpol untuk memaksimalkan fungsinya dalam
pengkaderan calon-calon pemimpin dari parpol.

Pendahuluan
Ketentuan Pasal 1 angka 3 UU Nomor
8 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas UU
Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor
1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, Dan Walikota Menjadi UU atau biasa
disebut UU Pilkada menyebutkan bahwa
Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur
adalah peserta Pemilihan yang diusulkan
oleh partai politik, gabungan partai politik,
atau perseorangan yang didaftarkan atau
mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi. Ketentuan tersebut menunjukkan
bahwa pencalonan kepala daerah, baik

melalui jalur perseorangan maupun melalui


partai politik, dimungkinkan oleh UU dan
sama-sama konstitusional untuk menjamin
kesetaraan.
Untuk dapat mendaftarkan diri sebagai
calon gubernur dan calon wakil gubernur,
seseorang harus memenuhi syarat dukungan
sebagaimana diatur dalam Pasal 41 UU
Pilkada. Pasal 41 ayat (1) huruf c UU Nomor
8 Tahun 2015 menyebutkan bahwa calon
perseorangan dapat mendaftarkan diri
sebagai Calon Gubernur dan Calon Wakil
Gubernur jika memenuhi syarat dukungan
dengan ketentuan: bagi Provinsi dengan

*) Peneliti Muda Ilmu Politik pada Bidang Politik Dalam Negeri, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: debora.sanur@dpr.go.id.
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

- 17 -

jumlah penduduk lebih dari 6.000.000


(enam juta) jiwa sampai dengan 12.000.000
(dua belas juta) jiwa harus didukung paling
sedikit 7,5% (tujuh setengah persen).
Ketentuan ini berdasarkan putusan MK
dalam Perkara Nomor 60/PUU-XIII/2015
berubah menjadi hitungan persentase
dukungan didasarkan atas jumlah penduduk
yang telah mempunyai hak pilih sebagaimana
dimuat dalam daftar calon pemilih tetap di
daerah yang bersangkutan pada pemilihan
umum sebelumnya.
Salah satu provinsi yang akan
menyelenggarakan Pilkada serentak pada
tahun 2017 adalah Provinsi DKI Jakarta.
Sekelompok masyarakat yang menamakan
dirinya Teman Ahok mengupayakan agar
Ahok sebagai gubernur petahana, dapat
maju pada Pilkada DKI Jakarta 2017 melalui
jalur perseorangan. Hal ini didasari oleh
kekhawatiran mereka apabila Ahok tidak
diusung oleh partai mana pun sebagai calon
gubernur pada Pilkada DKI Jakarta 2017
mendatang. Fenomena ini seolah-olah
memunculkan adanya persaingan calon
Gubernur DKI pada Pilkada 2017 antara jalur
perseorangan dengan jalur parpol. Sementara
parpol merupakan instrumen penting dalam
sistem demokrasi di Indonesia.
Berdasarkan survei yang dilakukan
oleh Kompas, sebanyak 67,2% masyarakat
menyatakan tidak khawatir jalur nonpartai
akan menggerus keberadaan institusi parpol
sebagai pilar utama demokrasi. Dalam hal ini
masyarakat meyakini bahwa pasangan calon
perseorangan yang menang dalam pilkada
pun tidak akan mengingkari keberadaan
parpol. Bahkan masyarakat menyukai adanya
pesaingan antara kedua jalur ini karena
diyakini bisa menghasilkan pemimpin daerah
yang lebih baik.
Alternatif jalur perseorangan dalam
mengusung calon untuk maju pada pilkada
menjadi pilihan karena parpol telah memiliki
mekanisme sendiri dalam menentukan
calon kepala daerah yang akan diusungnya.
Mulai dari mekanisme proses penjaringan,
melalui beberapa tahapan, hingga akhirnya
berakhir pada keputusan apakah kandidat
tersebut, akan jadi diusung oleh partai
atau tidak. Proses tersebut tentu dapat
membuat kekecewaan kepada bakal calon
serta masyarakat yang mendukung bakal
calon, seperti misalnya apabila Ahok tidak
dapat maju kembali sebagai calon gubernur.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, muncul


partisipasi politik masyarakat melalui
Teman Ahok yang tidak ingin berspekulasi
seandainya Ahok tidak dicalonkan oleh parpol
atau gabungan parpol.

Jalur Perseorangan dan Partisipasi


Politik Masyarakat
Menurut
Gary
A.Yukl
(Yukl,
2005; 8), kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi, orang lain untuk memahami
dan setuju dengan apa yg perlu dilakukan,
dan bagaimana tugas itu dilakukan secara
efektif, serta proses untuk memfasilitasi
upaya individu dan kolektif untuk mencapai
tujuan bersama. Kepemimpinan Gubernur
Ahok, yang setidaknya menurut Teman
Ahok dianggap tegas, mampu memberantas
korupsi, dan membela rakyat kecil di Jakarta
membuatnya
memperoleh
kepercayaan
masyarakat. Ia dianggap mampu mengemban
tugas memimpin Jakarta.
Hal tersebut membuat sekelompok
masyarakat tetap berkeinginan agar ia
tetap memimpin Jakarta di periode yang
akan datang. Komunitas masyarakat ini
akhirnya turut berpartisipasi dalam hal
mengumpulkan KTP, menjual cendera mata
bahkan mencetak spanduk, baliho, dan lain
sebagainya secara sukarela, tanpa harus
dimobilisasi. Menurut Jeffrey A. Karp and
Susan A. Banducci mobilisasi (Karp and
Banducci, 2007; 13: 217) didefinisikan sebagai
usaha aktor untuk mempengaruhi distribusi
kekuasaan, distribusi kekuasaan tersebut
antara dua aktor, yaitu individu dan partai
yang dalam aktivitasnya terdiri dari 3 proses,
yaitu proses kepentingan (dimensi kognitif),
proses pembentukan komunitas (dimensi
affective), dan proses pemanfaatan instrumen
(dimensi instrumental).
Berbeda
dengan
mobilisasi,
partisipasi
politik
merupakan
upaya
untuk memperjuangkan dan mewujudkan
kepentingan
berbagai
pihak
dalam
masyarakat yang saling berhubungan,
baik yang bekerjasama maupun yang
bertentangan. Partisipasi politik tidak
sekedar kehadiran (prosedural) namun harus
berupa keterlibatan (substantif). Dalam
hal ini partisipasi politik bukanlah masalah
dukungan terhadap elit maupun partai,
namun lebih pada pencapaian kepentingan
para partisipan, yaitu keberhasilan mereka
dalam mengusung calon gubernur untuk
- 18 -

publik. Penyebabnya karena proses kinerja


parpol di dalam dan di luar lembaga
perwakilan dinilai belum memenuhi aspirasi
dan kebutuhan masyarakat. Kinerjanya juga
cenderung tidak bisa diukur. Berdasarkan
hal tersebut parpol perlu program-program
politik yang masif untuk dapat memperkuat
eksistensinya di masyakarat.
Sementara itu tantangan politik yang
dihadapi parpol secara internal diantaranya
pemupukan kader-kader parpol dilakukan
tetapi berjalan sangat lamban, kurang terlihat
program-program
perawatan
terhadap
pendukung, pengelolaan keanggotaan parpol
yang sistematik kurang dilakukan secara
intensif, serta komunikasi kepada publik
untuk memperluas jangkauan kehadiran
parpol di masyarakat sangat terbatas.
Sejumlah survei merekam kinerja
parpol dinilai belum maksimal oleh
masyarakat. Fungsi parpol dalam melakukan
perekrutan politik, pendidikan politik dan
penyalur aspirasi rakyat juga turut dinilai
belum
berkembang
secara
signifikan.
Walau demikian, sesuai temuan survei
kompas bahwa sebanyak 76,1% masyarakat
menyatakan parpol tetap perlu dan harus
tetap ada dalam konteks demokrasi. Jalur
perseorangan bukan ancaman bagi parpol.
Sebanyak
70,3%
berpendapat
bahwa
hadirnya calon perseorangan justru akan
mendorong partai menjadi lebih selektif
dalam mencalonkan kepala daerah. Bahkan
sebanyak 73,6% masyarakat justru melihat
adanya kompetisi antara calon perseorangan
dan jalur parpol justru akan memberi banyak
pilihan dan peluang bagi publik untuk
mendapat kepala daerah terbaik.
Oleh sebab itu keberadaan calon
perseorangan dapat dinilai sebagai bagian
dari upaya memperbaiki parpol, karena
sampai saat ini kebanyakan parpol yang
ada di Indonesia belum menerapkan sistem
yang profesional dalam melahirkan calon
pemimpin. Sudah ada beberapa pemimpin
yang dapat bekerja profesional dari kader
partai namun jumlahnya masih belum
banyak.
Ahok sendiri menilai, bahwa calon
perseorangan tidak akan diperlukan lagi dan
akan hilang dengan sendirinya jika parpol
bisa melahirkan calon pemimpin secara
profesional. Seperti halnya calon independen
dalam proses politik di Amerika Serikat,
dimana para calon independen tersebut tidak

terpilih kembali pada periode mendatang.


Partisipasi politik masyarakat dilakukan
agar mereka dapat mendiskusikan aspirasi
dan kepentingannya, mampu merumuskan
dan menyampaikan daftar kepentingan
kepada para calon pemimpin serta mampu
mengawasi setelah calon pemimpin terpilih
tersebut.
Strategi partisipasi seperti yang
dilakukan oleh Teman Ahok ini memiliki
beberapa poin positif dan negatif dalam
pelaksanaannya. Poin positif tersebut
diantaranya terdapat pengorganisasian dalam
warga masyarakat untuk mengumpulkan
dan menyampaikan aspirasi. Penyampaian
aspirasi ini disampaikan melalui KTP
oleh warga. Selain itu, prosesnya terbuka,
terdokumentasi dan dipublikasikan secara
luas kepada masyarakat umum melalui web
temanahok.com, walaupun dokumentasi
proses kesepakatan tersebut mungkin belum
terlalu baik.
Sementara itu, poin negatif dari
strategi partisipasi ini kontrak politik
dengan dukungan politik (suara) pada Ahok
lemah karena mekanisme pengawasan dan
pengawalan aspirasi belum ada, kalaupun
sudah ada belum efektif. Keberadaan web
temanahok.com juga belum terinformasi
secara menyebar merata ke seluruh
masyarakat. Dan, pada akhirnya bila
nanti Ahok terpilih kembali, masyarakat
pendukungnya ini akan sulit membangun
komunikasi dengannya karena posisi tawar
mereka belum kuat.

Rekrutmen Calon Pemimpin oleh


Partai Politik
Salah satu fungsi parpol adalah
melakukan rekrutmen calon pemimpin
untuk seluruh tingkatan, mulai dari tingkat
kepala desa, bupati dan walikota, gubernur,
hingga presiden. Dengan demikian, parpol
seharusnya dapat memainkan peran penting
bagi kaderisasi pemimpin. Menurut Tommi
A. Legowo, secara eksternal ada beberapa
tantangan politik yang dihadapi parpol
pada umumnya. Tantangan eksternal
yang dihadapi parpol diantaranya ialah
kepercayaan publik terhadap parpol pada
umumnya rendah. Hal ini membuat posisi
parpol yang sudah lama ada menjadi
melemah di mata masyarakat umum,
sementara itu parpol baru tidak berkembang
makin kuat dalam memperoleh dukungan
- 19 -

Referensi

dapat mengungguli calon dari parpol yang


cenderung lebih baik.
Berdasarkan hasil pilkada serentak
2015 menunjukan hanya 9,6% calon
perseorangan atau 13 dari 135 pasangan
calon perseorangan yang menang. Data
tersebut semakin menguatkan bahwa calon
perseorangan hanya alternatif. Namun juga
memberi gambaran bahwa dalam memberi
dukungan kepada calon, masyakarat memilih
bukan berdasarkan konteks calon dari parpol
maupun calon perseorangan, tetapi lebih
kepada sosok figur calon pemimpin daerah
tersebut.

Jeffrey A. Karp and Susan A. Banducci.


2007. "Party Mobilization and Political
Participation in New and Old Democracies"
in Party Politics, Volume 13, No. 2. 217-234.
Tommi A. Legowo. "Tantangan Dan Prospek
Pelembagaan Partai Politik", Makalah
Pelengkap FGD Peningkatan Kualitas
Kader Pemimpin Nasional Melalui
Kaderisasi Partai Politik, Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum
Dan Kemananan Republik Indonesia, 18
November 2014.
Yukl, Gary A. 2005. Leadership in
Organizations (6th Edition), Pearson
Prentice Hall, Upper Saddle River, NJ.
Ayo Kumpulkan KTP Ulang Untuk Ahok,
http://temanahok.com/artikel/143ayo-kumpulkan-ulang-ktp-untuk-ahokheru?l=id, diakses 14 Maret 2016.
"Jajak Pendapat Kompas: Calon Perseorangan
Alternatif Berdemokrasi", Kompas, Senin
21 Maret, Hal 5.
Ketua KPU Perihal Cawagub Formulir Teman
Ahok Sah Asal, http://temanahok.com/
artikel/131-ketua-kpu-perihal-cawagubformulir-teman-ahok-sah-asal?l=id,
diakses 14 Maret 2016.
KPU Calon Independen atau Partai SamaSama Konstitusional, http://metro.news.
viva.co.id/news/read/746802-kpu-calonindependen-atau-partai-sama-samakonstitusional, diakses 14 Maret 2016.
Menurut Ahok Calon Independen Akan
Hilang
Jika
Parpol
Profesional,
http://megapolitan.kompas.com/
read/2016/03/10/14043651/Menurut.
Ahok.Calon.Independen.Akan.Hilang.jika.
Parpol.Profesional, diakses 14 Maret 2016.
Pernyataan Sikap Teman Ahok, http://
temanahok.com/artikel/134-pernyataansikap-teman-ahok?l=id, diakses 14 Maret
2016.
Teman Ahok Pembela Gubernur yang Dinilai
Arogan Oleh Parpol, http://megapolitan.
kompas.com/read/2016/03/10/07561411/
Teman.Ahok.Pembela.Gubernur.yang.
Dinilai.Arogan.oleh.Parpol, diakses 14
Maret 2016 .
Teman Ahok Usung Ahok Heru Jalur
Independen,
http://temanahok.com/
artikel/139-teman-ahok-usung-ahok-herujalur-independen?l=id, diakses tanggal 14
Maret 2016,

Penutup
Dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 yang
akan datang, Gubernur pertahana Ahok
mendapat dukungan untuk maju melalui
jalur perseorangan dari kelompok masyarakat
Teman Ahok dengan cara mengumpulkan
KTP. Walau demikian, tetap tidak tertutup
kemungkinan bagi parpol untuk mendukung
ataupun mengusung melalui jalur parpol.
Mengingat kondisi politik Indonesia yang
dinamis. Namun demikian, antusiasme
para pendukung Ahok memperlihatkan
bahwa partisipasi politik masyarakat sangat
diperlukan dalam proses demokrasi karena
masyarakat adalah pemilik kekuasaan politik
yang berkuasa atas aspirasinya.
Partisipasi
politik
masyarakat
dilakukan agar mereka dapat mencapai
kepentingannya. Dalam hal ini masyarakat
berkepentingan untuk mendapat pemimpin
terbaik bagi daerahnya. Oleh sebab itu,
calon perseorangan bukanlah ancaman bagi
parpol. Masyarakat justru menilai positif
persaingan antara kedua jalur ini karena
diyakini bisa menghasilkan pemimpin
daerah yang lebih baik. Bila selama ini
posisi parpol cenderung melemah di mata
masyarakat umum, karena proses kinerja
parpol dinilai belum memenuhi aspirasi
dan kebutuhan masyarakat. Maka dalam
menghadapi Pilkada DKI Jakarta 2017 yang
akan datang penting bagi parpol untuk dapat
menghadirkan kandidat berkualitas dan yang
dipercaya masyarakat Jakarta melalui parpol,
agar parpol dapat lebih merebut simpati
masyarakat.

- 20 -

Anda mungkin juga menyukai