Anda di halaman 1dari 11

Hodgkin disease (HD) memiliki distribusi kejadian bimodal yang memuncak pada usia dewasa

muda dan pada usia dia atas 50 tahun. Empat subtipe HD yang pernah dipaparkan diantaranya:
nodular sclerosis (subtipe histologis yang paling umum dijumpai) (Gambar 23), lymphocyte-rich,
mixed cellularity and lymphocyte depleted HD. Gambaran radiologi konvensional yang
abnormal ditemukan pada 76% pasien dengan HD, sering kali menunjukkan gambaran
pembesaran prevascular dan paratrakeal node. Karakteristik radiologis yang ditemukan adalah
massa soft tissue homogen pada mediastinum anterio, kontur tidak teratur, lobulasi permukaan
(surface lobulation), tidak adanya keterlibatan vaskular, dan terkait dengan prevalensi tinggi
limfadenopati mediastinum. Perubahan kistik dan nekrotik juga dapat ditemukan.

Gambar 23a. Nodular sclerosis limfoma Hodgkin pada wanita 44 tahun.


Rontgen dada frontal menunjukkan massa mediastinum yang besar,
berbentuk teratur, dengan peningkatan densitas (panah).

Gambar 23a. Pada gambaran CT-scan dengan kontras memberikan


gambaran massa soft tissue yang tebal (panah) dengan nilai CTattenuation yang homogen menempati ruang prevascular. Catatan:
arteri mammarian kiri internal dikelilingi oleh lesi.

Dua bentuk yang paling umum dari penyakit non-Hodgkin (NHD) mediastinum adalah diffuse
large B-cell lymphoma dan T-cell lymphoblastic lymphoma. T-cell lymphoblastic lymphoma
umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja. Gambaran CT yang paling umum adalah massa
mediastinum besar yang merupakan pembesaran thymus dan kelenjar getah bening, yang
menekan saluran udara dan struktur kardiovaskular (Gambar 24). CT-attenuation yang rendah
yang menggambarkan terjadinya nekrosis sering kali ditemukan. Diffuse large B-cell lymphoma
cenderung terjadi pada usia remaja hingga setengah baya dengan usia rata-rata 30 tahun.
Subtipe ini menyumbang 7% dari semua kasus NHD dan sekitar 10% dari semua high-grade
NHD. Tumor muncul sebagai massa besar, halus atau lobulated di mediastinum anterior pada
hampir semua pasien. Pada CT, tumor menunjukkan daerah low-attenuation, yang mewakili
perdarahan, nekrosis atau degenerasi kistik di 50% kasus dan peningkatan heterogen pada
sekitar 40% kasus (Gambar 25).

Gambar 24. Gambar Aksial T1-weighted MR seorang pria


berusia 16 tahun dengan massa solid yang besar (panah) di
anterior dan superior mediastinum. Trunkus supra-aorta hampir
sepenuhnya dikelilingi oleh lesi dan trakea (T) terdorong ke sisi
kontralateral.
Analisis
patologis
menunjukkan
T-cell
lymphoblastic lymphoma.

Gambar 25. Diffuse large B-cell lymphoma pada seorang pria 19


tahun. CT-scan dengan kontras menunjukkan massa soft tissue besar
di mediastinum anterior (panah gambar a), yang menunjukkan CTattenuation heterogen dengan perubahan kistik di dalamnya (*).
Gambaran efusi perikardial juga diamati (panah gambar b)

Tumor sel germinal (GCT) umumnya berkembang di gonad dan di garis tengah tubuh, dimana
mediastinum merupakan lokasi extragonadal yang paling umum. GCT terjadi pada 10-15%
massa mediastinum anterior pada orang dewasa dan 25% pada anak-anak. Hanya 3% dari
tumor ini berkembang di mediastinum posterior. Berdasarkan klasifikasi patologis terdiri dari
teratoma dan non-teratomatous germ cell tumor.
Teratoma adalah GCT mediastinum yang paling umum terjadi. Teratoma mature biasanya tanpa
gejala dan terjadi pada 60-70% GCT mediastinum. Teratoma terdiri dari jaringan jinak dengan
dominan elemen ektodermal. Bila teratoma terdiri atas jaringan fetal atau jaringan
neuroendokrin, termasuk imatur dan ganas dengan prognosis yang buruk. Pada CT, teratoma
paling sering muncul sebagai lesi kistik berisi cairan, jaringan lunak, atau attenuation lemak;
berbatas tegas baik unilocular atau multilocular (Gambar 26). Kalsifikasi yang terjadi bisa focal,
rim-like atau, dalam kasus yang jarang, representatif dari gigi atau tulang. Kombinasi umum dari
komponen internal teratoma matur diantaranya: jaringan lunak, cairan, lemak dan kalsifikasi
pada 39% tumor; jaringan lunak, cairan dan lemak pada 24% tumor; dan jaringan lunak, cairan
pada 15% tumor. Pada 15% kasus, teratoma matur muncul sebagai lesi kistik tidak spesifik
tanpa lemak dan kalsium. Pada MRI, teratoma biasanya menunjukkan intensitas sinyal yang
heterogen, sebagai perwakilan berbagai elemen internal. Fat-fluid level dalam lesi merupakan
diagnostik untuk teratoma. Teratoma yang pecah menunjukkan gambaran konsolidasi di
sekitarnya, atelektasis dan pleura atau efusi perikardium dibandingkan dengan teratoma yang
tidak pecah.

Gambar 26. Pencitraan dada teratoma mediastinum heterogen.


(Gambar a) Teratoma kistik matur pada seorang pria 40 tahun. CT-scan
dengan kontras menunjukkan gambaran massa heterogen di
mediastinum anterior dengan area lemak (panah), kalsifikasi (panah
putih) dan fluid-attenuation (*). Gambaran struktur mediastinum posterior
yang mengalami pendesakan juga dapat dilihat.
(Gambar c) CT-scan dengan kontras pada seorang wanita 24 tahun
tanpa gejala menunjukkan massa uniloculated berbatas tegas yang
terletak di ruang prevascular dan menunjukkan perubahan kistik di
dalamnya (*).

Non-teratomatous germ cell tumor (NTGCT) adalah tumor langka dan ganas yang biasanya
terjadi pada laki-laki muda dan paling sering muncul di mediastinum anterosuperior. Tumor ini
tumbuh pesat dan berkembang menjadi besar, padat, dengan batas tidak tegas, dan berbentu
lobulasi. Seminoma mediastinum primer terjadi pada 25-50% GCT mediastinum ganas dan
terjadi hampir secara eksklusif pada laki-laki dengan periode dari dekade kedua sampai
keempat kehidupan. Pada pencitraan, tumor biasanya memberikan gambaran homogen dan
menunjukkan peningkatan kontras minimal. Area degenerasi akibat perdarahan dan nekrosis
koagulasi dapat dijumpai (Gambar 27). Metastasis ke kelenjar getah bening dan tulang juga
dapat terjadi. Non-seminomatous germ cell tumor termasuk tumor yolk sac, tumor sinus
endodermal, karsinoma embrional, koriokarsinoma dan mixed germ cell tumor, yang timbul
sebagai massa besar biasanya dengan marked heterogeneous attenuation. Invasi struktur yang
berdekatan dan metastasis jauh dapat terjadi. Pleura dan efusi perikardial yang umum dijumpai.
Tingkat AFP dan -hCG digunakan dalam menegakkan diagnosis (Gambar. 28).

Gambar 27. Seorang pria 19 tahun dengan seminoma. CT-scan


dengan kontras aksial menunjukkan massa yang besar di sisi kanan
mediastinum dengan massa pada pembuluh darah besar dan jantung.
Massa menunjukkan nilai CT-attenuation yang heterogen kemungkin
merupakan perdarahan sekunder dan nekrosis koagulasi. Didapatkan
juga gambaran efusi pleura kanan (kepala panah) dan beberapa
metastasis paru-paru (panah)

Gambar 28a. Non-seminomatous germ cell tumor ganas dari mediastinum


anterior pada seorang pria 25 tahun dengan nyeri dada dan kadar serum fetoprotein yang (25,396 ng/ml). Rontgen dada frontal menunjukkan massa
pusat (*). Aorta desenden terlihat jelas (panah), mengindikasikan bahwa
massa tidak pada mediastinum posterior. Nodul multipel di kedua lapang
paru juga dapat diamati.

Gambar 28b. Gambaran CT scan dengan kontras menegaskan massa


dengan attenuation rendah (*) di mediastinum anterior yang menekan
arteri pulmonal. Gambaran metastasis bilateral pada paru (panah) dan
hilus serta limfadenopati subcarinal juga dapat dilihat (panah terbuka)

Tumor neurogenik terjadi pada 20% orang dewasa dan pada 35% tumor mediastinum anak,
serta menjadi penyebab massa mediastinum posterior yang sering dijumpai. Tujuh puluh
sampai delapan puluh persen dari tumor neurogenik adalah jinak, dan hampir setengahnya
tidak menunjukkan gejala. Tumor ini umumnya dikelompokkan menjadi:
Tumor saraf perifer, yang paling umum (70%) dari tumor neurogenik mediastinum dan berasal
dari tulang belakang atau saraf intercostal proksimal; Namun, dalam kondisi yang jarang, tumor
ini juga dapat berasal dari vagus, recurrent laryngeal dan saraf frenikus (Gambar 29).
Schwannomas adalah tumor mediastinum neurogenik yang paling umum (50%) dan
kebanyakan terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun. Schwannomas umumnya massa soliter dan
berkapsul, tetapi beberapa schwannomas mungkin berhubungan dengan neurofibromatosis tipe
2. Tumor dapat tumbuh melalui foramen intervertebralis yang berdekatan dan kanal tulang
belakang dan membentuk konfigurasi "dumbbell" atau "jam pasir". Perubahan kistik dan
perdarahan lebih sering terjadi pada schwannomas daripada di neurofibroma. Neurofibroma
adalah tumor jaringan lunak tidak berkapsul dan terjadi pada sekitar 20% tumor neurogenik
mediastinum. Peningkatan mendadak dalam ukuran neurofibroma yang sebelumnya stabil dan
adanya gejala neurologis menunjukkan adanya transformasi maligna menjadi tumor selubung
saraf perifer yang ganas. Tumor ini terkait erat dengan neurofibromatosis dan menunjukkan
intensitas sinyal yang lebih heterogen dan peningkatan kontras pada MRI.

Gambar 29a. Tumor saraf perifer biasanya menunjukkan massa cembung


yang timbul dari mediastinum. Rekonstruksi multiplanar Coronal CT-scan
kontras seorang pria 59 tahun tanpa gejala dengan massa di mediastinum
superior kanan (panah). Berdasarkan pemeriksaan histologis didapatkan
schwannoma yang berasal dari saraf frenikus

Gambar 29b. Schwannoma. Tumor pada wanita 77 tahun. CT-scan


tanpa kontras menunjukkan massa paravertebral yang berbatas tegas
dan homogen (*)

Tumor ganglion simpatik, yang terjadi pada 25% tumor neurogenik mediastinum dan timbul dari
sel-sel saraf dan bukan dari selubung saraf. Ganglioneuromas merupakan yang paling jinak dan
dibedakan dari tumor ganglionik otonom. Secara radiografi, tumor ini berbatas tegas, terjadi
sepanjang anterolateral tulang belakang dan mencakup 3-5 vertebra. "Whorled appearance"
terjadi akibat band lengkung dari sinyal intensitas rendah yang direfleksikan jaringan kolagen
fibrosa dalam massa pada gambaran T2-weighted. Kebanyakan ganglioneuromas
menunjukkan peningkatan kontras secara bertahap dan heterogen. Ganglioneuroblastomas
adalah tipe yang paling jarang dari tumor neurogenik dan menunjukkan gambaran intermediate
dari maturitas sel antara neuroblastoma dan ganglioneuroma. Neuroblastoma sangat agresif
dan mudah mengalami metastasis yang berasal dari neuroectodermal dengan usia saat
diagnosis rata-rata 22 bulan. Tumor ini merupakan lesi tidak berkapsul dan heterogen, mudah
mengalami perdarahan, nekrosis, kalsifikasi atau degenerasi kistik (Gambar 30)

Gambar 30. Neuroblastoma pada seorang pria 20 tahun.


Potongan aksial (a) dan koronal (b) gambar MR T2 dengan
kontras, dan sagital (c) gambar MR T1-weighted dengan
kontras menunjukkan massa yang luas dan heterogen
dalam ruang paravertebral kiri dan memberikan gambaran
degenerasi kistik dalam (*). Adanya keterlibatan tulang
belakang (panah pada gambar b)

Paraganglia mediastinum. Paraganglioma adalah tumor neuroendokrin yang sangat jarang


dengan sel yang berasal dari chromaffin. Satu sampai dua persen paragangliomas
ekstraadrenal terjadi pada thoraks. Paragangliomas aortopulmonary biasanya tanpa gejala,
sedangkan paragangliomas aortosympathetic (sepanjang rantai simpatik di mediastinum
posterior) umumnya simptomatik yang berkaitan dengan aktivitas fungsional tumor. Massa ini
umumnya terilhat jelas pada CT-scan dengan kontras (Gambar 31). Karakteristik MRI dari
paraganglioma adanya curvilinear dan punctate signal voids yang mencerminkan adanya
aktivitas aliran yang meningkat pada pembuluh di dalam tumor yang digambarkan sebagai salt
and pepper

Gambar 31. Paraganglioma Aortopulmonary pada wanita 52


tahun. Gambaran CT-scan dengan kontras menunjukkan lesi
dengan peningkatan kontras (panah) yang terletak
berdekatan dengan lengkungan aorta.

Massa Mediastinum yang Tidak Umum


Adenoma paratiroid dapat dilihat di lokasi ektopik, mediastinum menjadi lokasi yang paling
sering. High-resolution ultrasonografi (US) diakui sebagai alat untuk mendeteksi lesi paratiroid
cervical. Seiring dengan pembesarannya, kelenjar yang abnormal akan tampak sebagai
gambaran lesi hypoechoic, sering kali anechoic, pada daerah posterior tiroid. Seiring dengan
pembesaran kelenjar, gambaran lobularity dan fokus pada ultrasonografi dapat diamati.
Pemeriksaan color-doppler pada lesi paratiroid merupakan kombinasi yang baik dengan grayscale US, dan mungkin berguna dalam menggambarkan lesi paratiroid. Gambaran
parenchymal dan vascular pole pada color-doppler merupakan gambaran tipikal untuk lesi
paratiroid. Tumor ini cenderung kecil dan mungkin menunjukkan gambaran kalsifikasi pada CT.
Technetium-99 Sestamibi SPECT scan lebih efektif untuk diagnosis tumor ini (Gambar 32).
Fibrosa mediastinitis adalah fibrosis padat yang semakin berkapsul dan dapat menganggu
lumen pembuluh darah dan saluran udara di mediastinum (Gambar 33). Hematoma. Highattenuation dari hematoma dapat diamati pada CT-scan tanpa kontras dalam 72 jam pertama
(Gambar 34). Ketika hematoma berkembang, gambaran attenuation-nya akan berurang.
Haemangiomas di mediastinum jarang dan mungkin terkait dengan sindrom Rendu-Osler.
Sarkoma yang berasal selain dari pembuluh darah dan saraf, termasuk fibrosarcomas,
osteosarkoma dan chondrosarcomas, juga sangat jarang.

Gambar 32. Adenoma paratiroid pada seorang pria 66 tahun


dengan hiperkalsemia, hipofosfatemia dan nilai-nilai PTH
meningkat. Gambaran CT-scan dengan kontras menunjukkan
massa dengan peningkatan kontras pada superior mediastinum
(panah putih)

Gambar 33. Fibrosing idiopatik mediastinitis pada seorang pria 64 tahun.


a Coronal multiplanar rekonstruksi dan aksial b CT-scan dengan kontras
menunjukkan infiltrasi massa jaringan lunak (panah putih) di
mediastinum membungkus pembuluh utama. Gambaran kalsifikasi
belang-belang (panah hitam) serta elevasi hemidiafragma kanan (panah
terbuka) akibat keterlibatan sekunder saraf prenik

Gambar 34. CT-scan dengan kontras dari pria yang telah mengalami
kecelakaan lalu lintas. Hematoma mediastinum infiltratif diidentifikasi
dengan daerah halus dari nilai high CT-attenuation (panah). Gambaran
efusi pleura bilateral (*) dan fraktur sternum (terbuka panah) juga dapat
diamati.
b hematoma mediastinum iatrogenik (panah) pada seorang pria 64
tahun sekunder untuk bronkoskopi dengan biopsi transtracheal.
Terdapat gambaran lesi high-attenuation dibandingkan dengan jaringan
otot

Follow Up
Dalam penilaian penyakit mediastinum, teknik pencitraan cross-sectional memungkinkan
visualisasi yang sangat baik dari mediastinum. CT umumnya modalitas pilihan pertama dari
pencitraan diagnostik. MRI memainkan peranan yang semakin meningkat dalam penyakit ini
karena adanya teknik pencitraan MR yang baru dalam pencitraan mediastinum.
Pada masing-masing CT dan MR scanning, ukuran tumor, kontur, perimeter kapsul, septum,
perdarahan, komponen nekrotik atau kistik, homogenitas dalam tumor, kehadiran limfadenopati
mediastinum, efusi pleura dan invasi pembuluh besar harus dinilai. Selain itu, adanya kalsifikasi
yang dinilai pada CT dan sinyal intensitas tumor dinilai pada MRI.
Pencitraan memainkan peran penting dalam diagnosis, staging dan follow up penyakit
mediastinum. Reseksi lengkap adalah pengobatan andalan pada banyak tumor mediastinum
dan kemampuan untuk mencapai reseksi lengkap tampaknya menjadi faktor prognostik paling

penting. Saat ini, CT adalah modalitas yang paling umum digunakan untuk tindak lanjut setelah
perawatan. Tujuan dari tindak lanjut adalah untuk mendeteksi kekambuhan sedini mungkin.
Temuan CT dapat berfungsi sebagai prediktor invasi tumor dan kekambuhan pasca operasi
atau metastasis.

KESIMPULAN
Tumor mediastinum mewakili keanekaragaman keadaan penyakit. Lokasi dan komposisi massa
sangat penting untuk mempersempit diferensial diagnosis. Spektrum klinis massa mediastinum
dapat berkisar dari yang tanpa gejala sampai menimbulkan gejala kompresif. Meskipun banyak
dari massa ini memiliki penampilan pencitraan yang sama, riwayat klinis, posisi anatomi dan
rincian tertentu terlihat di gamabaran CT dan MRI memungkinkan untuk menentukan diagnosis
yang tepat dalam banyak kasus.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bahan Limbah Lunak
    Bahan Limbah Lunak
    Dokumen2 halaman
    Bahan Limbah Lunak
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Tari Rejang Handayani
    Tari Rejang Handayani
    Dokumen7 halaman
    Tari Rejang Handayani
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kelompok
    Tugas Kelompok
    Dokumen4 halaman
    Tugas Kelompok
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Tari Giring1234567
    Tari Giring1234567
    Dokumen3 halaman
    Tari Giring1234567
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Awatara
    Awatara
    Dokumen11 halaman
    Awatara
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kelompok
    Tugas Kelompok
    Dokumen4 halaman
    Tugas Kelompok
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kelompok
    Tugas Kelompok
    Dokumen4 halaman
    Tugas Kelompok
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kelompok
    Tugas Kelompok
    Dokumen4 halaman
    Tugas Kelompok
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • PR Ujian
    PR Ujian
    Dokumen4 halaman
    PR Ujian
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Vertigo
    Vertigo
    Dokumen11 halaman
    Vertigo
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • DHF Fix
    DHF Fix
    Dokumen36 halaman
    DHF Fix
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • At - Polifarmasi Usia Lanjut
    At - Polifarmasi Usia Lanjut
    Dokumen5 halaman
    At - Polifarmasi Usia Lanjut
    Gunandi Cahyo Prabowo
    Belum ada peringkat
  • DIARE
    DIARE
    Dokumen7 halaman
    DIARE
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Insomnia
    Insomnia
    Dokumen2 halaman
    Insomnia
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Dari Everand
    Belum ada peringkat
  • Dari Everand
    Belum ada peringkat