Anda di halaman 1dari 4

1. Penyebab produksi eritrosit menurun!

Jawaban: kelainan primer atau supresi pada sumsum tulang, berkurangnya


produksi eritropoietin, berkurangnya bahan baku untuk membuat eritrosit.
2. Pemeriksaan MCV!
Jawaban: mean corpuscular volume merupakan volume rata-rata eritrosit (m 3
atau fl). Didapat dengan mengalikan hematokrit (dalam L/L) dengan 1000 dan
dibagi dengan jumlah eritrosit (dalam juta per L). MCV = Hct/RBC.
3. Terapi cacing penyebab ADB!
Jawaban:
Perawatan umum: memberikan nutrisi yang baik; suplemen preparat besi
diperlukan oleh pasien dengan gejala klinis yang berat, terutama bila
ditemukan bersama-sama dengan anemia.
Pengobatan spesifik:
o Mebendazole. Diberikan dengan dosis tunggal 400mg
o Mebendazole. Diberikan dengan dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 3
hari
o Tetrakloretilen. Merupakan obat pilihan utama (drug of choice)
terutama untuk pasien ansilostomiasis. Dosis yang diberikan 0,12
ml/kg berat badan, dosis tunggal tidak boleh lebih dari 5 ml.
Pengobatan dapat diulang 2 minggu kemudian bila pemeriksaan telur
dalam tinja tetap positif.
o Befanium hidroksinaftat. Obat pilihan utama untuk ankilostomiasis
dan baik untuk pengobatan massal pada anak. Dosis diberikan 5
gram 2 kali sehari, dan dapat diulang bilamana diperlukan. Untuk
pengobatan necator americans, dosis diberilan untuk 3 hari.
o Pirantel pamoat. Dosis yang diberikan 10 mg/Kg BB/hari sebagai dosis
tunggal.
4. Terapi ADB oral dan parenteral!
Jawaban:
Terapi besi oral. Ferrous sulphat (sulfas ferosus) merupakan preparat
pilihan pertama pada terapi ADB dengan dosis anjuran 3x200 mg.
Sebaiknya diberikan saat lambung kosong, tetapi efek samping lebih
sering dibandingkan dengan pemberian setelah makan. Pada pasien yang
mengalami intoleransi, sulfas ferosus dapat diberikan saat makan atau
setelah makan.
Terapi parenteral. Terapi besi parenteral bertujuan untuk mengisi besi
sebesar 500 sampai 1000 mg. Dosis diberikan dengan rumus:
Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB x 2,4 + 500 atau 1000 mg
5. Indikasi tranfusi PRC!
Jawaban:
Adanya penyakit jantung anemik dengan ancaman payah jantung.
Anemia yang sangat simtomatik, misalnya anemia dengan gejala pusing
yang sangat menyolok.

Pasien memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepat seperti


pada kehamilan trimester akhir atau preoperasi.

6. Causa anemia pada kasus!


Jawaban: Pada kasus ini ditemukan taktil fremitus yang menurun pada lapang
paru kiri pasien, suara perkusi yang redup pada lapang paru kiri, dan juga suara
nafas yang menurun pada lapang paru kiri. Dimana kondisi tersebut
kemungkinan disebabkan oleh adanya suatu keganasan yang dapat juga
mengalami metastase dan menekan produksi prekursor eritrosit pada sumsum
tulang.
7. Kegagalan produksi akibat metastase/penekanan sumsum tulang!
Jawaban: anemia mieloptisik merupakan anemia yang timbul karena infiltrasi se
lasing (terutama tumor ganas) dalam sumsum tulang. Anemia mieloptisik sering
disertai gambaran leukoeritroblastik dimana adanya sel normoblast dan seri
granulosit muda (dari mieloblast sampai metamielosit) dalam darah tepi.
8. Chronic vs congestive heart failure!
Jawaban:
Gagal jantung kronik/chronic heart disease merupakan sindrom klinik yang
kompleks yang disertai dengan keluhan gagal jantung berupa sesak, fatik, baik
dalam keadaan istirahat atau latihan, edema dan tanda objektif adanya
disfungsi jantung dalam keadaan istirahat.
Gagal jantung kongestif/congestive heart disease terjadi akibat penurunan
curah jantung/cardiac output yang menyebabkan peningkatan volume darah
dalam sistem vaskular. Kongesti pada pembuluh darah mengganggu pergerakan
cairan yang keluar maupun masuk sehingga cairan akan terakumulasi pada
jaringan yang akan menyebabkan edema.
9. Penyakit jantung akibat anemia!
Jawaban: penyakit jantung anemia/anemic heart disease terjadi pada kondisi
dimana kadar Hb lebih rendah dari batas normal, hal ini mengakibatkan tubuh
kekurangan oksigen, sehingga jantung harus bekerja keras untuk mencukupi
kebutuhan oksigen jaringan. Selanjutnya akan terjadi penebalan otot jantung
yang disebut Hipertropi ventrikel kiri (LVH), dan LVH ini akan memperburuk
penyakit jantung dan meningkatkan risiko gagal jantung.
10.Pemeriksaan fisik jantung dan hati!
Menilai batas jantung
o Batas jantung kanan
Pertama tentukan titik tengah garis midklavikula. Kemudian lakukan
perkusi perkusi dengan posisi jari sejajar iga dari titik tadi, dari kranial ke
kaudal, sampai terjadi perubahan suara dari sonor ke redup (biasanya
pada sela iga VI kanan). Setelah didapat titik batas sonor-redup, diukur
dua jari kearah kranial. Pada titik ini dilakukan perkusi kearah medial
dengan posisi jari tegak lurus iga sampai terjadi perubahan suara sonor
ke redup yang merupakan batas relatif kanan jantung dan normal adalah
pada garis sternal kanan. Dari titik batas ini selanjutnya dilakukan perkusi

sampai mendapat suara pekak, yang merupakan batas absolut jantung


kanan, biasanya pada garis midsternal.

Batas jantung kiri


Pertama tentukan garis aksila anterior kiri, bila terdapat pembesaran
jantung ke kiri, dapat dimulai dari garis aksila medial. Perkusi mulai dari
titik teratas garis aksila anterior dari kranial ke kaudal dengan posisi jari
sejajar iga, sampai terjadi perubahan suara dari sonor ke tympani,
biasanya pada sela iga VIII kiri. Dari titik ini diukur dua jari ke kranial. Dari
titik ini dilakukan perkusi kearah medial dengan posisi jari tegak lurus iga
sampai terjadi perubahan suara dari sonor ke redup, yang merupakan
batas relatif kiri jantung (biasanya 2 jari medial garis midklavikula kiri).
Perkusi diteruskan kea rah media sampai terjadi perubahan suara dari
redup ke pekak yang merupakan batas absolut jantung kiri.

Batas jantung atas


Tentukan garis sternal kiri terlebih dahulu. Dari titik teratas dilakukan
perkusi dengan arah sejajar iga kea rah kaudal, sampai terjadi perubahan
suara dari sonor ke redup. Normal adalah sela iga II kiri.

Pinggang jantung
Tentukan terlebih dahulu garis parasternal kiri. Kemudian dilakukan
perkusi kearah kaudal mulai dari titik teratas garis tersebut, dengan posisi
jari tengah sejajar iga. Yang dicari adalah perubahan bunyi sonor-redup.
Batas ini normal terletak pada sela iga III kiri.

Palpasi hati
Untuk memudahkan perabaan hati diperlukan:
a) dinding usus yang lemas dengan cara kaki ditekuk sehingga membentuk
sudut 45-60o
b) pasien diminta menarik nafas panjang
c) pada saat ekspirasi maksimal jari diteka ke bawah, kemudian pada awal
inspirasi jari bergerak ke kranial dalam arah parabolik.
d) diharapkan jika hati membesar akan terjadi sentuhan antara jari
pemeriksa dengan hati pada saat inspirasi.
Palpasi dikerjakan dengan menggunakan sisi palmar radial jari tangan kanan
(bukan ujung jari) dengan posisi ibu jari terlipat di bawah palmar manus.
Lebih tegas lagi bila arah jari membentuk sudut 45 o dengan garis median.
Palpasi dimulai dari region iliaka kanan menuju tepi lengkung iga kanan.
Gerakan ini dilakukan berulang dan posisinya digeser 1-2 jari kearah
lengkung iga. Penekanan dilakuakn saat pasien inspirasi.
Bila hati teraba dilakukan deskripsi sebagai berikut:
Berapa lebar jari tangan di bawah lengkung iga kanan?
Bagaimana keadaan tepi hati?
Bagaimana konsistensinya?
Bagaimana permukaannya?
Apakah terdapat nyeri tekan?

Untuk menilai pembesaran lobus kiri hati dapat dilakukan palpasi pada
daerah garis tengah abdomen kearah epigastrium.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bahan Limbah Lunak
    Bahan Limbah Lunak
    Dokumen2 halaman
    Bahan Limbah Lunak
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Tari Rejang Handayani
    Tari Rejang Handayani
    Dokumen7 halaman
    Tari Rejang Handayani
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kelompok
    Tugas Kelompok
    Dokumen4 halaman
    Tugas Kelompok
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Tari Giring1234567
    Tari Giring1234567
    Dokumen3 halaman
    Tari Giring1234567
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Awatara
    Awatara
    Dokumen11 halaman
    Awatara
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kelompok
    Tugas Kelompok
    Dokumen4 halaman
    Tugas Kelompok
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kelompok
    Tugas Kelompok
    Dokumen4 halaman
    Tugas Kelompok
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kelompok
    Tugas Kelompok
    Dokumen4 halaman
    Tugas Kelompok
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • DHF Fix
    DHF Fix
    Dokumen36 halaman
    DHF Fix
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Vertigo
    Vertigo
    Dokumen11 halaman
    Vertigo
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Mediastinal Mass
    Mediastinal Mass
    Dokumen11 halaman
    Mediastinal Mass
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • At - Polifarmasi Usia Lanjut
    At - Polifarmasi Usia Lanjut
    Dokumen5 halaman
    At - Polifarmasi Usia Lanjut
    Gunandi Cahyo Prabowo
    Belum ada peringkat
  • DIARE
    DIARE
    Dokumen7 halaman
    DIARE
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Insomnia
    Insomnia
    Dokumen2 halaman
    Insomnia
    Ciptadi Permana Wijaya
    Belum ada peringkat