Anda di halaman 1dari 14

1

TINJAUAN MENGENAI PROSES PENGESAHAN PERSEROAN


TERBATAS SECARA ON-LINE MELALUI SISTEM ADMINISTRASI
BADAN HUKUM (SISMINBAKUM)
ABSTRAK
Perkembangan IT (Information Technology) yang menjanjikan proses pelayanan dan pendaftaran
online secara mudah dan cepat telah mendorong Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia menerapkan komputerisasi
dalam proses pengesahan pendirian suatu badan hukum yang disebut dengan Sistem Administrasi
Badan Hukum (SISMINBAKUM) dalam rangka peningkatan pelayanan terhadap masyarakat.
Perseroan Terbatas merupakan salah satu bentuk badan hukum yang terdapat di Indonesia
dimana dalam tahap pengesahan permohonan diajukan secara tertulis kepada Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dengan melampirkan Akta Pendirian Perseroan. Dengan
memperhatikan fakta yang ada maka penting kiranya untuk mengetahui bagaimana proses
pengesahan pendirian suatu Perseroan Terbatas melalui Sistem Administrasi Badan Hukum
secara secara online.
The development of IT (information technology) that gurantee the easy fast on line service and
registration has encouraged the Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia to apply the computerize system in the
process of legitimation of legal entity establishment with the system of (SISMINBAKUM) in orde
to improve the service to society. Limited Company is one of the legal entities in Indonesia where
the step of legitimation is proposed in written form to the Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia by going the attachment of the certificate of company establishment.
By considering the real fact, therefore, it is essential to find out how the process of the
legatimation of limited company establish with of SISMINBAKUM both manually or by on line.

A. PENDAHULUAN
Dalam Pasal 1 ayat (1) UUPT
menegaskan bahwa Perseroan merupakan badan
hukum yang terjadi karena undang-undang. Hal ini
berbeda dengan KUHD yang tidak tegas
menyebutkan suatu Perseroan merupakan badan
hukum. Dimana suatu badan hukum mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut : 1
(1). Adanya harta kekayaan yang terpisah;
(2). Mempunyai tujuan tertentu;
(3). Mempunyai kepentingan sendiri; dan
(4). Ada organisasi yang teratur.
Ciri yang pertama dari Perseroan adalah
adanya kekayaan yang terpisah, hal ini
mengandung
pengertian
bahwa
Perseroan
mempunyai harta kekayaan yang terpisah dari harta
para pemegang sahamnya. Dan didapat dari
pemasukan para pemegang saham yang berupa
modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal
yang disetor. Kekayaan yang terpisah itu membawa
akibat sebagai berikut:2
(1). Kreditur pribadi dari para persero dan atau para
pengurusnya tidak mempunyai hak untuk
menuntut harta kekayaan badan hukum itu;

(2). Para persero dan juga para pengurusnya secara


pribadi tidak dapat menagih piutang badan
hukum dari pihak ketiga;
(3). Kompensasi antara hutang pribadi dan hutang
badan hukum tidak diperkenankan;
(4). Hubungan hukum, baik perikatan maupun
proses-proses antara para persero dan atau para
pengurusnya dengan badan hukum dapat saja
terjadi seperti halnya antara badan hukum
dengan pihak ketiga; dan
(5). Pada kepailitan, hanya para kreditur badan
hukum itu saja yang dapat menuntut harta
kekayaan yang terpisah itu.
Ciri yang kedua dari Perseroan adalah
mempunyai tujuan tertentu. Tujuan tertentu dari
suatu Perseroan dapat diketahui dalm anggaran
dasarnya sebagaimana dalam Pasal 12 huruf b
UUPT menyebutkan bahwa Anggaran Dasar
memuat sekurang-kurangnya maksud dan tujuan
serta kegiatan usaha Perseroan yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ciri yang ketiga dari Perseroan adalah
mempunyai kepentingan tersendiri, adalah hak-hak
subyektif sebagai akibat dari peristiwa hukum yang
dialami yang merupakan kepentingan yang

dilindungi hukum dan dapat menuntut serta


mempertahankan kepentingannya terhadap pihak
ketiga.
Ciri yang keempat dari Perseroan adalah
badan hukum mempunyai organisasi yang teratur,
demikian pula dengan Perseroan mempunyai
anggaran dasar yang terdapat dalam akta
pendiriannya yang menandakan adanya organisasi
yang teratur.
Terdapat beberapa teori mengenai badan
hukum diantaranya yaitu teori fictie, teori harta
kekayaan bertujuan, teori organ, teori propriete
collective, teori kenyataan yuridis, teori dari Leon
Duguit, teori hukum kodrat tentang hak milik
pribadi dan Leer van het ambtelijk vermogen.
Menurut teori Teori Fictie dari Von Savigny, badan
hukum itu semata-mata buatan negara saja. Badan
hukum itu hanyalah fiksi, yakni sesuatu yang
sesungguhnya
tidak
ada,
tetapi
orang
menghidupkannya dalam bayangan sebagai subyek
hukum yang dapat melakukan perbuatan hukum
seperti manusia3. Menurut Teori Harta Kekayaan
Bertujuan dari Brinz, yang menyatakan bahwa
terdapat kekayaan yang tidak ada pemiliknya tetapi
terikat pada tujuan tertentu kemudian diberi nama
badan hukum.
Menurut Teori Organ dari Otto van Gierke,
menyatakan bahwa badan hukum itu adalah suatu
realitas sesungguhnya sama seperti sifat
kepribadian alam manusia ada di dalam pergaulan
hukum4. Dimana badan hukum itu mempunyai
kehendak dan kemauan sendiri yang dibentuk
melalui alat-alat perlengkapannya yaitu pengurus
dan
anggota-anggotanya.
Kemudian
Teori
Kekayaan Bersama dari Planiol menyatakan bahwa
hak dan kewajiban badan hukum pada hakikatnya
adalah hak dan kewajiban para anggotanya
bersama-sama, dengan demikian badan hukum
hanya merupakan kontruksi yuridis saja.
Teori Kenyataan Yuridis yang menyatakan
bahwa badan hukum merupakan suatu realita yang
kongkrit dan riil meskipun tidak bisa diraba tetapi
merupakan kenyataan yuridis. Maijers menyebut
teori tersebut, teori kenyataan yang sederhana,
sederhana karena menekankan bahwa hendaknya
dalam mempersamakan badan hukum dengan
manusia itu terbatas sampai pada bidang hukum
saja5.
Teori yang keenam yaitu teori dari Leon
Duguit. Menurut Duguit, tidak ada persoon-persoon
lainnya daripada manusia-manusia individual. Akan
tetapi manusiapun sebagaimana perhimpunan dan
yayasan tidak dapat menjadi pendukung dari hak
subjektif.

Teori yang ketujuh adalah Teori Hukum


Kodrat tentang hak milik pribadi yang menyatakan
bahwa menurut Thomas Aquino, hak milik pribadi
terdiri dari hak atas barang milik, hak atas
pendapatan dan hak untuk mengelola, melepaskan
dan menggunakan barang milik pribadi.
John Locke serta Pufendorf beranggapan,
bahwa hak milik pribadi adalah hak alamiah yang
digariskan oleh hukum kodrat. Hukum kodrat
mempunyai prinsip moral keadilan yang
menghargai kehidupan manusia dan hak-hak yang
melekat padanya, demikian pendapat Aristoteles.
John Locke seorang ahli pikir besar dari
Inggris menganut ajaran hukum kodrat. John
Locke mengakui manusia mempunyai hak alami,
yaitu hak-hak yang dimiliki secara pribadi (hak
asasi), hak untuk hidup, hak kebebasan atau
kemerdekaan, hak milik dan hak untuk memiliki
sesuatu.6
Hukum kodrat mengajarkan kepada
manusia, bahwa semua mahluk yang sederajat dan
mandiri tidak boleh merugikan yang lain dalam hak
hidup, kesehatan, kebebasan atau miliknya 7.
Pufendorf yang menganut hukum kodrat
menyatakan, bahwa hak milik pribadi adalah hak
atas sesuatu barang yang telah dimiliki melalui
ketentuan khusus dan telah diperolehnya dengan
cara perolehan sendiri, sehingga barang tersebut
tidak dapat dimiliki oleh orang lain8. Hak milik
pribadi berupa saham yang merupakan bukti
penyertaan modal dalam Perseroan terbatas9, bila
didasarkan pada teori hak milik pribadi adalah hak
asasi manusia yang dapat dipertahankan
berdasarkan hak perseorangan
maupun hak
kebendaan.
Hukum perdata Indonesia menerima dan
mengenal hak milik, dalam KUH Perdata, hak milik
dijelaskan sebagai hak untuk menikmati suatu
barang secara leluasa dan bebas sepenuhnya untuk
berbuat terhadap barang tersebut, asal tidak
bertentangan dengan UU atau peraturan umum dan
tidak mengganggu hak-hak orang lain.
Teori yang kedelapan yaitu Leer van het
ambtelijk vermogen atau ajaran tentang harta
kekayaan yang dimiliki seseorang dalam jabatannya
yang dipelopori oleh Holder dan Bilder. Penganut
ajaran ini menyatakan: tidak mungkin mempunyai
hak jika tidak dapat melakukan hak itu. Dengan lain
perkataan, tanpa daya berkehendak (wilsvermogen)
tidak ada kedudukan sebagai subjek hukum. Untuk
badan hukum yang berkehendak ialah para
pengurus, maka pada badan hukum semua hak itu
diliputi oleh pengurus. Dalam kapasitasnya sebagai
pengurus mereka adalah berhak, maka disebut
ambtelijk vermogen.

Dengan demikian dari berbagai teori itu


dapat dibagi menjadi dua kelompok teori yaitu
sebagai berikut : 10
(1). Mereka yang menganggap bahwa badan
hukum itu sebagai wujud yang nyata, dianggap
mempunyai panca indera sendiri seperti
manusia, akibatnya badan hukum itu
disamakan dengan orang atau manusia;
(2). Mereka yang menganggap badan hukum itu
tidak sebagai wujud yang nyata. Di belakang
badan hukum itu sebenarnya berdiri manusia.
Akibatnya, kalau badan hukum itu membuat
kesalahan maka kesalahan itu adalah kesalahan
manusia yang berdiri di belakang badan hukum
itu secara bersama-sama.
Menurut Maijers badan hukum itu seperti
organisme biasa seperti pada manusia, tetapi
mekanisme dalam badan hukum tidak ada,
misalnya jika manusia merasa susah itu terlihat dan
dapat dirasakan, tetapi pada badan hukum hal itu
tidak mungkin, hanya pada orang-orang atau
pengurusnya.
Perkumpulan manusia yang mempunyai
kepentingan bersama dan terbentuk dalam
organisasi merupakan suatu kesatuan yang
mempunyai hak-hak tersendiri, terpisah dari hakhak para anggotanya dan mempunyai kewajiban
sendiri yang terpisah dari kewajiban para
anggotanya dan dapat melakukan perbuatan hukum
sendiri di dalam maupun di luar hukum, subyek
hukum yang baru dan berdiri sendiri inilah yang
dimaksudkan dengan badan hukum.
Berdasarkan UUPT bahwa badan usaha
yang berbentuk Perseroan merupakan badan
hukum. Namun bukan berarti setiap badan hukum
adalah Perseroan. Di sini UUPT secara tegas
menyatakan bahwa Perseroan terbatas merupakan
suatu badan hukum , yaitu suatu badan yang dapat
bertindak dalam lalulintas hukum sebagai subjek
hukum dan memiliki kekayaan yang dipisahkan
dari kekayaan pribadi pengurusnya. Karena itu,
Perseroan juga merupakan subjek hukum, yaitu
subjek hukum mandiri atau personastandi in
judicio11. Dia bisa mempunyai hak dan kewajiban
dalam hubungan hukum sama seperti manusia biasa
atau natural person atau natuurlijke persoon, dia
bisa menggugat ataupun digugat, bisa membuat
keputusan dan bisa mempunyai hak dan kewajiban,
utang-piutang, mempunyai kekayaan seperti
layaknya manusia.
B. Kedudukan Hukum Perseroan
Berdasarkan kepada UUPT bahwa status
badan hukum suatu Perseroan baru diperoleh

setelah akta pendiriannya disahkan oleh Menhum


dan HAM RI. Pengesahan dari Menhum dan HAM
ini merupakan satu-satunya syarat memperoleh
status badan hukum bagi Perseroan.
Selama status Perseroan sebagai badan
hukum belum diperoleh, Perseroan yang
bersangkutan tidak berbeda dengan firma,
persekutuan komanditer atau persekutuan perdata,
karena para pemegang saham bertanggung jawab
secara pribadi terhadap segala perikatan yang
dilakukan oleh Perseroan tersebut.
Dalam Pasal 7 Ayat (6) UUPT ditentukan
bahwa Perseroan memperoleh status badan hukum
setelah akta pendirian disahkan oleh Menhum dan
HAM RI, selanjutnya dalam Pasal 3 Ayat (2) huruf
a Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, sebelum
Perseroan memperoleh pengesahan dari Menhum
dan HAM RI atau tidak dipenuhinya persyaratan
Perseroan sebagai badan hukum, tanggung jawab
para pemegang saham, Direksi dan Komisaris
berubah menjadi tidak terbatas. Artinya, para
pemegang saham, Direksi dan Komisaris ikut
bertanggung jawab secara pribadi bila Perseroan
mengalami kerugian sepanjang belum memperoleh
status sebagai badan hukum.
Setelah Perseroan memperoleh status
sebagai badan hukum atau telah disahkan oleh
Menhum dan HAM RI sebagai badan hukum,
tanggung jawab pemegang saham dan Komisaris
menjadi terbatas, sedangkan tanggung jawab
Direksi masih tidak terbatas.
Selanjutnya dalam Pasal 23 UUPT
ditentukan bahwa selama pendaftaran dan
pengumuman sebagaimana yang tercantum dalam
Pasal 21 dan Pasal 22 UUPT belum dilakukan,
Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab
atas segala perbuatan hukum yang dilakukan.
Selanjutnya dalam Penjelasan Pasal 23 UUPT
dinyatakan bahwa selain sanksi pidana yang diatur
dalam Undang-Undang tentang Wajib Daftar
Perusahaan, Pasal ini juga mengatur mengenai
sanksi perdata dala hal apabila kewajiban yang
dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 tidak
dipenuhi.
Sejak dimulainya persiapan-persiapan
untuk mendirikan suatu Perseroan sampai dengan
mendapatkan pengesahan sebagai badan hukum
kedudukan dan tanggung jawab para pendiri atau
para pemegang saham senantiasa berubah. Pada
tahap persiapan, para pendiri Perseroan belum
mempunyai kedudukan apapun karena Perseroan
belum berdiri, para pendiri bertanggung jawab
secara pribadi atas segala perbuatan hukum yang
telah dilakukan dalam rangka pendirian Perseroan
tersebut. Tanggung jawab atas akibat perbuatan

hukum yang telah dilakukan ini, yaitu perbuatan


hukum yang berkaitan dengan susunan dan
penyertaan modal serta susunan saham Perseroan
akan menjadi tanggung jawab pribadi dari para
pendiri Perseroan, kecuali sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 10 Ayat (1) dan (2) UUPT perbuatan
hukum tersebut dicantumkan dalam akta pendirian
Perseroan tersebut, maka Perseroan akan terikat
pada hak dan kewajiban yang timbuk akibat dari
perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pendiri
Perseroan, tetapi apabila hal ini tidak dilakukan
maka perbuatan hukum dari para pendiri Perseroan
tersebut tidak menimbulkan hak dan kewajiban
bagi Perseroan sebagaimana diatur dalam Pasal 10
Ayat (3) UUPT.
Pada tahap setelah Perseroan berdiri yaitu
ketika akta pendirian telah dibuat oleh Notaris
namun belum belum disahkan sebagai badan
hukum, kedudukan para pendiri Perseroan adalah
sebagai pemegang saham sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 7 Ayat (2) UUPT yang menyatakan
bahwa setiap pendiri wajib mengambil bagian
saham pada saat Perseroan didirikan. Jadi, pada saat
pendirian para pendiri adalah pemegang saham
pada Perseroan yang didirikannya itu, namun belum
dapat diberlakukan ketentuan dalam Pasal 3 Ayat
(1) UUPT yang menyatakan bahwa pemegang
saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
segala perikatan yang dibuat oleh Perseroan, karena
Perseroan belum berbadan hukum. Dengan
demikian para pendiri Perseroan pada tahap ini
masih harus bertanggung jawab secara pribadi
terhadap perbuatan hukum yang telah dilakukannya
walaupun perbuatan hukum itu dilakukan untuk
kepentingan Perseroan. Tanggung jawab para
pendiri Perseroan menurut Pasal 11 Ayat (1) UUPT
dapat dialihkan pada Perseroan dengan syarat
bahwa Perseroan harus terlebih dahulu mendapat
pengesahan sebagai badan hukum dari Menhum
dan HAM RI dan Perseroan melakukan tindakan
secara tegas untuk menerima semua perjanjian yang
dibuat oleh para pendiri Perseroan, mengambil alih
semua hak dan kewajiban yang timbul dari
perjanjian yang dibuat oleh para pendiri Perseroan.
Apabila Perseroan tidak melakukan hal-hal
tersebut, maka masing-masing pendiri Perseroan
yang melakukan perbuatan hukum tersebut
bertanggung jawab secara pribadi atau segala akibat
yang timbul.
Pada tahap berikutnya, yaitu pada saat
Perseroan telah disahkan sebagai badan hukum,
para pendiri Perseroan berkedudukan sebagai
pemegang saham dengan menyetor penuh saham
yang menjadi bagiannya karena berdasarkan Pasal
26 Ayat (3) UUPT pada saat pengesahan seluruh

saham yang dikeluarkan harus sudah disetor penuh


pada saat pengesahan Perseroan dengan bukti
penyetoran yang sah. Pada tahap ini kedudukan
para pendiri Perseroan adalah pemegang saham dan
tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan
tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan
melebihi nilai saham yang diambilnya sebagaimana
ditentuka dalam Pasal 3 Ayat (1) UUPT.
C. Mekanisme Pengesahan Perseroan
Hadirnya
masyarakat
informasi
(information society) yang diyakini sebagai salah
satu agenda penting masyarakat dunia pada era
globalisasi antara lain ditandai dengan pemanfaatan
internet yang semakin marak dalam berbagai
aktivitas kehidupan manusia, bukan saja di negaranegara maju tetapi juga di negara-negara
berkembang termasuk di Indonesia. Internet
merupakan jaringan besar yang dibentuk oleh
interkoneksi jaringan komputer dan komputer
tunggal diseluruh dunia, melalui saluran telepon,
satelit dan sistem telekomunikasi lainnya.
Terlepas dari manfaatnya, kehadiran
internet juga akan mempengaruhi tugas dan
kewajiban Notaris. Notaris adalah satu-satunya
pejabat umum yang berwenang membuat akta
autentik berbagai perbuatan, perjanjian dan
penetapan termasuk akta autentik pendirian suatu
Perseroan. Dimana dalam proses pengesahan suatu
Perseroan menjadi badan hukum oleh Notaris di
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dapat dilakukan secara online
melalui Sistem Administrasi Badan Hukum
(Sisminbakum).
Sisminbakum merupakan situs resmi yang
merupakan sistem komputerisasi dalam proses
pengesahan pendirian suatu badan hukum yang
dimiliki Direktorat Jenderal Administrasi Badan
Hukum Umum (Ditjen AHU) Departemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang
dapat
diakses
pada
alamat
http://www.sisminbakum.com.
Sistem
ini
diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia
yang pada saat itu dijabat oleh Megawati
Soekarnoputri pada tanggal 31 januari 2001, yang
pelaksanaanya dimulai pada tanggal 1 Maret 2001.
sistem ini merupakan bentuk pelayanan pemerintah
dalam bidang jasa hukum yaitu terutama dalam hal
pengesahan badan hukum.
Sisminbakum
dibuat
berdasarkan
kebutuhan masyarakat dan dunia usaha yang
semakin berkembang sehingga membutuhkan
pelayanan terutama dalam pengesahan suatu badan
hukum yang cepat dan akurat. Sebelumnya proses

pengesahan Perseroan sebagai badan hukum


dilakukan
secara
manual
yang
tentunya
memerlukan waktu relatif lama dimana untuk
sebuah Surat Keputusan (SK) pengesahan
Perseroan menjadi badan hukum dibutuhkan waktu
sekitar 4 (empat) sampai 6 (enam) bulan atau
bahkan lebih.
Pada sistem manual atau sistem lama,
seluruh pekerjaan dilakukan secara manual, mulai
dari penerimaan berkas dari pihak Notaris yang
meliputi pengecekan kelengkapan dan nama,
pembayaran dan pembuatan kartu kendali.
Dokumen-dokumen pada proses manual ini
seluruhnya masih berbentuk kertas laporan, baik
pendirian, persetujuan maupun laporannya.
Selanjutnya Korektor yang bertugas
memeriksa
kelengkapan
dokumen-dokumen
tersebut yang merupakan surat permohonan
pengesahan Perseroan beserta kelengkapan
dokumen lainnya yang disampaikan oleh para
pendiri atau kuasanya dalam hal ini adalah
Notaris12.
Selanjutnya dokumen-dokumen tersebut
akan kembali diperiksa oleh Kepala seksi (Kasi)
teknis, dan Kepala Sub Direktorat (Kasubdit)
Badan Hukum yang nantinya akan diklarifikasi lagi
oleh Direktur perdata, dimana Tata Usaha
merupakan bagian akhir dari proses ini, pembuatan
draft Surat Keputusan (SK) Perseroan dan laporan,
klarifikasifinal surat Direktur Perdata yang
dilanjutkan ke pencetakan SK yang akan
ditandatangani oleh Ditjen, terakhir Notaris akan
mengambil SK Perseroan dan akta Notaris akan
didokumentasikan di bagian Tata Usaha.
Cara kerja manual pada sistem lama,
sering menimbulkan masalah keterlambatan. Hal
ini dapat terjadi karena para petugas harus
memeriksa satu-persatu permohonan yang masuk,
sedangkan jumlah jumlah permohonan yang masuk
jauh lebih banyak dari jumlah petugas yang ada.
Dalam hal ini seringkali human error tidak dapat
dihindari sehingga dapat terjadi data yang ada tidak
akurat. Selain itu juga pelaksanaan cara kerja
manual juga dapat menimbulkan korupsi, kolusi
dan nepotisme (KKN) di kalangan pegawai
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia terutama bila pihak Notaris
membutuhkan secepatnya pengesahan atas badan
hukum yang sedang diurusnya13.
Dari sisi Notaris sistem manual akan
membuat proses menjadi tidak efisien, dimana
Notaris harus memeriksa hasil dari pembuatan dan
pengesahan SK Perseroan yang mereka ajukan
langsung ke Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indoneisa di Jakarta. Hal ini

terjadi karena seluruh proses hanya akan dapat


dilakukan di Jakarta. Hal ini tentu saja menyulitkan
bagi para Notaris yang berada dan berkedudukan di
luar Jakarta. Sedangkan dari sisi pegawai
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indoneisa dapat menimbulkan banyaknya
permohonan yang tertunda penyelesaiannya karena
sejak pemeriksaan nama hingga pemeriksaan
dokumen menbutuhkan waktu dan kecermatan yang
tinggi sedangkan dokumen yang masuk tidak
sebanding dengan jumlah pegawai yang ada.
Untuk menghadapi kendala tersebut, maka
dengan memanfaatkan teknologi yang semakin
berkembang dibuatlah sistem online yang dapat
diakses oleh Notaris di seluruh Indonesia yaitu
melalui Sisminbakum.
Melalui Sisminbakum seluruh proses
pembuatan dilakukan secara online melalui jaringan
internet yang dapat diakses oleh setiap Notaris yang
mengikuti Sisminbakum dari seluruh wilayah
Indonesia. Masing-masing Notaris yang terdaftar
pada Sisminbakum akan diberikan user id dan
password untuk menjaga keamanan selama
pemrosesan14
Notaris dapat melakukan pengawasan
langsung melalui jaringan internet 24 jam sehingga
dapat mengetahui kemajuan dari pemrosesan dan
jika ada kesalahan dapat dilakukan perbaikan
secara langsung serta komunikasi antara Ditjen
AHU dan Notaris dapat dilakukan melalui e-mail.
Pembayaran biaya dilakukan melalui Bank
yang ditunjuk sehingga terjadinya pungutan liar
dapat diminimalkan.
Dengan dilaksanakannya Sisminbakum ini
terdapat beberapa kemudahan yaitu dari sisi
Notaris, dengan sistem ini maka Notaris di seluruh
indonesia dapat mengakses langsung dari tempat
kedudukannya masing-masing dimana dalam hal ini
tentu saja dapat mempersingkat waktu serta jarak
yang harus ditempuh dan data-data Perseroan yang
dimasukkan pun tersimpan dengan baik dan akurat
dalam database Sisminbakum sehingga terjadinya
human error dapat dihindarkan, sedangkan dari sisi
pegawai Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia, dengan Sisminbakum
ini dapat meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang ada yaitu sumber daya manusia yang
sadar teknologi, selain dapat membentuk sikap dan
perilaku kerja yang efisien dan efektif dan juga
dengan sisminbakum ini maka praktek Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN) dapat dihindari
karena semuanya diatur melalui sebuah sistem.
Terdapat beberapa keuntungan yang
dihasilkan dari penggunaan Sisminbakum ini yang
antara lain yaitu adanya peningkatan pelayanan

terhadap masyarakat. Pembuatan dan pengesahan


SK badan hukum Perseroan yang awalnya
menbutuhkan waktu sampai 60 (enam puluh) hari
atau lebih menujadi paling lama 1 (satu) minggu
dan paling cepat 3 (tiga) hari.
Kualitas sumber daya manusia di
lingkungan Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia khususnya Ditjen
AHU semakin meningkat. Dengan terjadinya
perubahan sikap dan perilaku kerja dapat
mendorong pegawai menjadi penyedia jasa yang
profesional.
Dengan diberlakukannya Sisminbakum ini
memungkinkan akses publik baik dari dalam negeri
maupun di luar negeri ke dalam situs Ditjen AHU,
sehingga dapat memasuki era transparansi dalam
usaha yang dapat memberikan keuntungan timbal
balik antara stakeholder dengan Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia.
Selain itu dengan diberlakukannya
Sisminbakum ini fungsi kontrol dan kendali dapat
dilaksanakan tanpa memerlukan banyak tenaga
melainkan cukup dengan sistem yang terkendali
dan juga dengan Sisminbakum ini dapat mencegah
dan meminimalisasi korupsi kolusi dan Nepotisme
(KKN) dan praktek suap dan pungutan liar
Pada masa sekarang yang dapat menjadi
anggota sisminbakum hanyalah Notaris yaitu
sebagai pihak yang akan memproses pengesahan
Perseroan sebagai badan hukum. Pada tahap awal
Notaris melakukan pendaftaran di Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia. Pendaftaran ini tidak dipungut biaya,
Notaris hanya mengisi formulir pendaftaran yang
disediakan oleh Sisminbakum dan untuk
selanjutnya setelah formulir diproses Notaris akan
mendapatkan user id serta password untuk dapat
mengakses
ke
alamat
sisminbakum
di
http://www.sisminbakum.com.
Sisminbakum merupakan sebuah aplikasi
khusus yang diperuntukkan bagi Notaris, untuk itu
diperlukan suatu pengamanan berupa password
untuk dapat mengakses Sisminbakum. Maka dari
itu untuk memulai proses pendirian suatu Perseroan
Notaris diharuskan mengisi user id dan password
yang bersangkutan pada menu login. User id dan
password diberikan hanya kepada Notaris yang
telahmengajukan permohonan serta telah mengisi
formulir yang disediakan oleh Departemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Setelah login pada aplikasi Sisminbakum
maka hal yang pertama kali harus dilakukan yaitu
cek nama Perseroan yang akan didaftarkan. Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 26 Tahun 1998 Tentang Pemakaian Nama


Perseroan Terbatas yang pada dasarnya dibuat
untuk mengatur tata cara pengajuan permohonan
persetujuan pemakaian nama Perseroan serta
pedoman pedoman penolakan permohonan
persetujuan pemakaiana nama Perseroan, maka
setiap pemakaian nama Perseroan harus mendapat
persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI.
Bila nama Perseroan yang diajukan
tersebut belum terdaftar, maka yang harus
dilakukan adalah melakukan pemesanan nama
Perseroan yang akan didaftarkan tersebut. Secara
otomatis oleh sistem maka pemesanan nama
Perseroan tersebut dikenakan biaya akses fee.
Setelah anda memilih pemesanan nama
Perseroan untuk pendirian Perseroan maka
selanjutnya adalah mengisikan data-data
seperti jenis Perseroan dan tempat
kedudukan Perseroan serta singkatan dari
Perseroan tetapi bila tidak ada dapat
diabaikan. Bila data-data tersebut telah
selesai dimasukkan maka selanjutnya
adalah memonitoring proses pemeriksaan
nama Perseroan tersebut, oleh pihak
Dephum dan HAM RI mulai dari tahap
pemeriksaan Korektor, Kepala Seksi serta
Kasubdit Badan Hukum beserta tanggal,
jam pemeriksaannya dan keterangan
proses tersebut.
Bila pemesanan nama diterima maka
langkah selanjutnya adalah pengajuan nama.
Apabila nama yang dipesan tidak diterima oleh
Dephum dan HAM RI, maka pada halaman
pemesanan nama Perseroan diharuskan memilih
point No. 4 yaitu Penggantian Pemesanan Nama
Perseroan Karena Ditolak agar nomor kendali sama
dan Billing atas nama Perseroan tidak ditagih lagi.
Pilihlah nama Perseroan yang akan digantikan
nama Perseroannya dengan cara memilih nama
Perseroan yang dimaksud, selanjutnya periksa
kembali jenis Perseroan, tempat kedudukan apakah
telah sesuai dengan data yang tertera diakta
Perseroan tersebut. Sama seperti proses diawal,
langkah selanjutnya adalah memonitoring proses
penggantian nama yang telah dilakukan, apakah
nama Perseroan tersebut dapat diterima atau ditolak
oleh Dephum dan HAM RI. Bila nama Perseroan
yang dipesan diterima maka langkah selanjutnya
adalah pengajuan nama Perseroan.
Pengajuan nama Perseroan adalah tahapan
yang harus dilakukan untuk melanjutkan proses
pemesanan nama Perseroan yang telah diterima
sebelum batas waktu 60 (enam puluh) hari sejak
nama Perseroan tersebut diterima. Nama Perseroan

akan terhapus dengan sendirinya oleh sistem


apabila telah melewati masa berlakunya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam pengajuan nama Perseroan yaitu pertamatama memilih menu cek nama kemudian pilih
Pengajuan Nama Perseroan setelah itu masukkan
nama Perseroan yang akan diajukan prosesnya.
Untuk mengajukan nama Perseroan terlebih dahulu
harus sudah membayarkan Pendapatan Negara
Bukan Pajak (PNBP) dengan mengisikan tanggal
pembayaran PNBP pada kolom yang telah
disediakan. Setelah data-data tersebut selesai
dimasukkan maka selanjutnya adalah melangkah
pada proses selajutnya yaitu Pra Fian 1.
Pra Fian 1 (Prasyarat Fian 1) adalah proses
lanjutan yang harus dilalui setelah pengajuan nama
Perseroan dan sebelum tahap Fian 1. Pada tahap ini
diharuskan mengisikan tanda Ya pada dokumendokumen
yang
harus
diserahkan
ketika
memasukkan dokumen fisik. Langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam untuk pengisian Pra
Fian 1 yaitu pertama-tama pilih menu Pra Fian 1
kemudian pilih nama Perseroan yang akan diajukan
dalam proses Fian 1, dalam tahap ini data-data yang
harus dilengkapi diklasifikasikan menjadi tiga
bagian yaitu Prasyarat Kondisional, Prasyarat Wajib
dan Prasyarat Opsional.
Prasyarat Kondisional terdiri dari bukti
setor modal dari bank, neraca akhir perusahaan,
penyetoran modal dan saham dalam bentuk barang,
appraisal dan pengumuman dalam dua media
massa, Prasyarat Wajib terdiri dari Nomor Pajak
Wajib Pajak (NPWP) atas nama Perseroan, bukti
pembayaran Tambahan Berita Negara (TBN) dari
Perum Percetakan Negara RI dan bukti pembayaran
PNBP, sedangkan Persyaratan Opsional terdiri dari
Surat Rekomendasi Yayasan (apabila salah satu
pendiri adalah Yayasan), Rekomendasi Departemen
Koperasi, Surat Perjanjian Kompensasi Piutang
Pemegang Saham dan Rancangan Penggabungan
Usaha (Merger).
Prasyarat Wajib, Prasyarat Kondisional
dan Prasyarat Opsional berbeda-beda untuk setiap
jenis Perseroan. Untuk jenis Perseroan Non
Fasilitasi Umum, Prasyarat Wajib terdiri dari
NPWP atas nama Perseroan, bukti pembayaran
TBN dan bukti pembayaran PNBP. Untuk Prasyarat
Kondisional terdiri dari bukti setor modal dari
bank, neraca akhir perusahaan, penyetoran modal
dan saham dalam bentuk barang, appraisal dan
pengumuman dalam dua media massa. Sedangkan
untuk Prasyarat Opsional terdiri dari surat
rekomendasi yayasan apabila salah satu pendiri
Perseroan
adalah
yayasan,
rekomendasi
Departemen Koperasi apabila salah satu pendiri

Perseroan adalah koperasi, surat perjanjian


kompensasi piutang pemegang saham, dan
rancangan penggabungan usaha (Merger).
Untuk jenis Perseroan PMA (Penanaman
Modal Asing), Prasyarat Wajib terdiri dari NPWP
atas nama Perseroan, bukti pembayaran TBN, bukti
pembayaran PNBP dan surat persetujuan PMA dari
BKPM/BKPMD/Kawasan Berikat. Untuk Prasyarat
Kondisional terdiri dari bukti setor modal dari
Bank, Neraca akhir perusahaan, penyetoran modal
dan saham dalam bentuk barang, appraisal dan
pengumuman dalam dua media massa. Sedangkan
untuk Prasyarat Opsional terdiri dari surat
rekomendasi yayasan apabila salah satu pendiri
Perseroan
adalah
yayasan,
rekomendasi
Departemen Koperasi apabila salah satu pendiri
Perseroan adalah koperasi, surat perjanjian
kompensasi piutang pemegang saham dan
rancangan penggabungan usaha (Merger).
Untuk jenis Perseroan PMDN (Penanaman
Modal Dalam Negeri), Prasyarat Wajib terdiri dari
NPWP atas nama Perseroan, bukti pembayaran
TBN, bukti pembayaran PNBP dan surat
persetujuan PMDN dari BKPM/BKPMD/Kawasan
Berikat. Untuk Prasyarat Kondisional terdiri dari
bukti setor modal dari bank, neraca akhir
perusahaan, penyetoran modal dan saham dalam
bentuk barang, appraisal dan pengumuman dalam
dua media massa. Sedangkan untuk Prasyarat
Opsional terdiri dari surat rekomendasi Yayasan
apabila salah satu pendiri Perseroan adalah
Yayasan, rekomendasi Departemen Koperasi
apabila salah satu pendiri Perseroan adalah
koperasi, surat perjanjian kompensasi piutang
pemegang saham dan rancangan penggabungan
usaha (Merger).
Untuk jenis Perseroan BUMN (Badan
Usaha Milik Negara), Prasyarat Wajib terdiri dari
NPWP atas nama Perseroan, bukti pembayaran
TBN, bukti pembayaran PNBP, Peraturan
Pemerintah yang menjadi dasar pendirian
Perseroan, Surat Keputusan Menteri yang membina
BUMN mengenai penetapan modal Perseroan dan
Surat Keputusan Menteri mengenai pengangkatan
anggota Direksi dan Komisaris. Untuk Prasyarat
Kondisional terdiri dari bukti setor modal dari
bank, neraca akhir perusahaan, penyetoran modal
dan saham dalam bentuk barang, appraisal dan
pengumuman dalam dua media massa. Sedangkan
untuk Prasyarat Opsional terdiri dari surat
rekomendasi yayasan apabila salah satu pendiri
Perseroan
adalah
yayasan,
rekomendasi
Departemen Koperasi apabila salah satu pendiri
Perseroan adalah koperasi, surat perjanjian

kompensasi piutang pemegang saham dan


rancangan penggabungan usaha (Merger).
Untuk
jenis
Perseroan
perbankan,
prasyarat wajib terdiri dari NPWP atas nama
Perseroan, bukti pembayaran TBN, bukti
pembayaran PNBP dan Surat Izin Operasional
Bank Indonesia. Untuk Prasyarat Kondisional
terdiri dari bukti setor modal dari bank, neraca
akhir perusahaan, penyetoran modal dan saham
dalam bentuk barang, appraisal dan pengumuman
dalam dua media massa. Sedangkan untuk
Prasyarat Opsional terdiri dari surat rekomendasi
Yayasan apabila salah satu pendiri Perseroan adalah
Yayasan, rekomendasi Departemen Koperasi
apabila salah satu pendiri Perseroan adalah
koperasi, surat perjanjian kompensasi piutang
pemegang saham dan rancangan penggabungan
usaha (Merger).
Untuk jenis Perseroan Lembaga Keuangan
Non Perbankan, prasyarat wajib terdiri dari NPWP
atas nama Perseroan, bukti pembayaran TBN dan
bukti pembayaran PNBP.. Untuk Prasyarat
Kondisional terdiri dari bukti setor modal dari
bank, neraca akhir perusahaan, penyetoran modal
dan saham dalam bentuk barang, appraisal dan
pengumuman dalam dua media massa. Sedangkan
untuk Prasyarat Opsional terdiri dari Surat Izin
Operasional dari Bank Indonesia apabila kegiatan
Perseroan tersebut harus memiliki izin dari Bank
Indoenesia atau Lembaga Keuangan yang terkait,
surat rekomendasi yayasan apabila salah satu
pendiri Perseroan adalah yayasan, rekomendasi
Departemen Koperasi apabila salah satu pendiri
Perseroan adalah koperasi, surat perjanjian
kompensasi piutang pemegang saham dan
rancangan penggabungan usaha (Merger).
Terakhir untuk jenis Perseroan Usaha
Khusus, Prasyarat Wajib terdiri dari NPWP atas
nama Perseroan, bukti pembayaran TBN danbukti
pembayaran PNBP. Untuk Prasyarat Kondisional
terdiri dari bukti setor modal dari bank, neraca
akhir perusahaan, penyetoran modal dan saham
dalam bentuk barang, appraisal dan pengumuman
dalam dua media massa. Sedangkan untuk
Prasyarat Opsional terdiri dari Surat Izin Usaha
Khusus apabila kegiatan Perseroan tersebut harus
memiliki izin usaha khusus dari instansi atau
lembaga yang terkait, surat rekomendasi yayasan
apabila salah satu pendiri Perseroan adalah
yayasan, rekomendasi Departemen Koperasi
apabila salah satu pendiri Perseroan adalah
koperasi, surat perjanjian kompensasi piutang
pemegang saham dan rancangan penggabungan
usaha (Merger).

Setelah selesai pada tahap Pra Fian 1


selanjutnya memasuki proses Fian 1 yang
merupakan tahapan terakhir untuk pengisian datadata Perseroan. Bila data-data yang telah diisikan
sesuai menurut Ditjen AHU maka hanya tinggal
memasukan dokumen fisik atau mengirimkan
dokumen fisik Perseroan ke Dephum dan HAM RI
dan tinggal menunggu proses klarifikasi data-data
yang telah dimasukan dengan dokumen fisik.
Langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk pengisian data Fian 1yaitu pertama-tama
masuk ke dalam menu Fian 1, pada halaman Fian 1
diharuskan untuk mengisi data-data dari Perseroan
seperti data pokok Perseroan, akta Perseroan,
modal Perseroan, pendiri Perseroan dan maksud
tujuan Perseroan.
Bila data-data yang telah diisikan telah
sesuai dengan akta dan semua persyaratannya,
maka selanjutnya adalah memilih Fian 1-Selesai.
Pada halaman ini diharuskan memilih kata YA
apabila yakin dengan pengisian data-data Fian 1
dan semua persyaratannya, sehingga data-data
tersebut dapat diperiksa oleh Ditjen AHU atau
memilih kata TIDAK jika belum yakin untuk
menyelesaikan pengisian data-data pada Fian 1.
Setelah menyelesaikan tahap Fian 1 maka
proses selanjutnya adalah memonitoring atau
melihat proses pengesahan Perseroan tersebut. Pada
proses monitoring seluruh proses transaksi yang
telah dilakukan sejak pemesanan nama Perseroan
sampai dengan proses Surat Keputusan (SK) dapat
diketahui prosesnya. Transaksi-transaksi yang
dilakukan akan tercatat dalam bentuk tanggal dan
jam saat transaksi tersebut dilakukan.
Bila data-data yang telah dimasukan
mendapat koreksi atau sesuatu yang harus
diperbaiki dapat dilihat dengan detail kesalahannya
melalui menu monitoring. Apabila data-data yang
dimasukan diterima maka pada halaman monitoring
telah terdapat tanggal dan jam pada status Fian
Tidak Keberatan Menteri dan diharuskan
menyerahkan dokumen fisik Perseroan tersebut
selambat-lambatnya 30 hari sejak terdapatnya
tanggal dan jam Tidak Keberatan Menteri.
Koreksi terjadi apabila dalam halaman
monitoring pada tahapan pemeriksaan korektor,
klarifikasi Kasi dan Kasubdit terdapat tanggal dan
jam disertai kalimat dikoreksi atau permohonan
ditolak disertai dengan keterangan tentang
kesalahan yang harus diperbaiki.
Tahap Dokumen Fisik merupakan proses
terakhir yang harus dipenuhi untuk melengkapi
seluruh rangkaian proses pengesahan badan hukum
Perseroan sejak pemesanan nama, Pra Fian,
pengisian Fian hingga penyerahan dokumen fisik.

Dalam jangka waktu selambat-lambatnya


30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pernyataan Tidak
Keberatan Menteri Hukum dan HAM RI, notaris
yang bersangkutan wajib menyampaikan secara
fisik surat permohonan pengesahan akta pendirian
atau persetujuan beserta dokumen pendukung yang
meliputi NPWP atas nama Perseroan, bukti
pembayaran TBN, bukti pembayaran PNBP, bukti
setor dari Bank, surat persetujuan PMA dari
BKPM/BKPMD/Kawasan Berikat untuk jenis
Perseroan PMA, surat persetujuan PMDN dari
BKPM/BKPMD/Kawasan Berikat untuk jenis
Perseroan PMDN, Peraturan Pemerintah yang
menjadi dasar pendirian Perseroan untuk jenis
Perseroan BUMN, SK Menteri yang membina
BUMN mengenai penetapan modal Perseroan
untuk jenis Perseroan BUMN, SK Menteri
mengenai pengangkatan anggota Direksi dan
Komisaris untuk jenis Perseroan BUMN, surat izin
operasional Bank Indonesia untuk jenis Perseroan
Perbankan, surat izin usaha khusus untuk jenis
Perseroan Usaha Khusus, neraca akhir perusahaan,
penyetoran modal dan saham, appraisal dan
pengumuman dalam dua media massa, surat
rekomendasi yayasan apabila salah satu pendiri
Perseroan
adalah
yayasan,
rekomendasi
Departemen Koperasi apabila salah satu pendiri
Perseroan adalah koperasi, surat perjanjian
kompensasi piutang pemegang saham dan
rancangan penggabungan usaha (Merger).
Dokumen tersebut dikirimkan ke loket
Sisminbakum yang beralamat di Gedung Direktorat
Jenderal Administrasi Hukum Umum Lantai 1
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia atau pada PO BOX 4020 JKTM
12700.
Selanjutnya setelah Perseroan didaftarkan
pada Ditjen AHU melalui Sisminbakum, maka
kemudian Perseroan tersebut diumumkan dalam
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
sebagaimana diatur dalam Pasal 22 UUPT dan
untuk selanjutnya maka Perseroan tersebut telah
berbadan hukum secara penuh.
D. Permasalahan Hukum Yang Timbul Dalam
Pengesahan Melalui Sisminbakum
Proses
pengesahan
badan
hukum
Perseroan dalam Sisminbakum melalui sarana
internet yang dilakukan oleh Notaris dimana
Notaris cukup mengakses program aplikasi
Sisminbakum melalui
internet dalam rangka
melakukan proses pendaftaran Perseroan menjadi
badan hukum dapat menimbulkan berbagai masalah
hukum. Permasalahan hukum yang dapat timbul
dalam proses ini seperti sah atau tidaknya proses

sisminbakum ini, persyaratan hukum yang harus


dipenuhi dalam proses elektronik, diperlukan atau
tidaknya suatu tanda tangan dalam proses secara
elektronik dan sah tidaknya tanda tangan elektronik
tersebut, serta mencakup juga pmasalah
penyelesaian dan perlindungan hukum apabila
terjadi perselisihan dalam proses pengesahan badan
hukum Perseroan melalui Sisminbakum tersebut.
Perjanjian
dinyatakan
sah
apabila
memenuhi 4 (empat) syarat yang datur dalam Pasal
1320 KUH Perdata, yaitu sepakat mereka yang
mengikatkan dirinya, cakap untuk membuat suatu
perikatan, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang
halal. Dalam hal syarat sahnya perjanjian cakap
untuk membuat suatu perikatan, pada dasarnya
semua orang adalah cakap untuk membuat
perikatan, kecuali berdasarkan Undang-Undang
adalah mereka yang belum dewasa dan mereka
yang berada di bawah pengampuan.
Dalam transaksi elektronik seperti halnya
dalam Sisminbakum sangat sulit menentukan
seseorang yang melakukan transaksi dan
menyatakan dirinya sebagai Notaris apakah orang
tersebut cakap untuk melakukan suatu perikatan,
karena proses aplikasi yang terjadi tidak secara
langsung dilakukan tetapi melalui media internet
yang tidak dapat dilihat orang yang melakukan
transaksi tersebut. Apabila terbukti orang yang
melakukan transaksi tersebut tidak cakap hukum
untuk melakukan suatu transaksi, maka perjanjian
tersebut dapat dibatalkan.
Dalam sistem hukum, keberadaan suatu
arsip adalah sebagai alat bukti yang dapat
menerangkan keberadaan suatu informasi tertentu
atau dengan kata lain merupakan sebagai
pembuktian terhadap telah terjadinya suatu
peristiwa hukum yang mempunyai akibat hukum
tertentu bagi hak dan kewajiban para pihak yang
bersangkutan. Demikian juga dengan keberadaan
arsip elektronik, walaupun sebenarnya memiliki
beberapa keunggulan tertentu ternyata tidak dapat
dengan mudah ditangkap oleh panca indera
sehingga kekuatan pembuktiannya menjadi lemah.
Proses transaksi data secara elektronik
seperti halnya aplikasi Sisminbakum harus
diperhatikan aspek persyaratan hukumnya karena
tidak tertutup kemungkinan akan timbul suatu
sengketa dalam proses tersebut yang sulit untuk
diselesaikan karena persyaratan-persyaratan hukum
yang tidak dapat dipenuhi.
Terdapat beberapa persyaratan hukum
yang harus dipenuhi dalam melakukan transaksi
atau proses secara elektronik, yaitu :15
1. Autentisitas (Authenticity)

10

Para pihak yang terlibat dalam transaksi


elektronik harus percaya bahwa autentisitas dan
komunikasinya diterima. Autentisitas dibutuhkan
agar dapat dijadikan alat pembuktian di
pengadilan.
2. Integritas (Integrity)
Seorang recipient membutuhkan kepercayaan
terhadap keutuhan komunikasi sebelum bertindak
untuk melakukan transaksi atau yakin bahwa
pesan yang disampaikan tidak diubah.
Persyaratan ini juga dibutuhkan oleh hukum
sebagai alat pembuktian.
3. Tidak Dapat Disangkal (Non Repudation)
Non repudation menjadi persyaratan hukum
ketika pengirim pesan tidak dapat menyangkal
bahwa pengirim pesan tersebut tidak pernah
mengirimkan pesan.
4. Tertulis dan Tanda Tangan
Hukum mensyaratkan bahwa persetujuan harus
memuat dua hal, yaitu dokumen tertulis dan
ditandatangani. Jika para pihak masuk dalam
kontrak online, maka persyaratan tertulis dan
ditandatangani harus dapat diterapkan.
5. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan diperlukan untuk melindungi hak
kekayaan terhadap informasi. Kerahasiaan sangat
diperlukan untuk mencegah akses dan
penggunaan informasi yang dapat menyebabkan
bahaya bagi pemilik informasi, seperti nomor
rekening bank.
Dalam transaksi data elektronik seperti halnya
Sisminbakum banyak diperdebatkan mengenai
dapatkah data elektronik seperti misalnya e-mail
dijadikan sebagai alat pembuktian dalam sistem
hukum. Dalam Pasal 164 HIR dan Pasal 1866 KUH
Perdata diatur mengenai alat bukti yang dapat
diajukan dalam proses persidangan, yaitu bukti
tulisan, bukti saksi, persangkaan-persangkaan,
pengakuan dan sumpah. Berdasarkan kepada pasal
tersebut, tidak ada aturan yang secara pasti
menegaskan mengenai data elektronik.
Tanda tangan elektronik atau Digital
Signature mengandung prinsip yang berkaitan
dengan jaminan bahwa seseorang yang melakukan
proses melalui Sisminbakum betul-betul pihak yang
berhak dan bertanggung jawab untuk itu dalam hal
ini adalah Notaris. Permasalahan hukum yang
timbul dalam tanda tangan elektronik ini adalah
berkaitan dengan fungsi dan kekuatan hukum
sebagai persyaratan tertulis dan tanda tangan serta
dapatkah dijadikan bukti dalam persidangan apabila
terjadi suatu sengketa.
Permasalan hukum yang dapat timbul
dalam proses Sisminbakum adalah berkaitan

dengan mekanisme penyelesaian sengketa yang


kemungkinan timbul dalam proses Sisminbakum
ini. Hingga saat ini belum adanya suatu mekanisme
yang benar-benar memadai dalam sistem peradilan
di Indonesia.
Oleh karena itu, cara yang harus ditempuh
dalam menemukan penyelesaian hukum apabila
terjadinya
suatu
sengketa
dalam
proses
Sisminbakum yaitu melalui penemuan hukum oleh
hakim hal ini berdasarkan kepada Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1970 Tentang Kekuasaan
Kehakiman bahwa seorang hakim tidak dapat
mengadili perkara yang diajukan dengan alasan
bahwa peraturan perundang-undangan yang ada
ternyata tidak jelas atau tidak lengkap, melainkan
hakim harus tetap mengadili perkara yang diajukan
tersebut dan juga hakim sebagai penegak hukum
dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan
memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam
masyarakat.
E. Keabsahan Pengesahan Perseroan Melalui
Sisminbakum
Perseroan dibentuk berdasarkan suatu
perjanjian dimana suatu perjanjian harus terdapat
minimal 2 (dua) orang atau lebih yang mengikatkan
dirinya dan dituangkan dalam suatu akta otentik
yang dibuat oleh Notaris dan dibuat dalam bahasa
Indonesia.
Maksud adanya dua orang atau lebih
dalam pendirian Perseroan adalah karena Perseroan
adalah sebuah perjanjian, sehingga tidak mungkin
dalam suatu Perseroan hanya dibuat oleh satu orang
saja. Dalam hal ini arti orang harus diartikan
secara luas bukan hanya orang dalam arti
sebenarnya atau natural person tetapi juga pada
orang atau manusia dalam arti badan hukum atau
rchts person16.
Kemudian Perseroan tersebut harus dibuat
dalam suatu akta otentik atau akta Notaris, jadi
segala hal yang dibuat oleh para pihak dalam
perjanjian untuk membentuk suatu Perseroan
haruslah otentik dan tidak boleh dibuat dibawah
tangan, harus dibuat oleh pejabat umum, dan harus
dalam bahasa Indonesia tidak dengan bahasabahasa negara lain, namun bukan berarti tidak
boleh diterjemahkan dalam bahasa lainnya.
Setelah hal-hal tersebut terpenuhi maka
langkah selanjutnya adalah pengajuan permohonan
pemgesahan sebagai badan hukum kepada Dephum
dan HAM RI yang dalam hal ini permohonan
ditujukan kepada Menhum dan HAM RI melalui
Ditjen AHU yang dilakukan secara online melalui
Sisminbakum
yang
merupakan
sistem

11

komputerisasi dalam proses pengesahan pendirian


suatu badan hukum oleh Ditjen AHU.
Dalam Pasal 9 Ayat 2 UUPT ditentukan
bahwa pengesahan diberikan dalam waktu 60
(enam puluh hari) terhitung sejak permohonan
diterima. Maksud dari pernyataan tersebut adalah
bahwa permohonan tersebut harus diterima oleh
pejabat yang bersangkutan dalam hal ini Menhum
dan HAM RI dan sudah memenuhi syarat serta
kelengkapan yang diperlukan.
Selanjutnya dalam UUPT tidak dijelaskan
mengenai bagaimana tata cara atau prosedur yang
harus dilakukan dalam rangka proses pengajuan
permohonan pengumuman agar Perseroan berbadan
hukum pada Ditjen AHU sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 22 Ayat 3 UUPT bahwa tata cara
pengajuan permohonan pengumuman dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Maka dari pada itu dalam rangka
pengajuan permohonan pengumuman dalam
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
mengacu berdasarkan kepada Keputusan Menteri
Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia No : M-01.Ht.01.01 Tahun 2001 Tentang
Pemberlakuan Sisminbakum dan Keputusan
Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum No.
C-01.Ht.01.01.Tahun 2001 Tentang Tata Cara
Pengajuan Permohonan Dan Pengesahan Akta
Pendirian Persetujuan Akta Perubahan Anggaran
Dasar Perseroan Terbatas Melalui Sisminbakum
Dan Sistem Manual Direktur Jenderal Administrasi
Hukum Umum.
Dalam proses pengajuan permohonan
pengumuman Perseroan melalui Sisminbakum
sampai dengan diumumkannya dalam Tambahan
Berita Negara Republik Indonesia yang berarti
Perseroan tersebut telah berbadan hukum secara
penuh dapat dikatakan abasah sepanjang proses
tersebut berjalan sebagaimana mestinya seperti
yang diatur dalam Keputusan Menteri Kehakiman
Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No :
M-01.Ht.01.01 Tahun 2001 Tentang Pemberlakuan
Sisminbakum dan juga Keputusan Direktur, karena
proses tersebut telah mendapat legalisasi atau
dijamin oleh pihak yang berwenang dalam hal ini
Menhun dan HAM RI dan telah mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat dari para pihak
tersebut.
F. Penutup
1. Para pendiri Perseroan bertanggung jawab
secara pribadi terhadap perbuatan hukum yang
dilakukan pada waktu Perseroan belum
mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia


sebagai badan hukum. Pada proses pengesahan
Perseroan
menjadi
badan
hukum,
Permasalahan hukum yang mungkin timbul
dalam proses ini seperti sah atau tidaknya
proses sisminbakum ini, persyaratan hukum
yang harus dipenuhi dalam proses elektronik,
diperlukan atau tidaknya suatu tanda tangan
dalam proses secara elektronik dan sah
tidaknya tanda tangan elektronik tersebut, serta
mencakup juga permasalah penyelesaian dan
perlindungan
hukum
apabila
terjadi
perselisihan dalam proses pengesahan badan
hukum Perseroan melalui Sisminbakum
tersebut. Dalam transaksi elektronik seperti
halnya dalam Sisminbakum sangat sulit
menentukan seseorang yang melakukan
transaksi dan menyatakan dirinya sebagai
Notaris apakah orang tersebut cakap untuk
melakukan suatu perikatan, karena proses
aplikasi yang terjadi tidak secara langsung
dilakukan tetapi melalui media internet yang
tidak dapat dilihat orang yang melakukan
transaksi tersebut. Apabila terbukti orang yang
melakukan transaksi tersebut tidak cakap
hukum untuk melakukan suatu transaksi, maka
perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Apabila
terjadi pelanggaran terhadap isi perjanjian
pendirian suatu Perseroan, maka dapat
dilakukan
beberapa
tindakan
hukum.
Pelanggaran terhadap syarat kesepakatan
karena adanya kekhilafan, paksaan atau
penipuan dan syarat kecakapan, maka tindakan
hukum yang dapat dilakukan adalah
membatalkan perjanjian pendirian Perseroan
tersebut, pembatalan ini dilakukan oleh hakim
atas permintaan pendiri atau orang yang
menurut undang-undang tidak atau belum
cakap hukum, atau dapat juga oleh pendiri
yang menurut undang-undang dinyatakan
cakap hukum dan diperkenankan untuk
mengemukakan ketidakcakapan pendiri yang
tidak atau belum cakap hukum tersebut
sebagaimana diatur dalam Pasal 1331 KUH
Perdata. Sedangkan apabila terjadi pelanggaran
syarat suatu hal tertentu, serta pelanggaran
syarat suatu sebab yang halal, maka perjanjian
pendirian Perseroan tersebut batal demi
hukum, artinya dari semula dianggap tidak
pernah ada perjanjian atau tidak pernah
dilahirkan suatu perjanjian atau perikatan
mengenai pendirian Perseroan.
2.

Sebagai
badan
hukum
Perseroan
merupakan
subyek
hukum
yang

12

bertanggung
jawab
secara
mandiri
terhadap segala perbuatan hukum yang
dilakukannya terlepas dari para pendiri
atau para pemegang sahamnya.Diharapkan
pihak yang berwenang untuk segera
membentuk serta mengesahkan peraturan
perundang-undangan
yang
mengatur
mengenai Cyber Law khususnya dalam hal
perikatan atau perjanjian secara elektronik
atau melalui internet untuk kepentingan
penanggulangan permasalahan hukum yang
mungkin timbul, sehingga dapat terciptanya
suatu kepastian hukum. Apabila timbul
suatu permasalahan hukum yang terjadi
ketika proses pendaftaran dan pengesahan
Perseroan melalui sisminbakum, maka

berdasarkan kepada Pasal 16 Ayat (1)


Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman,
bahwa pengadilan tidak boleh menolak
untuk memeriksa, mengadili dan memutus
suatu perkara yang diajukan dengan dalih
bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya, begitu juga dengan hakim
yang memeriksa, mengadili dan memutus
perkara di pengadilan, maka berdasarkan
kepada Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang
Kekuasaan Kehakiman, bahwa hakim wajib
menggali, mengikuti dan memahami nilainilai hukum dan rasa keadilan yang hidup
dalam masyarakat.

1
2

3
4

5
6
7
8
9
1
1
1

1
1
1

Riduan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung: Alumni, 2000,hlm.61.
Agus Budiarto, Seri Hukum Perusahaan: Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas,
Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002, hlm. 30.
Syahrani, Op. Cit, hlm. 56.
Agus Budiarto, Seri Hukum Perusahaan: Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas,
Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.., hlm 28.
Chidir Ali, Badan Hukum, Bandung: Alumni, 1999. hlm. 35
May Boli Sabon, Ilmu Negara, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1994 hlm.58.
ibid, hlm. 38
ibid, hlm. 63
Lihat: Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/ KMK. 013/ 1990.
0
Budiarto, Op. Cit., hlm 28.
1
Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas,Bandung: Alumni, 2004, hlm. 50.
2
Sisminbakum Sebagai Sarana Pembantu Kinerja Notaris Dan Keabsahan Dokumen Yang Dihasilkan, Jurnal
Renvoi, No 24, Mei-Juni, 2005, hlm. 35-36.
3
Pedoman Penggunaan Sistem administrasi Badan Hukum (SISMINBAKUM), Yayasan Kesejahteraan Direktorat
jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, hlm. 1.
4
Diakses dari website http://www.sisminbakum.com/kumdang/news3.php
5
Budi Agus Riswandi, Hukum dan Internet di Indonesia, Yogyakarta: UII Press, 2003, hlm. 43-44.
6
Jurnal Renvoi, Nomor 24, Mei-Juni, 2005, hlm. 34.

Sumber : BUDI F. SUPRIADI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama
Alamat
E-mail
Tempat & Tgl lahir
Jenis Kelamin

: Budi F. Supriadi, S.H, M.H


: 1. Jln. Dipati Ukur No. 102-116 Bandung 40132
2. Jln. Jalaprang No. 91 Bandung 40123
: budifs@plasa.com
: Bandung, 21 November 1971
: Laki-laki

PENDIDIKAN
Lulus Tahun 1996
Lulus Tahun 2000

: Fakultas Hukum PK. Hukum Ekonomi


Universitas Parahyangan Bandung
: Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum
Universitas Parahyangan Bandung

PEKERJAAN
Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Bandung

Anda mungkin juga menyukai