Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

KASUS
IDENTITAS
Nama

: Ny. E

Umur

: 51 tahun

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

TGL dan jam masuk : 17/09/2011 jam 13.07


Ruangan/No. Kamar : Samolo I/I
No. rekam medik

: 404118

ANAMNESIS
Keluhan Utama

Buang air besar berdarah


Riwayat Penyakit Sekarang

3 hari SMRS : Os BAB berdarah, darah keluar sangat banyak, 2-3 aqua gelas
selama 3 hari tersebut. Darah berwarna merah segar, mengalir dan tidak bercampur dengan
feses. Hanya sebagian saja darah yang bercampur dengan feses. Ketika sedang BAB, Os
merasa adanya benjolan yang keluar dari anus, ukurannya kecil, terasa sangat nyeri dan
perih. Benjolan tersebut tidak bisa dimasukkan lagi. Pusing (+), Mual (-), Muntah (+),
berupa cairan. Nyeri pada perut atau rasa tidak nyaman di perut (-). Os merasa lemas (+).
Perasaan cepat lelah (-). Nafsu makan baik. BAK normal. BB dirasakan tidak menurun.

Riwayat Penyakit Dahulu

Sudah sekitar 1 tahun, Os sudah merasakan hal tersebut sebelumnya. BAB sering keras.
Tetapi perdarahan tidak begitu banyak seperti saat ini.
DM, TB, HT tidak ada.
1

Riwayat Penyakit Keluarga

Di keluarga tidak ada yang bergejala sama.


Riwayat penyakit keganasan di keluarga tidak ada.
DM, TB, HT tidak ada.
Riwayat Pengobatan

Sudah sering berobat ke dokter, tetapi keluhan dirasakan menetap.


Pemakaian obat, seperti NSAIDs (-)
Riwayat Psikososial :
Os kurang minum, jika banyak minum OS kadang merasa mual.
Os kurang makan buah-buahan dan sayuran.
Memakan makanan tinggi kalori dan lemak, seperti daging jarang (-)
Merokok (-)
Riwayat Alergi

Riwayat alergi makanan, debu, dan obat-obatan disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM

: Tampak sakit sedang

KESADARAN

: Compos mentis

TANDA VITAL

TD

: 130/80 mmHg

Suhu

: 36,4

Nadi

: 80

x/menit

Pernafasan

: 16

x/menit

STATUS GENERALIS

Kepala

Mata

: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterus (- /-), refleks cahaya ( +/ +)

Hidung

: deviasi septum ( -/- ), mukosa edema ( -/- ), sekret (- /-)

Mulut

: bibir kering ( + ), pembesaran tonsil (-), faring hiperemis (-)

Telinga

: normotia, sekret (-/-).

Leher

: pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

Torax

Paru

Inspeksi : Dada simetris, retraksi (-)


Palpasi : Tidak teraba bagian dada yg tertinggal, vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi: Vesikuler, wheezing (-/-), ronki ( -/- )
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus teraba di linea midklavikula sinistra ICS 5
Perkusi : Batas kanan jantung pada linea sternalis dextra, Batas kiri jantung
pada linea midklavikula sinistra
Auskultasi: Bunyi Jantung I dan II murni, murmur (- ), gallop (- )
Abdomen
Inspeksi
: Perut datar, simetris
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Perkusi
: Timpani pada seluruh kuadran abdomen
Palpasi
: Supel, tidak teraba pembasaran hepar dan limpa, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Ektremitas atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-)
Ektremitas bwh: Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-)
Genitalia
: Dalam batas normal
Anus dan Rektum :
STATUS LOKALIS

Rectal Touche :
I = terlihat benjolan dar anus, berwarna
kemerahan.
P = teraba benjolan yang keluar dari
anus, tidak bertangkai, ukuran 2x1,
terfiksir, permukaan licin, konsistensi
keras, NT (++)
3

Pada Handscoon : darah (+), lendir (-),


feses (-)

RESUME
Perempuan, 51 tahun, pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga. Masuk RS dengan
Buang Air Besar berdarah sejak 3 hari SMRS. Darah keluar sangat banyak, 2-3 aqua gelas
selama 3 hari tersebut. Darah berwarna merah segar, mengalir dan tidak bercampur dengan
feses. Hanya sebagian saja darah yang bercampur dengan feses. Ketika sedang BAB, Os
merasa adanya benjolan yang keluar dari anus, ukurannya kecil, terasa sangat nyeri dan perih.
Benjolan tersebut tidak bisa dimasukkan lagi. Pusing (+), Muntah (+), berupa cairan. Nyeri
perut (-). Os merasa lemas (+). Sudah sekitar 1 tahun, Os sudah merasakan hal tersebut
sebelumnya. BAB sering keras. Tetapi perdarahan tidak begitu banyak seperti saat ini. Sudah
sering berobat ke dokter, tetapi keluhan dirasakan menetap. Os kurang minum dan kurang
serat.
Pada Pemeriksaan Fisik terlihat konjungtiva anemis (+/+). Status generalis semuanya
dalam batas normal. Pada RT : I = terlihat benjolan dar anus, berwarna kemerahan. P = teraba
benjolan yang keluar dari anus, tidak bertangkai, ukuran 2x1, terfiksir, permukaan licin,
konsistensi keras, NT (++) Pada Handscoon : darah (+), lendir (-), feses (-)

DIAGNOSIS BANDING

Hemmoroid Interna

Polip Recti

Ca. Recti

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tgl 17.09.2011 : Pem. Darah Lengkap
Jenis Pemeriksaan

Nilai Normal

Satuan

Hasil Pemeriksaan

WBC

7,5

103/ul

4,8-10,8
4

20,9
4,6
74,5 (H)

106/ul
%
%

20,0-40,0
5,5
0-70

RBC

3,30 (L)

106/ul

4,7-6,1

HGB

5,5 (L)

g/dl

14,0-18,0

HCT

20,0

42,0-52,0

PLT

423

103/UL

150-450

MCV

60,6 (L)

Fl

80,0-94,0

MCH

16,7 (L)

Pg

27,0-32,0

MCHC

27,5 (L)

g/dl

32,0-36,0

Limfosit
Monosit
Granulosit

Tgl 17/09/2011
Jenis Pemeriksaan

Nilai Normal

Satuan

Hasil Pemeriksaan

Kimia Darah
- GDP
- Ureum
- Kreatinin

79
14,5
0,7

mg
mg %
mg %

70-110
10-50
P = 0,5-1,0
L = 0,5-1,1
P = < 31
L = < 40
P = < 32
L = <42

SGOT

15

uL

SGPT

10

Ul

Elektrolit
- Na
- K
- Cl

134
3,63
1,19

Meq/L
Meq/L
Meq/L

Serologi
- HbsAg

Negatif

135-148
3,50-5,30
98-107

PENGELOLAAN
Infus RL 20tts/mnt
Transfusi PRC = BB (kg) x Delta Hb x 4
48 x (12-5,5) x 4
1248 cc/3 hari = 416 cc/hari
Injeksi Ketorolac 2x30 mg
Injeksi Metronidazol 3x500 mg
Diet bebas tanpa hati, daging, dan pisang
5

RENCANA PEMERIKSAAN
Ulang Darah Rutin
Anuskopi

DIAGNOSIS KERJA
Hemoroid interna grade IV

ALASAN
Berdasarkan Anamnesis :

Wanita, 51 tahun, Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (Aktifitas fisiknya kurang)

Buang Air Besar berdarah. Darah keluar sangat banyak, 2-3 aqua gelas dan
berwarna merah segar, mengalir dan tidak bercampur dengan feses. Hanya sebagian saja
darah yang bercampur dengan feses.

Ketika sedang BAB, Os merasa adanya benjolan yang keluar dari anus, ukurannya
kecil, terasa sangat nyeri dan perih. Benjolan tersebut tidak bisa dimasukkan lagi.

Pusing (+)

Muntah (+), berupa cairan.

Os merasa lemas (+).

RPD : Sudah sekitar 1 tahun, Os sudah merasakan hal tersebut sebelumnya. BAB
sering keras dan berdarah. Tetapi perdarahan tidak begitu banyak seperti saat ini.

Os kurang minum dan kurang serat.

Berdasarkan Pemeriksaan Fisik :

Konjungiva anemis (+/+)


Pada Anus : Terlihat adanya benjolan kecil keluar dari anus, berwarna merah.
Pada RT ditemukan : I = terlihat benjolan dar anus, berwarna kemerahan. P = teraba
benjolan yang keluar dari anus, tidak bertangkai, ukuran 2x1, terfiksir, permukaan
licin, konsistensi keras, NT (++) Pada Handscoon : darah (+), lendir (-), feses (-)
6

PROGNOSIS :
Quo ad vitam

ad bonam

Quo ad functionam

ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN
Hemorhoid adalah pelebaran pleksus hemorrhoidalis yang tidak merupakan keadaan
patologik. Hanya jika hemorhoid ini menimbulkan keluhan atau penyulit sehingga diperlukan
tindakan. Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang
peranan kausal ialah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan
obesitas. Hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk yang
berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat
menyebabkan perasaan tidak nyaman.3
Bantalan jaringan submukosa pada hemoroid mengandung venula, arteriol, dan otot
serat yang halus terletak di anal kanal. Tiga bantalan hemoroid ditemukan di anterior left
lateral, right anterior, dan posisi right posterior, dan diperkirakan berfungsi sebagai bagian
dari mekanisme inkontinensia. Karena hemoroid adalah bagian normal dari anatomi
anorektal, pengobatan hanya diindikasikan jika mereka menjadi gejala.1
Pada hemoroid Istilah patologis digunakan untuk menggambarkan perpindahan ke
bawah bantal bersama dengan dilatasi sinusoid yang terkandung dan kadang-kadang
perdarahan dari arteriola, venula, atau sinusoidal portion. Oleh karena itu, hemoroid
berkembang ketika jaringan pendukung dari bantalan anus memburuk atau dengan tekanan ke
bawah yang luas, seperti pada mengejan lama atau kehamilan.3

ANATOMI
Canalis ani panjangnya sekitar 4 cm dan berjalan ke bawah dan belakang dari ampulla
recti ke anus. Kecuali defekasi, dinding lateralnya tetap teraposisi oleh m.levator ani dan
sphincter ani.3

Canalis ani dibatasi pada bagian posterior oleh corpus anococcygeale, yang
merupakan massa jaringan fibrosa yang terletak antara canalis ani dan os coccygis. Di lateral
di batasi oleh fossa ischiorectalis yang terisi lemak. Pada pria, di anterior dibatasi oleh corpus
perineale, diafragma urogenitalis, urethra pars membranacea, dan bulbus penis. Pada wanita,
di anterior dibatasi oleh corpus perineale, diafragma urogenitalis dan bagian bawah vagina.3
Mukosa paruh atas canalis ani berasal dari ektoderm usus belakang (hind gut).
Gambaran anatomi yang penting adalah :
1. Dibatasi oleh epitel selapis thoraks.
2. Mempuyai lipatan vertikal yang dinamakan collum analis yang dihubungkan satu
sama lain pada ujung bawahnya oleh plica semilunaris yang dinamakan valvula
analis (sisa membran proctedeum.
3. Persarafannya sama seperti mukosa rectum dan berasal dari saraf otonom pleksus
hypogastricus. Mukosanya hanya peka terhadap regangan.
4. Arteri yang memasok adalah arteri yang memasok usus belakang, yaitu arteri rectalis
superior, suatu cabang dari arteri mesenterica inferior. Aliran darah vena terutama
oleh vena rectalis superior, suatu cabang v. Mesenterica inferior.
5. Aliran cairan limfe terutama ke atas sepanjang arteri rectalis superior menuju nodi
lympatici para rectalis dan akhirnya ke nodi lympatici mesenterica inferior.1
Mukosa paruh bawah canalis ani berasal dari ektoderm proctodeum dengan struktur sebagai
berikut :
1. Dibatasi oleh epitel berlapis gepeng yang lambat laun bergabung pada anus dengan
epidermis perianal.
2. Tidak mempunyai collum analis
3. Persarafan berasal dari saraf somatis n. rectalis inferior sehingga peka terhadap nyeri,
suhu, raba, dan tekan.
4. Arteri yang memasok adalah a. rectalis inferior, suatu cabang a. pudenda interna.
Aliran vena oleh v. rectalis inferior, cabang dari v. pudenda interna, yang mengalirkan
darah vena ke v. iliaca interna.
5. Aliran cairan limfe ke bawah menuju nodi lympatici inguinalis superficialis medialis.
Selubung otot sangat berkembang seperti pada bagian saluran cerna, dibagi menjadi
lapisan otot luar logitudinal dan lapisan dalam sirkular. Lapisan sirkular pada ujung atas

canalis ani menebal membentuk spincter ani internus involunter. Sphincter internus diliputi
oleh lapisan otot bercorak yang membentuk sphincter ani ekstenus volunter.1
Pada perbatasan antara rectum dan canalis ani, penggabungan spincter ani internus
dengan pars profunda sphincter ani eksternus dan m. Puborectalis membentuk cincin yang
nyata yang teraba pada pemeriksaaan rectum, dinamakan cincin anorectal.1

Gambar 2.1 Diagram of rectum and anal canal.

Gambar 2.2 Diagram of rectum and anal canal.

Aliran arteri dari Rektum dan Canal Anal


Pada arteri rektalis superior (hemoroid) adalah kelanjutan dari arteri mesenterika
inferior dan turun ke rektum posterior, di mana berfungsi untuk memasok rektum dan bagian
atas dari anal kanal. Tengah dubur (hemoroid) muncul dari arteri iliaka interna di setiap sisi
dan masuk pada bagian bawah rektum anterolaterally pada titik-titik variabel tetapi biasanya
di sepertiga bagian bawah rektum. Arteri rektal tengah tidak konsisten dan tidak dapat
diandalkan setelah ligasi arteri rektalis superior. Arteri rektalis inferior (hemoroid) muncul
dari arteri pudenda interna, cabang dari arteri iliaka interna, dan melintasi fossa ischioanal di
setiap sisi untuk memasok otot-otot sfingter anus. Meskipun tidak ada anastomosis antara
arteri rektalis superior, tengah, dan inferior, arteriografi menunjukkan anastomosis intramural
berlimpah, sehingga iskemia rektal adalah sebuah peristiwa yang sangat langka bahkan
setelah terjadindevascularisasi substansial.3
10

Aliran vena dari Rektum dan Canal Anal


Kembalinya darah dari rektum dan anal kanal terjadi oleh dua systems portal dan sistemik.
Pada vena rektalis superior (hemoroid) mengalir bagian rektum dan bagian atas kanalis anus
ke dalam sistem portal melalui vena mesenterika inferior. Vena rektum tengah meninggalkan
bagian bawah rektum dan bagian atas dari anal kanal, mereka bersama dengan arteri rektum
media dan berhenti dalam vena iliaka internal. Pembuluh darah rektalis inferior, berikut arteri
yang sesuai, tiriskan bagian bawah kanalis analis dengan cara pembuluh darah pudenda
interna, yang bermuara di vena iliaka internal.2
Gambar2.3 Vaskularisasi (Vena)

Gambar 2.4 Vaskularisasi (Arteri)

11

PATOFISIOLOGI
Hemorroid timbul akibat kongesti dari pedikel vaskular pada hemoroidal kompleks,
kemudian berdilatasi, tegang dan menyebabkan pembesaran dari pembuluh darah. Kompleks
vaskular yang mengalami pembesaran dikarenakan tekanan dari dinding pelvis selama
mengangkat beban berat, ataupun berdiri. Perdarahan terjadi karena trauma lokal pada
kompleks hemoroidal biasanya selama defekasi dan kongesti pada pembuluh darah juga
mengakibatkan mudah berdarah dan edematus serta akhirnya mengalami hipertropi. Kongesti
terjadi pada vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis.
Beberapa faktor etiologi telah diajukan, termasuk konstipasi atau diare, feses yang
keras,peregangan, peningkatan tekanan intraabdomen, dan gangguan pada dasar pelvis akan
menyebabkan gangguan pada perkembangan jaringan haemorhoid., sering mengedan,
kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroma uteri, dan tumor rectum.
Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi porta sering mengakibatkan hemoroid, karena
vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem porta. Selain itu sistem porta
tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.
Hemoroid Eksternal yang mengalami trombosis biasanya terletak subkutan di daerah
kanalis analis, trombosis dapat terjadi karena tekanan tinggi di vena misalnya saat
mengangkat berat, batuk, bersin, mengedan keras atau partus. tersebut kemudian vena
melebar, menonjol dan terjepit sehingga terjadi trombosis. Kelainan yang nyeri sekali ini
12

dapat terjadi pada semua usia dan tidak berhubungan dengan ada atau tidak adanya
hemorroid interna. Kadang-kadang terdapat lebih dari satu trombus.3

KLASIFIKASI
Hemoroid dibedakan atas hemorrhoid interna dan eksterna :
Hemorhoid interna adalah pelebaran cabang-cabang v. rectalis superior (v.
hemoroidalis superior) diatas garis mukokutaneus dan diliputi oleh mukosa. Cabang vena
yang terletak pada colllum analis posisi jam 3,7, dan 11 bila dilihat saat pasien dalam posisi
litotomi mudah sekali menjadi varises. Hemorroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di
dalam jaringan submukosa pada rektum. Paling sering terjadi pada tiga posisi yaitu kanan
depan, kanan belakang, dan kiri lateral.
Penyebab hemoroid interna diduga kelemahan kongenital dinding vena karena sering
ditemukan pada anggota keluarga yang sama. Vena rectalis superior merupakan bagian paling
bergantung pada sirkulasi portal dan tidak berkatup. Jadi berat kolom darah vena paling besar
pada vena yang terletak pada paruh atas canalis ani. Disini jaringan ikat longgar submukosa
sedikit memberi penyokong pada dinding vena. Selanjutnya aliran balik darah vena dihambat
oleh kontraksi lapisan otot dinding rectum selama defekasi. Konstipasi kronik yang dikaitkan
dengan mengedan yang lama merupakan faktor predisposisi. Hemoroid kehamilan sering
terjadi akibat penekanan vena rectalis superior oleh uterus gravid. Hipertensi portal akibat
sirosis hati juga dapat menyebabkan hemoroid. Kemungkinan kanker rectum juga
menghambat vena rectalis superior.1
Hemoroid interna diklasifikasikan sebagai derajat I IV :
Tabel 2.1 Derajat Klasifikasi Hemoroid Interna

Deraja

Berdarah

Menonjol

Reposisi

II

Spontan

III

Manual

IV

Tetap

Tidak dapat

13

Tabel 2.2 Derajat Klasifikasi Hemoroid Interna

Hemoroid eksterna adalah pelebaran cabang-cabang vena rectalis (hemorroidalis)


inferior waktu vena ini berjalan ke lateral dari pinggir anus. Hemorroid ini diliputi kulit dan
sering dikaitkan dengan hemorroid interna yang sudah ada. Keadaan klinik yang lebih
penting adalah ruptura cabang-cabang v. rectalis inferior sebagai akibat batuk atau mengedan,
disertai adanya bekuan darah kecil pada jaringan submukosa dekat anus. Pembengkakan kecil
berwarna biru ini dinamakan hematoma perianal.1

14

Gambar 2.5 Hemoroid interna dan Eksterna

Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma,
walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri
dan gatal karena ujung ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Kadang kadang
perlu membuang trombus dengan anestesi lokal, atau dapat diobati dengan kompres duduk
panas dan analgesik. Hemoroid eksterna akut atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit
anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan secara longgar
dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan
anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke v. hemoroid superior dan selanjutnya ke
vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui
daerah perineum dan lipat paha ke daerah v. Iliaka.3

15

Gambar 2.6 Grading Haemoroid

GEJALA DAN TANDA


Pendarahan umumnya merupakan tanda pertama hemorroid intern akibat trauma oleh
feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses,
dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada pendarahan yang
terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi berwarna merah. Walaupun berasal dari
vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam.
Kadang pendarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat.
Hemorroid yang membesar perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan
prolaps. Pada tahap awal penonjolan ini hanya terjadi waktu defekasi dan disusul oleh reduksi
spontan sesudah defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut hemorroid intern ini perlu didorong
kembali setelah defekasi agar masuk ke dalam anus. Akhirnya hemorroid dapat berlanjut
menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan
rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembapan yang terus
menerus dan rangsangan mukus. Nyeri haya timbul bila terdapat trombosis yang luas dengan
udem dan radang.2

16

Tabel 2.3 Gejala Yang Berhubungan Dengan Hemorrhoid

PENGOBATAN
Pada hemorrhoid grade I dan II

masih berespon terhadap diet tinggi serat,

menghindari duduk terlalu lama, namun jika usaha-usaha tersebut gagal dapat dilakukan
elastik ligasi, eksisi pada grade II. Pembedahan jarang diindikasikan untuk hemorroid grade I
dengan perdarahan.
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia seperti fenol 5% dan minyak almond.
Penyuntikan ini berguna untuk menghentikan perdarahan pada hemorroid grade I dab II.
Penyuntikan dilakukan ke dalam jaringan submuosa yang longgar di bawah hemorroid
interna dengan tujuan menimbulkan peradangan yang steril dan kemudian menjadi fibrotik.
Ligasi elastik da/pat dilakukan pada hemorroid interna grade II dan III. Satu atau dua
cm diatas linea dentata, terapi ini sangat efektif untuk mengontrol perdarahan dan prolaps.
Cara ini dilakukan dengan bantuan anuskop, mukosa diatas hemorroid yang menonjol dijepit
dan ditarik atau dihisap ke dalam tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari ligator
dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus hemorroidalis tersebut. Nekrosis
dan iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa dan karet akan lepas sendiri, dan terjadi
fibrosis dan parut pada pangkal hemorroid.1,3

17

Gambar 2.7 Elastik Ligasi

Hemorroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang rendah sekali.
Bedah beku atau cryosurgery tidak dipakai secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar
ditentukan luasnya. Bedah beku ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum.
Komplikasi yang terjadi antara lain alergi, reaksi infalamasi lokal dan prostatitis
Terapi bedah terpilih untuk hemorroid grade III dan IV adalah hemorroidektomi,
terapi ini juga dapat dilakukan pada penderita yang mengalami perdarahan berulang dan
anemia yang tak sembuh dengan terapi lain. Prinsip yang perlu diperhatikan pada
hemorroidektomi adalah eksisi dilakukan hanya pada jaringan yang benar-benar berlebihan.
Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak
mengganggu spingter ani. Toindakan bedah lain dilakukan dengan metode dilatasi Lord,
dengan cara memutuskan jaringan ikat yang diduga menyebabkan obstruksi jalan keluar anus
atau spasme yang merupakan faktor penting terjadinya hemorrois pembedahan ini dilakukan
dalam keadaan teranastesi. Namun pembedahan ini sering menimbulkan penyulit
inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.

Gambar 2.8 Eksisi Hemorroidektomi

18

Hemorroid eksterna yang mengalami trombosis, keluhan nyeri dapat dilakukan


dengan rendam duduk menggunakan larutan hangat, salep yang mengandung analgetik untuk
mengurangi nyeri atau gesekan pada waktu berjalan dan dapat diberikan sedasi dan
disarankan istirahat di tempar tidur. Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat ditolong
dengan mengeluarkan trombus atau melakukan eksisi lengkap secara hemorroidektomi. Bila
trombus sudah keluar kulit di eksisi berbentuk elips untuk mencegah bertautnya tepi kulit dan
pembentukan kembali trombus.1
Prosedur untuk Hemoroid Prolaps / Stapled Hemorrhoidectomy
Procedure for Prolapse and Hemorrhoids (PPH) telah diusulkan sebagai pendekatan bedah
alternatif. Istilah PPH digantikan Stapled Hemorrhoidectomy karena prosedur tidak
melibatkan eksisi jaringan hemoroid, melainkan perbaikan mukosa berlebihan diatas linea
dentata. PPH menghapus pendek sirkumferensial segmen proksimal mukosa rektum ke linea
dentate menggunakan stapler melingkar. Hal ini secara efektif ligasi venula pleksus hemoroid
dan perbaikan mukosa berlebihan lebih tinggi di anal kanal. Kritikus menunjukkan bahwa
teknik ini hanya cocok untuk pasien dengan ukuran besar, dan perdarahan pada hemoroid
interna, dan tidak efektif dalam pengelolaan hemoroid eksternal atau dikombinasikan. Namun
demikian, beberapa studi terbaru menunjukkan bahwa prosedur ini aman dan efektif, terkait
dengan sedikit nyeri pasca operasi dan cacat, dan memiliki risiko komplikasi pasca operasi
setara bila dibandingkan dengan hemorrhoidectomy.2
Gambar 2.9 Stapled Hemoroidektomy

19

KOMPLIKASI HEMOROIDEKTOMI
1. Nyeri pasca operasi eksisi hemorrhoidectomi memerlukan analgesia biasanya dengan
narkotika oral. NSAID, relaksan otot, analgesik topical sering banyak digunkan juga.
2. Infeksi jarang terjadi setelah hemorrhoidectomy, namun, nekrosis infeksi jaringan lunak
dapat terjadi dengan konsekuensi yang menghancurkan, seperti nyeri parah, demam, dan
retensi pada saluran kencing dapat menjadi tanda awal infeksi.
3. Retensi urin merupakan komplikasi umum hemorrhoidectomy dan terjadi dalam 10-50%
pasien. Risiko retensi urin dapat diminimalkan dengan membatasi intraoperatif dan IV
cairan perioperatif, dan dengan menyediakan analgesia yang memadai.
4. Nyeri juga dapat menyebabkan fecal impaction. Risiko impaksi mungkin akan menurun
oleh enema preoperatif atau persiapan usus terbatas mekanik, penggunaan obat pencahar
liberal pasca operasi, dan mengontrol rasa sakit yang memadai.
5. Meskipun sejumlah kecil perdarahan, terutama dengan gerakan usus perdarahan masif
dapat terjadi setelah hemorrhoidectomy. Perdarahan dapat terjadi pada periode pasca
operasi segera (sering di ruang pemulihan) sebagai akibat dari ligasi tidak memadai dari
pedikel vaskuler. Perdarahan mungkin juga terjadi 7 sampai 10 hari setelah
hemorrhoidectomy ketika mukosa yang melapisi pembuluh darah sloughs pedikel terjadi
nekrotik.
6. Banyak pasien mengalami transien inkontinensia flatus, dan beberapa pasien mengalami
inkontinensia feses permanen.
7. Anal stenosis dapat dihasilkan dari jaringan parut setelah reseksi ekstensif kulit perianal.
Ectropion mungkin terjadi setelah hemorrhoidectomy sebuah Whitehead. Komplikasi ini
biasanya akibat dari penjahitan mukosa rectum terlalu jauh distal di anal kanal dan dapat
dihindari dengan memastikan bahwa mukosa dijahit pada atau tepat di atas garis dentate.2

REFERENSI

20

1. Brunicardi, F. Charles, et al. Colon, Rectum, Anus in Schwartzs Manual of Surgery 8


th

Edition. Mc Graw Hill: United State of America. 2006. Page. 757-758.

2. Brunicardi, F. Charles, et al. Anorectal Disease in Colon, Rectum, Anus in Schwartzs


Manual of Surgery 9

th

Edition. Mc Graw Hill: United State of America. 2010. Page

2019-2020.
3. Mulholland, Michael W, Lillemoe, Keith D, et al. Anoractal Disorders in Greenfield's
Surgery: SCIENTIFIC PRINCIPLES AND PRACTICE, 4th Edition. Copyright
Lippincott Williams & Wilkins. 2006. Page 1139, 1144-1147.

21

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Kasus Tetanus
    Laporan Kasus Tetanus
    Dokumen25 halaman
    Laporan Kasus Tetanus
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Kelainan Kelenjar Parotis
    Kelainan Kelenjar Parotis
    Dokumen27 halaman
    Kelainan Kelenjar Parotis
    Nizar Dzulqarnain Rahmatullah
    Belum ada peringkat
  • Mesin Anestesi Morgan
    Mesin Anestesi Morgan
    Dokumen74 halaman
    Mesin Anestesi Morgan
    Arsinda
    Belum ada peringkat
  • REFERAT Limfadenopati
    REFERAT Limfadenopati
    Dokumen25 halaman
    REFERAT Limfadenopati
    Alifia Faraghta
    67% (3)
  • Word
    Word
    Dokumen18 halaman
    Word
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Referat Mioma Uteri
    Referat Mioma Uteri
    Dokumen15 halaman
    Referat Mioma Uteri
    Lessyana Yulita
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Referat Tika Pusinngg..
    Referat Tika Pusinngg..
    Dokumen24 halaman
    Referat Tika Pusinngg..
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Referat Slide
    Referat Slide
    Dokumen16 halaman
    Referat Slide
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat
    Cover Referat
    Dokumen2 halaman
    Cover Referat
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Jur Ding
    Jur Ding
    Dokumen15 halaman
    Jur Ding
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus MH
    Laporan Kasus MH
    Dokumen28 halaman
    Laporan Kasus MH
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Cover Laporan Kasus
    Cover Laporan Kasus
    Dokumen1 halaman
    Cover Laporan Kasus
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Refferat Skizo
    Refferat Skizo
    Dokumen42 halaman
    Refferat Skizo
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Stroke
    Stroke
    Dokumen52 halaman
    Stroke
    Ammal Pasha Tamtama
    Belum ada peringkat
  • Refreshing Fix
    Refreshing Fix
    Dokumen9 halaman
    Refreshing Fix
    brosna
    Belum ada peringkat
  • Referat Jiwa
    Referat Jiwa
    Dokumen40 halaman
    Referat Jiwa
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Cover Laporan Kasus
    Cover Laporan Kasus
    Dokumen1 halaman
    Cover Laporan Kasus
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Leiomyoma Mioma Uteri Hana
    Leiomyoma Mioma Uteri Hana
    Dokumen14 halaman
    Leiomyoma Mioma Uteri Hana
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Cover Hana Laporan Mioma
    Cover Hana Laporan Mioma
    Dokumen1 halaman
    Cover Hana Laporan Mioma
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Lapkas 3
    Lapkas 3
    Dokumen23 halaman
    Lapkas 3
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus MH
    Laporan Kasus MH
    Dokumen60 halaman
    Laporan Kasus MH
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus MH
    Laporan Kasus MH
    Dokumen60 halaman
    Laporan Kasus MH
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Refer at
    Refer at
    Dokumen23 halaman
    Refer at
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Lapkas 3 Word
    Lapkas 3 Word
    Dokumen16 halaman
    Lapkas 3 Word
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Tutorial DR - Lili
    Tutorial DR - Lili
    Dokumen11 halaman
    Tutorial DR - Lili
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Tutorial II Bedah
    Tutorial II Bedah
    Dokumen17 halaman
    Tutorial II Bedah
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Azka Faza Fadhila
    Belum ada peringkat