KASUS
IDENTITAS
Nama
: Ny. E
Umur
: 51 tahun
Pekerjaan
: 404118
ANAMNESIS
Keluhan Utama
3 hari SMRS : Os BAB berdarah, darah keluar sangat banyak, 2-3 aqua gelas
selama 3 hari tersebut. Darah berwarna merah segar, mengalir dan tidak bercampur dengan
feses. Hanya sebagian saja darah yang bercampur dengan feses. Ketika sedang BAB, Os
merasa adanya benjolan yang keluar dari anus, ukurannya kecil, terasa sangat nyeri dan
perih. Benjolan tersebut tidak bisa dimasukkan lagi. Pusing (+), Mual (-), Muntah (+),
berupa cairan. Nyeri pada perut atau rasa tidak nyaman di perut (-). Os merasa lemas (+).
Perasaan cepat lelah (-). Nafsu makan baik. BAK normal. BB dirasakan tidak menurun.
Sudah sekitar 1 tahun, Os sudah merasakan hal tersebut sebelumnya. BAB sering keras.
Tetapi perdarahan tidak begitu banyak seperti saat ini.
DM, TB, HT tidak ada.
1
PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM
KESADARAN
: Compos mentis
TANDA VITAL
TD
: 130/80 mmHg
Suhu
: 36,4
Nadi
: 80
x/menit
Pernafasan
: 16
x/menit
STATUS GENERALIS
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Torax
Paru
Rectal Touche :
I = terlihat benjolan dar anus, berwarna
kemerahan.
P = teraba benjolan yang keluar dari
anus, tidak bertangkai, ukuran 2x1,
terfiksir, permukaan licin, konsistensi
keras, NT (++)
3
RESUME
Perempuan, 51 tahun, pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga. Masuk RS dengan
Buang Air Besar berdarah sejak 3 hari SMRS. Darah keluar sangat banyak, 2-3 aqua gelas
selama 3 hari tersebut. Darah berwarna merah segar, mengalir dan tidak bercampur dengan
feses. Hanya sebagian saja darah yang bercampur dengan feses. Ketika sedang BAB, Os
merasa adanya benjolan yang keluar dari anus, ukurannya kecil, terasa sangat nyeri dan perih.
Benjolan tersebut tidak bisa dimasukkan lagi. Pusing (+), Muntah (+), berupa cairan. Nyeri
perut (-). Os merasa lemas (+). Sudah sekitar 1 tahun, Os sudah merasakan hal tersebut
sebelumnya. BAB sering keras. Tetapi perdarahan tidak begitu banyak seperti saat ini. Sudah
sering berobat ke dokter, tetapi keluhan dirasakan menetap. Os kurang minum dan kurang
serat.
Pada Pemeriksaan Fisik terlihat konjungtiva anemis (+/+). Status generalis semuanya
dalam batas normal. Pada RT : I = terlihat benjolan dar anus, berwarna kemerahan. P = teraba
benjolan yang keluar dari anus, tidak bertangkai, ukuran 2x1, terfiksir, permukaan licin,
konsistensi keras, NT (++) Pada Handscoon : darah (+), lendir (-), feses (-)
DIAGNOSIS BANDING
Hemmoroid Interna
Polip Recti
Ca. Recti
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tgl 17.09.2011 : Pem. Darah Lengkap
Jenis Pemeriksaan
Nilai Normal
Satuan
Hasil Pemeriksaan
WBC
7,5
103/ul
4,8-10,8
4
20,9
4,6
74,5 (H)
106/ul
%
%
20,0-40,0
5,5
0-70
RBC
3,30 (L)
106/ul
4,7-6,1
HGB
5,5 (L)
g/dl
14,0-18,0
HCT
20,0
42,0-52,0
PLT
423
103/UL
150-450
MCV
60,6 (L)
Fl
80,0-94,0
MCH
16,7 (L)
Pg
27,0-32,0
MCHC
27,5 (L)
g/dl
32,0-36,0
Limfosit
Monosit
Granulosit
Tgl 17/09/2011
Jenis Pemeriksaan
Nilai Normal
Satuan
Hasil Pemeriksaan
Kimia Darah
- GDP
- Ureum
- Kreatinin
79
14,5
0,7
mg
mg %
mg %
70-110
10-50
P = 0,5-1,0
L = 0,5-1,1
P = < 31
L = < 40
P = < 32
L = <42
SGOT
15
uL
SGPT
10
Ul
Elektrolit
- Na
- K
- Cl
134
3,63
1,19
Meq/L
Meq/L
Meq/L
Serologi
- HbsAg
Negatif
135-148
3,50-5,30
98-107
PENGELOLAAN
Infus RL 20tts/mnt
Transfusi PRC = BB (kg) x Delta Hb x 4
48 x (12-5,5) x 4
1248 cc/3 hari = 416 cc/hari
Injeksi Ketorolac 2x30 mg
Injeksi Metronidazol 3x500 mg
Diet bebas tanpa hati, daging, dan pisang
5
RENCANA PEMERIKSAAN
Ulang Darah Rutin
Anuskopi
DIAGNOSIS KERJA
Hemoroid interna grade IV
ALASAN
Berdasarkan Anamnesis :
Buang Air Besar berdarah. Darah keluar sangat banyak, 2-3 aqua gelas dan
berwarna merah segar, mengalir dan tidak bercampur dengan feses. Hanya sebagian saja
darah yang bercampur dengan feses.
Ketika sedang BAB, Os merasa adanya benjolan yang keluar dari anus, ukurannya
kecil, terasa sangat nyeri dan perih. Benjolan tersebut tidak bisa dimasukkan lagi.
Pusing (+)
RPD : Sudah sekitar 1 tahun, Os sudah merasakan hal tersebut sebelumnya. BAB
sering keras dan berdarah. Tetapi perdarahan tidak begitu banyak seperti saat ini.
PROGNOSIS :
Quo ad vitam
ad bonam
Quo ad functionam
ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Hemorhoid adalah pelebaran pleksus hemorrhoidalis yang tidak merupakan keadaan
patologik. Hanya jika hemorhoid ini menimbulkan keluhan atau penyulit sehingga diperlukan
tindakan. Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang
peranan kausal ialah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan
obesitas. Hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk yang
berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat
menyebabkan perasaan tidak nyaman.3
Bantalan jaringan submukosa pada hemoroid mengandung venula, arteriol, dan otot
serat yang halus terletak di anal kanal. Tiga bantalan hemoroid ditemukan di anterior left
lateral, right anterior, dan posisi right posterior, dan diperkirakan berfungsi sebagai bagian
dari mekanisme inkontinensia. Karena hemoroid adalah bagian normal dari anatomi
anorektal, pengobatan hanya diindikasikan jika mereka menjadi gejala.1
Pada hemoroid Istilah patologis digunakan untuk menggambarkan perpindahan ke
bawah bantal bersama dengan dilatasi sinusoid yang terkandung dan kadang-kadang
perdarahan dari arteriola, venula, atau sinusoidal portion. Oleh karena itu, hemoroid
berkembang ketika jaringan pendukung dari bantalan anus memburuk atau dengan tekanan ke
bawah yang luas, seperti pada mengejan lama atau kehamilan.3
ANATOMI
Canalis ani panjangnya sekitar 4 cm dan berjalan ke bawah dan belakang dari ampulla
recti ke anus. Kecuali defekasi, dinding lateralnya tetap teraposisi oleh m.levator ani dan
sphincter ani.3
Canalis ani dibatasi pada bagian posterior oleh corpus anococcygeale, yang
merupakan massa jaringan fibrosa yang terletak antara canalis ani dan os coccygis. Di lateral
di batasi oleh fossa ischiorectalis yang terisi lemak. Pada pria, di anterior dibatasi oleh corpus
perineale, diafragma urogenitalis, urethra pars membranacea, dan bulbus penis. Pada wanita,
di anterior dibatasi oleh corpus perineale, diafragma urogenitalis dan bagian bawah vagina.3
Mukosa paruh atas canalis ani berasal dari ektoderm usus belakang (hind gut).
Gambaran anatomi yang penting adalah :
1. Dibatasi oleh epitel selapis thoraks.
2. Mempuyai lipatan vertikal yang dinamakan collum analis yang dihubungkan satu
sama lain pada ujung bawahnya oleh plica semilunaris yang dinamakan valvula
analis (sisa membran proctedeum.
3. Persarafannya sama seperti mukosa rectum dan berasal dari saraf otonom pleksus
hypogastricus. Mukosanya hanya peka terhadap regangan.
4. Arteri yang memasok adalah arteri yang memasok usus belakang, yaitu arteri rectalis
superior, suatu cabang dari arteri mesenterica inferior. Aliran darah vena terutama
oleh vena rectalis superior, suatu cabang v. Mesenterica inferior.
5. Aliran cairan limfe terutama ke atas sepanjang arteri rectalis superior menuju nodi
lympatici para rectalis dan akhirnya ke nodi lympatici mesenterica inferior.1
Mukosa paruh bawah canalis ani berasal dari ektoderm proctodeum dengan struktur sebagai
berikut :
1. Dibatasi oleh epitel berlapis gepeng yang lambat laun bergabung pada anus dengan
epidermis perianal.
2. Tidak mempunyai collum analis
3. Persarafan berasal dari saraf somatis n. rectalis inferior sehingga peka terhadap nyeri,
suhu, raba, dan tekan.
4. Arteri yang memasok adalah a. rectalis inferior, suatu cabang a. pudenda interna.
Aliran vena oleh v. rectalis inferior, cabang dari v. pudenda interna, yang mengalirkan
darah vena ke v. iliaca interna.
5. Aliran cairan limfe ke bawah menuju nodi lympatici inguinalis superficialis medialis.
Selubung otot sangat berkembang seperti pada bagian saluran cerna, dibagi menjadi
lapisan otot luar logitudinal dan lapisan dalam sirkular. Lapisan sirkular pada ujung atas
canalis ani menebal membentuk spincter ani internus involunter. Sphincter internus diliputi
oleh lapisan otot bercorak yang membentuk sphincter ani ekstenus volunter.1
Pada perbatasan antara rectum dan canalis ani, penggabungan spincter ani internus
dengan pars profunda sphincter ani eksternus dan m. Puborectalis membentuk cincin yang
nyata yang teraba pada pemeriksaaan rectum, dinamakan cincin anorectal.1
11
PATOFISIOLOGI
Hemorroid timbul akibat kongesti dari pedikel vaskular pada hemoroidal kompleks,
kemudian berdilatasi, tegang dan menyebabkan pembesaran dari pembuluh darah. Kompleks
vaskular yang mengalami pembesaran dikarenakan tekanan dari dinding pelvis selama
mengangkat beban berat, ataupun berdiri. Perdarahan terjadi karena trauma lokal pada
kompleks hemoroidal biasanya selama defekasi dan kongesti pada pembuluh darah juga
mengakibatkan mudah berdarah dan edematus serta akhirnya mengalami hipertropi. Kongesti
terjadi pada vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis.
Beberapa faktor etiologi telah diajukan, termasuk konstipasi atau diare, feses yang
keras,peregangan, peningkatan tekanan intraabdomen, dan gangguan pada dasar pelvis akan
menyebabkan gangguan pada perkembangan jaringan haemorhoid., sering mengedan,
kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroma uteri, dan tumor rectum.
Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi porta sering mengakibatkan hemoroid, karena
vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem porta. Selain itu sistem porta
tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik.
Hemoroid Eksternal yang mengalami trombosis biasanya terletak subkutan di daerah
kanalis analis, trombosis dapat terjadi karena tekanan tinggi di vena misalnya saat
mengangkat berat, batuk, bersin, mengedan keras atau partus. tersebut kemudian vena
melebar, menonjol dan terjepit sehingga terjadi trombosis. Kelainan yang nyeri sekali ini
12
dapat terjadi pada semua usia dan tidak berhubungan dengan ada atau tidak adanya
hemorroid interna. Kadang-kadang terdapat lebih dari satu trombus.3
KLASIFIKASI
Hemoroid dibedakan atas hemorrhoid interna dan eksterna :
Hemorhoid interna adalah pelebaran cabang-cabang v. rectalis superior (v.
hemoroidalis superior) diatas garis mukokutaneus dan diliputi oleh mukosa. Cabang vena
yang terletak pada colllum analis posisi jam 3,7, dan 11 bila dilihat saat pasien dalam posisi
litotomi mudah sekali menjadi varises. Hemorroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di
dalam jaringan submukosa pada rektum. Paling sering terjadi pada tiga posisi yaitu kanan
depan, kanan belakang, dan kiri lateral.
Penyebab hemoroid interna diduga kelemahan kongenital dinding vena karena sering
ditemukan pada anggota keluarga yang sama. Vena rectalis superior merupakan bagian paling
bergantung pada sirkulasi portal dan tidak berkatup. Jadi berat kolom darah vena paling besar
pada vena yang terletak pada paruh atas canalis ani. Disini jaringan ikat longgar submukosa
sedikit memberi penyokong pada dinding vena. Selanjutnya aliran balik darah vena dihambat
oleh kontraksi lapisan otot dinding rectum selama defekasi. Konstipasi kronik yang dikaitkan
dengan mengedan yang lama merupakan faktor predisposisi. Hemoroid kehamilan sering
terjadi akibat penekanan vena rectalis superior oleh uterus gravid. Hipertensi portal akibat
sirosis hati juga dapat menyebabkan hemoroid. Kemungkinan kanker rectum juga
menghambat vena rectalis superior.1
Hemoroid interna diklasifikasikan sebagai derajat I IV :
Tabel 2.1 Derajat Klasifikasi Hemoroid Interna
Deraja
Berdarah
Menonjol
Reposisi
II
Spontan
III
Manual
IV
Tetap
Tidak dapat
13
14
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma,
walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri
dan gatal karena ujung ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Kadang kadang
perlu membuang trombus dengan anestesi lokal, atau dapat diobati dengan kompres duduk
panas dan analgesik. Hemoroid eksterna akut atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit
anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan secara longgar
dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan
anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke v. hemoroid superior dan selanjutnya ke
vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui
daerah perineum dan lipat paha ke daerah v. Iliaka.3
15
16
PENGOBATAN
Pada hemorrhoid grade I dan II
menghindari duduk terlalu lama, namun jika usaha-usaha tersebut gagal dapat dilakukan
elastik ligasi, eksisi pada grade II. Pembedahan jarang diindikasikan untuk hemorroid grade I
dengan perdarahan.
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia seperti fenol 5% dan minyak almond.
Penyuntikan ini berguna untuk menghentikan perdarahan pada hemorroid grade I dab II.
Penyuntikan dilakukan ke dalam jaringan submuosa yang longgar di bawah hemorroid
interna dengan tujuan menimbulkan peradangan yang steril dan kemudian menjadi fibrotik.
Ligasi elastik da/pat dilakukan pada hemorroid interna grade II dan III. Satu atau dua
cm diatas linea dentata, terapi ini sangat efektif untuk mengontrol perdarahan dan prolaps.
Cara ini dilakukan dengan bantuan anuskop, mukosa diatas hemorroid yang menonjol dijepit
dan ditarik atau dihisap ke dalam tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari ligator
dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus hemorroidalis tersebut. Nekrosis
dan iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa dan karet akan lepas sendiri, dan terjadi
fibrosis dan parut pada pangkal hemorroid.1,3
17
Hemorroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang rendah sekali.
Bedah beku atau cryosurgery tidak dipakai secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar
ditentukan luasnya. Bedah beku ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum.
Komplikasi yang terjadi antara lain alergi, reaksi infalamasi lokal dan prostatitis
Terapi bedah terpilih untuk hemorroid grade III dan IV adalah hemorroidektomi,
terapi ini juga dapat dilakukan pada penderita yang mengalami perdarahan berulang dan
anemia yang tak sembuh dengan terapi lain. Prinsip yang perlu diperhatikan pada
hemorroidektomi adalah eksisi dilakukan hanya pada jaringan yang benar-benar berlebihan.
Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak
mengganggu spingter ani. Toindakan bedah lain dilakukan dengan metode dilatasi Lord,
dengan cara memutuskan jaringan ikat yang diduga menyebabkan obstruksi jalan keluar anus
atau spasme yang merupakan faktor penting terjadinya hemorrois pembedahan ini dilakukan
dalam keadaan teranastesi. Namun pembedahan ini sering menimbulkan penyulit
inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.
18
19
KOMPLIKASI HEMOROIDEKTOMI
1. Nyeri pasca operasi eksisi hemorrhoidectomi memerlukan analgesia biasanya dengan
narkotika oral. NSAID, relaksan otot, analgesik topical sering banyak digunkan juga.
2. Infeksi jarang terjadi setelah hemorrhoidectomy, namun, nekrosis infeksi jaringan lunak
dapat terjadi dengan konsekuensi yang menghancurkan, seperti nyeri parah, demam, dan
retensi pada saluran kencing dapat menjadi tanda awal infeksi.
3. Retensi urin merupakan komplikasi umum hemorrhoidectomy dan terjadi dalam 10-50%
pasien. Risiko retensi urin dapat diminimalkan dengan membatasi intraoperatif dan IV
cairan perioperatif, dan dengan menyediakan analgesia yang memadai.
4. Nyeri juga dapat menyebabkan fecal impaction. Risiko impaksi mungkin akan menurun
oleh enema preoperatif atau persiapan usus terbatas mekanik, penggunaan obat pencahar
liberal pasca operasi, dan mengontrol rasa sakit yang memadai.
5. Meskipun sejumlah kecil perdarahan, terutama dengan gerakan usus perdarahan masif
dapat terjadi setelah hemorrhoidectomy. Perdarahan dapat terjadi pada periode pasca
operasi segera (sering di ruang pemulihan) sebagai akibat dari ligasi tidak memadai dari
pedikel vaskuler. Perdarahan mungkin juga terjadi 7 sampai 10 hari setelah
hemorrhoidectomy ketika mukosa yang melapisi pembuluh darah sloughs pedikel terjadi
nekrotik.
6. Banyak pasien mengalami transien inkontinensia flatus, dan beberapa pasien mengalami
inkontinensia feses permanen.
7. Anal stenosis dapat dihasilkan dari jaringan parut setelah reseksi ekstensif kulit perianal.
Ectropion mungkin terjadi setelah hemorrhoidectomy sebuah Whitehead. Komplikasi ini
biasanya akibat dari penjahitan mukosa rectum terlalu jauh distal di anal kanal dan dapat
dihindari dengan memastikan bahwa mukosa dijahit pada atau tepat di atas garis dentate.2
REFERENSI
20
th
2019-2020.
3. Mulholland, Michael W, Lillemoe, Keith D, et al. Anoractal Disorders in Greenfield's
Surgery: SCIENTIFIC PRINCIPLES AND PRACTICE, 4th Edition. Copyright
Lippincott Williams & Wilkins. 2006. Page 1139, 1144-1147.
21