PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Negara yang baru berkembang pada umumnya memberikan prioritas yang
tinggi terhadap pembangunan ekonomi. Indonesia yang juga merupakan negara yang
berkembang juga masih terus melakukan pembangunan dimana sampai saat ini untuk
pembangunan tersebut diperlukan dana yang relatif besar, dana yang diperlukan
semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Sumber dana berasal dari eksternal
maupun internal,dana eksternal diperoleh dari pinjama nluar negeri namun hanya
bersifat sementara sedangkan dana internal diperoleh dari sumber pendapatan negara
dalam negeri. Dalam mengurangi ketergantungan dana eksternal pemerintah berupaya
meningkatkan sumber penerimaan dari dalam negeri. Hal ini berarti bahwa semua
pembelanjaan negara harus dibiayai dari pendapatan negara, yaitu penerimaan dari
pajak dan penerimaan bukan pajak (Jatmiko, 2006).
Pajak merupakan kewajiban warga negara yang merupakan wujud pengabdian
terhadap negara yang timbal baliknya tidak bisa dirasakan secara langsung oleh Wajib
Pajak. Pajak bisa menjadi alternatif yang sangat potensial. Sebagai salah satu
sumber penerimaan negara yang sangat potensial, sektor pajak merupakan pilihan
yang sangat tepat, selain karena jumlahnya yang relatif stabil juga merupakan
cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan.
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya
yang
seimbang,
perundang-undangan
yang
yang
dapat
berlaku,
dipaksakan
yang
berdasarkan
digunakan
untuk
peraturan
membiayai
Asuransi Jasa Raharja. Kantor Bersama SAMSAT yang memiliki peran penting
dalam pelayanan PKB, karena pada instansi inilah wajib pajak (WP) membayar pajak
terhutangnya.
Tabel 1.1
: Jumlah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor yang membayar PKB
Tahun 2010-2014.
Tahun
Jumlah WP Kendaraan
Jumlah WP Kendaraan
Bermotor yang membayar
Bermotor yang membayar
PKB di Pekanbaru (orang)
PKB di Propinsi Riau (orang)
2010
432.883
1.209.296
2011
449.930
1.314.476
2012
424.188
1.319.993
2013
412.426
1.313.002
2014
415.278
1.348.767
Sumber : Dinas Pendapatan (DISPENDA) Propinsi Riau, Tahun 2014.
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa hampir setiap tahunnya terjadi
fluktuasi jumlah wajib pajak yang membayar Pajak Kendaraan Bermotor di
Pekanbaru dalam jangka waktu 5 tahun tersebut. Dan pada tahun 2014, Dinas
Pendapatan Provinsi Riau mencatat sekitar 300.000 wajib pajak menunggak
pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) roda dua maupun roda empat dengan
nilai mencapai Rp100 miliar. Jadi dapat dilihat bahwa pelaksanaan pemungutan pajak
kendaraan bermotor belum optimal.
Atas dasar latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik
untuk mengambil judul Evaluasi Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan
Bermotor di Daerah Riau
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan
faktor-faktor
kendala
dalam
pelaksanaan
bermotor di Riau?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor di Riau.
2. Mengetahui pelaksanaan penagihan tunggakan pajak kendaraan bermotor
di Riau.
3. Mengidentifikasi yang menjadi faktor-faktor kendala dalam pelaksanaan
pemungutan serta penagihan tunggakan pajak kendaraan bermotor di Riau
4. Mengidentifikasi upaya-upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi
kendala pada pelaksanaan pemungutan serta penagihan tunggakan pajak
1.4
dan
sumber
informasi
tambahan
dalam
melakukan
1.5
Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, sistimatika penulisan yang ingin disampaikan terdiri dari
Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan
masalah,
BAB II
tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian
dan
sistematika penulisan.
Tinjuan Pustaka
Bab ini menguraikan pengertian secara umum tentang topik
masalah, kemudian menguraikan konsep teori secara
mendalam yang berhubungan dengan masalah yang diteliti,
dan diakhiri dengan kerangka pemikiran yang menjadi dasar
BAB III
BAB IV
hasil
evaluasi
BAB V
keterbatasan
penelitian,
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tinjauan Pustaka
Penelitian telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa penulis mengenai
pemungutan pajak kendaraan bermotor. Penelitian berupa tesis yang ditulis oleh
Aroma Dewi Palupi (2015) dengan judul Evaluasi Pelaksanaan Pemungutan Pajak
Kendaraan Bermotor Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pokok permasalahan dalam
tesis ini belum optimalnya proses penagihan pajak kendaraan bermotor yang
dilakukan Pemda DIY. Penelitian ini bersifat kualitatif. Dalam tesis ini membahas
mengenai pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor yang dilakukan di
DIY.
Dari hasil penelitian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pelaksanaan pemungutan pajak yang dilakukan di daerah Riau dimana
merupakan kota asal penulis. Karena bisa saja terdapat perbedaan aturan diantar dua
daerah tersebut yang bisa berdampak terhadap hasil penelitian.
2.2.
Landasan Teori
tertentu melalui tiga tahapan yaitu input, proses, dan output. Menurut Mardiasmo
(2006 : 5) ada tiga macam system pemungutan pajak, yaitu:
a.
b.
c.
11
Berdasarkan definisi pajak yang telah diungkapkan oleh beberapa ahli diatas,
dapat diketahui bahwa pajak memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya,
2. Sifatnya dapat dipaksakan. Hal ini berarti pelanggaran atas aturan
perpajakan akan berakibat adanya sanksi,
3. Tidak ada kontra prestasi atau jasa timbal dari negara yang dapat
dirasakan langsung oleh pembayar pajak,
4. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik pusat maupun daerah
(tidak boleh dilakukan oleh swasta yang orientasinya adalah
keuntungan), dan
5. Pajak digunakan
untuk
membiayai
pengeluaran-pengeluaran
b.
b.
b.
Menurut Soeratno (2002) dalam Utama (2012), Pajak daerah sebagai bagian
dari Pendapatan Asli Daerah yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
di harapkan pajak daerah dapat diandalkan oleh pemerintah daerah yang dapat
14
kendaraan
bermotor,
dengan
pengecualian
kepemilikan
atau
kepenguasaan :
1. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah;
2. Kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, dan perwakilan
lembaga-lembaga internasional berdasar asas timbalbalik;
3. Subjek pajak lain yang diatur dengan peraturan daerah.
Definisi PKB sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Riau No. 13 Tahun
2002 tentang PKB tercantum pada Pasal 1 ayat (7), yaitu Pajak yang dipungut atas
kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor. Jadi untuk setiap kepemilikan
15
dan penguasaan kendaraan bermotor oleh individu atau badan terutang pajak yang
harus dibayarkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2.1.6
16
Pasal 4:
Dikecualikan sebagai objek PKB adalah kepemilikian dan/atau penguasaan
kendaraan bermotor oleh:
a. Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota;
b. Kedutaan, Konsulat perwakilan Negara asing, dan perwakilan lembagalembaga Internasional dengan azas timbalbalik sebagaimana berlaku
untuk Pajak Negara;
c. Pabrikan atau Importir yang semata-mata tersedia untuk dipamerkan dan
atau dijual.
Subjek PKB diatur didalam peraturan yang sama di dalam Pasal 5, yaitu:
1) Subjek PKB adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan/atau
2)
3)
17
3)
4)
5)
kendaraan bermotor
Penghitungan dasar pengenaan PKB sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) pasal ini, dinyatakan dalam suatu tabel
18
Menteri Keuangan.
Dasar pengenaan PKB sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini
19
Pasal 8 :
Tarif PKB ditetapkan sebesar :
a. 1,5% (satu koma lima persen) untuk kendaraan bermotor bukan umum.
b. 1% (satu persen) untuk kendaraan bermotor umum.
c. 0,5% (nol koma lima persen) untuk kendaraan bermotor alat-alat berat
dan alat-alat besar.
Pasal 9 :
Besarnya pokok PKB yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
sebagaimana dimaksud Pasal 8 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana
dimaksud Pasal 6.
2.2.7. Sanksi Pajak Kendaraan Bermotor
Sanksi adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan, dan
denda adalah hukuman dengan cara membayar uang karena melanggar peraturan dan
hukum yang berlaku, sehingga dapat dikatakan bahwa sanksi denda adalah hukuman
negatif kepada orang yang melanggar peraturan dengan cara membayar uang.
Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua macam sanksi perpajakan,
yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi dapat dijatuhkan
apabila WP melakukan pelangggaran, terutama atas kewajiban yang ditentukan dalam
UU No. 28 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dapat
berupa sanksi administrasi denda, bunga, dan kenaikan. Sanksi pidana merupakan
sanksi berupa hukuman kurungan (penjara).
Peraturan Daerah Propinsi Riau Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Pajak
Kendaraan Bermotor, telah menyebutkan beberapa sanksi yang akan dikenakan pada
WP terkait kewajiban perpajakannya.
Pasal 15 :
20
1)
2)
21
3)
4)
Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini tidak dikenakan
apabila WP melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan
5)
Pasal 16 :
1)
2)
22
persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat
terhutang pajak
3)
Surat Ketetapan Pajak Daerah yang tidak atau kurang bayar setelah jatuh
tempo pembayaran dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2% (dua persen) sebulan sejak ditagih melalui Surat Tagihan Pajak
Daerah
4)
Bentuk, isi dan tata cara penyampaian STPD ditetapkan oleh Gubernur
c.
2.
23
Setelah diketahui dengan jelas dan pasti obyek dan subyek PKB berdasar SPPKB,
kemudian diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang merupakan
pemberitahuan ketetapan besarnya pajak yang terhutang.
3.
4.
SKPD.
Kepada Wajib Pajak yang telah membayar lunas pajaknya diberi tanda
pelunasan pajak.
Penagihan Pajak Kendaraan Bermotor :
Pada lazimnya jika Wajib Pajak telah melakukan kewajiban mebayar PKB sesuai
dengan jangka waktu jatuh tempo pembayaran, maka tidak akan terjadi penagihan.
Penagihan baru dapat dilakukan apabila Wajib Pajak tidak melunasi kewajibannya
sesuai dengan jangka waktu pembayaran PKB. Pelaksanaan Penagihan PKB sebagai
berikut :
a.
b.
pajak.
Dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat
Peringatan atau surat lainnya yang sejenis, Wajib Pajak harus melunasi
pajak terhutang.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Lokasi Penelitian
Metodologi penelitian adalah tata cara melaksanakan penelitian yang meliputi
25
3.2
Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
bekerja di Kantor SAMSAT Pekanbaru dan Kantor Dispenda Riau agar lebih leluasa
mencari informasi dan data terperinci mengenai hal-hal yang diperlukan untuk
kepentingan penelitian.
3.3
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian untuk mengambil data ini adalah di wilayah Riau. Penelitian
ini dilakukan dilingkungan sekitar Kantor Bersama Samsat Kota Pekanbaru di Jalan
Gadjah Mada, Kota Pekanbaru, Riau dan Kantor Dispenda Riau di Jalan Sudirman,
Kota Pekanbaru.
3.4
3.3
27
Jenis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini menurut sumbernya
adalah data primer dan sekunder. Indriantoro dan Supomo (2009), menyatakan data
primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli (tidak melalui media perantara). Dalam pengumpulan data ini
menggunakan metode pengumpulan data dengan cara memberikan sejumlah daftar
pertanyaan (kuesioner) kepada semua responden. Atau dalam pengertian lain adalah
data diperoleh dari observasi langsung dan pengumpulan kuesioner yang telah
dijawab oleh responden. Responden dalam penelitian ini adalah pegawai pada Kantor
SAMSAT Pekanbaru dan Kantor Dispenda Riau.
Indriantoro dan Supomo (2009), menyatakan data sekunder merupakan
sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
3.4.
Observasi
Observasi menurut Sugiono (2010) suatu teknik pengumpulan data mempunyai ciri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka
28
observasi tidak terbatas pada orang, tetapi obyek-obyek alam yang baik. Observasi
sangat berguna dalam memperoleh data yang tidak didapat melalui teknik
pengumpulan data lainnya. Observasi sendiri dapat digolongkan menjadi tida kategori
(Endang, 2009), yaitu :
b.
Metode wawancara
Wawacara adalah Proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan antar dua orang atau lebih untuk mendengarkan secara langsung
informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Wawancara ini dapat digolongkan
menjadi tiga, yaitu :
29
peristiwa,
peraturan-peraturan,
dokumen,
catatan
harian
dan
sebagainya
(Arikunto,1998). Data yang peneliti kumpulkan dengan metode ini adalah profil
Kantor SAMSAT Pekanbaru dan DISPENDA Riau, laporan-laporan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor serta literatur-literatur
yang mendukung.
3.4
kualitatif. Analisis data kualitatif oleh Miles dan Huberman (1984), sebagaimana
yang dikutip oleh (Sugiono, 2008) dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Data yang muncul berupa kata-kata dan bukan merupakan rangkaian angka.
Data tersebut mungkin telah dikumpulkan dalam berbagai macam cara
30
Prosedur analisis data menurut Miles dan Huberman (1984) terdiri dari tiga
kegiatan yang terjadi secara bersamaan, meliputi (Sugiono, 2008) :
31
32
DAFTAR PUSTAKA