Kepada Yth:
Dr. IGM. Afridoni, Sp.A
ASPIRASI PNEUMONIA
OLEH
Flora Ramadhani
11-148
PRESEPTOR
Dr. IGM. Afridoni, Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK-RSUD SOLOK 2015
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.
Defenisi
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil di sebabkan
oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll).1
Aspirasi merupakan proses terbawanya bahan yang ada di orofaring pada saat
respirasi ke saluran napas bawah dan dapat menimbulkan kerusakan parenkim
paru. Kerusakan yang terjadi tergantung jumlah dan jenis bahan yang teraspirasi
serta daya tahan tubuh. Sindrom aspirasi dikenal dalam berbagai bentuk
berdasarkan etiologi dan patofisiologi yang berbeda dan cara terapi yang juga
berbeda.
Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran
gas setempat yang disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang berasal dari
dalam tubuh maupun di luar tubuh penderita.4
Bayi dan anak-anak dengan refleks batuk dan menelan yang belum sempurna
menyebabkan terjadinya aspirasi benda asing, maupun makanan ke dalam paru,
sehingga dapat menimbulkan gejala mendadak batuk dan sesak nafas setelah
makan atau minum.5
1.2.
data di USA menyebutkan bahwa hampir 45% dari total populasi pernah
mengalami tersedak, terutama tersedak air liur saat tidur nyenyak tengah malam.
Dan hanya 4% yang menjadi masalah klinis aspirasi pneumonia. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa pada 4,5 juta kasus pneumonia yang ada dalam
masyarakat, maka sebesar 5-15% nya menimbulkan pneumonia aspirasi..
Prevalensi terkait dengan faktor usia, kondisi neuromuskuler dan status mental
penderita. Sedangkan jenis kelamin dan ras tidak berpengaruh terhadap prevalensi
aspirasi pneumonia.2
1.3.
Etiologi
Terdapat 3 macam penyebab sindroma pneumonia aspirasi, yaitu aspirasi
asam lambung yang menyebabkan pneumonia kimiawi, aspirasi bakteri dari oral
dan oropharingeal menyebabkan pneumonia bakterial, Aspirasi minyak, seperti
mineral oil atau vegetable oil dapat menyebabkan exogenous lipoid pneumonia.
Aspirasi benda asing merupakan kegawatdaruratan paru dan pada beberapa kasus
merupakan faktor predisposisi pneumonia bakterial.4
Kondisi yang mempengaruhi pneumonia aspirasi antara lain:
Kesadaran yang berkurang, merupakan hasil yang berbahaya dari reflex batuk
dan penutupan glottis.
terinhalasi oleh bayi. Keadaan ini lebih dikenal sebagai sindrom aspirasi mekonium.
Cairan amnion sendiri sampai saat ini belum dibuktikan dapat membahayakan paru
bayi. Cairan amnion yang mengandung mekonium dapat terjadi bila bayi dalam
kandungan menderita gawat janin. Kejadian ini merupakan 10-20% dari seluruh
kehamilan.6
1.4.
Patofisiologi
Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme termasuk barier
anatomi dan mekanik diantaranya adalah filtrasi partikel di hidung, pencegahan
aspirasi dengan reflek epiglotis, ekspulsi benda asing melalui refleks batuk,
pembersihan ke arah kranial oleh lapisan mukosilier. Sistem pertahanan tubuh
yang terlibat baik sekresi lokal imunoglobulin A maupun respon inflamasi oleh
sel-sel leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, alveolar makrofag dan cell
mediated immunity. Pada aspirasi pneumonia terjadi gangguan dalam refleks
epiglotis, dan refleks batuk.5
Saat terjadi inhalasi atau aspirasi patogen, bakteri dapat mencapai alveoli
maka beberapa mekanisme pertahanan tubuh akan dikerahkan. Saat terjadi kontak
antara bakteri dengan dinding alveoli maka akan ditangkap oleh lapisan cairan
epitel yang mengandung opsonin dan tergantung pada respon imunologis penjamu
akan terbentuk imunoglobulin G spesifik. Kemudian terjadi fagositosis oleh
makrofag alveolar, dan akan dilisis dengan perantaraan komplemen. Sebagian
kuman yang tidak terlisis, leukosit PMN dengan aktifitas fagositosisnya akan
direkrut dengan perantaraan sitokin sehingga terjadi respon inflamasi. Sehingga
terjadi kongesti vaskular dan edema. Kuman akan dilapisi cairan edematus yang
berasal dari alveolus, dan area edematus membesar secara sentrifugal dan
membentuk area sentral yang terdiri dari eritrosit, eksudat purulen, dan bakteri.
Fase ini secara histopatologi dinamakan red hepatization (hepatisasi merah).5
Tahap selanjutnya disebut hepatisasi kelabu yang ditandai fagositosis oleh
leukosit PMN. Pelepasan komponen dinding bakteri dan pneumolisin melalui
degradasi enzimatik meningkatkan respon inflamasi pada sel-sel paru.5
Resolusi konsolidasi pneumonia terjadi ketika antibodi dan leukosit PMN
meneruskan aktifitas fagositosisnya, sel-sel monosit akan membersihkan debris.5
Efek patologis yang dihasilkan aspirasi cairan lambung tergantung dari pH
dan volume cairan. Perburukan klinis terjadi bila volume cairan yang teraspirasi
lebih dari 0,8 mg/kg dan atau pH kurang dari 2,5. Hipoksemia, hemoragik
pneumonitis, atelektasis, dan edema pulmonal akan muncul dengan cepat pada
aspirasi yang masif. Secara klinis akan terlihat dalam 1-2 jam setelah aspirasi.
Lebih dari 24-48 jam terdapat peningkatan infiltrasi neutrofil, pengelupasan
mukosa, pada parenkim paru, dan konsolidasi alveolar.5
Pada kelahiran yang lama dan persalinan yang sukar bayi sering memulai
gerakan pernapasan yang kuat di dalam uterus akibat terganggunya masukan
oksigen melalui plasenta. Pada keadaan demikian bayi dapat mengaspirasi cairan
amnion yang mengandung verniks kaseosa, sel epitel, mekonium atau bendabenda dari saluran lahir, yang dapat memblokade jalan napas, yang paling kecil
serta menganggu pertukaran oksigen dan karbondioksida. Bakteri patogen yang
ditemukan menyertai benda-benda yang teraspirasi, dan dapat terjadi pneumonia
bahkan pada kasus-kasus yang noninfeksi, kegawatan pernapasan yang disertai
bukti yang dapat dilihat secara rontgen akan adanya aspirasi.6
Aspirasi benda asing pada paru dapat juga terjadi pada bayi baru lahir akibat
adanya fistula trakeoesofagus, obstruksi esofagus dan duodenum, refluks
Manifestasi Klinis
Pneumonia aspirasi sering terjadi pada bayi dismaturitas (kecil untuk masa
kehamilan), neonatus lebih bulan atau bayi yang menderita gawat janin pada
kehamilan atau persalinan. Biasanya bayi lahir dengan asfiksia disertai riwayat
resusitasi aktif. Tanda sindrom gangguan pernafasan mulai tampak dalam 24 jam
pertama setelah lahir. Kadang-kadang terdengar pula ronki pada kedua paru.
Bergantung kepada jumlah mekonium yang terinhalasi, mungkin terlihat
emfisema atau atelektasis.7
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen toraks yang
menunjukkan gambaran infiltrasi kasar di kedua paru disertai dengan bagian yang
mengalami emfisema.7
Kematian dapat terjadi pada hari-hari pertama karena kegagalan pernafasan
atau asidosis berat. Pada bayi yang mengalami perbaikan, biasanya gejala
hiperpnue baru dapat menghilang setelah beberapa hari dan kadang-kadang
sampai beberapa minggu.3
Di dalam uterus, atau lebih sering pada pernapasan pertama, mekonium yang
kental teraspirasi ke dalam paru, mengakibatkan obstruksi jalan napas kecil yang
dapat menimbulkan kegawatan pernapasan dalam beberapa jam pertama dengan
gejala takipnea, retraksi, mendengkur, dan sianosis pada bayi yang terkenanya
berat. Obstruksi parsial pada beberapa jalan napas dapat menimbulkan
pneumotoraks atau pneumomediastinum, atau keduanya. Pengobatan tepat dapat
menunda mulainya kegawatan pernapasan, yang bisa hanya terdiri atas takikardia
tanpa retraksi. Distensi dada yang berlebihan dapat menonjol. Keadaan ini
biasanya membaik dalam 72 jam, tetapi bila dalam perjalanan penyakitnya bayi
memerlukan ventilasi, keadaan ini dapat berat dan kemungkinan mortalitasnya
tinggi. Takipnea dapat menetap selama beberapa hari atau bahkan beberapa
minggu. Rontgen dada bersifat khas ditandai dengan bercak-bercak infiltrat,
corakan kedua lapangan paru kasar, diameter anteroposterior tambah, dan
diafragma mendatar. Rontgen dada normal pada bayi dengan hipoksia berat dan
tidak adanya malformasi jantung mengesankan diagnosis sirkulasi janin persisten.
PO2 arteri dapat rendah pada penyakit lain, dan jika terjadi hipoksia, biasanya ada
asidosis metabolik.6
Gejala dan tanda pneumonia dapat dibedakan menjadi:
-
Anamnesa
Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus menerus, sesak, kebiruan
disekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi) dan nyeri dada.
Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering
menunjukkan gejala non spesifik seperti hipotermi, penurunan kesadaran,
kejang.8
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital yang dapat ditemukan adalah hipotensi (syok septik),
suhu > 39oC. pada pemeriksaan toraks didapatkan dispnea : inspiratory effort
ditandai dengan takipnea, retraksi (chest indrawing), nafas cuping hidung dan
sianosis. Gerakan dinding toraks dapat berkurang pada daerah yang terkena,
perkusi normal atau redup. Perkusi toraks tidak bernilai diagnostik, karena
umumnya kelainan patologinya menyebar. Suara redup pada perkusi biasanya
karena adanya efusi pleura.8
Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas utama
melemah, seringkali ditemukan bila ada proses peradangan subpleura atau
mengeras (suara bronkial) bila ada proses konsolidasi. Suara nafas tambahan
berupa ronki basah halus di lapangan paru yang terkena khas pada pasien anak
yang lebih besar, mungkin tidak akan terdengar pada bayi. Pada bayi dan balita
kecil karena kecilnya volume toraks biasanya suara nafas saling berbaur dan sulit
diidentifikasi.5
Radiologi
Pemeriksaan foto polos dada perlu dibuat untuk menunjang diagnosis,
disamping untuk melihat luasnya kelainan patologi secara lebih akurat. Posisi
anteroposterior (AP) dan lateral (L), diperlukan untuk menentukan luasnya lokasi
anatomik dalam paru, luasnya kelainan dan kemungkinan adanya komplikasi
penebalan pleura pada pleuritis, atelektasis, efusi pleura, pneumomediastinum,
pneumotoraks, abses, pneumatokel. Akan terlihat infiltrat pada lobus superior
kanan pada bayi, tetapi pada anak yang lebih besar akan tampak di bagian
posterior atau basal paru. Lobus tengah dan bawah paru kanan merupakan lokasi
tersering ditemukan infiltrat, disebabkan karena posisi bronkus kanan yang lebih
vertikal.5
Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap
-
1.6.
Penatalaksanaan
Pemberian oksigen
Pemberian cairan dan nutrisi. Cairan rumatan diberikan mengandung gula dan
elektrolit, disesuaikan berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi. Pasien
yang sesak dapat dipuasakan, bila sesak berkurang dapat diberikan asupan
oral melalui NGT.
Gambar: Bronchoscopy9
1.8. Pencegahan
sedikit
Posisikan kepala 45 dari bed tempat tidur pada pasien beresiko
1.9. Komplikasi
Gagal nafas dan sirkulasi
Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang yang menderita
pneumonia sering kesulitan bernafas,dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk
tetap cukup bernafas tanpa bantuan agar tetap hidup. Bantuan pernapasan noninvasiv yang dapat membantu seperti mesin untuk jalan nafas dengan bilevel
tekanan positif,dalam kasus lain pemasangan endotracheal tube kalau perlu dan
ventilator dapat digunakan untuk membantu pernafasan. Pneumonia dapat
menyebabkan
gagal
nafas
oleh
pencetus
akut
respiratory
distress
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: By. H
Umur
: 21 hari
Jenis Kelamin
: perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Tanjung Paku
: Tn. A
Umur
: 30 tahun
Pekerjaan
: supir taxi
Pendidikan
: SMP
Nama Ibu
: Ny.N
Umur
: 31 tahun
Pekerjaan
Pendidikan
: SMP
Ruang
: NICU
Masuk RS
: 10 Juni 2015
Area dibawah mata, bibir, serta samping hidung pasien tiba-tiba berwarna
biru.
Anak batuk berdahak sejak 1 minggu SMRS. Lalu Ibu pasien membeli sendiri
obat laserin namun tidak ada perbaikan dari keluhan pasien setelah meminum
obat tersebut. Kemudian ibu pasien membawanya untuk berobat ke bidan,
diberikan obat sirup serta puyer kepada pasien, setelah diminum beberapa hari
Tidak ada riwayat asma, bersin-bersin di pagi hari, dan penyakit jantung
Tidak ada yang memiliki riwayat sesak nafas, alergi, asma, penyakit jantung
: Rumah Pribadi
RIWAYAT PASIEN
A Riwayat Antenatal Care
Ibu mengaku rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan. Ibu memeriksakan
kehamilan sebanyak 4 kali yaitu 1 kali pada trimester awal, 1 kali di trimester kedua
dan 2 kali menjelang kelahiran. Ibu meminum vitamin penambah darah, mendapat
suntik TT 2x dan tidak ada konsumsi jamu. Ibu mengatakan tidak ada penyakit
selama hamil, tidak ada riwayat trauma dan tidak ada perdarahan sebelum persalinan.
: Rumah Bidan
Penolong persalinan
: Bidan
Cara persalinan
Masa gestasi
: 39 minggu
Tanggal kelahiran
: 15 Mai 2015
Air ketuban
: Jernih
Keadaan bayi
: 2600 gram
: 47 cm
Lingkar kepala
Langsung menangis
: langsung menangis
Nilai APGAR
Kelainan bawaan
:-
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 10 Juni 2015, pukul 12.00 WIB di ruang
ICU. Bayi perempuan, usia 21 hari, berat badan sekarang 3300 gram, panjang
badan 47 cm, lingkar kepala 33 cm.
Kesan umum :
Gerak cukup aktif, tangisan cukup kuat, tampak sesak nafas (+) berkurang,
sianosis (-), anemis (-), kejang (-), ikterik (-)
Tanda vital
Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Laju jantung
: 128x/menit, reguler
Pernapasan
: 46x/menit
Suhu
: 36,9C (Axilla)
Sp02
: 95%
Status Generalis
Kepala
Mesocephal, ukuran lingkar kepala 33 cm, ubun-ubun besar masih
terbuka, teraba datar, tidak tegang, caput succadaneum (-), cephal
hematom (-), rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut,
Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
:datar
:bising usus (+)
:supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba.
:timpani
Tulang Belakang
Tidak ada spina bifida, tidak ada meningocele
Genitalia
Perempuan, Labia mayora sudah menutup labia minora
Anorektal
Anus (+), diaper rash (-)
Anggota gerak
Keempat anggota gerak lengkap sempurna
Refleks Primitif
Refleks Oral :
Refleks Hisap
Refleks Rooting
Refleks Moro
Hasil
Rujukan
Lekosit
7.5
6.0 21.0
Eritrosit
3.5/ul
3.9-5.9/ul
Hemoglobin
12.1 g/dL
13.4-19.8 g/Dl
Hematokrit
33.3 %
41-65 %
MCV
94.6 U
76-96 U
MCH
34.4 pcg
27-31 pcg
MCHC
36.3 g/dL
33.0-37.0 g/dL
Trombosit
260.000 /ul
150.000-400.000/ul
Golongn darah
Rhesus
Positif
HBSAg
Negatif
Negatif
Natrium
131.8 mmol/L
Kallium
5.46 mmol/L
Klorida
98.8 mmol/L
95-108 mmol/L
V. DAFTAR PERMASALAHAN
1
2
3
Sianosis
Sesak napas
Batuk
Non Pulmonal
o Penyakit Jantung Bawaan
Sianotik : TOF
Medikamentosa
02 masker 5L/m
resusitasi Nacl 20 cc bolus IV
IVFD D5% NS 15 tpm mikro
Non Medikamentosa
konsul fisioterapi
Medikamentosa
02 inkubator 2L/m
IVFD D5% NS 15 tpm mikro
injeksi ceftriaxon 2 x 150 mg IV
injeksi dexamethasone 3 x ampul IV
injeksi aminofilin 2x4 mg iv
Diet : ASI/PASI per oral 8 x 5-10 ml
IX PROGRAM
Jaga kehangatan
X. SARAN
Pemeriksaan AGD
Pemeriksaan Echocardiografi
XI. NASEHAT
Setelah menyusui sendawakan bayi dengan cara meletakkan bayi tegak lurus
di pundak dan tepuk punggungnya perlahan-lahan sampai mengeluarkan
suara.
Pantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan cara kontrol untuk tahu
gejala sisa
Hindari asap rokok di sekitar bayi karena paru-paru bayi masih sangat rentan
terhadap infeksi pernapasan
XII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
RESUME
Diagnosa pada pasien ini adalah Peneumonia Aspirasi. Diagnosa ini
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan
penunjang. Berdasarkan anamnesa didapatkan keluhan berupa area dibawah mata,
bibir, serta samping hidung pasien tiba-tiba berwarna biru. Pasien sempat tersedak.
Beberapa kali pasien batuk serta ASI keluar dari hidung pasien saat ibunya memaksa
pasien menyusu, sehari 3 kali.
Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan:
Tekanan darah
Laju jantung
Pernapasan
Suhu
Sp02
DAFTAR PUSTAKA
1
Said, Mardjanis. Buku Ajar Respirologi Anak. IDAI. Jakarta : Badan Penerbit
3
4
5 Juni 2015)
KTW. 2010. Suplementasi Zinc Menurunkan Kejadian Pneumonia Pada Anak-
anak
Nursalam. 2010. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Penyakit.