Kepada Yth:
Dr. IGM. Afridoni, Sp.A
RUBELLA
OLEH
Flora Ramadhani
11-148
PRESEPTOR
Dr. IGM. Afridoni, Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK-RSUD SOLOK 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Defenisi
Rubella (German measles) merupakan suatu penyakit virus yang umum pada anak
dan dewasa muda, yang ditandai oleh suatu masa prodromal yang pendek, pembesaran
kelenjar getah bening servikal, suboksipital dan postaurikular, disertai erupsi yang
berlangsung 2-3 hari. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa sekali-kali terdapat
infeksi berat disertai kelainan sendi dan purpura. Kelainan prenatal akibat rubela pada
kehamilan muda dilaporkan pertama kali oleh Gregg di Australia pada tahun 1941.
Rubela pada kehamilan muda dapat mengakibatkan abortus, bayi lahir mati, dan
menimbulkan kelainan kongenital yang berat pada janin. Sindrom rubela kongenital
merupakan penyakit yang sangat menular, mengenai banyak organ dalam tubuh dengan
gejala klinis yang luas. Hingga saat ini penyakit rubela masih merupakan masalah dan
terus diusahakan eliminasinya.1
1.2.
Etiologi
Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili Togaviridae. Virus
dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secara fisiko-kimiawi virus ini sama
dengan anggota virus lain dari famili tersebut, tetapi virus rubela secara serologik
berbeda. Pada waktu terdapat gejala klinis virus ditemukan pada sekret nasofaring, darah,
feses dan urin.
Cara Penularannya melalui kontak dengan sekret nasofaring dari orang terinfeksi.
Infeksi terjadi melalui droplet atau kontak langsung dengan penderita. Bayi dengan CRS
mengandung virus pada sekret nasofaring dan urin mereka dalam jumlah besar, sehingga
menjadi sumber infeksi.2
1.3.
Epidemiologi
Penyakit ini terdistribusi secara luas di dunia. Epidemi terjadi dengan interval 5-7
tahun (6-9 tahun), paling sering timbul pada musim semi dan terutama mengenai anak
serta dewasa muda. Pada manuisa virus ditularkan secara oral droplet dan melalui
plasenta pada infeksi kongenital. Sebelum ada vaksinasi, angka kejadian tertinggi terdapat
pada anak usia 5-14 tahun. Dewasa ini kebanyakan kasus terjadi pada remaja dan dewasa
muda. 2
Kelainan pada fetus mencapai 30% akibat infeksi rubella pada ibu hamil selama
minggu pertama kehamilan. Resiko kehamilan pada fetus tertinggi (50-60%) terjadi pada
bulan pertama dan menurun menjadi 4-5% pada bulan keempat kehamilan ibu. Survey di
Inggris (1970-1974) menunjukkan insiden infeksi fetus sebesar 53% dengan rubella klinis
dan hanya 19% yang subklinis. Sekitar 85% bayi yang terinfeksi rubella kongenital
mengalami defek.4
1.4.
Patogenesis
Penularan terjadi melalui droplet, dari nasofaring atau rute pernafasan. Selanjutnya
virus rubela memasuki aliran darah. Namun terjadinya erupsi di kulit belum diketahui
patogenesisnya. Viremia mencapai puncaknya tepat sebelum timbul erupsi di kulit. Di
nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi dan kadang-kadang
lebih lama. Selain dari darah dan sekret nasofaring, virus rubela telah diisolasi dari
kelenjar getah bening, urin, cairan serebrospinal, ASI, cairan sinovial dan paru. Penularan
dapat terjadi biasanya dari 7 hari sebelum hingga 5 hari sesudah timbulnya erupsi. Daya
tular tertinggi terjadi pada akhir masa inkubasi, kemudian menurun dengan cepat, dan
berlangsung hingga menghilangnya erupsi.1
1.5.
Manifestasi Klinis
Keluhan yang dirasakan biasanya lebih ringan dari penyakit campak. Bercak-bercak
mungkin juga akan timbul tapi warnanya lebih muda dari campak biasa. Biasanya bercak
timbul pertama kali dimuka dan leher, berupa titik-titik kecil berwarna merah muda.
Dalam waktu 24 jam, bercak tersebut menyebar ke badan, lengan, tungkai, dan warnanya
menjadi lebih gelap. Bercak-bercak ini biasanya hilang pada waktu 1 sampai 4 hari.
1. Masa Inkubasi
Masa inkubasi selama 14-21 hari. Tanda yang paling khas adalah adenopati
retroaurikuler, servikal posterior, dan dibelakang oksipital. Tidak ada penyakit lain
yang menyebabkan pembesaran nyeri limfonodi ini yang sampai sebesar limfonodi
rubella. Ruam ini terdiri dari bintik-bintik merah tersendiri pada palatum mole yang
dapat menyatu menjadi warna kemerahan dan meluas pada rongga belakang mulut
yang dikenal sebagai Forscheimer spot. Limfadenopati jelas pada sekitar 4 jam
sebelum ruam muncul dan dapat tetap selama 1 minggu atau lebih.
2. Masa Prodromal
Pada anak tanpa keluhan. Pada remaja dan dewasa muda yaitu 1-5 hari, demam
ringan, sakit kepala, nyeri tenggorok, kemerahan pada konjungtiva, rinitis, batuk, dan
limfadenopati. Pada dewasa, prodromal lebih lama dan lebih berat. Pembesaran
kelenjar limfa 5-7 hari sebelum timbul enantema, mengenai kelenjar suboksipital,
postaurikuler dan servikal disertai nyeri tekan
3. Masa Eksantema
Seperti pada rubeola, eksantema mulai retro-aurikular atau pada muka dan dengan
cepat meluas secara kraniokaudal ke bagian lain dari tubuh. Mula-mula berupa
makula yang berbatas tegas dan kadang-kadang dengan cepat meluas dan menyatu,
memberikan bentuk morbiliform. Pada hari kedua eksantem di muka menghilang,
diikuti hari ke-3 di tubuh dan hari ke-4 di anggota gerak. Pada 40% kasus infeksi
rubela terjadi tanpa eksantema. Meskipun sangat jarang, dapat terjadi deskuamasi
posteksantematik.
Limfadenopati merupakan suatu gejala klinis yang penting pada rubela. Biasanya
pembengkakan kelenjar getah bening itu berlangsung selama 5-8 hari. Pada penyakit
rubela yang tidak mengalami penyulit sebagian besar penderita sudah dapat bekerja
seperti biasa pada hari ke-3. sebagian kecil penderita masih terganggu dengan nyeri
kepala, sakit mata, rasa gatal selama 7-10 hari6
1.6.
Rubella Kongenital
Infeksi rubella pada ibu hamil dapat menimbulkan infeksi pada janin dengan kelainan
teratogenesis yang bergantung dari umur kehamilan. Pada waktu mengalami infeksi
rubella sebagian ibu hamil (50%) tidak menunjukkan gejala atau tanda klinis. Meskipun
demikian virus dapat menimbulkan infeksi pada plasenta dan diteruskan ke janin, yang
mana
virus itu menyerang banyak organ dan jaringan. Rubella pada ibu dapat
menimbulkan berbagai kemungkinan di janinnya, yaitu: (1) non-infeksi, (2) infeksi tanpa
kelainan apapun, (3) infeksi dengan kelainan kongenital, (4) resorpsi embrio, (5) abortus
atau (6) kelahiran mati. 1
1.7.
Diagnosis
Diagnosis klinis sering kali sukar dibuat untuk seorang penderita oleh karena tidak
ada tanda atau gejala yang patognomik untuk rubela. Seperti dengan penyakit eksantema
lainnya, diagnosis dapat dibuat dengan anamnesis yang cermat. Rubela merupakan
penyakit yang epidemik sehingga bila diselidiki dengan cermat, dapat ditemukan kasus
kontak atau kasus lain di dalam lingkungan penderita.sifat demam dapat membantu dalam
menegakkan diagnosis, oleh karena demam pada rubela jarang sekali di atas 38,5C.
Pada infeksi tipikal, makula merah muda yang menyatu menjadi eritema difus pada muka
dan badan serta artralgia pada tangan penderita dewasa merupakan petunjuk diagnosis
rubela.Perubahan
hematologik
hanya
sedikit
membantu
penegakan
diagnosis.
Peningkatan sel plasma 5-20% merupakan tanda yang khas. Kadang-kadang terdapat
leukopenia pada awal penyakit yang dengan segera segera diikuti limfositosis relatif.
Sering terjadi penurunan ringan jumlah trombosit.7
Penatalaksanaan
Jika tidak terjadi komplikasi bakteri, pengobatan adalah simtomatis. Adamantanamin
hidrokhlorida (amantadin) telah dilaporkan efektif in vitro dalam menghambat stadium
awal infeksi rubella pada sel yang dibiakkan. Upaya untuk mengobati anak yang sedang
menderita rubela kongenital dengan obat ini tidak berhasil. Karena amantadin tidak
dianjurkan pada wanita hamil, penggunaannya amat terbatas. Interferon dan isoprinosin
telah digunakan dengan hasil yang terbatas2
1.9.
Pencegahan
Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan penyakit dapat diberikan
secara bervariasi dengan injeksi intramuskuler globulin imun serum (GIS) yang diberikan
dengan dosis besar (0,25 0,50 mL/kg atau 0,12-0,20 mL/lb) dalam 7-8 hari pasca
pemajanan. Efektivitas globulin imun tidak dapat diramalkan. Tampaknya tergantung
pada kadar antibodi produk yang digunakan dan pada faktor yang belum diketahui.
Manfaat GIS telah dipertanyakan karena pada beberapa keadaan ruam dicegah dan
manifestasi klinis tidak ada atau minimal walaupun virus hidup dapat diperagakan dalam
darah. Bentuk pencegahan ini tidak terindikasI, kecuali pada wanita hamil nonimun.10
Program vaksinasi rubela di Amerika Serikat mengharuskan untuk imunisasi semua
laki-laki dan wanita umur 12 dan 15 bulan serta pubertas dan wanita pasca pubertas tidak
hamil. Imunisasi adalah efektif pada umur 12 bulan tetapi mungkin tertunda sampai 15
bulan dan diberikan sebagai vaksin campak-parotitis-rubela (measles-mumps-rubela
/MMR). Imunisasi rubela harus diberikan pada wanita pasca pubertas yang kemungkinan
rentan pada setiap kunjungan perawatan kesehatan. Untuk wanita yang mengatakan
bahwa mereka mungkin hamil imunisasi harus ditunda. Uji kehamilan tidak secara rutin
diperlukan, tetapi harus diberikan nasehat mengenai sebaiknya menghindari kehamilan
selama 3 bulan sesudah imunisasi. Kebijakan imunisasi sekarang telah berhasil
memecahkan siklus epidemi rubela yang basa di Amerika Serikat dan menurunkan
insiden sindrom rubella kongenital yang dilaporkanpada hanya 20 kasus pada tahun 1994.
Namun imunisasi ini tidak mengakibatkan penurunan persentase wanita usia subur yang
rentan terhadap rubella. Semua orang rentan terhadap infeksi virus rubella setelah
kekebalan pasif yang didapat melalui plasenta dari ibu hilang. Imunitas aktif didapat
melalui infeksi alami atau setelah mendapat imunisasi; kekebalan yang didapat biasanya
permanent sesudah infeksi alami dan sesudah imunisasi diperkirakan kekebalan juga akan
berlangsung lama, bisa seumur hidup, namun hal ini tergantung juga pada tingkat
endemisitas. Di AS, sekitar 10% dari penduduk tetap rentan. Bayi yang lahir dari ibu yang
imun biasanya terlindungi selama 6-9 bulan,tergantung dari kadar antibodi ibu yang
didapat secara pasif melalui plasenta.1
1.11.
Komplikasi
Komplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang-kadang terjadi.
Resistensi terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah. Ensefalitis serupa dengan
ensefalitis yang ditemukan pada rubeola yang terjadi pada sekitar 1/6.000 kasus.
Kebanyakan anak-anak mengalami penyembuhan total. Anak laki-laki atau pria dewasa
kadang mengalami nyeri pada testis (buah zakar) yang bersifat sementara. Sepertiga
wanita mengalami nyeri sendi atau artritis. Pada wanita hamil, campak jerman bisa
menyebabkan keguguran, kematian bayi dalan kandungan ataupun keguguran. Kadang
terjadi infeksi telinga (otitis media).2
1.12.
Prognosis
Prognosis rubella anak adalah baik. Sedangkan prognosis rubela kongenital bervariasi
menurut keparahan infeksi. Hanya sekitar 30% bayi dengan ensefalitis tampak terbebas
dari defisit neuromotor, termasuk sindrom autistik.4
BAB II
KESIMPULAN
Rubella adalah suatu penyakit virus yang umum pada anak dan dewasa muda, yang
ditandai oleh suatu masa prodromal yang pendek, pembesaran kelenjar getah bening servikal,
suboksipital dan postaurikular, disertai erupsi yang berlangsung 2-3 hari. Penyakit ini
terdistribusi secara luas di dunia. Manifestasi klinin]snya terdiri dari masa inkubasi, masa
prodromal, dan masa eksantema. Diagnosa banding dari rubella adalah penyakit virus,
bakteri, dan erupsi obat. Penatalaksanaannya yaitu obat simtomatis. Pada orang yang rentan,
proteksi pasif dari atau pelemahan penyakit dapat diberikan secara bervariasi dengan injeksi
intramuskuler globulin imun serum (GIS). Prognosis penyakit rubella adalah baik.
Daftar Pustaka
1. Chery JD. Rubella. Dalam: Feigin RD, Cherry JD (penyunting). Textbook of pediatric
infections disease, edisi ke-1. Philadelphia: WB Saunders Co, 1981; 1370-400
2. Philip CP. Rubella (german for three day measles). Dalam: Behrman RE, Kliegman
RM, Arvin A.M (penyunting). Nelson textbook of pediatric, edisi ke-12. Philadelphia:
WB Saunders Co, 1982.h.658-60
3. Department of Health and Human Services. Center for Disease Control and
prevention. Epidemiology and Prevention of Vaccine Preventable Disease. 2005.
http://www.cdc.gov. (accesed February 8, 2013).
4. Anonim. Rubella. http://www.cdc.gov/nip/publications/pink/rubella.pdf. (accesed
February 8, 2013).
5. Reef
S,
Coronado
V.
Congenital
Rubella
Syndrome.
6. Handojo I. Imunoasai Untuk Penyakit Infeksi Virus. Dalam: Imunoasai Terapan Pada
Beberapa Penyakit Infeksi. Surabaya, Airlangga University Press. 2004; 17688.
7. Matuscak R. Rubella Virus Infection and Serology. In: Clinical Immunolgy Principles
and Laboratory Diagnosis. Philadelphia, JB Lipincott Co. 1990; 21523.
8. Banatvala JE, Brown DWG. Rubella. Prosiding Scientific Book (Compilation)
Additional Torch Infections Articles. PDS-PATKLIN Temu Ilmiah Surabaya (The
Indonesian Association of Clinical Pathologists). 2005; 714.
9. Mahony JB, Chernesky MA. Rubella Virus. In: Manual of Clinical Laboratory
Immunology. Sixth Ed. Washington DC, American Society of Microbiology, 2002;
68795.
10.
Gnansia
ER.
Congenital
Rubella
Syndrome.
2004.