CASE REPORT
Gawat Napas Pada Neonatus
Perceptor :
Dr. dr. H. Prambudi Rukmono, Sp.A(K)
dr. Rogatianus Bagus P, Sp. A., M. Kes
Oleh:
Muhammad Mahardhika Malik, S. Ked
Tryvanie R. Putra, S. Ked
KATA PENGANTAR
Penulis
STATUS PENDERITA
No. Catatan Medik
: 442047
Masuk RSAM
: 12 Januari 2015
Pukul
: 04.01 WIB
Nama Penderita
: By. N
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Umur
: 0 hari
Nama Ayah
: Tn. R
Umur
: 19 tahun
Pekerjaan
: Buruh Bangunan
Pendidikan
: SMP
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Nama Ibu
: Ny. N
Umur
: 18 tahun
Pekerjaan
Pendidikan
: SD
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Anak kandung
Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
Riwayat imunisasi
BCG
:-
DPT
:-
Polio
:-
Campak
:-
Hepatitis B
: + (0)
Kesan
B. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum
Suhu
HR
Frekuensi nafas
Status generalis
1. Kepala
- Bentuk
: Normocephal, ubun-ubun besar 1,5 x 2 cm, ubunubun kecil 0,5 x 0,5 cm.
Kulit
Rambut
2. Wajah
-
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
3. Leher
- Bentuk
- Trakhea
- KGB
- Kaku kuduk
: simetris
: di tengah
: tidak teraba benjolan
: tidak dilakukan
4. Penilaian pernapasan
- Bentuk
: Simetris, normothoraks, sela iga normal
- Retraksi
- Warna kulit
- Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultas
i
-
: suprasternal, subcostal
: Merah muda
ANTERIOR
SINISTRA
DEXTRA
Simetris(+)
Simetris(+)
POSTERIOR
SINISTRA
DEXTRA
Simetris(+)
Simetris(+)
Retraksi(+)
-
Retraksi(+)
-
Retraksi(-)
-
Retraksi(-)
-
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Vesikuler
Downe score
Pernapasan
: 60-80 x/menit (0)
Retraksi
: retraksi substernal dalam (2)
Sianosis
: sianosis (1)
Air Entry
: penurunan ringan udara masuk (0)
Merintih
: dapat didengar dengan stetoskop (1)
Evaluasi Downe score = 4 (gawat napas)
5. Penilaian kardiovaskuler
- Prekordium
- Bunyi jantung
- Murmur
- Gallop
- CRT
- Denyut perifer
: Tenang
: BJ I/II reguler, murni
: Tidak ada
: Tidak ada
: 4 detik
: normal, isi penuh, denyut kuat, reguler
6. Penilaian Gastrointestinal
- Bising usus
- Emesis
- Dinding perut
- Palpasi
- Tali pusat
: Ada, normal
: Tidak ada
: Datar, massa (-), bekas luka (-)
: Lunak, hepar tidak teraba, lien tidak teraba
: Tali pusat segar, warna putih, mengkilap
: Tenang
: Sadar
: Spontan, aktif
: Normotonus
: Refleks langsung -/-, refleks tak langsung (-)
: Spontan
: Tidak menangis
: Datar
: Terpisah
: Tidak ada
PenilaianMaturitas neonatus
1. Ukuran
- Berat badan
: 4000 gram
- Panjang badan
: 50 cm
- Lingkar lengan
: 6 cm
- Lingkar kepala
: 29 cm
- Lingkar dada
: 28 cm
- Lingkar perut
: 26 cm
- Panjang lengan
: 15 cm
- Panjang tungkai
: 21 cm
2. Refleks neonatal
- belum ditemukan
Maturitas Fisik
- Kulit
- Lanugo
- Permukaan Plantar
- Payudara
- Mata/Telinga
-
Genital
Maturitas Neuromuskular
- Sikap tubuh
- Persegi jendela
- Rekoil lengan
- Sudut popliteal
- Tanda selempang
- Tumit ke kuping
Ballard Score
D. Diagnosis Banding
1. NCB SMK dengan Respiratory Distress suspect Meconium Aspiration
Syndrom
2. NCB SMK dengan Respiratory distress suspect Transient Tachypnea of the
Newborn (TTN)
3. NCB SMK dengan Respiratory distress suspect Sepsis Neonatorum
E. Diagnosis Kerja
NCB SMK dengan Respiratory Distress suspect Meconium Aspiration
Syndrom
F. Penatalaksanaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
G. Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal
13/01/2016
Perjalanan Penyakit
S/ bayi lahir tidak menangis
BBL: 4000 gr
BB = 4000 gr
U = 1 hari
UP = 1 hari
UG = 36
O/
KU
HR
RR
T
PB
minggu
Down Score : 4
GIR : 6,1
:
:
:
:
:
Hypoaktif, merintih
134 x/menit
48x/menit
36,7C
50cm
Kepala
Muka : Simetris
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-),
Edema palpebra (-), sclera
ikterik (-), reflex cahaya +/
+
Hidung : Septum deviasi (-), NCH
Mulut
(-)
: Sianosis (+)
Instruksi dokter
P/
1. Rawat inkubator suhu bayi
dipertahankan 36,5 37,5 C
2. Puasa
3. OGT terpasang
4. Terpasang CPAP FiO2 55%
PEEP 7
5. Kebutuhan cairan 360cc :
- IVFD D10 356cc
- Ca glukonas 4cc
5 Obat-obatan
- Inj Ronem 120mg/8jam
- Inj OMZ 2,8mg/12jam
- Inj aminophilin L: 24mg
6
7
8
M:10mg/12jam
Laboratorium, DL, CRP,GDS
Rontgen thorak (bedsite)
Monitor TTV, perfusi, sesak,
kejang
Paru
I
P
A
subcostal (+)
: Ekspansi simetris
: Vesikuler +/+, Ronkhi + /+
Wheezing -/-
Jantung
I
: Ictus cordis tidak terlihat
P
: Ictus cordis teraba
A
: BJ I/II Reguler, Murmur
(-), gallop (-)
Abdomen
I
: Datar
P
: Hepar tidak teraba, splen
tidak teraba, dinding perut
P
Ekstremitas :
Superior :oedem -/-, sianosis +/+,
Inferior
akral hangat
:oedem-/-, sianosis +/+,
akral hangat
14/01/2016
BBL= 4000gr
BB = 4000 gr
U = 2 hari
UP = 2 hari
UG = 36
O/
KU
HR
RR
T
P/
1. Rawat inkubator suhu bayi
minggu
GIR : 5,25
:Hypoaktif
: 144 x/menit
: 64 x/menit
: 35,8C
Hasillaboratorium:
Hb : 18,9 mg/dl
Leukosit : 29.820 /uL
Eritrosit : 5,3 juta/ uL
Hematokrit : 58%
Trombosit : 188.000/ uL
HitungJenis :
10Basophil : 0
11Eosinophil : 1
12Batang : 0
13Segmen : 76
14Limfosit : 16
15Monosit : 7
M:10mg/12jam
Monitor TTV, perfusi, sesak,
kejang
15/01/2016
BBL = 4000 gr
BB = 4000 gr
P/
1. Rawat inkubator suhu bayi
dipertahankan 36,5 37,5 C
U = 3 hari
UP = 3 hari
UG = 36
minggu
BC = -120
D = 3,3
GIR = 6,75
KU
HR
RR
T
16/01/2016
S/ sesak napas
BBL = 4000 gr
BB = 4000 gr
U = 4 hari
UP = 4 hari
UG = 36
O/
KU
HR
RR
T
minggu
BC = (-) 6,6
D = 3,64
GIR = 6,1
2. Puasa
3. Terpasang CPAP FiO2 50%
PEEP 7
4. Kebutuhan cairan 480cc :
- IVFD D10 389cc
- NaCl 3% 16cc
- Kcl 4cc
- Ca glukonas 4cc
- Aminosteril 66cc
5. Obat-obatan
- Inj Ronem 120mg/8jam
- Inj OMZ 2,8mg/12jam
- Inj aminophilin
6.
M:10mg/12jam
Monitor TTV, perfusi, sesak,
kejang
P/
1. Rawat inkubator suhu bayi
dipertahankan 36,5 37,5 C
2. Puasa
3. Terpasang CPAP FiO2 40%
PEEP 7
4. Kebutuhan cairan 480cc :
- IVFD D10 356cc
- NaCl 3% 16cc
- Kcl 4cc
- Ca glukonas 4cc
- Aminosteril 100cc
5. Obat-obatan
- Inj Ronem 120mg/8jam
- Inj OMZ 2,8mg/12jam
- Inj aminophilin
6.
M:10mg/12jam
Monitor TTV, perfusi, sesak,
kejang
17/01/2016
S/ Sesak napas
BBL = 4000 gr
BB = 4000 gr
U = 5 hari
UP = 5 hari
UG = 36
O/
KU
HR
RR
T
minggu
BC = (+) 64
P/
1. Rawat inkubator suhu bayi
dipertahankan 36,5 37,5 C
2. Puasa
3. Terpasang CPAP FiO2 30%
PEEP 7
4. Kebutuhan cairan 560cc :
- Ivfd D10 363cc
- NaCl 3% 16cc
D = 2,5
GIR = 6,25
(+),retraksi substernal
(+),Vesicular +/+, rh -/-,
wh -/-, BJ I-II regular
Abdomen :datar, BU (+) Turgor baik.
- Kcl 4cc
- Ca glukonas 4cc
- Aminosteril 133cc
- minum tropic 5cc/3jam
5. Obat-obatan
- Inj Ronem 120mg/8jam
- Inj OMZ 2,8mg/12jam
- Inj aminophilin
6.
18/01/2016
BBL = 4000 gr
BB = 4000 gr
U = 6 hari
UP = 6 hari
UG = 36
minggu
BC = (+) 223
D = 1,4
GIR = 6,25
19/01/2016
BBL = 4000 gr
BB = 4000 gr
U = 7 hari
UP = 7 hari
UG = 36
minggu
BC = (+) 179
D = 1,5
GIR = 6,25
M:10mg/12jam
Monitor TTV, perfusi, sesak,
kejang
P/
1. Rawat inkubator suhu bayi
dipertahankan 36,5 37,5 C
2. CPAP dan OGT dilepas
3. Kebutuhan cairan 600cc :
- Ivfd D10 363cc
- NaCl 3% 16cc
- Kcl 4cc
- Ca glukonas 4cc
- Aminosteril 133cc
- Minum 10cc/3jam
4. Obat-obatan
- Inj Ronem 120mg/8jam
- Inj OMZ 4mg/24jam
- Inj aminophilin stop
- Eritromycin 4x1cc
5. Monitor TTV, perfusi, sesak,
kejang
P/
1. Rawat inkubator suhu bayi
dipertahankan 36,5 37,5 C
2. Kebutuhan cairan 600cc :
- Ivfd D10 363cc
- NaCl 3% 16cc
- Kcl 4cc
- Ca glukonas 4cc
- Aminosteril 133cc
- Minum 10cc/3jam
3. Obat-obatan
- Inj Ronem 120mg/8jam
- Inj OMZ 4mg/24jam
- Eritromycin 4x1cc
4. Monitor TTV, perfusi, sesak,
kejang
20/01/2016
BBL = 4000 gr
BB = 4000 gr
U = 8 hari
UP = 8 hari
UG = 36
minggu
BC = (+) 180
D = 3,6
GIR = 6,25
: lemah
: 152 x/menit
: 56 x/menit
: 36,9C
: 4000 gr
21/01/2016
BBL = 4000 gr
BB = 4000 gr
U = 9 hari
UP = 9 hari
UG = 36
minggu
BC = (+) 70
D = 1,5
baik.
S/ sesak (-)
Reflek hisap kuat
O/
KU
HR
RR
T
BBS
: lemah
: 148 x/menit
: 50 x/menit
: 36,6C
: 4000 gr
P/
1. Rawat inkubator suhu bayi
dipertahankan 36,5 37,5 C
2. Kebutuhan cairan 640cc :
- IVFD D10 363cc
- NaCl 3% 16cc
- Kcl 4cc
- Ca glukonas 4cc
- Aminosteril 133cc
- Minum 15cc/3 jam
3. Obat-obatan
- Inj Ronem 120mg/8jam
- Inj OMZ 4mg/24jam
- Eritromycin 4x1cc
4. Monitor TTV, perfusi, sesak,
kejang
P/
1. Minum 20cc/3 jam
2. Rawat inkubator suhu bayi
dipertahankan 36,5 37,5 C
3. Obat-obatan
- Inj Ronem 120mg/8jam
- Inj OMZ 4mg/24jam
- Eritromycin 4x1cc
4. Monitor TTV, perfusi, sesak,
kejang
baik.
S/ sesak (-)
Reflek hisap kuat
O/
KU
: gerak aktif, menangis kuat
HR
: 144 x/menit
RR
: 48 x/menit
T
: 36,7C
BBS
: 4000 gr
Thorax :simetris, retraksi subcostal
(-), retraksi substernal
P/
1. Minum 30cc/3 jam
2. Pindah SCN
3. Obat-obatan
- Inj Ronem 120mg/8jam
- Inj OMZ 4mg/24jam
- Eritromycin 4x1cc
4. Monitor TTV, perfusi, sesak,
kejang
23/01/2016
BBL = 4000 gr
BB = 4000 gr
U = 11 hari
UP = 11 hari
UG = 36
minggu
P/
-
Pulang
ANALISIS KASUS
Pasien By N usia 0 hari, berat badan 4000 gram lahir melalui sectio caesarea atas
indikasi eklampsia + kala II lama, hamil dari ibu G2P1A0 cukup bulan (36 minggu)
janin tunggal hidup presentasi kepala tanpa lilitan tali pusat, lahir pada tanggal 12
Januari 2016. Apgar skor.
Pada alloanamnesis keluarga tidak mengetahui
Permukaan Plantar
Payudara
Mata/Telinga
Genital
Maturitas Neuromuskular
- Sikap tubuh
- Persegi jendela
- Rekoil lengan
- Sudut popliteal
- Tanda selempang
- Tumit ke kuping
Pada neonatus ini didapatkan skor ballard 26 yang berarti tingkat maturitas usia
gestasi 36 minggu.
Asfiksia merupakan diagnosa yang ditegakkan langsung begitu bayi baru lahir.Hal
ini sesuai pada pasien ini karena pada pasien ini didapatkan kegagalan napas saat
lahir yang ditandai dengan apgar skor menit pertama 1, hal ini berarti terjadi
kegagalan napas secara spontan setelah lahir.Lalu pada pasien apgar skor menit
kelima adalah 2.
Beberapa hal dapat menjadi faktor terjadinya asfiksia pada neonatus, yaitu :
(Depkes, 2008)
Pasien ini lahir secara sectio caesarea atas indikasi eklampsia + kala II lama Janin
Tunggal Hidup presentasi kepala, disertai dengan terdapatnya meconium
berwarna hijau kental pada ketuban. Hal ini sesuai dengan faktor resiko terjadi
asfiksia pada pasien ini, dimana faktor resiko terjadinya asfiksia yang ditemukan
pada pasien By. Ny. N ini adalah terdapat meconium pada ketuban dan kala II
lama.
selain itu juga pengaruh konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi.Suhu normal
adalah 36,5-37,5 (Firmansyah, 2013).
Bayi yang mempunyai resiko hipotermia adalah bayi prematur, BBLR, sakit berat,
resusitasi lama, dan dengan kelainana (bagian mukosa terbuak (gastroskizis, spina
bifida, omfalokel, dll)) (Firmansyah, 2013).
Pada bayi ini, dilakukan pencegahan kehilangan suhu seperti meletakkan bayi
dalam incubator dengan suhu 34.0, menggunakan selimut untuk menutupi bayi
dan pengaturan dan pemantauan suhu badan agar suhu bayi Ny.N tetap berada
pada suhu 36.5-37,5o C.
A (Airway)
Saat resusitasi dilakukan upaya membuka alveoli paru, pasca resusitasi alveoli
paru belum setpenuhnya terbuka. Beberapa faktor presdiposisi : prematuritas,
persalinan seksio cesaria, sindrom aspirasi mekonium, proses inflamasi,
penumothoraks, komplikasi spontan, kelainan bawaan, maslah lain diluar paru
(hipotermia, hipoglikemia, kelainan jantung, dll), dan problema jalan nafas
(Firmasnyah, 2013).
Pada pasien ini banyak hal yang tidak dilakukan dalam perawatan pasca
resusitasi.Termasuk dalam mendeteksi dini kegawatan napas dan evaluasi terapi.
Kegawatan napas dinilai menggunakan skor Down (Firmasnyah, 2013)
Kecepatan napas
Retraksi
Sianosis
Skor Down
0
1
2
<60 x/menit
60-80 x/menit
>80x/menit
Tidak ada retraksi Retraksi ringan
Retraksi berat
Tidak ada sianosis Sianosis
hilang Sianosis
tidak
dengan O2
Udara
hilang
dengan
O2
masuk Tidak ada udara
Udara masuk
Ada
Megap-megap
berkurang
masuk
Tidak ada megap- Terdengar melalui Terdengar tanpa
(merintih)
megap (merintih)
stetoskop
menggunakan
Skor<4
Skor 4-5
Skor 6
alat bantu
Gangguan pernapasan ringan
Gangguan pernapasan sedang
Gangguan pernapasan berat (perlu dilakukan analisa
gas darah)
Intrepretasi skor downe lain dalam mengevaluasi gawat napas pada neonatus.
Nilai skor downe <4 : tidak ada gawat napas, 4-7 : gawat napas, dan >7 ancaman
gagal napas (analisa gas darah harus dilakukan). (Rukomono, 2013)
Berdasarkan penilaian pada pasien ini, didapatkan skor downe 4 (terdapat gawat
napas) dengan uraian, sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Pernapasan 48 x/menit
Retraksi substernal dalam
Sianosis ada hilang dengan O2
Udara Masuk Ada
Merintih
Skor 0
Skor 2
Skor 1
Skor 0
Skor 1
Pada pasien ditemukan skor down sebesar 4.Hal ini menyatakan bahwa pasien
mengalami gawat nafas. Selain mengamati tanda kegawatan pernapasan, penting
untuk menilai kebutuhan oksigen dan peningkatan kebutuhan, komplikasi akibat
hipoksia dan hiperkarbia, perfusi perifer, tekanan darah, neurologis : kesadaran,
aktifitas, ada tidaknya kejang, produksi urin) serta tanda-tanda akan terjadi
kegagalan pernapasan seperti pernapasan megap-megap, tidak berespons dengan
pemberian O2. Bila memungkinkan : analisis gas darah (data penting: pCO2 dan
BE). Sehingga untuk stabilisasi pernapasan penting untuk dipasang saturasi
oksigen dengan target saturasi awal lahir 90-94% dan pasang pipa orogastrik
untuk dekompresi lambung. (Firmasnyah, 2013).
elektrolit, pengukuran bilirubin serial, analisa gas darah bila kecurigaan distres
pernapasan dan CRP atau kultur biakan jika diperlukan.1 Pemeriksaan penunjang
tersebut bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya gawat napas pada
neonatus. Pada By.N dengan keadaan klinis adanya gawat napas yaitu apneu,
sianosis, kesulitan bernafas (gasping), dan retraksi dada yang berat sudah
dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai pemeriksaan awal antara lain
pemeriksaan darah untuk skrining sepsis,termasuk pemeriksaan darah rutin,
hitung jenis,C-reactiveprotein. Evaluasi gawat napas juga dapat dilakukan dengan
menggunakan skor Down. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini masih
belum lengkap karena belum dilakukan pemeriksaan analisa gas darah, kultur
darah dan tidak dilakukan pemeriksaan glukosa serial.
Penatalaksanaan respiratory distress pada neonatus secara umum, yaitu rawat di
inkubator untuk mempertahankan suhu tubuh (aksila 36-37C), oksigenasi untuk
mempertahankan saturasi oksigen 95-98% dengan metode Continous Positive
Airway Pressure (CPAP) (Rukmono, 2013), puasa per oral dan berikan cairan
parenteral dengan dekstrosa 10% mulai 60 ml/kg/hari, serta berikan antibiotika
dan septic work up sampai terbukti bukan sepsis.
Tatalaksana pernapasan dilakukan berupa penggunaan Continous Positive Airway
Pressure (CPAP).Continous Positive Airway Pressure (CPAP) merupakan suatu
alat yang sederhana dan efektif untuk mempertahankan tekanan positif pada
saluran nafas neonatus selama pernafasan spontan.Penatalaksanaan pada pasien
dengan penggunaan CPAP, karena pada neonatus tersebut mengalami retraksi
napas, merintih, dan sempat mengalami apneu. Hal tersebut merupakan kriteria
indikasi pemasangan CPAP yang meliputi frekuensi nafas > 60 kali permenit,
merintih dalam derajat sedang sampai parah, retraksi nafas, saturasi oksigen <93%
(preduktal), kebutuhan oksigen > 60%, sering mengalami apneu dan semua bayi
cukup bulan atau kurang bulan, yang menunjukkan salah satu kriteria tersebut
diatas, harus dipertimbangkan untuk menggunakan CPAP. Pada pasien By.N
dilakukan pemasangan CPAP, dengan FiO2 55% PEEP 7
B (Blood Pressure)
Pada bayi bisa terjadi syok akibat ganggunan perfusi dan oksigenasi
organ.Penyebab tersering pada neonatus adalah kehilangan darah saat persalinan,
kehilangan darah setelah lahir dan dehidrasi.Neonatus harus dicegah agar tidak
syok, gejala dini syok merupakan gangguan nafas, bayi dengan gangguan nafas
harus dipikirkan kemungkinan terjadinya insufisiensi sirulasi.(Firmasnyah, 2013).
Pada pasien ini, pemantauan tekanan darah tidak dilakukan.
L (Laboratory)
Perawatan pasca resusitasi selanjutnya adalah pemeriksaan laboratorium untuk
mencari
kemungkinanan
beresiko.Faktor
tersering
infeksi.Perlu
berupa
KPD
dilakukan
>18
juga
jam,
ibu
pada
bayi
dengan
yang
riwayat
(ronki kasar).
Pemeriksaan lainnya yang biasanya dilakukan: (1) Analisa gas darah
(menunjukkan kadar pH yang rendah, penurunan pO2 dan peningkatan
pCO2); (2) Rontgen dada (menunjukkan adanya bercakan di paru-paru).
Pada pasien ini terdapat meconium pada ketuban, nilai apgar yang rendah serta
kesan pada pemeriksaan rontgen thorak menunjang adanya meconium aspirasi
sindrome, namun tidak dilakukan pemeriksaan dengan laringoskopi serta
pemeriksaan analisa gas darah.
Pedoman penatalaksanaan bayi yang terpapar mekonium menurut The American
Academy of Pediatrics Neonatal Resuscitation Program (NRP) Steering
Committee adalah sebagai berikut:
Jika bayi tidak bugar (didefinisikan sebagai kondisi tonus otot yang lemah
dan usaha napas yang kurang maupun tidak ada): suction trakea langsung
setelah kelahiran. Suction dilakukan selama tidak lebih dari 5 detik. Jika
tidak didapatkan cairan mekonial, jangan ulangi intubasi dan suction.
Sebaliknya, jika didapatkan cairan mekonial tanpa adanya bradikardi,
lakukan reintubasi dan suction. Jika bradikardi, lakukan ventilasi tekanan
dan mekonium dari mulut lalu hidung menggunakan bulb syringe atau
selang suction yang besar. Pada kondisi apapun, langkah-langkah
resusitasi berikutnya harus mencakup: pengeringan, reposisi, dan
pemberian oksigen sesuai kebutuhan.
Pada pasien ini hanya dilakukan suction, dimana didapatkan mekonium pada hasil
suction. Namun pada pasien ini tidak dilakukan intubasi sehingga menurut kami
penatalaksaan tidak sesuai dengan prosedur The American Academy of Pediatrics
Neonatal Resuscitation Program (NRP) Steering Committee.
Pada pasien, tatalaksana pengosongan isi lambung untuk menghindari aspirasi
telah dilakukan dengan pemasangan Orogastric tube (OGT).Orogastric tube
(OGT) merupakan selang kecil dan panjang yang dimasukkan melalui mulut yang
turun ke tenggorokan langsung ke lambung. Terdapat dua jenis OGT yaitu wide
boar yang terbuat dari PVC untuk penggunaan jangka pendek dan fine bore yang
terbuat dari silikon atau poliuretan untuk penggunaan jangka panjang (4-6
minggu).OGT yang telah terpasang ternyata memiliki residu, sehingga neonatus
tersebut dicurigai memiliki refluks gastroesofageal.Refluks gastroesofageal pada
neonatus dapat terjadi karena waktu pengosongan lambung yang cukup lama,
ditambah dengan masih lemahnya Lower Esophagus Sphincter (LES).Pada
keadaan ini dapat dilakukan pemberian proton pump inhibitor atau H2 reseptor
antagonis untuk mengurangi terjadinya gastroesophagel reflux pada pasien
ini.Selain itu, salah satu efek samping dari obat aminofilin yang diberikan pada
neonatus adalah efek pada saluran cerna yang dapat meningkatkan sekresi asam
lambung.Pemberian terapi tambahan berupa omeprazole pada pasien ini dapat
mengurangi efek samping dari penggunaan obat aminofilin.Adapun mekanisme
kerja dari obat omeprazole yaitu menghambat kerja dari enzim H+/K+ATPase
(pompa proton) sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung tersebut. 5Pada
bayi Ny. N telah diberikan terapi Omeprazole dengan dosis 2,8mg/ 12 jam, hal ini
kami nilai masih kurang tepat karena pemberian dosis omeprazol yang
direkomendasikan pada pasien kurang dari 2 tahun adalah 0,7 mg/kgBB/hari
sehingga dosis seharusnya diberikan adalah 2,8 mg/hari.
galur
pneumokokus
yang
sangat
resisten
terhadap
meningkatkan
frekuensi
napas,
dosis
maintenance
untuk
bayi
usia<7hari
diberikan
2,5mg/kg/12jam.
Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan IVFD D 10%. Nutrisi neonatus
diberikan dari cairan yang diperhitungkan dari factor lingkungan, penyakit
penyerta dan GIR (glucose in requiment)/ normal glukosa yang diperlukan
(Rukmono, 2013).
Pemberian cairan hari ke-1 pada neonatus ini sudah tepat karena pemberian
kebutuhan cairan neonatus dengan BB >2500 gr pada hari ke-1 adalah
90cc/kgBB/hari. Cairan yang dapat diberikan berupa glukosa 10%, kebutuhan
cairan neonatus hari ke 1 adalah 4kg x 90cc/hari =360 cc/hari . Yang terdiri dari
kebutuhan Ca glukonas 1x 4 = 4 cc, Rate didapatkan (356)/24 = 14,8cc. GIR =
(rate x glukosa)/(6 x BB)= (14,8 x 10)/(6 x 4)= 6,1 Pemberian glukosa pada
neonatus diperhitungkan pada kisaran nilai GIR 6-8 untuk mencegah
hipoglikemia.
Pemberian cairan hari ke-2 pada neonatus ini kurang tepat karena pemberian
kebutuhan cairan neonatus dengan BB >2500 gr pada hari ke-2 adalah
90cc/kgBB/hari, namun didapatkan GIR dibawah kisaran normal. Cairan yang
dapat diberikan berupa glukosa 10%, kebutuhan cairan neonatus berupa D10%
hari ke 2 adalah 4kg x 90cc/hari =360 cc/hari . Dengan kebutuhan Ca glukonas 1
x 4 = 4 cc, amino steril infant 16,7x0,5x4= 33cc, Kcl 1x4=4 cc, Nacl 4x4=16cc.
Rate didapatkan (303)/24 = 12,6 cc. GIR = (rate x glukosa)/(6 x BB)= (12,6 x
10)/(6 x 4)= 5,25.
Pemberian cairan hari ke-3 pada neonatus ini masih sudah tepat karena pemberian
kebutuhan cairan neonatus dengan BB >2500 gr pada hari ke-3 adalah
120cc/kgBB/hari. Cairan yang dapat diberikan berupa glukosa 10%, kebutuhan
cairan neonatus berupa D10% hari ke 3 adalah 4kg x 120cc/hari =480 cc/hari .
Dengan kebutuhan Ca glukonas 1 x 4 = 4 cc, amino steril infant 16,7x1x4= 66cc,
Kcl 1x4=4 cc, Nacl 4x4=16cc. Rate didapatkan (389)/24 = 16,2 cc. GIR = (rate x
glukosa)/(6 x BB)= (16,2 x 10)/(6 x 4)= 6,75.
Pemberian cairan hari ke-4 pada neonatus ini masih sudah tepat karena pemberian
kebutuhan cairan neonatus dengan BB >2500 gr pada hari ke-4 adalah
120cc/kgBB/hari. Cairan yang dapat diberikan berupa glukosa 10%, kebutuhan
cairan neonatus berupa D10% hari ke 4 adalah 4kg x 120cc/hari =480 cc/hari .
Dengan kebutuhan Ca glukonas 1 x 4 = 4 cc, amino steril infant 16,7x1,5x4=
100cc, Kcl 1x4=4 cc, Nacl 4x4=16cc. Rate didapatkan (356)/24 = 14,8 cc. GIR =
(rate x glukosa)/(6 x BB)= (14,8 x 10)/(6 x 4)= 6,1.
Pemberian cairan hari ke-5 pada neonatus ini masih sudah tepat karena pemberian
kebutuhan cairan neonatus dengan BB >2500 gr pada hari ke-5 adalah
140cc/kgBB/hari. Cairan yang dapat diberikan berupa glukosa 10%, kebutuhan
cairan neonatus berupa D10% hari ke 5 adalah 4kg x 140cc/hari =560 cc/hari.
Namun kebutuhan cairan dikurangi minum yaitu 40cc/hari, sehingga kebutuhan
cairan 520cc/hari. Dengan kebutuhan Ca glukonas 1 x 4 = 4 cc, amino steril infant
16,7x2x4= 133cc, Kcl 1x4=4 cc, Nacl 4x4=16cc. Rate didapatkan (363)/24 =
15,1 cc. GIR = (rate x glukosa)/(6 x BB)= (15,1 x 10)/(6 x 4)= 6,25.
Pemberian cairan hari ke-6 pada neonatus ini masih sudah tepat karena pemberian
kebutuhan cairan neonatus dengan BB >2500 gr pada hari ke-6 adalah
150cc/kgBB/hari. Cairan yang dapat diberikan berupa glukosa 10%, kebutuhan
cairan neonatus berupa D10% hari ke 6 adalah 4kg x 150cc/hari =600 cc/hari.
Namun kebutuhan cairan dikurangi minum yaitu 80cc/hari, sehingga kebutuhan
cairan 520cc/hari. Dengan kebutuhan Ca glukonas 1 x 4 = 4 cc, amino steril infant
16,7x2x4= 133cc, Kcl 1x4=4 cc, Nacl 4x4=16cc. Rate didapatkan (363)/24 =
15,1 cc. GIR = (rate x glukosa)/(6 x BB)= (15,1 x 10)/(6 x 4)= 6,25.
Pemberian cairan hari ke-7 pada neonatus ini masih sudah tepat karena pemberian
kebutuhan cairan neonatus dengan BB >2500 gr pada hari ke-7 adalah
150cc/kgBB/hari. Cairan yang dapat diberikan berupa glukosa 10%, kebutuhan
cairan neonatus berupa D10% hari ke 7 adalah 4kg x 150cc/hari =600 cc/hari.
Namun kebutuhan cairan dikurangi minum yaitu 80cc/hari, sehingga kebutuhan
cairan 520cc/hari. Dengan kebutuhan Ca glukonas 1 x 4 = 4 cc, amino steril infant
16,7x2x4= 133cc, Kcl 1x4=4 cc, Nacl 4x4=16cc. Rate didapatkan (363)/24 =
15,1 cc. GIR = (rate x glukosa)/(6 x BB)= (15,1 x 10)/(6 x 4)= 6,25.
Pemberian cairan hari ke-8 pada neonatus ini masih sudah tepat karena pemberian
kebutuhan cairan neonatus dengan BB >2500 gr pada hari ke-8 adalah
160cc/kgBB/hari. Cairan yang dapat diberikan berupa glukosa 10%, kebutuhan
cairan neonatus berupa D10% hari ke 8 adalah 4kg x 160cc/hari =640 cc/hari.
Namun kebutuhan cairan dikurangi minum yaitu 120cc/hari, sehingga kebutuhan