dari angka kematian total terhitung antara tahun 1990 hingga 2015.
Pneumonia, diare, malaria dan malnutrisi adalah 4 penyebab tersering
kematian pada balita (WHO, 2015).
Pneumonia menjadi penyakit infeksi tertinggi yang telah
menyebabkan kematian 922.000 balita pada 2015 dengan jumlah
terbanyak di benua Asia Selatan dan Afrika (WHO, 2015). Di Indonesia,
pneumonia merupakan penyebab kematian 2 juta dari total 9 juta kematian
balita tiap tahun. Penemuan kasus tertinggi terjadi di provinsi Nusa
Tenggara Timur (38,5), Aceh (35,6), Bangka Belitung (34,8),
Sulawesi Barat (34,8), dan Kalimantan Tengah (32,7) (Riskesdas,
2013).
Tingginya kejadian pneumonia pada balita ini terkait berbagai
faktor risikonya. Faktor risiko tersebut diantaranya: tingkat sosial
ekonomi, tingkat pendidikan ibu, jenis kelamin, usia, status gizi, berat
badan lahir rendah (BBLR), pemberian ASI yang kurang adekuat, status
imunisasi dan pemberian vitamin A, faktor lingkungan rumah, kepadatan
dalam kamar tidur, polusi udara. (Depkes RI, 2004)
Pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan menghindari
faktor-faktor risikonya. Salah satu faktor risiko tersebut adalah BBLR.
BBLR masih menjadi masalah hampir di semua negara. Dari seluruh
kelahiran di dunia, diperkirakan 15% bayi lahir memiliki berat lahir
rendah dan 90% diantaranya terjadi di negara berkembang (Kemenkes RI,
2013). Asia Tenggara mempunyai insidensi BBLR paling tinggi yaitu 27%
dari seluruh kelahiran BBLR di dunia (UNICEF, 2011). Menurut Laporan
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), insidensi BBLR
secara berturut-turut yaitu 7,3% (1986 - 1991), 7,1% (1989 - 1994), 7,7%
(1992 - 1997), 7,2% (2002 - 2003), dan 6,7% (2007). Kemudian menurut
laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), insidensi BBLR pada tahun
2010 meningkat menjadi 11,1% dan pada tahun 2013 sedikit menurun
menjadi 10,2% (Kemenkes RI, 2013). Namun, angka tersebut masih di
atas angka rata-rata Thailand (6,6%) dan Vietnam (5,3%) pada tahun 2010
(UNICEF, 2011).
Pencegahan kejadian BBLR dapat dilakukan dengan meningkatkan
perawatan kesehatan remaja putri, memperbaiki status gizi ibu hamil,
menghentikan kebiasaan merokok dan mengonsumsi obat-obatan terlarang
pada ibu hamil, meningkatkan pemeriksaan Antenatal Care (ANC), serta
memberikan tablet zat besi pada ibu hamil secara teratur (Proverawati,
2010).
B Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara riwayat BBLR dengan insidensi
pneumonia pada balita di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
(BPKPM) Surakarta?
C Tujuan Penelitian
1
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara riwayat
BBLR dengan prevalensi terjadinya pneumonia pada balita di Balai
Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BPKPM) Surakarta.
Tujuan khusus
a
D Manfaat Penelitian
1
Manfaat teoritis
a
Manfaat aplikatif
a
Menjadi masukan untuk pemerintah untuk menggiatkan programprogram kesehatan yang dapat mengurangi angka terjadinya
BBLR.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
a. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi
(Pudjiadi,dkk, 2010). Berat badan lahir biasanya dihitung 1 jam setelah
kelahiran. BBLR meningkatkan angka kesakitan dan kematian bayi,
menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif, serta berisiko
menderita penyakit kronis dikemudian hari (United Nations Childrens
Fund -World Health Organization, 2004). BBLR merupakan 30,3%
penyebab kematian neonatal di Indonesia (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010).
b. Klasifikasi bayi berat lahir rendah
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR menurut
Proverawati dan Ismawati, (2010) yaitu :
1) Berdasarkan harapan hidupnya
a) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500
gram.
b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 10001500 gram.
c) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir
kurang dari 1000 gram.
2) Berdasarkan masa gestasinya
a) Prematuritas murni
Bayi lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan
berat badan sesuai usia kehamilan ibu atau biasa disebut sebagai
neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK).
b) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang yang
tidak sesuai dengan berat badan usia kehamilan. Hal ini mungkin
terjadi karena bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin
atau sering disebut sebagai bayi kecil masa kehamilan (KMK).
c. Epidemiologi
b)
menular
Cytomegalovirus,
Immunodeficiency
seksual,
Herpes
Toxoplasma,
(TORCH),
Virus/Acquired
Immuno
Rubella,
Human
Deficiency
Syndrome (HIV/AIDS).
c)
d)
e)
Multiparitas.
f)
g)
2) Faktor janin
a)
b)
c)
d)
3) Plasenta
a)
Hidroamnion.
b)
Plasenta previa.
c)
4) Lingkungan
a)
Paparan radiasi.
b)
c)
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya kejadian penyakit. Pencegahan primer
untuk BBLR adalah menunda dan atau mencegah kehamilan ibu
yang memiliki risiko seperti yang telah disebutkan di bagian
etiologi, misalnya menunda kehamilan untuk wanita usia<20 tahun,
menyembuhkan penyakit yang dapat disembuhkan terlebih dahulu,
memperhatikan jarak kehamilan, hati-hati dalam penggunaan obat,
berhenti merokok dan konsumsi alkohol.
2)
Pencegahan Sekunder
edukasi untuk
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier difokuskan dalam upaya rehabilitasi
untuk mencegah kecacatan dan kematian BBLR. Pencegahan ini
dapat dilakukan dengan cara pemantauan berkala tumbuh kembang
bayi dengan BBLR yang telah mendapatkan tatalaksana berupa
pengaturan suhu bayi, intake nutrisi, pengaturan jalan nafas,
pencegahan infeksi, dan penimbangan berat badan.(Hidayah, A,
2011).
kanguru.
2) Pengawasan Intake Nutrisi
perkiraan:
150-200 gram seminggu untuk bayi BBL <1500 gram (20-30
b)
2. Pneumonia
a. Definisi
Secara umum, pneumonia adalah peradangan parenkim paru
yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, jamur,
parasit) dan dapat terjadi bersamaan dengan infeksi saluran pernapsan
bagian bawah (Djojodibroto, 2009 ; Hueston, 2003). Pneumonia juga
dapat menyebabkan peradangan pada distal bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta nantinya
dapat menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran udara setempat (Dahlan, 2007).
Menurut Brborowicz dan Wojsyk-Banaszak (2013) tempat
terjadinya pneumonia dibagi menjadi dua yaitu
1) Community Acquired Pneumonia (CAP), yaitu terjadi pada
balita sehat yang tertular pneumonia dari lingkungan.
hingga 2006,
Community
Acquired
gambaran
klinis
dan
strategi
pengobatan.
tersebut,
infeksi
Mycoplasma
saluran
resporatori.
Ada 3
stadium
dalam
serbukan
sel
PMN,
fibrin,
eritrosit,
cairan
saluran
pernapasan
anak
laki-laki
lebih
kecil
protein
(alfa
lain),
nitrogen
risiko
ekstrinsik
yang
mempengaruhi
kejadian
yang
cukup,
maka
dapat
mengakibatkan
kurang
mendapat
penanganan
yang
baik
karena
Balita RIWAYAT
BBLR
Keterangan :
: diteliti
: Tidak
diteliti
Kadar immunoglobulin
rendah
Sistem kekebalan
kurang sempurna
Agen Infeksi:
Bakteri
Virus
Jamur
Meningkatkan morbiditas
& mortalitas penyakit infeksi
Salah satunya pneumonia
Pneumonia
Anak Bawah
Lima Tahun
C. Hipotesis
Ada hubungan antara balita riwayat BBLR dengan kejadian
pneumonia pada balita di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)
Surakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
A Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik karena
hanya mengukur variabel-variabel yang diteliti, tanpa memberikan intervensi
kepada subjek penelitian dan bertujuan untuk mencari hubungan antara faktor
risiko dan efeknya, yaitu riwayat BBLR terhadap insidensi pneumonia pada
balita. Studi observational analitik ini dilakukan dengan studi cross-sectional.
(Murti, 2003).
B Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
(BPKPM) Surakarta dan di posyandu wilayah Surakarta.
C Subjek Penelitian
Populasi
sumber
6-59balita
bulan)
Populasi sumber
penelitian
ini (balita
adalah anak
berusia 6-59 bulan.
Sampel yang digunakan terdiri atas kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Kelompok
kasus yaitu anak
balita
yang terdiagnosis
pneumonia
BBKPM
Subjek penelitian
sesuai
dengan
kriteria inklusi
dan di
eksklusi
Surakarta. Sedangkan kelompok kontrol adalah anak balita sehat di posyandu
wilayah Surakarta. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling di mana sampel diambil berdasarkan kriteria restriksi yang terdiri
dari kriteria inklusi dan eksklusi (Murti, 2010).
Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Anak balita usia 6 59 bulan
Balita tanpa Pneumonia
Balita
Pneumonia
2. dengan
Orangtua anak
bersedia menjadi subjek penelitian (informed consent)
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah
1.
2.
3.
4.
5.
D Rancangan Penelitian
Balita dengan riwayatBalita
BBLRtanpa riwayat BBLR
Balita dengan riwayat
Balita
BBLR
tanpa riwayat BBLR
Analisis data:
Chi Square dan Odds Ratio
Alloanamnesi orangtua
E Identifikasi Variabel
Variabel adalah entitas, atau karakteristik dari individu, kasus, atau
subjek penelitian yang memiliki variasi nilai kuantitatif atau kategori
kualitatif, baik variasi antar waktu atau antar individu (Vogt, 1993; Streiner
dan Norman, 2000 dalam Murti 2015).
Variabel independen atau disebut juga variabel bebas/vaiabel pengaruh
adalah variabel yang dihipotesiskan mempengaruhi variabel lainnya (variable
terikat). Dalam studi observasional, variabel independen adalah paparan
(exposure), disebut juga faktor penelitian. (Murti, 2015). Dalam penelitian ini,
variabel independen adalah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). BBLR
dihipotesiskan mempengaruhi/menjadi faktor penyebab terjadinya Pneumonia.
Variabel dependen atau disebut juga variabel hasil (outcome variable)
adalah variabel yang dihipotesiskan dipengaruhi atau tergantung oleh variabel
lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pneumonia. Kejadian
pneumonia dihipotesiskan dipengaruhi oleh riwayat BBLR.
Variabel luar adalah variabel selain variabel independen yang dapat
mempengaruhi variabel dependen dan perlu dikendalikan agar tidak menjadi
faktor perancu. Variabel luar dalam penelitian ini diantaranya adalah
n=
z 1 P2 ( 1P1 ) + P2 (1P2 ) )
P)+
( z1 /2 2 P(1
( P 1P2 )
x Deff
Keterangan :
n = ukuran masing-masing sampel dari kedua kelompok sampel
P2 = perkiraan proporsi sakit pada populasi terpapar = 0,15 (Hanafi, 2015)
P1 P2 = 0,3 (ditetapkan oleh peneliti)
P1 = 0,15 + 0,3 = 0,45
P = (P1 + P2) / 2 = 0,3
Z1-a/2 = 1,96 ; dengan menggunakan a = 0,05
Z1-b = 0,84; dengan menggunakan b = 0,20
Kemudian setelah dihitung berdasarkan rumus di atas, didapatkan n = 36 pada
masing-masing kelompok kasus maupun kontrol. Sehingga ditetapkan bahwa
jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 36 sampel pada masing-masing
kelompok.
G Definisi Operasional
1 Variabel bebas: BBLR
Bayi BBLR adalah bayi yang dilakukan penimbangan dalam waktu
kurang dari 24 jam setelah lahir dengan berat badan <2500 gram. Data
2
Variabel luar
a Variabel luar terkendali: Umur
Umur adalah jumlah tahun yang dihitung sejak kelahiran sampai ulang
tahun terakhir saat penelitian dilakukan. Umur sampel yang digunakan
a
hormon,
laktoferin,
lisozim,
sIgA,
dan
Cara Kerja
1 Peneliti datang ke lokasi penelitian yaitu di Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat (BBKPM) Surakarta dan Posyandu Ngoresan untuk
2
3
4
Ngoresan.
Peneliti menentukan subjek dari sampling.
Sampel yang telah terpilih kemudian dijelaskan garis besar, tujuan,
manfaat, prosedur penelitian dan jaminan kerahasiaan indentitas
sampel.
Sampel yang telah menandatangani persetujuaan (informed consent)
atau tidak dan kejadian balita sehat dengan riwayat BBLR atau tidak.
Peneliti selanjutnya mengolah data yang diperoleh dengan
menggunakan aplikasi SPSS.
Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan untuk mengolah data adalah:
DAFTAR PUSTAKA
DahlanZ.2007.Pneumonia.In: Sudoyo A.W.,SetiyohadiB., AlwiI., Simadibrata
M.,SetiatiS.(eds).BukuAjarIlmuPenyakitDalam,JilidII
EdisiIV.
Jakarta:
Kesehatan
Republik
Indonesia.
(2005).
BBLR
dan
Manuaba, Ida Bagus. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk
Bidan. Jakarta: ECG
Nurjazuli, Widyaningtyas R. 2009. Faktor Risiko Dominan Kejadian Pneumonia
Pada Balita. J Respir Indones, 29(2).
Proverawati A, Ismawati Cahyo S. (2010). BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).
Yogjakarta: Nuha Medika
Pudjiati Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.
Said, Mardjanis. 2008. Pneumonia. Dalam: Rahajoe, N.N., Supriyatno, B., dan
Setyanto, D.B. (editor). Buku Ajar Respirologi Anak, edisi I. Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. halaman 350-364
Sauer PJ, Visser HK. (1984). The Neutral Temperature of very low birth weight
infant. Pediatrics Aug;74(2)
ScottJ.A.,BrooksW.A.,PeirisJ.S.,Holtzman
D.,MulhollandE.K.2008.Review
the
incidence
of
pneumonia
in
under-five
children.
PaediatricaIndonesiana:44(1-2);25-29
Thomas K. (1994). Thermoregulation in Neonates. Neonatal network: NN 13(2),
pp 15-22
United Nations Childrens Fund and World Health Organization. (2004). Low
Birth Weight: Country, Regional, and Global Estimates. New York:
Unicef-WHO.
Wojsyk-banaszak I, Brborowicz A. Pneumonia in Children. INTECH.2013;6.
Dikutip dari: http;//dx.doi.org/10.5772/54052.