Artikel ini perlu dirapikan atau ditulis ulang karena artikel ini bersifat umum sedangkan
isinya ditulis dalam konteks yang terlalu spesifik/sempit.
Keuangan
bagian dari Ekonomi
Pasar uang[tampilkan]
Pelaku pasar[tampilkan]
Keuangan korporasi[tampilkan]
Keuangan personal[tampilkan]
Keuangan publik[tampilkan]
Regulasi keuangan[tampilkan]
Standar[tampilkan]
Sejarah ekonomi[tampilkan]
Sistem pembayaran[tampilkan]
Perpajakan
aspek kebijakan fiskal
Dasar hukum[tampilkan]
Collection[tampilkan]
Jenis[tampilkan]
Internasional[tampilkan]
Perdagangan[tampilkan]
Menurut negara[tampilkan]
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat
dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa
berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa
kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) yang merupakan salah satu direktorat jenderal yang ada di bawah naungan Kementerian
Keuangan Republik Indonesia.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Definisi
2 Unsur pajak
3 Jenis Pajak
5 Fungsi pajak
7 Asas pemungutan
8 Teori pemungutan
10 Lihat pula
11 Referensi
12 Pranala luar
Definisi[sunting]
Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang "pajak" yang dikemukakan oleh para ahli
diantaranya adalah :
Rifhi Siddiq
Pajak adalah iuran yang dipaksakan pemerintahan suatu negara dalam periode tertentu
kepada wajib pajak yang bersifat wajib dan harus dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara
dan bentuk balas jasanya tidak langsung
Leroy Beaulieu
Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan
publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah
P. J. A. Adriani
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan
tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan
Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH
Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut
kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari
pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya
digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment'
Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R
Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan
akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar
pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan
Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya
dari sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran
bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama,
berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk
kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan
keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan
kebutuhan masyarakat.
Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut Soemitro
merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang
menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah
penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai kekuatan untuk
memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk penyelenggaraan
pemerintahan. Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang
dipungut harus berdsarkan undang-undang sehingga menjamin adanya
kepastian hukum, baik bagi fiskus sebagai pengumpul pajak maupun wajib
pajak sebagai pembayar pajak.
Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
disempurnakan terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
umum dan tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat''
Unsur pajak[sunting]
Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak, baik pengertian secara
ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat
dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang unsur-unsur yang terdapat pada
pengertian pajak, antara lain sebagai berikut:
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai
dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan,
"pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan
negara diatur dalam undang-undang."
2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi
perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya,
Jenis Pajak[sunting]
Di tinjau dari segi Lembaga Pemungut Pajak dapat di bagi menjadi dua jenis
yaitu:
Pajak Negara[sunting]
Sering disebut juga Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah
Pusat yang terdiri dari:
Pajak Penghasilan
Diatur dalam UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang diubah terakhir kali
dengan UU Nomor 36 Tahun 2008
Diatur dalam UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah yang diubah terakhir kali dengan UU No. 42 Tahun 2009
Bea Materai
Bea Masuk
Cukai
Pajak Daerah[sunting]
Sesuai UU 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, berikut jenis-jenis Pajak Daerah:
Sementara itu
Pajak Restoran;
Pajak Hiburan;
Pajak Reklame;
Pajak Parkir;
Fungsi pajak[sunting]
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan
pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai
semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak
mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
Fungsi stabilitas
Contohnya:
1. Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib
pajak
2. Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara
yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak
3. Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan
secara umum sesuai dengan berat ringannya
pelanggaran
Asas pemungutan[sunting]
Asas pemungutan pajak menurut pendapat
para ahli[sunting]
Untuk dapat mencapai tujuan dari pemungutan pajak,
beberapa ahli yang mengemukakan tentang asas
pemungutan pajak, antara lain:
Asas Certainty (asas kepastian hukum): semua pungutan pajak harus berdasarkan UU,
sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.
Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau asas
kesenangan): pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak (saat yang
paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima penghasilannya atau disaat
wajib pajak menerima hadiah.
Asas Efficiency (asas efisien atau asas ekonomis): biaya pemungutan pajak diusahakan
sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil
pemungutan pajak.
2. Menurut W.J. Langen, asas
pemungutan pajak adalah sebagai
berikut:
Asas daya pikul: besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar kecilnya
penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pajak yang
dibebankan.
Asas manfaat: pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk kegiatankegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum.
Asas kesejahteraan: pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Asas kesamaan: dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan yang
lain harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan sama).
pemungutan pajak
adalah sebagai
berikut:
Asas politik finansial: pajak yang dipungut negara jumlahnya memadai sehingga dapat
membiayai atau mendorong semua kegiatan negara.
Asas ekonomi: penentuan obyek pajak harus tepat, misalnya: pajak pendapatan, pajak
untuk barang-barang mewah
Asas keadilan: pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi, untuk kondisi
yang sama diperlakukan sama pula.
A
s
a
s
P
e
n
g
e
n
a
a
n
P
aj
a
k[
s
u
nt
in
g]
A
ga
r
ne
ga
ra
da
pa
t
m
en
ge
na
ka
n
pa
ja
k
ke
pa
da
w
ar
ga
ny
a
at
au
ke
pa
da
or
an
g
pri
ba
di
at
au
ba
da
n
lai
n
ya
ng
bu
ka
n
w
ar
ga
ny
a,
tet
ap
i
m
e
m
pu
ny
ai
ke
ter
ka
ita
n
de
ng
an
ne
ga
ra
ter
se
bu
t,
te
nt
u
sa
ja
ha
ru
s
ad
a
ke
te
nt
ua
nke
te
nt
ua
n
ya
ng
m
en
ga
tur
ny
a.
S
eb
ag
ai
co
nt
oh
di
In
do
ne
si
a,
se
ca
ra
te
ga
s
di
ny
at
ak
an
da
la
m
P
as
al
23
ay
at
(2
)
U
nd
an
gU
nd
an
g
D
as
ar
19
45
ba
h
w
a
se
ga
la
pa
ja
k
un
tu
k
ke
ua
ng
an
ne
ga
ra
dit
et
ap
ka
n
be
rd
as
ar
ka
n
un
da
ng
un
da
ng
.
U
nt
uk
da
pa
t
m
en
yu
su
n
su
at
u
un
da
ng
un
da
ng
pe
rp
aj
ak
an
,
di
pe
rlu
ka
n
as
as
as
as
at
au
da
sa
rda
sa
r
ya
ng
ak
an
dij
ad
ik
an
la
nd
as
an
ol
eh
ne
ga
ra
un
tu
k
m
en
ge
na
ka
n
pa
ja
k.
Te
rd
ap
at
be
be
ra
pa
as
as
ya
ng
da
pa
t
di
pa
ka
i
ol
eh
ne
ga
ra
se
ba
ga
i
as
as
da
la
m
m
en
en
tu
ka
n
w
e
w
en
an
gn
ya
un
tu
k
m
en
ge
na
ka
n
pa
ja
k,
kh
us
us
ny
a
un
tu
k
pe
ng
en
aa
n
pa
ja
k
pe
ng
ha
sil
an
.
As
as
ut
a
m
a
ya
ng
pa
lin
g
se
rin
g
di
gu
na
ka
n
ol
eh
ne
ga
ra
se
ba
ga
i
la
nd
as
an
un
tu
k
m
en
ge
na
ka
n
pa
ja
k
ad
al
ah
:
1. As
as
do
mi
sili
ata
u
dis
eb
ut
jug
a
as
as
ke
pe
nd
ud
uk
an
(d
o
mi
cil
e/r
esi
de
nc
e
pri
nci
pl
e):
be
rd
as
ark
an
as
as
ini
ne
ga
ra
ak
an
me
ng
en
ak
an
paj
ak
ata
s
su
atu
pe
ng
ha
sil
an
ya
ng
dit
eri
ma
ata
u
dip
er
ole
ho
ra
ng
pri
ba
di
ata
ub
ad
an,
ap
abi
la
unt
uk
ke
pe
nti
ng
an
pe
rp
aja
ka
n,
or
an
g
pri
ba
di
ter
se
but
me
ru
pa
ka
n
pe
nd
ud
uk
(re
sid
ent
)
ata
u
be
rd
om
isili
di
ne
ga
ra
itu
ata
u
ap
abi
la
ba
da
n
ya
ng
be
rsa
ng
kut
an
be
rke
du
du
ka
n
di
ne
ga
ra
itu.
Da
la
m
kai
tan
ini,
tid
ak
dip
ers
oal
ka
n
da
ri
ma
na
pe
ng
ha
sil
an
ya
ng
ak
an
dik
en
ak
an
paj
ak
itu
be
ras
al.
Itul
ah
se
ba
bn
ya
ba
gi
ne
ga
ra
ya
ng
me
ng
an
ut
as
as
ini,
dal
am
sis
te
m
pe
ng
en
aa
n
paj
ak
ter
ha
da
p
pe
nd
ud
ukny
a
ak
an
me
ng
ga
bu
ng
ka
n
as
as
do
mi
sili
(ke
pe
nd
ud
uk
an
)
de
ng
an
ko
ns
ep
pe
ng
en
aa
n
paj
ak
ata
s
pe
ng
ha
sil
an
bai
k
ya
ng
dip
er
ole
h
di
ne
ga
ra
itu
ma
up
un
pe
ng
ha
sil
an
ya
ng
dip
er
ole
h
di
lua
r
ne
ge
ri
(w
orl
dwi
de
inc
om
e
co
nc
ept
).
2. As
as
su
mb
er:
Ne
ga
ra
ya
ng
me
ng
an
ut
as
as
su
mb
er
ak
an
me
ng
en
ak
an
paj
ak
ata
s
su
atu
pe
ng
ha
sil
an
ya
ng
dit
eri
ma
ata
u
dip
er
ole
h
or
an
g
pri
ba
di
ata
u
ba
da
n
ha
ny
a
ap
abi
la
pe
ng
ha
sil
an
ya
ng
ak
an
dik
en
ak
an
paj
ak
itu
dip
er
ole
h
ata
u
dit
eri
ma
ole
h
or
an
g
pri
ba
di
ata
u
ba
da
n
ya
ng
be
rsa
ng
kut
an
da
ri
su
mb
ersu
mb
er
ya
ng
be
ra
da
di
ne
ga
ra
itu.
Da
la
m
as
as
ini,
tid
ak
me
nja
di
pe
rso
ala
n
me
ng
en
ai
sia
pa
da
n
ap
a
sta
tus
da
ri
or
an
g
ata
u
ba
da
n
ya
ng
me
mp
er
ole
h
pe
ng
ha
sil
an
ter
se
but
se
ba
b
ya
ng
me
nja
di
lan
da
sa
n
pe
ng
e
na
an
paj
ak
ad
ala
h
obj
ek
paj
ak
ya
ng
tim
bul
ata
u
be
ras
al
da
ri
ne
ga
ra
itu.
Co
nto
h:
Te
na
ga
ker
ja
asi
ng
be
ker
ja
di
Ind
on
esi
a
ma
ka
da
ri
pe
ng
ha
sil
an
ya
ng
did
ap
at
di
Ind
on
esi
a
ak
an
dik
en
ak
an
paj
ak
ole
hp
em
eri
nta
hI
nd
on
esi
a.
3. As
as
ke
ba
ng
sa
an
ata
u
as
as
na
sio
nal
ita
s
ata
u
dis
eb
ut
jug
a
as
as
ke
wa
rg
an
eg
ar
aa
n
(n
ati
on
alit
y/c
itiz
en
shi
p
pri
nci
pl
e):
Da
la
m
as
as
ini,
ya
ng
me
nja
di
lan
da
sa
n
pe
ng
en
aa
n
paj
ak
ad
ala
h
sta
tus
ke
wa
rg
an
eg
ar
aa
n
da
ri
or
an
g
ata
u
ba
da
n
ya
ng
me
mp
er
ole
h
pe
ng
ha
sil
an.
Be
rd
as
ark
an
as
as
ini,
tid
akl
ah
me
nja
di
pe
rso
ala
n
da
ri
ma
na
pe
ng
ha
sil
an
ya
ng
ak
an
dik
en
ak
an
paj
ak
be
ras
al.
Se
pe
rti
hal
ny
a
dal
am
as
as
do
mi
sili
,
sis
te
m
pe
ng
en
aa
n
paj
ak
be
rd
as
ark
an
as
as
na
sio
nal
ita
s
ini
dil
ak
uk
an
de
ng
an
car
a
me
ng
ga
bu
ng
ka
n
as
as
na
sio
nal
ita
s
de
ng
an
ko
ns
ep
pe
ng
en
aa
n
paj
ak
ata
s
wo
rld
wi
de
inc
om
e.
Terdapat beberapa perbedaan prinsipil antara asas domisili atau kependudukan dan asas
nasionalitas atau kewarganegaraan di satu pihak, dengan asas sumber di pihak
lainnya. Pertama, pada kedua asas yang disebut pertama, kriteria yang dijadikan landasan
kewenangan negara untuk mengenakan pajak adalah status subjek yang akan dikenakan
pajak, yaitu apakah yang bersangkutan berstatus sebagai penduduk atau berdomisili (dalam
asas domisili) atau berstatus sebagai warga negara (dalam asas nasionalitas). Di sini, asal
muasal penghasilan yang menjadi objek pajak tidaklah begitu penting. Sementara itu, pada
asas sumber, yang menjadi landasannya adalah status objeknya, yaitu apakah objek yang
akan dikenakan pajak bersumber dari negara itu atau tidak. Status dari orang atau badan
yang memperoleh atau menerima penghasilan tidak begitu penting. Kedua, pada kedua asas
yang disebut pertama, pajak akan dikenakan terhadap penghasilan yang diperoleh di mana
saja (world-wide income), sedangkan pada asas sumber, penghasilan yang dapat dikenakan
pajak hanya terbatas pada penghasilan-penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber
yang ada di negara yang bersangkutan.
Keban
yakan
negar
a,
tidak
hanya
menga
dopsi
salah
satu
asas
saja,
tetapi
menga
dopsi
lebih
dari
satu
asas,
bisa
gabun
gan
asas
domisi
li
denga
n asas
sumbe
r,
gabun
gan
asas
nasion
alitas
denga
n asas
sumbe
r,
bahka
n bisa
gabun
gan
ketiga
nya
sekali
gus.
Indon
esia,
dari
ketent
uanketent
uan
yang
dimuat
dalam
Undan
gUndan
g
Nomor
7
Tahun
1983
sebag
aiman
a
terakhi
r telah
diubah
denga
n Und
angUndan
g Nom
or 10
Tahun
1994,
khusu
snya
yang
menga
tur
menge
nai
subjek
pajak
dan
objek
pajak,
dapat
disimp
ulkan
bahwa
Indone
sia
menga
nut
asas
domisi
li dan
asas
sumbe
r
sekali
gus
dalam
sistem
perpaj
akann
ya.
Indone
sia
juga
menga
nut
asas
kewar
ganeg
araan
yang p
arsial,
yaitu
khusu
s
dalam
ketent
uan
yang
menga
tur
menge
nai
penge
cualia
n
subjek
pajak
untuk
orang
pribadi
.
Jepan
g,
misaln
ya
untuk
individ
u yang
merup
akan
pendu
duk
(reside
nt
individ
ual)
mengg
unaka
n asas
domisi
li, di
mana
berdas
arkan
asas
ini
seoran
g
pendu
duk Je
pang b
erkew
ajiban
memb
ayar
pajak
pengh
asilan
atas
keselu
ruhan
pengh
asilan
yang
diperol
ehnya,
baik
yang
diperol
eh di
Jepan
g
maupu
n di
luar
Jepan
g.
Seme
ntara
itu,
untuk
yang
bukan
pendu
duk
(nonreside
nt)
Jepan
g, dan
badan
badan
usaha
luar
negeri
berke
wajiba
n
untuk
memb
ayar
pajak
pengh
asilan
atas
setiap
pengh
asilan
yang
diperol
eh dari
sumbe
rsumbe
r di
Jepan
g.
Austr
alia,
untuk
semua
badan
usaha
milik
negar
a
maupu
n
swast
a yang
berked
uduka
n
di Aust
ralia,
dikena
kan
pajak
atas
seluru
h
pengh
asilan
yang
diperol
eh dari
seluru
h
sumbe
r
pengh
asilan.
Seme
ntara
itu,
untuk
badan
usaha
luar
negeri,
hanya
dikena
kan
pajak
atas
pengh
asilan
dari
sumbe
r yang
ada di
Austra
lia.
Teor
i
pem
ung
utan
[sunti
ng]
Menur
ut R.
Santo
so
Brotod
iharjo
SH,
dalam
bukun
ya Pe
ngant
ar
Ilmu
Huku
m
Pajak,
ada
beber
apa
teori
yang
menda
sari
adany
a
pemun
gutan
pajak,
yaitu:
1. Teori
asuran
si,
menur
ut teori
ini, neg
ara me
mpuny
ai
tugas
untuk
melind
ungi
wargan
ya dari
segala
kepenti
nganny
a baik
kesela
matan
jiwanya
maupu
n
kesela
matan
harta
bendan
ya.
Untuk
perlind
ungan
tersebu
t
diperlu
kan
biaya
seperti
layakn
ya
dalam
perjanji
an asur
ansi di
perluka
n
adanya
pemba
yaran p
remi.
Pemba
yaran
pajak
ini
diangg
ap
sebaga
i
pemba
yaran
premi
kepada
negara
. Teori
ini
banyak
ditenta
ng
karena
negara
tidak
boleh
disama
kan
dengan
perusa
haan
asuran
si.
2. Teori
kepenti
ngan,
menur
ut teori
ini,
dasar
pemun
gutan
pajak
adalah
adanya
kepenti
ngan
dari
masing
masing
warga
negara
.
Termas
uk
kepenti
ngan
dalam
perlind
ungan
jiwa
dan
harta.
Semaki
n tinggi
tingkat
kepenti
ngan
perlind
ungan,
maka
semaki
n tinggi
pula
pajak
yang
harus
dibayar
kan.
Teori
ini
banyak
ditenta
ng,
karena
pada
kenyat
aannya
bahwa
tingkat
kepenti
ngan
perlind
ungan
orang
miskin l
ebih
tinggi
daripad
a oran
g kaya.
Ada
perlind
ungan
jamina
n
sosial,
keseha
tan,
dan
lainlain.
Bahka
n
orang
miskin
justru
dibeba
skan
dari
beban
pajak.
Pen
erim
aan
Paja
k di
Indo
nesi
a[sun
ting]
Peneri
maan
pajak
tahun
2012
adalah
835,25
Triliun,
diband
ingkan
denga
n
realisa
si
Tahun
2011
maka
realisa
si
peneri
maan
perpaj
akan
tahun
2012
naik
sebes
ar
92,53
Trilyun
atau
menga
lami
pertu
mbuha
n
sebes
ar 12,
47 %.
Pertu
mbuha
n ini
lebih
tinggi
diband
ingkan
denga
n
pertu
mbuha
n
Produ
k
Dome
stik
Bruto
(PDB)
tahun
2012
sebes
ar
10,87
%.
Realis
asi
peneri
maan
pajak
2012
per
jenis
pajak :
Pa
jak
Pe
ng
ha
sil
an
(P
Ph
)
Rp
46
4,6
6
trili
un
Pa
jak
Pe
rta
mb
ah
an
Nil
ai
da
n
Pa
jak
Pe
nju
ala
n
ata
s
Ba
ra
ng
Me
wa
h(
PP
N
da
n
PP
nB
M)
Rp
33
6,0
5
trili
un
Pa
jak
Bu
mi
da
n
Ba
ng
un
an
(P
BB
)
Rp
28,
96
trili
un
Renca
na
peneri
maan
pajak
Tahun
2013
adalah
sebes
ar
Rp1.0
42,32
triliun
atau
tumbu
h
24,79
%
diband
ingkan
denga
n
realisa
si
peneri
maan
tahun
2012.
Peneri
maan
terseb
ut
memb
erikan
kontrib
usi
sebes
ar
68,14
% dari
rencan
a
angga
ran
Penda
patan
Negar
a
Tahun
2013
sebes
ar
Rp1.5
29,67
triliun.
Penda
patan
pajak
itu
belum
termas
uk
penda
patan
cukai,
bea
masuk
, dan
penda
patan
pungut
an
ekspor
.
Pa
jak
Be
rd
as
ark
an
wu
jud
ny
a,
paj
ak
dib
ed
ak
an
me
nja
di:
1. Pajak
langsu
ng
adalah
pajak
yang
dibeba
nkan
secara
langsu
ng
kepada
wajib
pajak
seperti
pajak
pendap
atan,
pajak
kekaya
an.
2. Pajak
tidak
langsu
ng
adalah
pajak/p
unguta
n wajib
yang
harus
dibayar
kan
sebaga
i
sumba
ngan
wajib
kepada
negara
yang
secara
tidak
langsu
ng
dikena
kan
kepada
wajib
pajak
seperti
cukai
rokok
dan
sebaga
inya.
Be
rd
as
ark
an
ju
ml
ah
ya
ng
ha
rus
dib
ay
ark
an,
paj
ak
dib
ed
ak
an
me
nja
di:
1. Pajak
pendap
atan
adalah
pajak
yang
dikena
kan
atas
pendap
atan
tahuna
n dan
laba
dari
usaha
seseor
ang,
perser
oan
terbata
s/unit
lain.
2. Pajak
penjual
an
adalah
pajak
yang
dibayar
kan
pada
waktu
terjadin
ya
penjual
an
barang
/jasa
yang
dikena
kan
kepada
pembel
i.
3. Pajak
badan
usaha
adalah
pajak
yang
dikena
kan
kepada
badan
usaha
seperti
perusa
haan
bank
dan
sebaga
inya.
Pa
jak
be
rd
as
ark
an
pu
ng
uta
nn
ya
da
pat
dib
ed
ak
an
me
nja
di:
1. Pajak
bumi
dan
bangun
an
(PBB)
adalah
pajak/p
unguta
n yang
dikump
ulkan
oleh
pemeri
ntah
pusat
terhad
ap
tanah
dan
bangun
an
kemudi
an
didistru
busiak
an
kepada
daerah
otonom
sebaga
i
pendap
atan
daerah
sendiri.
2. Pajak
perser
oan
adalah
pungut
an
wajib
atas
laba
perser
oan/ba
dan
usaha
lain
yang
modaln
ya/bagi
annya
terbagi
atas
saham
saham.
3. Pajak
siluma
n
adalah
pungut
an
secara
tidak
resmi/p
ajak
gelap
dan
merup
akan
sumber
korupsi
.
4. Pajak
transit
adalah
pajak
yang
dipung
ut di
tempat
tertent
u yang
harus
dilalui
oleh
pengan
gkutan
orang/
barang
dari
suatu
tempat
ke
tempat
lain.