Pengaruh Akuntan Publik Dengan Kecurangan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK DENGAN FRAUD

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Auditing yang
dibimbing oleh
Moh. Mansur, DR., S.E., M.M., Ak., Ca., Cpa.
Anggota:
Itisham Nafis Muhammad
Irni Wahyuni
Cindy Ayu Susanti
Satriawan Iman Yuliana
Ridwan Firdaus
Kelompok 4

(0113U380)
(0113U382)
(0113U384)
(0113U410)
(0113U433)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI (S1)


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya makalah yang berjudul Hubungan Tanggung Jawab Akuntan Publik dengan
Fraud dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dalam rangka kewajiban
sebagai mahasiswa untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Seminar Audit.
Tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada bapak Moh. Mansur., DR., S.E.,
M.M., Ak., Ca., Cpa. selaku dosen pembimbing pada mata kuliah Seminar Auditing dan
kepada semua pihak yang telah mendukung hingga terselesaikannya makalah ini.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penyusun sendiri dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya dan dapat memberikan
kontribusi kepada mahasiswa lainnya terutama untuk mahasiswa prodi akuntansi sebagai
tambahan pengetahuan yang dapat bermanfaat di masa yang akan datang. Kritik dan saran
bagi perbaikan makalah ini sangat kami harapkan.

Bandung, 12 April 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kecurangan (Fraud)..................................................................... 3
2,2 Penyebab Fraudulent Financial Reporting..................................................... 4
2.3 Tanggung Jawab Akuntan Publik................................................................... 4
2.3.1 Statement Auditing Standar................................................................. 4
2.3.2 SPAP.................................................................................................... 6
2.4 Karakteristik Kecurangan (Fraud)................................................................. 9
2.5 Salah Saji yang Timbul Karena Kecurangan Pelaporan Keuangan................. 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 11

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dalam akuntansi, dikenal dua jenis kesalahan yaitu kekeliruan
(error) dan kecurangan (FRAUD). Kedua jenis kesalahan ini dapat bersifat
material dan non material. Perbedaan antara kedua jenis kesalahan ini hanya
dibedakan oleh jurang yang sangat tipis, yaitu ada atau tidaknya unsur
kesengajaan. Untuk itu dibutuhkan keahlian profesional untuk bisa
membedakan antara kedua jenis kesalahan tersebut. Standar pun mengenali
bahwa sering kali mendeteksi kecurangan lebih sulit dibandingkan dengan
kekeliruan karena pihak manajemen atau karyawan akan berusaha
menyembunyikan kecurangan itu.Fraud (kecurangan) merupakan penipuan
yang disengaja dilakukan yang menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh
pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku
kecurangan. Kesalahan dapat dideskripsikan sebagai Unintentional
Mistakes (kesalahan yang tidak di sengaja). Kesalahan dapat terjadi pada
setiap tahapan dalam pengelolaan transaksi terjadinya transaksi,
dokumentasi, pencatatan dari ayat-ayat jurnal, pencatatan debit kredit,
pengikhtisaran proses dan hasil laporan keuangan. Kesalahan dapat dalam
banyak bentuk matematis. Kritikal, atau dalam aplikasi prinsip-prinsip
akuntansi. Terdapat kesalahan jabatan atau kesalahan karena penghilangan /
kelalaian, atau kesalahan dalam interprestasi fakta.
FRAUD atau kecurangan dalam akuntansi merupakan penyimpangan
dari Prosedur Akuntansi yang benar. Jika Prosedur akuntansi diterapkan
dengan benar maka informasi akuntansi yang dihasilkan akan sangat
berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Informasi akuntansi yang
dihasilkan dari proses akuntansi dari suatu entiti sangatlah penting, dimana
informasi ini menjadi pertimbangan terhadap program atau kebijakan entiti
tersebut untuk mencapai tujuannya. Selain itu informasi akuntansi yang
benar juga dapat berfungsi untuk mengetahui gambaran keuangan atau
keadaan suatu entiti atau perusahaan. Bagaimanakah jika Informasi
Akuntansi yang dihasilkan tidak sesuai dengan prosedur akuntansi yang
benar atau terkandung kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi karena
adanya tekanan untuk melakukan penyelewengan atau dorongan untuk
memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya pembenaran (diterima
secara umum) terhadap tindakan tersebut. FRAUD merupakan suatu
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pihak didalam maupun luar
organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau
kelompok yang secara langsung merugikan orang lain. Secara
umum FRAUD terdiri dari dua golongan, yaitu pengelapan aktiva
(misapporopriation) dan kecurangan pelaporan keuangan (FRAUDulent
financial reporting). Dalam tulisan ini akan dibahas khusus mengenai
kecurangan dalam laporan keuangan (financial statement FRAUD).
Kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting)
dapat didefinisikan suatu perilaku yang disengaja, baik dengan tindakan

atau penghapusan, yang menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan


(bias). Fraudulent financial reporting merupakan problem yang dapat terjadi
di perusahaan mana saja dan kapan saja. Fraudulent financial reporting yang
terjadi pada suatu perusahaan memerlukan perhatian khusus dari akuntan
publik (auditor independen).
1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas, adapun


permasalahan makalah ini adalah Bagaimana Hubungan Tanggung Jawab
Akuntan Publik dengan Fraud.
1.3

Tujuan

Berdasarkan uraian pada latar belakang serta rumusan dan batasan masalah
penyusunan makalah ini yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan
penyusunan makalah ini yaitu untuk menjelaskan mengenai hubungan tanggung
jawab akuntan publik dengan kecurangan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

a.

b.

c.

PENGERTIAN KECURANGAN (FRAUD)


Sebelum kita bahas lebih lanjut ada baiknya kita bahas dulu mengenai
kecurangan itu sendiri. Kecurangan (FRAUD) perlu dibedakan dengan kesalahan
(Errors). Kesalahan dapat dideskripsikan sebagai Unintentional Mistakes
(kesalahan yang tidak di sengaja). Kesalahan dapat terjadi pada setiap tahapan
dalam pengelolaan transaksi terjadinya transaksi, dokumentasi, pencatatan dari
ayat-ayat jurnal, pencatatan debit kredit, pengikhtisaran proses dan hasil laporan
keuangan. Kesalahan dapat dalam banyak bentuk matematis. Kritikal, atau dalam
aplikasi prinsip-prinsip akuntansi. Terdapat kesalahan jabatan atau kesalahan
karena penghilangan / kelalaian, atau kesalahan dalam interprestasi fakta.
Commission merupakan kesalahan prinsip (error of principle), seperti perlakuan
pengeluaran pendapatan sebagai pengeluaran modal. Sedangkan Omission
berarti bahwa suatu item tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi
tidak benar. Apabila suatu kesalahan adalah disengaja, maka kesalahan tersebut
merupakan kecurangan (FRAUDulent). Istilah Irregulary merupakan kesalahan
penyajian keuangan yang disengaja atas informasi keuangan.
FRAUD (kecurangan) adalah tindakan ilegal yang dilakukan satu orang atau
sekelompok orang secara sengaja atau terencana yang menyebabkan orang atau
kelompok mendapat keuntungan, dan merugikan orang atau kelompok
lain.FRAUDulent financial reporting (kecurangan laporan keuangan) adalah
salah saji atau pengabaian jumlah dan pengungkapan yang disengaja dengan
maksud menipu para pemakai laporan. Kecurangan dibagi ke dalam tiga
kelompok, yaitu :
Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement FRAUD).
Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang
dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan
yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau
kecurangan non financial.
Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation).
Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam Kecurangan Kas dan
Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya, serta pengeluaran-pengeluaran
biaya secara curang (FRAUDulent disbursement).
Korupsi (Corruption).
Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE, bukannya
pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia.
Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of
interest), suap (bribery), pemberian illegal (illegal gratuity), dan pemerasan
(economic extortion).

2.2

Penyebab Fraudulent Financial Reporting


Menurut Ferdian & Naim (2006), kecurangan dalam laporan keuangan dapat
menyangkut tindakan yang disajikan berikut ini :
1.Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan.
2.Representasi yang dalam atau penghilangan dari laporan keuangan, peristiwa,
transaksi, atau informasi signifikan.
3.Salah penerapan secara senngaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan
jumlah, klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan.
Fraudulent financial reporting juga dapat disebabkan adanya kolusi antara
manajemen perusahaan dengan akuntan publik. Salah satu upaya untuk mencegah
timbulnya kolusi tersebut, yaitu perlunya perputaran (rotasi) akuntan publik dalam
melakukan general audit suatu perusahaan.

2.3

Tanggung Jawab Akuntan Publik


Akuntan adalah seseorang yang berhak menyandang gelar atau sebutan
akuntan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntan
Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk
memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.
Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya disebut KAP, adalah badan usaha yang
telah mendapatkan izin dari Menteri sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam
memberikan jasanya. (PMK No. 17 tahun 2008, pasal 1).
Profesi akuntan publik (auditor independen) memiliki tangggung jawab
yang sangat besar dalam mengemban kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh
masyarakat (publik).
2.3.1 Statement Auditing Standards
Beberapa Statements on Auditing Standards (SAS) yang dikeluarkan
oleh Auditing Standards Board (ASB) di Amerika Serikat yang cukup
penting adalah :
a. SAS No. 53 tentang The Auditors Responsibility to Detect and
Report Errors and Irregularities, yaitu mengatur tanggung
jawab auditor untuk mendeteksi dan melaporkan adanya kesalahan
(error) dan ketidakberesan (irregularities).
b. SAS No. 55 tentang Consideration of Internal Control in a
Financial Statement Audit, yang merubah tanggung
jawab auditor mengenai internal control. Statement yang baru ini
meminta agar auditor untuk merancang pemahaman tentang
pengendalian intern yang memadai (internal control sufficient)
dalam merencanakan audit. SAS No. 55 kemudian diperbaharui
dengan diterbitkan SAS No. 78 pada tahun 1997, dengan
mencantumkan definisi ulang pengendalian intern (redefined
internal control) dengan memasukkan dua komponen yaitu
4

lingkungan pengendalian (control environment) dan penilaian


risiko (risk assessment) yang merupakan usulan dari the Treadway
Commission.
c. SAS No. 61 mengatur tentang komunikasi antara auditor
dengan komite audit perusahaan (Communication with Audit
Committees). Auditor harus mengkomunikasikan dengan komite
audit atas beberapa temuan audit yang penting, misalnya kebijakan
akuntansi
(accounting
policy)
perusahaan
yang
signifikan, judgments, estimasi akuntansi (accounting estimates),
dan ketidaksepakatan manajemen dengan auditor.
d. SAS No. 82 Consideration of Fraud in a Financial Statement
Audit dikeluarkan ASB pada Februari 1997. SAS no. 82
menyatakan bahwa auditor harus bertanggung jawab untuk
mendeteksi dan melaporkan adanya kecurangan (fraud) yang
terjadi dalam laporan keuangan yang disusun oleh manajemen.
Selaij itu, SAS no. 82 juga menyatakan bahwa setiap melakukan
audit
auditor
harus
menilai
risiko
(assessment
of
risk) kemungkinan terdapat salah saji material (material
misstatement) pada laporan keuangan yang disebabkan oleh fraud.
e. SAS No. 99 Consideration of Fraud in a Financial Statement
Audit merupakan revisi dari SAS No. 82 dan mulai diberlakukan
efektif untuk audit laporan keuangan setelah tanggal 15 Desember
2002, penerapan lebih awal sangat dianjurkan. Auditor
bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit
guna
mendapatkankeyakinan
memadai (reasonable
assurance) bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material,
baik yang disebabkan oleh kekeliruan (error) maupun kecurangan
(fraud).

Pengaruh SAS No. 99 terhadap tanggung jawab


antara lain :
Tidak ada perubahan atas tanggung jawab auditor
mendeteksi fraud atas audit laporan keuangan.
Tidak ada perubahan atas kewajiban auditor
mengkomunikasikan temuan atas fraud.
Terdapat perubahan penting terhadap prosedur audit
procedure) serta dokumentasi yang harus dilakukan oleh
atas audit laporan keuangan.

auditor
untuk
untuk
(audit
auditor

Dua tipe salah saji (misstatements) yang relevan


dengan tanggung jawab auditor, yaitu salah saji yang diakibatkan
oleh fraudulent financial reporting dan salah saji yang diakibatkan
oleh penyalahgunaan asset (misappropriation of assets).SAS No.
99 juga menegaskan agar auditor independen memiliki
integritas (integrity) serta menggunakan kemahiran professional
(professional skepticism) melalui penilaian secara kritis (critical

assessment) terhadap
dikumpulkan.

bukti

audit

(audit

evidence)

yang

f. SAS No. 110 Fraud & Error dinyatakan bahwa auditor harus
dapat mendeteksi terhadap kesalahan material (material
mistatement) dalam laporan keuangan yang ditimbulkan oleh
kecurangan atau kesalahan (fraud or error). SAS 110 , paragraf 14
& 18 berbunyi sbb. :
Auditors plan, perform and evaluate their audit work in order to
have a reasonable expectation of detecting material misstatements
in the financial statements arising from error or fraud. However,
an audit cannot be expected to detect all errors or instances of
fraudulent or dishonest conduct. The likelihood of detecting errors
is higher than that of detecting fraud, since fraud is usually
accompanied by acts specifically designed to conceal its
existence
2.3.2 SPAP
1. Tanggung Jawab Moral (Moral Responsibility)
Akuntan publik memiliki tanggung jawab moral untuk:

Memberi informasi secara lengkap dan jujur mengenai


perusahaan yang diaudit kepada pihak yng berwenang atas
informasi tersebut, walaupun tidak ada sanksi terhadap
tindakannya.
Mengambil keputusan yang bijaksana dan obyektif
(objective) dengan kemahiran profesional (due professional
care).

2. Tanggung Jawab Profesional (Professional Responsibility)


Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab profesional
terhadap asosiasi profesi yang mewadahinya (rule professional
conduct).
3. Tanggung Jawab Hukum (Legal Responsibility)
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab diluar batas
standar profesinya yaitu tanggung jawab terkait dengan hukum
yang berlaku.Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang
diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar
Auditing Seksi 110, mengatur tentang Tanggung Jawab dan
Fungsi Auditor Independen. Pada paragraf 2, standar tersebut
antara lain dinyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari
salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan.

Laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen.


Tanggung jawab auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan. Manajemen bertanggung jawab untuk
menerapkan kebijakan akuntansi yang sehat dan untuk membangun
dan memelihara pengendalian intern yang akan, di antaranya,
mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi
(termasuk peristiwa dan kondisi) yang konsisten dengan asersi
manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan. Auditor
independen dapat memberikan saran tentang bentuk dan isi laporan
keuangan atau membuat draft laporan keuangan, seluruhnya atau
sebagian, berdasarkan informasi dari manajemen dalam
pelaksanaan audit. Namun, tanggung jawab auditor atas laporan
keuangan auditan terbatas pada pernyataan pendapatnya atas
laporan keuangan tersebut. (SA 110 No. 3)
Auditor independen juga bertanggung jawab terhadap
profesinya, tanggung jawab untuk mematuhi standar yang diterima
oleh para praktisi rekan seprofesinya. Dalam mengakui pentingnya
kepatuhan tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia telah menerapkan
aturan yang mendukung standar tersebut dan membuat basis
penegakan kepatuhan tersebut, sebagai bagian dari Kode Etik
Ikatan Akuntan Indonesia yang mencakup Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik.
Bidang jasa akuntan publik meliputi:
1. Jasa Atestasi, termasuk di dalamnya adalah audit umum atas
laporan keuangan, pemeriksaan atas laporan keuangan
prospektif, pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan
proforma, review atas laporan keuangan, dan jasa audit serta
atestasi lainnya.
2. Jasa Non-atestasi, yang mencakup jasa yang berkaitan dengan
akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan
konsultasi.
Auditor juga memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit guna memperoleh kepastian yang layak tentang apakah
laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material, apakah itu disebabkan
oleh kekeliruan ataupun kecurangan. Auditor tidak bertanggung jawab untuk
mendeteksi salah saji yang tidak material.
1. Salah Saji yang Material vs Tidak Material
Tingkat materialitas diukur dari kemungkinan salah saji atas laporan keuangan
untuk mempengaruhi atau bahkan mengubah keputusan pengguna laporan
keuangan. Auditor bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian yang layak
bahwa ambang batas materialitas telah dipenuhi. Sedangkan untuk menemukan

semua salah saji yang tidak material memerlukan biaya yang sangat besar, tidak
sejalan dengan prinsip cost-benefit.
2. Kepastian yang Layak
Kepastian yang layak adalah tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut,
bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Konsep ini
menunjukkan bahwa auditor bukanlah penjamin atau pemberi garansi atas
kebenaran laporan keuangan. Jadi kemungkinan salah saji yang material tidak
ditemukan dapat terjadi.
Alasan auditor bertanggung jawab atas kepastian yang layak:
o Bukti audit diperoleh dengan cara sampling
o Auditor mengandalkan bukti audit yang persuasif, tetapi tidak
meyakinkan. Hal ini disebabkan karena penyajian akuntansi
mengandung estimasi yang kompleks, yang melibatkan sejumlah
ketidakpastian serta dapat dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa di masa
depan
o Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali
tidak mungkin untuk dideteksi oleh auditor. Pembelaan auditor jika
salah saji yang material tidak terungkap adalah melaksanakan audit
sesuai dengan standar auditing.
3. Kekeliruan (Error) vs Kecurangan (Fraud)
Kekeliruan adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja,
sementara kecurangan adalah salah saji yang disengaja. Keduanya dapat bersifat
material maupun tidak material.
Kecurangan
dapat
dibedakan
menjadi
misaprosiasi
aktiva
(penyalahgunaan/kecurangan karyawan) dan pelaporan keuangan yang curang
(kecurangan manajemen).
4. Skeptisme Profesional
Agar auditing dapat memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi
kekeliruan ataupun kecurangan, maka auditing harus direncanakan dan
dilaksanakan dengan sikap skeptisme profesional, yaitu sikap yang penuh dengan
keingintahuan serta penilaian kritis atas bukti audit.
5. Kecurangan yang Berasal dari Pelaporan Keuangan yang Curang vs
Misaprosiasi Aktiva
Pelaporan keuangan yang curang akan merugikan pemakai karena
menyediakan informasi laporan keuangan yang tidak benar untuk membuat
keputusan sedangkan misaprosiasi aktiva akan mengakibatkan pemegang saham,
kreditor, serta pihak lainnya mengalami kerugian karena aktiva tersebut tidak lagi
menjadi milik pemiliknya yang sah.

2.4

KARAKTERISTIK KECURANGAN (FRAUD)


Dilihat dari pelaku FRAUD auditing maka secara garis besar kecurangan bisa
dikelompokkan menjadi dua jenis :
a. Oleh pihak perusahaan, yaitu :
Manajemen untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul
karena kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from
FRAUDulent financial reporting, untuk menghidari hal tersebut ada
baiknya karyawan mengikuti auditing workshop dan FRAUD workshop).
b. Oleh pihak di luar perusahaan, yaitu pelanggan, mitra usaha, dan pihak
asing yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

2.5

SALAH SAJI YANG TIMBUL KARENA KECURANGAN PELAPORAN


KEUANGAN
Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan
ekspektasi terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena
kecurangan
terhadap
pelaporan
keuangan
lebih
dikenal
dengan
istilah irregularities (ketidak beresan). Bentuk kecurangan seperti ini seringkali
dinamakan kecurangan manajemen (management FRAUD), misalnya berupa :
manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau
dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan.
Kesengajaan dalam salah menyajikan atau sengaja menghilangkan
(intentional omissions) suatu transaksi, kejadian, atau informasi penting dari
laporan
keuangan,
untuk
itu
sebaiknya
anda
mengikuti auditing
workshop dan FRAUD workshop. Salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva.
Kecurangan jenis ini biasanya disebut kecurangan karyawan (employee FRAUD).
Salah saji yang berasal dari penyalahgunaan aktiva meliputi penggelapan aktiva
perusahaan yang mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum(ada baiknya karyawan
mengikuti seminar FRAUD dan seminar auditing). Penggelapan aktiva umumnya
dilakukan oleh karyawan yang menghadapi masalah keuangan dan dilakukan
karena melihat adanya peluang kelemahan pada pengendalian internal perusahaan
serta pembenaran terhadap tindakan tersebut. Contoh salah saji jenis ini adalah
Penggelapan terhadap penerimaan kas, Pencurian aktiva perusahaan, Mark-up
harga dan Transaksi tidak resmi.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
1. Fraudulent financial reporting dapat terjadi kapan saja dan di perusahaan
mana saja. Menurut SAS No. 99 dan SPAP, akuntan publik (auditor
independen) bertanggung jawab untuk mendeteksi adanya kecurangan
(fraud) dalam general audit atas laporan keuangan perusahaan.
2. Fraud merupakan problem yang serius, maka auditor harus mengambil
langkah-langkah komprehensif dalam pencegahan dan pendeteksian
fraudulent financial reporting. Pemahaman atas fraudulent financial
reporting di kalangan akuntan publik sangat penting, agar lebih dini bisa
dilakukan pencegahan dan pendeteksian terhadap fraud. Oleh karena itu,
IAI perlu menyelenggarakan suatu lokakarya (workshop) tentang
fraudulent financial reporting.
3. Fraud juga dapat terjadi adanya kolusi antara akuntan publik dengan
manajemen suatu perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan rotasi
akuntan publik dalam melakukan audit di perusahaan serta pengawasan
yang ketat dari pihak yang berwenang (regulator).

10

DAFTAR PUSTAKA
Accounting Standard Board (ASB). SAS No. 99 Consideration of Fraud in a
Financial Statement Audit. 2002.
http://dwiermayanti.wordpress.com/2010/03/22/auditkecurangan
http://diaryintan.wordpress.com/2010/11/21/etikadalamakuntansicreativeaccountingfraud
auditingaccountingdll/

11

Anda mungkin juga menyukai