Anda di halaman 1dari 6

Sifat amfoter dan kelarutan

Dari kegiatan praktikum yang telah di lakukan maka di dapatkan


hasil setelah di masukkan ke dalam reaksi ciran NaOH di campur
dengan larutan asam amino tirosin, bahwa hasilnya cairan atau larutan
berwarna putih kekeruhan dan tidak semuanya larutan larut dalam
larutan tersebut, ini sesuai dengan pendapat (Rahani,2002),Protein
bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa.
Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa; ada yang
mudah larut dan ada yang sukar larut.Namun, semua protein tidak
larut dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform.
Asam amino adalah penyusun protein, yaitu asam organic yang
mengandung gugus amino (-NH2) di samping gugus karboksitlat (COOH),Asam amino yang terdapat di alam selalu berupa asam amino
alpa , artinya gugus NH2 selalu terikat pada atom C- alpa ,yaitu
atom C di dekat gugus COOH .asam amino yang di kenal banyak
sekali tetapi hanya 20 jenis yang termasuk penyusun protein alami.
Hal ini sesuai dengan pendapat Anwar M (2001), bahwa asam amino
merupakan satuan penyusun protein, berdasarkan rumus bangunnya
asam amino dapat dipandang sebagai turunan asam karboksilat, yang
satu atom hidrogennya digantikan oleh gugus amino.
Larutan HCl yang di masukkan di dalam tabung reaksi , larutan HCl
sama sekali tidak larut, HCl di atas tirosin di bawah atau di dasar.
Larutan etanol yang di masukkan ke dalam tabung reaksi , larutan
etanol sedikit terlarut dan larutan asam amino tirosin lebih banyak
terdapat di dasar.
Setelah melakukan percobaan pada uji kelarutan asam amino maka
didapat hasilnya yaitu setelah etanol, HCl, NaOH, dan air
dicampurkan dengan asam amino yaitu glisin sebanyak 60 tetes maka
senyawa pada pencampuran zat tersebut tetap seperti semula tidak ada

perubahan warna tetapi pada saat asam amino diteteskan sebanyak 60


tetes kedalam tabung yang berisi HCl, NaOH, etanol, dan air terjadi
suatu pelarutan sehingga pencampuran kedua tersebut tampak
berminyak. Itu terjadi karena adanya proses pelarutan antara larutan
asam amino glisin dengan HCl, NaOH, aquades, dan etanol. Namun
pada tabung hasil pencampuran air dengan glisin, permukaan larutan
tersebut bahwa asam amino yang dalam larutan air akan mengion dan
dapat bersifat asam dan basa berwarna biru kehijauan. Jaru Anwar
(2001), menyatakan bahwa asam amino adalah senyawa anorganik
yang mengandung gugus karboksil dengan demikian mempunyai sifat
asam-basa.
Uji dengan asam nitrit
Reaksi 0.1 gram glisin dengan 5 ml HCl 10% dan NaNO
2
5% akan menghasilkan gas nitrogen (N
2
) dan rantai asam karboksilat. Gas nitrogen ini dapat
diamati dari hasil reaksi yang muncul selama
pengamatan dan juga larutan berubah warna menjadi
biru muda. Warna biru muda ini terjadi karena asam
amino bereaksi dengan asam klorida membentuk
senyawa lain. Sedangkan HCl murni yang direaksikan
dengan NaNO
2
5% hanya membuat sedikit gelembung dan berwarna
tetap (bening). Sedangkan kasein yang ditambahkan
NaNO

2
5% akan menghasilkan endapan putih
mengindikasikan tidak ada reaksi pada kasein.

yang

Uji biuret
Pendeteksian ada tidaknya ikatan peptida yang membentuk suatu protein
dilakukan dengan uji biuret. Uji positif ditandai dengan munculnya warna merah
muda sampai ungu. Pada uji biuret berfungsi untuk menguji kandungan protein
dalam suatu zat (makanan). apabila setelah ditetesi biuret, makanan atau sari
makanan yang mengandung protein akan berubah menjadi berwarna ungu. Pada
uji biuret tidak spesifik terhadap protein dikarenakan semua Cu2+ dapat
berikatan dengan amida bukan hanya protein. Uji biuret digunakan untuk
menguji adanya ikatan peptida dan protein pada umumnya. Sehingga dari hasip
pengamatan terhadap 0.5 gram urea yang direaksikan dengan 2 ml NaOH 10%
dan 3 tetes CuSo4 2% menghasilkan endapan biru seperti gel, awalnya berwarna
putih (serbuk). Sedangkan urea yang dipanaskan terlebih dahulu yang
selanjutnya direaksikan sama seperti tanpa dipanaskan. Tidak akan bereaksi
apa-apa, karena ikatan yang amina yang ada pada urea lepas selama
pemanasan menjadi gas nitrogen yang ditunjukkan perubahan kertas lakmus
yang berwarna biru. Selanjutnya kasein juga diujikan untuk menentukan apakah
merupakan sebuah protein, yaitu dengan penambahan 2 ml air suling dan 2
tetes CuSO4 2% menghasilkan produk yang sama dengan urea diatas tetapi
hanya saja endapannya berwarna biru muda. Warna ini disebabkan oleh Cu 2+
beraksi dengan 4 asam amino sehingga membentuk kompleks warna. Pada
referensi warna yang ditunjukkan seharusnya berwarna ungu tapi tidak pada
percobaan kali ini, disebabkan karena kurangnya tetesan tembaga sulfat yang
diberikan, sehingga tidak memaksimalkan pembentukan komplek ungu pada
larutan. Pada akhirnya larutan hanya berwarna biru muda (ungu muda sekali).

Uji ini digunakan untuk menguji adanya ikatan peptida.


Larutan Biuret terdiri atas NaCl dan . Larutan protein
jika ditambah pereaksi Biuret maka akan terbentuk
warna merah muda sampai violet.
(Sumardjo,1998).Prinsip dari reagen ini menggunakan
prinsip reaksi antara reagen dengan senyawa CuSO4
pada suasana basa sehingga menghasilkan warna
ungu. Komposisi dari reagen ini adalah senyawa
kompleks yang mengandung unsure C, H, O, dan N
yang merupakan hasil reaksi antara 2 senyawa urea
(CO(NH2)2 pada suhu tinggi. Fungsi dari reagen ini

adalah untuk mengetahui adanya ikatan peptide pada


suatu protein..
Sampel yang memberikan hasil positif pada uji biuret
adalah albumin , gelatin, dan kasein yang merupakan
protein, sedangkan sampel lain hanyalah asam amino
yang mana tidak memiliki ikatan peptide. Denaturasi
protein merupakan suatu proses dimana terjadi perubahan atau
modifikasi terhadap konformasi protein, lebih tepatnya terjadi pada
struktur tersier maupun kuartener dari protein. Buiret adalah senyawa
dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua
mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan
berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun
protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet.
Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi
negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida.
Tujuan dari pengujian biuret ini adalah untuk mengetahui
adanya ikatan peptide. Adapun prosedurnya yaitu pertama tama,
protein bereaksi dengan NaOH dan CuSO4. Fungsi dari NaOH itu
adalah mencegah endapan Cu (OH)2, dan memecah ikatan protein
menjadi urea, sebagai katalisator. Adapun fungsi CuSO4 adalah
sebagai pendonor Cu2+ . seperti yang telah diuraikan sebelumnya
reaksi positif ditandai dengan terjadinya warna ungu karena adanya
kompleks yang terjadi antara ikatan peptida dengan O dari air. Reaksi
ini disebut reaksi biuret karena positif terhadap kondensasi 2 molekul
urea. Lebih jelasnya dapat dilihat reaksi berikut ini.
2CO(NH2)2 CONH2 NH --CONH2 (biuret) + NH3
CuSO4+ 2H2O Cu(OH)2 + H2SO4
Cu(OH)2 + NH3 warna ungu

Reaksi juga positif terhadap senyawa organik yang mempuyai gugus


CO(NH2), SC(NH2), NHC(NH2), H2C(NH2)
Ikatan peptide panjang ungu
Ikatan peptide pendek pink

Uji Xanthoproteat
Untuk mengetahui protein dengan asam amino dengan
cincin
benzena, misalnya Tyrosin, Fenilanin dan
Tritopfan. Apabila dipanaskan dehan HNO3 pekat akan
dihasilkan endapan putih yang segera berubah mejadi
kuning tua. Penambahan alkali atau amonia pekat
mengubah warna zat menjadi jingga, 4.1.6. Uji Xanthoproteat
Asam nitrat pekat digunakan dalam larutan kasein untuk menguji keberadaan
gugus fenil (cincin benzena). Didapat bahwa 0.1 gram kasein memiliki asam
amino yang memiliki gugus fenil yang ditunjukkan dari hasil pengamatan berupa
perubahan warna larutan menjadi kuning tua. Pembentukkan warna kuning tua
muncul setelah dipanaskan, yang sebelum pemanasan berupa endapan putih.
Penambahan 2 ml asam nitrat pekat dan beberapa NaOH 10% berlebih, hal ini
bertujuan membentuk lingkungan dalam suasana basa dan menyebabkan
senyawa
terionisasi
dan
berubah
warna
menjadi
kuning
tua.

Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hatihati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi
endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning
apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah nitrasi
pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein.
Jadi reaksi ini positif jika mengandung tirosin, fenil
alanin dan triptofan (Poedjadi,1994).Prinsip dari uji ini
ialah prinsip nitrasi inti benzene oleh asam nitrat pekat
sehingga menghasilkan reaksi berwarna kuning dan

juga orange setelah penambahan alkali. Fungsi dari uji


ini adalah untuk mengetahui adanya asam amino
berantai samping inti benzene. Sampel yang
memberikan hasil positif pada uji ini adalah tirosin,
triptofan , albumin dan gelatin , ini menunjukkan
sampel tersebut mengandung inti benzene pada rantai
sampingnya. Seharusnya sampel fenilalanin juga
memberikan
hasil
positif
karena
fenilalanin
mengandung inti benzene, hasil negatif pada sampel ini
dapat disebabkan oleh kesalahan-kesalahan pada saat
melakukan uji.
Penegndapan dengan ion logam berat

Anda mungkin juga menyukai