Referat Ulkus Kornea Hanis
Referat Ulkus Kornea Hanis
I.
PENDAHULUAN
Ulkus (tukak) kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea
akibat kematian jaringan.(1) Ulkus kornea biasanya merupakan ulkus infeksi akibat
kerusakan pada epitel.(2,3) Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak
ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.
Ulkus terbagi kepada dua bentuk yaitu ulkus kornea sentral dan ulkus kornea
marginal atau perifer. (1)
Ulkus kornea dapat disebabkan oleh infeksi dari bakteri, viral atau fungi.
Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan
(1,2)
EPIDEMIOLOGI
Insiden ulkus kornea sekitar 25.000 orang per tahun yang pada umumnya
diawali dengan keratitis. Angka kejadian ulkus kornea pada penderita yang
menggunakan lensa kontak sekitar 4 kejadian per 10.000 pengguna lensa kontak. (4,5)
Ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, infeksi dan
kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya. Berbagai mikroorganisme dapat
menimbulkan penyakit ini, diantaranya adalah bakteri, jamur, virus.(2,5)
Penelitian di United Kingdom melaporkan beberapa faktor yang berkaitan
dengan meningkatnya resiko terjadinya invasi pada kornea, penggunaan lensa kontak
yang lama, laki-laki, merokok dan akhir musim sejuk (Maret-Juli). Dari penelitian
juga didapatkan insiden terjadinya ulkus kornea meningkat sampai delapan kali lipat
pada mereka yang tidur sambil memakai lensa kontak dibanding dengan mereka yang
memakai lensa kontak hanya ketika waktu bekerja.(4)
10
mm dan
11 mm. Indeks bias dari kornea adalah 1,376 walaupun indeks bias 1,3775 yang
digunakan pada kalibrasi keratometer yang berfungsi untuk menghitung kekuatan
optik dari kurvatura anterior dan posterior dari kornea. Kornea menyumbangkan 74%
atau 43,25 D dari total 58,6 D kekuatan yang dimiliki oleh mata normal. Kornea juga
merupakan sumber astigmatisme pada sistem optik. Untuk kebutuhan nutrisinya,
kornea bergantung pada difusi glukosa dari humor akuos dan oksigen yang berdifusi
melalui air mata. Sebagai tambahan, kornea perifer mendapat suplai oksigen dari
sirkulasi limbus. (6)
Kornea dalam bahasa latin cornum artinya seperti tanduk, merupakan selaput
bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan
yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas: (1,6)
11
1. Epitel
Terdiri atas 5 lapis sel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih, satu lapis
sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis
sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin
maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal
disampingnya dan sel poliglonal di depannya melalui desmosom dan macula
okluden, ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang
merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat
erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menyebabkan erosi rekuren. Epitel
berasal dari permukaan ektoderm.
2. Membran Bowman
yang
brserat
yang
tersusun
tidak
teratur, dimana
terjadi
Lapisan ini terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar
satu dengan yang lainnya, pada permukaan epitel terlihat anyaman yang
teratur sedang di perifer serat bagian ini bercabang. Diantara lamelar tersebar .
fibrosit (keratosit). Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma kornea.
4. Membran Descement
5. Endotel
Bagian ini merupakan lapisan terbawah dari kornea. Berasal dari mesotelium,
berlapis satu, bentuk heksagonal. Sel endotel menghasilkan mitokondria, sel12
sel saling bersatu membentuk desmosom dan zonula okluden oklud dan
menghasilkan cairan dari stroma kornea. Endotel melekat pada membran
dessemet melalui hemidesmosom dan zonula okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke
stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya.
Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir
saraf. Sensasi dingin oleh Bulbus Krause ditemukan pada daerah limbus. (1)
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas
cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform,
avaskuler dan deturgesens. Deturgesens, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan
kornea, dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi
sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme
dehidrasi, dan cedera kimiawi atw fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera
pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya
sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal
sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel itu telah beregenerasi.
Penguapan air dari film air mata prakornea berakibat film air mata menjadi
hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang menarik air
dari stroma kornea superficial untuk mempertahankan keadaan dehidrasi. (3)
IV.
ETIOLOGI
Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya
kolegenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Penyebab ulkus kornea
adalah bakteri, jamur, dan virus.(1,4).
Banyak bakteri yang bisa menyebabkan uklus kornea, namun bakteri
kelompok Stapylococcus sp., Streptococcus sp. dan Moraxella sp. adalah yang paling
sering dilaporkan di Amerika Syarikat. Kebanyakan ulkus kornea adalah tipe sentral,
namun kadang-kadang bisa mengenai bagian perifer dari kornea (ulkus marginal). (4)
13
asing, terjadilah sekuel perubahan patologik yang muncul saat perkembangan ulkus
kornea dan proses ini dapat dideskripsikan dalam empat stadium, yaitu infiltrasi,
ulkus aktif, regresi, dan sikatrik. Hasil akhir dari ulkus kornea tergantung kepada
virulensi agen infektif, mekanisme daya tahan tubuh, dan terapi yang diberikan.
Bergantung kepada tiga faktor tersebut, maka ulkus kornea dapat menjadi : (7)
a. ulkus terlokalisir dan sembuh
b. penetrasi lebih dalam sampai dapat terjadi perforasi, atau
c. menyebar secara cepat pada seluruh kornea dalam bentuk ulkus kornea.
A. Patologi Ulkus Kornea yang Terlokalisir
1. Stadium infiltrasi progresif. (7)
Karakteristik yang menonjol adalah infiltrasi dari polimorphonuklear dan/atau
limfosit ke epithelium dari suplementasi sirkulasi perifer melalui stroma jika jaringan
ini juga terkena. Nekrosis pada jaringan juga dapat terjadi, tergantung pada virulensi
agen dan ketahanan daya tahan tubuh pasien.
14
menginhibisi cairan dan sel-sel leukosit yang ada diantara lapisan bowman dan
stroma. Zona infiltrasi memberikan jarak antara jaringan sekitar dan tepi ulkus. Pada
stadium ini, sisi dan dasar ulkus tampak infiltrasi keabu-abuan dan pengelupasan.
Pada stadium ini, akan menimbulkan hiperemia pada pembuluh darah jaringan
circumcorneal yang menimbulkan eksudat purulen pada kornea. Muncul juga
kongesti vaskular pada iris dan badan silier dan beberapa derajat iritis yang
disebabkan oleh absorbsi toksin dari ulkus. Eksudasi menuju kamera okuli anterior
melalui pembuluh darah iris dan badan silier dapat menimbulkan hipopion. Ulserasi
mungkin terjadi kemajuan dengan penyebaran ke lateral yang ditunjukkan pada ulkus
superfisial difus atau kemajuan itu lebih ke arah dalam dan dapat menyebabkan
pembentukan desmetocele dan dapat menyebabkan perforasi. Bila agen infeksius
sangat virulen dan/atau daya tahan tubuh menurun maka dapat penetrasi ke tempat
yang lebih dalam pada stadium ulkus aktif.
Gambar
3: Stadium
ulkus aktif (7)
15
16
17
18
19
korio-allantois embrio telur ayam dan banyak jenis sel jaringan lain, misalnya sel
HeLa dan terbentuk plak-plak khas. Namun pada kebanyakan kasus, diagnosis dapat
ditegakkan secara klinik berdasarkan ulkus dendritik atau geografik khas dan sensasi
kornea yang sangat menurun, bahkan sampai hilang sama sekali. (3)
kornea akibat
HSV (9)
kontak. (3)
B. Ulkus Kornea Tipe Perifer
Ulcus marginal
Ulkus marginalis merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk
khas yang biasanya terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat
20
(l)
lonjong, terpisah dari limbus oleh interval bening dan hanya pada akhirnya menjadi
ulkus dan mengalami vaskularisasi. Proses ini sembuh sendiri umumnya setelah 7
sampai 10 hari.(3)
Penglihatan pasien dengan ulkus marginal akan menurun disertai dengan rasa
sakit, fotofobia dan lakrimasi.(1)
Pengobatan ulkus marginal ini adalah antibiotik dengan steroid lokal dapat
diberikan sesudah kemungkinan infkesi virus herpes simpleks disingkirkan
pemberian steroid sebaiknya dalam waktu yang singkat disertai dengan pemberian
Vitamin B dan C dosis tinggi.(3,5)
Ulcus mooren
Ulkus Mooren adalah suatu ulkus menahun superficial yang dimulai dari tepi
kornea dengan bagian tepinya tergaung dan berjalan progresif tanpa kecenderungan
perforasi. Lama kelamaan ulkus ini mengenai seluruh kornea. Penyebab ulkus
Mooren sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan diduga
penyebabnya hipersensitivitas terhadap protein tuberculosis, virus, autoimun, dan
alergi terhadap toksin ankilostoma. (1)
Penyebab dari ulkus mooren belum diketahui namun diduga autoimun. 60-80
% kasus unilateral dan disertai ekstravasi limbus dan kornea perifer, yang sakit dan
progresif sering berakibat kerusakan mata. Ulkus ini tidak responsif dengan antibiotik
maupun
Dilakukan
kortikosteroid.
eksisi
konjunngtiva
21
VII.
dari penyebab dari ulkus itu sendiri. Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri yang ekstrim
oleh karena paparan terhadap nervus, oleh karena kornea memiliki banyak serabut
nyeri, kebanyakan lesi kornea menimbulkan rasa sakit dan fotopobia. Rasa sakit ini
diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea dan
menetap sampai sembuh. Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan
membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak mengaburkan penglihatan
terutama jika letaknya di pusat. Fotopobia pada penyakit kornea adalah akibat
kontraksi iris beradang yang sakit. Dilatasi pembuluh darah adalah fenomena refleks
yang disebabkan iritasi pada ujung saraf kornea. Fotopobia yang berat pada
kebanyakan penyakit kornea, minimal pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi
pada penyakit ini, yang juga merupakan tanda diagnostik berharga. Meskipun
22
berairmata dan fotopobia umunnya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak ada
tahi mata kecuali pada ulkus bakteri purulen. (3)
Tanda penting ulkus kornea yaitu penipisan kornea dengan defek pada epitel
yang nampak pada pewarnaan fluoresen. Biasanya juga terdapat tanda-tanda uveitis
anterior seperti miosis, aqueus flare (protein pada humor aqueus) dan kemerahan
pada mata. Refleks axon berperan terhadap pembentukan uveitis, stimulasi reseptor
nyeri pada kornea menyebabkan pelepasan mediator inflamasi seperti prostaglandin,
histamine dan asetilkolin. Pemeriksaan terhadap bola mata biasanya eritema, dan
tanda-tanda inflamasi pada kelopak mata dan konjungtiva, injeksi siliaris biasanya
juga ada. Eksudat purulen dapat terlihat pada sakus konjungtiva dan pada permukaan
ulkus, dan infiltrasi stroma dapat menunjukkan opasitas kornea berwarna krem. Ulkus
biasanya berbentuk bulat atau oval, dengan batas yang tegas. Pemeriksaan dengan slit
lamp dapat ditemukan tanda-tanda iritis dan hipopion. (4)
VIII.
DIAGNOSIS
Diagnosis ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis,
Anamnesis
Dari riwayat anamnesis, didapatkan adanya gejala subjektif yang dikeluhkan oleh
pasien, dapat berupa mata nyeri, kemerahan, penglihatan kabur, silau jika melihat
cahaya, kelopak terasa berat. Yang juga harus digali ialah adanya riwayat trauma,
kemasukan benda asing, pemakaian lensa kontak, adanya penyakit vaskulitis atau
autoimun, dan penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
Pemeriksaan fisis
-
Visus
Slit lamp
23
Seringkali iris, pupil, dan lensa sulit dinilai oleh karena adanya kekeruhan
pada kornea.
Pemeriksaan penunjang
-
Tes fluoresein
Pada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan kornea. Untuk
melihat adanya daerah yang defek pada kornea. (warna hijau menunjukkan
daerah yang defek pada kornea, sedangkan warna biru menunjukkan daerah
yang intak).
Kultur
Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organisme kausatif pada beberapa
kasus.
IX.
DIAGNOSIS BANDING
2. Iritis, adalah radang pada iris. Pada iris juga ditemukan mata merah, nyeri
yang hebat pada mata, pada uji floresein ditemukan kornea presipitat.
24
X.
PENATALAKSANAAN
(1)
Bila terdapat ulkus yang disertai dengan pembentukan sekret yang banyak, jangan
dibalut karena dapat menghalangi pengaliran secret infeksi dan memberikan
media yang baik untuk perkembangbiakan kuman penyebabnya.
Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya cukup diberi lokal kecuali
pada kasus yang berat.
Terapi kortikosteroid pada peradangan kornea masih kontroversi. Telah
diketahui bahwa pada keratitis telah terjadi kerusakan jaringan baik oleh karena efek
langsung enzim litik dan toksin yang dihasilkan oleh organisme pathogen serta
25
Kortikosteroid tidak boleh diberikan pada fase awal pengobatan hingga organisme
penyebab diketahui dan organisme tersebut secara in vitro sensitif terhadap
antibiotik yang telah digunakan.
Pasien harus sanggup datang kembali untuk kontrol untuk melihat respon
pengobatan.
Tidak ada kesulitan untuk eradikasi kuman dan tidak berkaitan dengan virulensi
lain.
Di samping itu, adanya respon yang memuaskan terhadap pemberian
antibiotik
sangat
dianjurkan
sebelum
memulai
pemberian
kortikosteroid.
Kortikosteroid tetes dapat dimulai dengan dosis sedang (prednisolon asetat atau fosfat
1% setiap 4-6 jam), dan pasien harus dimonitor selama 24-48 jam setelah terapi awal.
Jika pasien tidak menunjukkan efek samping, frekuensi pemberian dapat ditingkatkan
dengan periode waktu yang pendek kemudian dapat di tapering sesuai dengan gejala
klinik. (3,8)
Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tenang,
kecuali bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan pengobatan tambahan 1-2
minggu. Pada tukak kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasti apabila dengan
pengobatan tidak sembuh atau terjadinya jaringan parut yang mengganggu
penglihatan. (l,6)
XI.
KOMPLIKASI
26
Anterior capsular katarak: terbentuk saat terjadi kontak antara lensa dan
ulkus pada saat perforasi pada area pupillary.
XII.
PROGNOSIS
Ulkus kornea dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut, yang
merupakan
penyebab utama
gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya
ditetapkan secara dini,maka pengobatan dapat diobati secara memadai. (2,5,8)
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Anatomi dan Fisiologi Mata : Pemeriksaan anatomi dan fisiologi mata
serta kelainan pada pemeriksaan mata. Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga
Jakarta FKUI 2008. Hal. 27-30
2. Khaw P T, Shah P, Elkington. Red eye. ABC of Eyes. 4 th ed. London. BMJ books.
2004. Pg.10-11
3. Biswell R. Kornea. In : Vaughan DG, Asbury T, Riodan-Eva P. General
Ophthalmology. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika; 2000 : Hal.129-42
4. Mills
T.J.
Corneal
Ulceration
and
Ulcerative
Keratitis.
Dalam:
http://www.emedicine.com/emerg/topic115.htm
5. Liesegang TJ, Skuta GL, Cantor LB. Microbial and Parasitic Infection of Cornea
and Sclera. In : Basic and Clinical Science Cource. External Disease and Cornea.
Section 8. USA : AAO; 2011-2012 : Pg.158-71.
6. Lang K Gerhard. Cornea. In: Ophtalmology A Pocket Textbook Atlas. New York.
Thieme Stuttgart. 2000. Pg.130-34
7. Khurana AK. Comprehensive Opthalmology. Fourth Edition. New Age
International: New Delhi. 2007. Pg. 80-82; 90-110; 170-3
28
National
Institutes
of
Health.
Available
from
URL:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001032.htm
9. Arthur L.S.M, Constable I.J. Conjunctiva, Sclera and Cornea. In: Color Atlas of
Ophthamology. Third Edition. World Science. Pg. 33-50.
10. Galloway NR. Common Eye Disease and their Management. Third Edition. 2000.
New York: Springer. Pg. 53-55.
29