Anda di halaman 1dari 5

Nama : Luqman

NIM : H14109050
Tugas Terstruktur Mata Kuliah Kultur Jaringan
Apa yang dimaksud fotorespirasi dan jelaskan mekanismenya?
Jawab:
Fotorespirasi adalah sejenis respirasi pada tumbuhan yang dibangkitkan oleh penerimaan
cahaya yang diterima oleh daun. Diketahui pula bahwa kebutuhan energi dan ketersediaan
oksigen dalam sel juga mempengaruhi fotorespirasi. Walaupun menyerupai respirasi (pernafasan)
biasa, yaitu proses oksidasi yang melibatkan oksigen, mekanisme respirasi karena rangsangan
cahaya ini agak berbeda dan dianggap sebagai proses fisiologi tersendiri (Garnerd, 1991).
Proses yang disebut juga "asimilasi cahaya oksidatif" ini terjadi pada sel-sel mesofil daun
dan diketahui merupakan gejala umum pada tumbuhan C3, seperti kedelai dan padi. Lebih jauh,
proses ini hanya terjadi pada stroma dari kloroplas, dan didukung oleh peroksisom dan
mitokondria (Salisbury, 1995).
Secara biokimia, proses fotorespirasi merupakan cabang dari jalur glikolat. Enzim utama
yang terlibat adalah enzim yang sama dalam proses reaksi gelap fotosintesis, Rubisco (ribulosabifosfat karboksilase-oksigenase). Rubisco memiliki dua sisi aktif: sisi karboksilase yang aktif
pada fotosintesis dan sisi oksigenase yang aktif pada fotorespirasi. Kedua proses yang terjadi
pada stroma ini juga memerlukan substrat yang sama, ribulosa bifosfat (RuBP), dan juga
dipengaruhi secara positif oleh konsentrasi ion Magnesium dan derajat keasaman (pH) sel.
Dengan demikian fotorespirasi menjadi pesaing bagi fotosintesis, suatu kondisi yang tidak
disukai kalangan pertanian, karena mengurangi akumulasi energi. Jika kadar CO2 dalam sel
rendah (misalnya karena meningkatnya penyinaran dan suhu sehingga laju produksi oksigen
sangat tinggi dan stomata menutup), RuBP akan dipecah oleh Rubisco menjadi P-glikolat dan Pgliserat (dengan melibatkan satu molekul air menjadi glikolat dan P-OH). P-gliserat (P dibaca
"fosfo") akan didefosforilasi oleh ADP sehingga membentuk ATP. P-glikolat memasuki proses
agak rumit menuju peroksisoma, lalu mitokondria, lalu kembali ke peroksisoma untuk diubah
menjadi serin, lalu gliserat. Gliserat masuk kembali ke kloroplas untuk diproses secara normal
oleh siklus Calvin menjadi gliseraldehid-3-fosfat (G3P) (Salisbury dan Ross, 1992).
Tanaman C3, Reaksi pertama dalam jalur reduksi pentosa pospat adalah pembentukan
produk beratom karbon 3 yaitu asam 3 fosfogliserat. Kebanyakan tanaman yang mengikat
karbon dengan jalur ini disebut tanaman C3. Meskipun demikian fiksasi CO2 tanaman C3
dihambat proses fotorespirasi. Proses ini bergantung dari kemampuan enzim rubisco yang juga
berfungsi sebagai oksigenase. Dalam hal ini oksigen didikat oleh enzim dan bereaksi dengan 1,5
difosforibulose untuk membentuk 2 fosfoglikosidik dan asam 3 fosfogliserat. 2 Fosfoglikolat
tidak bisa digunakan dalam jalur reduksi fosfat tetapi 2 molekul dari substrat akan bereaksi
kemudian sepanjang jalur siklik. Melibatkan glisin, serin, dan gliserat untuk menghasilkan 1
molekul 3 fosfogliserat, 1 molekul CO2, dan 1 molekul anorganik fosfat (Heddy, 1990).
Fotorespirasi hingga kini bersaing dengan asimilasi karbon dioksida dan membuat
fotosintesis kurang efisien. Sebanyak 30 50% dari karbon yang digunakan oleh fotosintesis
hilang oleh fotorespirasi pada tumbuhan normal C. Proses distimulasi oleh cahaya dan
temperature yang meningkat dan dengan demikian secara khusus tidak menguntungkan untuk
tanaman yang tumbuh di tempat beriklim panas (Sitompul dan Guritno, 1992).

Banyak perkiraan tentang fakta bahwa enzim rubisco juga mendukung suatu proses yang
bertentangan dengan fungsi utamanya. Tidak ada deskripsi yang jelas mengenai hal ini, tetapi
sebuah usulan menyatakan bahwa proses untuk melindungi kloroplas pada tumbuhan dari
kerusakan oleh cahaya matahari yang kuat pada kondisi kering, ketika CO2 dihalangi untuk
masuk ke daun karena stomata menutup dengan tujuan untuk menghindari kehilangan air.
Oksigen dapat masuk dengan difusi melewati kutikula daun, dan dengan demikian fotorespirasi
dapat dilakukan dan ATP dan NADPH yang dihasilkan oleh proses fotosintesis dapat digunakan.
Sebaliknya, akumulasi dari senyawa kaya energi ini di mana tidak dapat digunakan untuk
fotosintesis normal karena kekurangan CO2 bisa mempengaruhi kloroplas. Hal itu secara
aktual telah ditunjukkan dimana tumbuhan terkondisikan untuk memperkuat penyinaran di
bawah kondisi dimana oksigen dicegah untuk masuk ke daun, tidak dapat memfotosintesis pada
kecepatan normalnya ketika hal itu kembali pada kondisi normal. Ini mengindikasikan bahwa
kerusakan permanen pada alat fotosintesis terjadi (Lakitan, 2007).
Peran fotorespirasi diperdebatkan namun semua kalangan sepakat bahwa fotorespirasi
merupakan penyia-nyiaan energi. Dari sisi evolusi, proses ini dianggap sebagai sisa-sisa ciri
masa lampau (relik). Atmosfer pada masa lampau mengandung oksigen pada kadar yang rendah,
sehingga fotorespirasi tidak terjadi seintensif seperti masa kini. Fotorespirasi dianggap
bermanfaat karena menyediakan CO2 dan NH3 bebas untuk diasimilasi ulang, sehingga
dianggap sebagai mekanisme daur ulang (efisiensi). Pendapat lain menyatakan bahwa
fotorespirasi tidak memiliki fungsi fisiologis apa pun, baik sebagai penyedia asam amino tertentu
(serin dan glisin) maupun sebagai pelindung klorofil dari perombakan karena fotooksidasi
(Dwijoseputro, 1983).
Sejumlah tumbuhan mengembangkan mekanisme untuk mencegah fotorespirasi. Untuk
menekan fotorespirasi, tumbuhan C4 mengembangkan strategi ruang dengan memisahkan
jaringan yang melakukan reaksi terang (sel mesofil) dan reaksi gelap (sel selubung pembuluh,
atau bundle sheath). Sel-sel mesofil tumbuhan C4 tidak memiliki Rubisco. Strategi yang diambil
tumbuhan CAM bersifat waktu (temporal), yaitu memisahkan waktu untuk reaksi terang (pada
saat penyinaran penuh) dan reaksi gelap (di malam hari) (Dartius, 1991).
.
DAFTAR PUSTAKA
Dartius. 1991. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. USU-Press. Medan.
Dwijoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Garnerd F.P, et all.1991.Fisiologi Tanaman Budidaya.UI Press: Bandung.
Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Salisbury, F. B.1995.Fisiologi Tumbuhan Jilid 1 & 2. ITB:Bandung.
Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.
Sitompul, S. M. dan Guritno. B. 1995. Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.

Fotorespirasi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Fotorespirasi (atau "respirasi cahaya") adalah respirasi pada tumbuhan yang dibangkitkan oleh
penerimaan cahaya yang diterima oleh daun. Diketahui pula bahwa kebutuhan energi dan
ketersediaan oksigen dalam sel juga memengaruhi fotorespirasi.
Proses ini sering dipandang sebagai bentuk inefisiensi dalam metabolisme tumbuhan karena
mengoksidasi langsung produk fotosintesis (glukosa). Akibat fotorespirasi, fotosintesis netto
(bersih) menjadi jauh lebih rendah daripada seharusnya. Namun, fotorespirasi diketahui juga
menjadi pemasok beberapa komponen dasar proses fotosintesis pula. Selain itu, dengan
fotorespirasi jaringan tumbuhan lebih terjaga kesetimbangannya.
Diketahui bahwa tumbuhan C3 memiliki karakteristik fisiologi yang berbeda dari tumbuhan C4
dalam kaitan dengan fotorespirasi. Tumbuhan C4 diketahui tidak banyak terpengaruh oleh
fotorespirasi apabila dibandingkan dengan tumbuhan C3.

Proses
Proses yang disebut juga "asimilasi cahaya oksidatif" ini terjadi pada sel-sel mesofil daun dan
diketahui merupakan gejala umum pada tumbuhan C3, seperti kedelai dan padi. Lebih jauh,
proses ini hanya terjadi pada stroma dari kloroplas, dan didukung oleh peroksisom dan
mitokondria.
Secara biokimia, proses fotorespirasi merupakan cabang dari jalur glikolat. Enzim utama yang
terlibat adalah enzim yang sama dalam proses reaksi gelap fotosintesis, Rubisco (ribulosabifosfat karboksilase-oksigenase). Rubisco memiliki dua sisi aktif: sisi karboksilase yang aktif
pada fotosintesis dan sisi oksigenase yang aktif pada fotorespirasi. Kedua proses yang terjadi
pada stroma ini juga memerlukan substrat yang sama, ribulosa bifosfat (RuBP), dan juga
dipengaruhi secara positif oleh konsentrasi ion Magnesium dan derajat keasaman (pH) sel.
Dengan demikian fotorespirasi menjadi pesaing bagi fotosintesis, suatu kondisi yang tidak
disukai kalangan pertanian, karena mengurangi akumulasi energi.
Jika kadar CO2 dalam sel rendah (misalnya karena meningkatnya penyinaran dan suhu sehingga
laju produksi oksigen sangat tinggi dan stomata menutup), RuBP akan dipecah oleh Rubisco
menjadi P-glikolat dan P-gliserat (dengan melibatkan satu molekul air menjadi glikolat dan POH). P-gliserat (P dibaca "fosfo") akan didefosforilasi oleh ADP sehingga membentuk ATP. Pglikolat memasuki proses agak rumit menuju peroksisoma, lalu mitokondria, lalu kembali ke
peroksisoma untuk diubah menjadi serin, lalu gliserat. Gliserat masuk kembali ke kloroplas
untuk diproses secara normal oleh siklus Calvin menjadi gliseraldehid-3-fosfat (G3P).

Kegunaan

Peran fotorespirasi diperdebatkan namun semua kalangan sepakat bahwa fotorespirasi


merupakan penyia-nyiaan energi. Dari sisi evolusi, proses ini dianggap sebagai sisa-sisa ciri
masa lampau (relik). Atmosfer pada masa lampau mengandung oksigen pada kadar yang rendah,
sehingga fotorespirasi tidak terjadi seintensif seperti masa kini. Fotorespirasi dianggap
bermanfaat karena menyediakan CO2 dan NH3 bebas untuk diasimilasi ulang, sehingga dianggap
sebagai mekanisme daur ulang (efisiensi). Pendapat lain menyatakan bahwa fotorespirasi tidak
memiliki fungsi fisiologis apa pun, baik sebagai penyedia asam amino tertentu (serin dan glisin)
maupun sebagai pelindung klorofil dari perombakan karena fotooksidasi.
Karena tidak efisien, sejumlah tumbuhan mengembangkan mekanisme untuk mencegah
fotorespirasi. Untuk menekan fotorespirasi, tumbuhan C4 mengembangkan strategi ruang dengan
memisahkan jaringan yang melakukan reaksi terang (sel mesofil) dan reaksi gelap (sel selubung
pembuluh, atau bundle sheath). Sel-sel mesofil tumbuhan C4 tidak memiliki Rubisco. Strategi
yang diambil tumbuhan CAM bersifat waktu (temporal), yaitu memisahkan waktu untuk reaksi
terang (pada saat penyinaran penuh) dan reaksi gelap (di malam hari).

Peran fotorespirasi diperdebatkan namun semua kalangan sepakat bahwa fotorespirasi


merupakan penyia-nyiaan energi. Dari sisi evolusi, proses ini dianggap sebagai sisa-sisa ciri
masa lampau (relik). Atmosfer pada masa lampau mengandung oksigen pada kadar yang rendah,
sehingga fotorespirasi tidak terjadi seintensif seperti masa kini. Fotorespirasi dianggap
bermanfaat karena menyediakan CO2 dan NH3 bebas untuk diasimilasi ulang, sehingga dianggap
sebagai mekanisme daur ulang (efisiensi). Pendapat lain menyatakan bahwa fotorespirasi tidak
memiliki fungsi fisiologis apa pun, baik sebagai penyedia asam amino tertentu (serin dan glisin)
maupun sebagai pelindung klorofil dari perombakan karena fotooksidasi.
Karena tidak efisien, sejumlah tumbuhan mengembangkan mekanisme untuk mencegah
fotorespirasi. Untuk menekan fotorespirasi, tumbuhan C4 mengembangkan strategi ruang dengan
memisahkan jaringan yang melakukan reaksi terang (sel mesofil) dan reaksi gelap (sel selubung
pembuluh, atau bundle sheath). Sel-sel mesofil tumbuhan C4 tidak memiliki Rubisco. Strategi
yang diambil tumbuhan CAM bersifat waktu (temporal), yaitu memisahkan waktu untuk reaksi
terang (pada saat penyinaran penuh) dan reaksi gelap (di malam hari) < salisbury,1995 >.

Anda mungkin juga menyukai